Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

DISUSUN OLEH:

1. Abdul Hamid (P 27220010 122)

2. Ameylia Chyntia Devi S. (P 27220010 123)

3. Ari Priyanto (P 27220010 125)

4. Ayu Kirana Dewi (P 27220010 128)

5. Eka Desy Retnosari (P 27220010 137)

6. Fajar Budiutomo (P 27220010 139)

7. Leni Basuki (P 27220010 146)

8. Prista Esa Wijaya (P 27220010 153)

9. Rekno Wulandari (P 27220010 155)


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2012

KONSEP DASAR MENINGITIS

A. Pengertian

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan


piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh
bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga
terjadi (Donna D.,1999).

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh


salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi &
Rita, 2001).

B. Klasifikasi

a. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)

Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan.
Jenis organisme yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah
streptokokus pneumonia dan neisseria meningitis.

Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering


terjadi pada daerah penduduk yang padat, spt: asrama, penjara.

2
Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis.
Fraktur tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan
meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem
imun, spt: AIDS dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang
didapat.

Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon
dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit.
Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan
subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat
menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan
ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan
jaringan otak akan mengalami infark.

b. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)

Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar
kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.

Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps,
herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu
metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga
mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan
disfungsi sel dan gangguan neurologic.

c. Meningitis Jamur

Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem


saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari
system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon
inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara

3
lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status
mental.

C. Etiologi

Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan


pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis
disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan
otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun
(daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.

Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :


Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). Bakteri ini yang paling umum
menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri
ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga
hidung (sinus).
Neisseria meningitidis (meningococcus). Bakteri ini merupakan penyebab
kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi
akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian
bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
Haemophilus influenzae (haemophilus). Haemophilus influenzae type b (Hib)
adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis
virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga
bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah
membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang
disebabkan bakteri jenis ini.
Listeria monocytogenes (listeria). Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang
juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan
dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang
terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan
daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal
(peliharaan).

4
Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah
Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
Manifestasi Klinik
Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter, kelemahan, hipotonia
Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat,
takikardi dan disritmia pada fase akut
Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa
kering
Higiene ; Tidak mampu merawat diri
Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi,
“Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan oenglihatan,
diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori,
sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia,
tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks
abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,
fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen
atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit,
imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks.
Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis,
diabetes mellitus
Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,
trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring

5
posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen
dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus.
PATHWAY
BAKTERI MASUK TUBUH

MENYEBAR MELALUI HEMATOGEN, LIMFOGEN, PERKONTIMUITATUM

PENINGKATAN SET-POINT
MELEPASKAN SUBSTANSI VASOAKTIF HIPERTERMI
TERMOSTAT HIPOTALAMUS

PERUBAHAN PERMEABILITAS SAWAR DARAH

REAKSI INFLAMASI PADA OTAK

HAMBATAN SUPLAY
EDEMA DARAH KE OTAK ALIRAN DARAH KE OTAK ↓ HIPOKSIA
EXUDASI PADA OTAK HIPOKSIA

TINGKAT KESADARAN ↓
CAIRAN SEREBROSPINALIS ↑ TINGKAT KESADARAN ↓

TEKANAN INTRA KRANIAL ↑ REGANGAN PADA SINUS VENOSUS DAN DAERAH DURA NYERI KEPALA

KOMPRESI PADA NERVUS VAGUS

RANGSANGAN DI PUSAT MUNTAH

6
REAKSI MOTORIK OTOMATIS

MUAL, MUNTAH
SUMBER : WONG (2003) DAN PILLITTERI (1999)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.
Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa
Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan
protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan
tintra kranial..
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis
bakteri.
Meningitis Virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein
normal, kultur biasanya negative.
Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan
fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya
iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang
mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan
terjadi rigiditas.
Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+)
menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian
bawah.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya
meningkat diatas nilai normal.Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya
kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien
meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Glukosa serum : meningkat (meningitis)

7
LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah : Abnormal .
ESR/LED : meningkat pada meningitis
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra cranial
Arteriografi karotis : Letak abses

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis


Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya
penderita dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang
intensif. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah
(elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-
ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit.
Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga
meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput
otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,
maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang
baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko
komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis
bakteri yang ditemukan.

8
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :

Antibiotik Organisme

Penicilin G Pneumoccocci Terapi TBC Micobacterium


Tuber culosis
Meningoccocci • Streptomicyn
• INH
Streptoccocci
• PAS

Gentamicyn Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Chlorampenikol Haemofilus
Influenza

Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis


Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk,
bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan
merokok bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui
rekan atau disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah
berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet
umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh
dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik
menghindari berbagai macam penyakit.
Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan
yang tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah

9
meningitis, adapun vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap
meningitis diantaranya adalah ;
Haemophilus influenzae type b (Hib)
Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

A. Pengkajian

a. Identitas pasien.

b. Keluhan utama: sakit kepala dan demam

c. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit
kepala, demam, dan keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh
atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa
yang sering menimbulkan kejang.

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya perlu ditanyakan pada
pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien,
seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic
dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).

e. Riwayat psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien


juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.

10
f. Pola kebiasaan sehari-hari

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : perasaan tidak enak (malaise), keterbatasan yang


ditimbulkan kondisinya.

Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter,


kelemahan secarau umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

2. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit jantung Conginetal (abses otak).

Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi


berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari
pusat vasomotor). Takikardi, distritmia (pada fase akut) seperti
distrimia sinus (pada meningitis)

3. Eliminasi

Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.

4. Makanan dan Cairan

Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode


akut)

Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa


kering.

5. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
(pada periode akut)

6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala (mungkin merupan gejala pertama dan biasanya
berat) . Pareslisia, Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena,

11
kehilangan sensasi (kerusakan Pada saraf cranial). Hiperalgesia /
meningkatnya sensitifitas (minimitis) . Timbul Kejang (minimitis
bakteri atau abses otak) gangguan dalam penglihatan, seperti
Diplopia (fase awal dari beberapa infeksi). Fotopobia (pada
minimtis). Ketulian (pada minimitis / encephalitis) atau mungkin
hipersensitifitas terhadap kebisingan, Adanya hulusinasi penciuman /
sentuhan.

Tanda :

a. status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai


kebingungan yang berat hingga Koma, delusi dan halusinasi /
psikosis organic (encephalitis).

b. Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan (dapat


merupakan gejala berkembangnya hidrosephalus komunikan
yang mengikuti meningitis bacterial)

c. Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.

d. Mata (ukuran / reaksi pupil) : unisokor atau tidak berespon


terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (bola mata
bergerak terus menerus).

e. Ptosis (kelopak mata atas jatuh) . Karakteristik fasial (wajah)


; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf cranial
V dan VII terkena)

f. Kejang umum atau lokal (pada abses otak) . Kejang lobus


temporal . Otot mengalami hipotonia /flaksid paralisis (pada
fase akut meningitis). Spastik (encephalitis).

g. Hemiparese hemiplegic (meningitis / encephalitis)

h. Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif


merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut)

12
i. Regiditas muka (iritasi meningeal)

j. Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif

k. Refleks abdominal menurun.

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan


diperburuk oleh. Ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada
gerakan ocular, tenggorokan nyeri

Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis /


mengeluh.

8. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal), perubahan


mental (letargi sampai koma) dan gelisah.

9. Keamanan
Gejala :

a. Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain,


meliputi mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi,
abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan pada fraktur
tengkorak / cedera kepala.

b. Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada


meningitis, terpajan oleh campak, herpes simplek, gigitan
binatang, benda asing yang terbawa.

c. Gangguan penglihatan atau pendengaran

Tanda :

a. Suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil

b. Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic

13
c. Gangguan sensoris

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap (penyebaran) infeksi berhubungan dengan


statis cairan tubuh.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema


serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.

3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan


umum.

4. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.

5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system


pendukung ( hospitalisasi).

C. Intervensi

1. Resiko tinggi terhadap (penyebaran) infeksi berhubungan dengan


statis cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa
penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

Pertahankan teknik aseptik dan Menurunkan resiko pasien terkena


cuci tangan baik pasien, infeksi sekunder. Mengontrol
pengunjung, maupun staf. penyebaran sumber infeksi,
mencegah pemajanan pada
individu terinfeksi (mis : individu
yang mengalami infeksi saluran
napas atas)

Pantau dan catat secara teratur Terapi obat akan diberikan terus
tanda-tanda klinis dari proses menerus selama lebih 5 hari
infeksi. setelah suhu turun (kembali
normal) dan tanda-tanda klinisnya

14
jelas. Timbulnya tanda klinis terus
menerus merupakan indikasi
perkembangan dari
meningokosemia akut yang dapat
bertahan sampai berminggu
minggu / berbulan bulan atau
penyebaran pathogen secara
hematogen / sepsis.

Ubah posisi pasien dengan teratur Mobilisasi secret dan


tiap 2 jam. meningkatkan kelancaran secret
yang akan menurunkan resiko
terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan.

Catat karakteristik urine, seperti Urine statis, dehidrasi dan


warna, kejernihan dan bau kelemahan umum meningkatkan
resiko terhadap infeksi kandung
kemih / ginjal / awitan sepsis.

Kolaborasi tim medis Obat yang dipilih tergantung pada


infeksi dan sensitifitas individu.
Catatan ; obat cranial mungkin
diindikasikan untuk basilus gram
negative, jamur, amoeba.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema


serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat
kesadaran , mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak
adanya / menurunkan berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya
perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.

Intervensi

15
INTERVENSI RASIONAL

Perubahan tirah baring dengan Perubahan tekanan CSS mungkin


posisi kepala datar dan pantau merupakan adanya resiko herniasis
tanda vital sesuai indikasi setelah batang otak yang memerlukan
dilakukan fungsi lumbal. tindakan medis dengan segera.

Pantau / catat status neurologis Pengkajian kecenderungan adanya


dengan teratur dan bandingkan perubahan tingkat kesadaran dan
dengan keadaan normalnya, potensial peningkatan TIK adalah
seperti GCS. sangat berguna dalam menntukan
lokasi, penyebaran / luas dan
perkembangan dari kerusakan
serebral.

Pantau masukan dan keluaran . Hipertermia meningkatkan


catat karakteristik urine, turgor kehilangan air tak kasat mata dan
kulit, dan keadaan membrane meningkatkan resiko dehidrasi,
mukosa. terutama jika tingkat kesadaran
menurun / munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui
oral.

lingkungan yang tenang, suara Meningkatkan istirahat dan


yang halus dan sentuhan yang menurunkan stimulasi sensori
lembut. yang berlebihan.

Pantau gas darah arteri. Berikan Terjadinya asidosis dapat


terapi oksigen sesuai kebutuhan. menghambat masuknya oksigen
pada tingkat sel yang
memperburuk / meningkatkan
iskemia serebral.

16
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan
umum.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami


kejang atau penyerta atau cedera lain.

Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

Pantau adanya kejang / kedutan Mencerminkan pada iritasi SSP


pada tangan, kaki dan mulut atau secara umum yang memerlukan
otot wajah yang lain. evaluasi segera dan intervensi
yang mungkin untuk mencegah
komplikasi.

Berikan keamanan pada pasien Melindungi pasien jika kejang.


dengan memberi bantuan pada Catatan ; masukan jalan napas
penghalang tempat tidur dan bantuan / gulungan lunak jika
pertahankan tetap terpasang dan hanya rahangnya relaksasi, jangan
pasang jalan napas buatan plastik dipaksa memasukkan ketika
atau gulungan lunak dan alat giginya mengatup dan jaringan
penghisap. lunak akan rusak.

Pertahankan tirah baring selama Menurunkan resiko terjatuh /


fase akut. Pindahkan .gerakkan trauma jika terjadi vertigo, sinkope
dengan bantuan sesuai atau ataksia.
membaiknya keadaan.

Berikan obat sesuai indikasi Merupakan indikasi untuk


seperti fenitoin ( dilantin ), penanganan dan pencegahan
diazepam , fenobarbital. kejang .catatan : fenobarbital dapat
menyebabkan defresi pernapasan
dan sedative serta menutupi
tanda / gejala dari peningkatan
TIK.

17
4. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi /
infeksi.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan


nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur /
istirahat dengan tepat.

Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

Berikan lingkungan yang tenang, Menurunkan reaksi terhadap


ruangan agak gelap sesuai stimulasi dari luar atau sensitifitas
indikasi. pada cahaya dan meningkatkan
istirahat / relaksasi.

Tingkatkan tirah baring, bantulah Menurunkan gerakan yang dapat


kebutuhan perawatan yang penting meningkatkan nyeri.

Berikan latihan rentang gerak aktif Dapat membantu merelaksasikan


/ pasif secara aktif dan massage ketegangan otot yang
otot daerah leher /bahu. menimbulkan reduksi nyeri atau
rasa tidak nyaman tersebut.

Berikan analgetik, seperti Mungkin diperlukan untuk


asetaminofen dan kodein menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan : narkotik merupakan
kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak akuratan
dalam pemeriksaan neurologis.

5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system


pendukung ( hospitalisasi ).

Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan


mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan
tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang

18
sampai pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji status mental dan tingkat Gangguan tingkat kesadaran dapat


ansietas dari pasien / keluarga. mempengaruhi ekspresi rasa takut
Catat adanya tanda-tanda verbal tetapi tidak menyangkal
atau non verbal. keberadaannya. Derajat ansietas
akan dipengaruhi bagaimana
informasi tersebut diterima oleh
individu.

Berikan penjelasan hubungan Meningkatkan pemahaman,


antara proses penyakit dan gejala. mengurangi rasa takut karena
ketidaktahuan dan dapat
membantu dan menurunkan
ansietas.

Jawab setiap pertanyaan dengan Penting untuk menciptakan


penuh perhatian dan berikan kepercayan karena diagnosa
informasi tentang prognosa meningitis mungkin menakutkan,
penyakit. ketulusan dan informasi yang
akurat dapat memberikan
keyakinan pada pasien dan juga
keluarga

Libatkan pasien / keluarga dalam Meningkatkan perasaan kontrol


perawatan, perencanaan terhadap diri dan meningkatkan
kehidupan sehari-hari, membuat kemandirian
keputusan sebanyak mungkin.

Lindungi privasi pasien jika Memperhatikan kebutuhan privasi


terjadi kejang. pasien memberikan peningkatan
akan harga diri pasien dan

19
melindungi pasien dri rasa malu.

DAFTAR PUSTAKA

20
Behrman, Richard. E. 1992. Ilmu Kesehatan. Bagian 2. Jakarta : EGC

Carpebito,Lynda Juall. 2006. Diagnosa Keperawatan. Ed. 10. Jakarta: EGC

Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :


EGC

21

Anda mungkin juga menyukai