Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG KATARAK KONGENITAL

Kelompok :

M.Ridho Hidayatullah
( 1614401110052 )
M Aulia Rahman
( 1614401320218 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................. 1
Lembar Pengesahan......................................................................................................... 2
Daftar Isi.......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi........................................................................................................... 5
B. Prevalensi....................................................................................................... 5
C. Anatomi.......................................................................................................... 5
D. Etiologi............................................................................................................ 6
E. Patofisiologi.................................................................................................. 8
F. Tanda dan Gejala.............................................................................................. 9
G. DD..................................................................................................................... 12
H. Diagnosis........................................................................................................... 12
I. Terapi................................................................................................................. 13
J. Prognosis........................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................... 16
B. Saran.................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan )
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Kaarak kerap disebut – sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di
Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO),
sebagaimana dipublikasikan melalui situs www.who,int, katarak menyumbang sekitar
48 % kasus kebutaan di dunia.
Menurut WHO negara berkembang 1 – 3 % penduduk mengalami kebutaan
dan 50 % penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju sekitar 1,2 %
penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei depkes RI tahun 1982 pada 8
propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,23% dari seluruh penduduk
sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1 % dari seluruh penduduk.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukan pembuatan refrat ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menempuh ujian akhir stase Ilmu Penyakit Mata di daerah RSUD.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland, katarak adalah kekeruhan pada lensa
kristalin mata atau kapsulnya.
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera lahir
dan bayi berusia kurang dari satu tahun.

B. Prevalensi
Katarak kongenital terjadi kira – kira 3:10.000 dari kelahiran hidup. Dlam 2/3
kasusnya adalah katarak bilateral.

C. Anatomi mata

Lensa adalah suatu bangunan bikonveks, avaskular, jernih seperti cakram. Tersusun
dari struktur yang sangat transparan dengan diameter 9 mm, tebal 4 mm dengan lengkung
4
dipermukaan belakang lebih kuat. Terbungkus dalam kapsul semipermiabel tetapi permeabel
terhadap air dan elektrolit. Terletak di bagian depan corpus vitreum, di fossa patelaris dan di
belakang iris dan pupil.
D. Etiologi
Etiologi seseorang yaitu katarak kongenital unilateral atau bilateral.Kebanyakan dari
katarak kongenital unilateral adalah idopatik (tidak diketahui penyebabnya). Katarak
kongenital bilateral biasanya merupakan penyakit herediter (diwariskan secara autosomal
dominan) dan sering bersarna penyakit sistemik yang lain. Katarak kongenital unilateral
paling banyak ditemukan bersama penyakit anomali okular yang lain. Selain itu, penyebab-
penyebab utama yang lain adalah bisa disebabkan oleh penyakit infeksi maternal.,"
1. Herediter dan penyakit sistemik lain.
Beberapa katarak adalah herediter, ddak terkait dengan penyakit lain. Cara pewarisan
yang paling sering adalah autosomal dominan.Pewarisan autosamal resesif jarang terjadi.
Penyakit herediter dengan kelainan kromosom yang meiryebabkan katarak antara lain
trisomy 18 (Edward's syndrome), trisomy 21 (Down ,s syndrome), Turner's syndrome, dan
trisomy 13 (Patau's syndrome). Selain itu penyakit sistemik lain seperti kraniofasial
sindrom, penyakit muskulokaletal dan renal serta penyakit metabolik (galaktosemia, Fabry
sindrom, Wilson sindrom) bisa menjadi penyebab katarak kongenital terutama katarak
kongenital bilateral.
a. sindrom Down
kelainan ini merupakan kelainan kromosom, yaitu kelebihan satu kromosom 21.
Kelainan pada mata yang bisa ditemukan antara lain hiperplasia iris, celah palpebra
sempit ( sipit ), kemiringan oriental, sering terjadi strasbismus, epikantus, sering
terjadi katarak, miopia tinggi (33%), dan bercak brusfield ( abu – abu perak pada iris
).
b. sindrom lowe
sindrom yang langka ini terdiri dari defek serebral, retradasi mental dan kelainan
okular yang berkaitan dengan bentuk tubuh kerdil karena disfungsi ginjal. Gambaran
di mata berupa katarak kongenital, glaukoma infantil, dan nistagmus. Kelainan ini
lebih banyak pada pria karena pewarisannya yang terkait X.
c. sindrom marfan
pada sindrom ini tulang – tulang bertambah panjang ( jari tangan dan jari kaki 0,
ligamen kendor, terdapat penyakit jantung bawaan, serta ada kelainan tulang belakang
dan sendi – sendi. Gambaran pada mata berupa dislokasi lensa ke arah superior dan
5
nasal, kelainan refraksi berta, megalokornea, katarak, koloboma uvea, dan glaukoma
sekunder. Mungkin juga diperlukan ekstraksi lensa yang mengalami dislokasi.

araknodaktili pada sindrom marfan dan dislokasi lensa


superior pada sindrom marfan
d. sindrom rubella
sindrom rubella yang dibicarakan disini merupakan kelainan kongenital akibat infeksi
rubella pada bayi waktu masih dalam kandungan. Apabila ibu yang tengah
mengandung terkean infeksi rubella, maka virus akan menyebar ke dalam peredaran
darah, masuk plasenta dan menginfeksi janin. Ibu yang sakit memberi gejala yang
tidak jelas dan sering diabaikan, misalnya makula merah pada wajah, yang menyebar
ke bahu dan badan selama 2 hari. Terjadi juga limfadenitis retroarikular dan oksipital
dengan gejala nyeri waktu menyisir rambut.
Sel – sel bayi yang terinfeksi virus akan mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga
pada waktu lahir akan mengandung banyak jaringan yang tidak sempurna
pertumbuhannya. Tanda – tanda sindrom rubella kongenital bisa digolongkan menjadi
tanda – tanda yang terdapat di mata dan yang terdapat di luar mata. Tanda – tanda
yang terdapat di mata antara lain katarak ( unilateral atau bilateral ), miksroftalmus,
hipoplasi iris, beberapa area nekrotik pada badan silier, koloboma pada uvea,
strasbismus, glaukoma kongenital, korioretinitis dengan kadang – kadang terjadi
atrofi optik dan kekeruhan lensa.
Tanda – tanda diluar mata anatara lain ditemukannya kelainan pada jantung (
misalnya duktus arteriosus persistenm stenosis arteri pulmonalism defek septum

6
satrium, dan defek septum ventrikel ), cacat pada otak dan terjadi retradasi mental
dengn mikrosefali dan cacat pada pendengaran berupa tuli neurosensoris.
Virus rubella bisa ditemukan di nasofaring, tenggorok, darah, cairan serebrospinal dan
air kemih. Virus ini ditularkan lewat percikan ludah. Selma 1 – 2 hari sebelum dan
sesudah adanya makula kemerahan virus rubella mudah menular. Namun demikian,
bayi dengan sindrom rubela kongenital masih bisa menualrkan virus tersebut hingga
bayi berusia 18 bulan, apabila di tenggorokkannnya masih ditemukan virus rubella.

2. Anomali okular
Katarak kongenital unilateral sering disertai dengan anomaly ocular yang lain
seperti persistent fetal vasculature (PFV), disgenesis segmen anterior dan tumor pada
segmen posterior. Aaomali ini bisa menyebabkan mekanisme fisiologis pada lensa berubah
dan akhirnya menyebabkan katarak. s
3. Penyakit infeksi maternal
Katarak kongenital dapat juga disebabkan karena infeksi intrauterine terutama
petryakit TORCH yaitu seperti toxoplasmosis, rubella dan infeksi cylomegalovirus dan
virus herpes. Contoh lain adalah varicella, choriomeningitis virus dan HIV. S

E. Patofisiologi
Lensa terbentuk saati invagimasi permukaan ektoderm mata. Nukleus embrionik
berkembang pada bulan ke enam kehamilan. Sekitar nukleus embrionik terdapat nukleus
fetus. Saat kelahiran, nukleus fetal dan nukleus embrionik membentuk hampir sebgian lensa.
Setelah kelahiran, serat kortikal lensa terletak pada peralihan epithelium lensa anterior

7
dengan serat kortikal lensa. Sutura Y merupakan tanda penting karena dapat mengidentifikasi
besarnya nukleus fetus. Bagian lensa mulai dari perifer ke sutura Y merupakan korteks lensa,
dimana bahan lensa yang ada di sutura Y adalah nuklear. Pada pemeriksaan dengan dlit lamo,
posisi sutura Y anterior tegak, sedangkan sutura Y posterior terbali. Beberapa kelainan seperti
infkesi, trauma, kelainan metaboik pada serat nuklear ataupum serat lentikular dapat
menyebabkan kekeruhan media lentikular yang awalnya jernih. Lokasi dan pola kekeruhan
dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya kelaianan serta etiologinya.
Pada infeksi, seperti infeksi toksoplasma dan rubella, virus dapat menembus kapsul
lensa pada usia 6 minggu kehamilan. Terdapat opasitas saat lahir tapi berkembang setelah
beberapa minggu sampai beberapa bulan kehamilan. Seluruh lensa bisa menjadi opaq.
Virus bisa tetap ada dalam lensa hingga usia 3 tahun.

F. Tanda dan Gejala


1. Katarak kongenital bilateral
Katarak bilateral biasanya ditunmkan secara autosomal dominan, dapat juga
karena penyakit sistemik dan metabolik seperti diabetes, gataktosemia atau Lowe's
syndrome.s Katarak kongenital bilateral ham diterapi pada usia 3 bulanatau akan
terjadi nistagmus ireversibel dengan ketajaman penglihatan yang jelek. Kekeruhan
lebih dari 3 mm dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang signifik,an. Pada
katarak bilateral, operasi pada mata kedua ham dilakukan sesegera mungkin. 6
2. Katarak kongenital unilateral
Katarak unilateral biasanya terjadi secara sporadic atau idiopatik. Dapat
akibat abnormalitas ocular lain (seperti persistent fetal vasculature (PFV), disgenesis
segmen anterior dan tumor pada segmen posterior), trauma atau juga karena infeksi
intrauterine.Gejala yang ditunjukkan adalah leukokoria dan strabismus. Pengabatan
dapat dilakukan pada usia 6-8 mnggu kehidupan.

8
Klasifikasi katarak congenital berdasarkan lokasi :
1. Katarak Polaris Anterior
Kekeruhan terdapat pada bagian depan lensa persis di tengah – tengah, katarak ini
terjadi karena tidak sempurnanya pelepasan kornea terhadap lensa. Bentu k
kekeruhannya seperti pyramid dengan tepi yang jernih, sehingga apabila pupilnya
midriasis maka visus akan lebih baik. Tipe ini umumnya tidak progresif.

2. Katarak polaris Posterior


Karena selubung vaskularis tak teresorbsi dengan sempurna, maka akan timbul
kkekeruhan di bagian belakang lensa. Keadaan ini diturunkan secara autosomial
dominan, tidak progresif dan visus membaik pada penetesan midriatika.
3. Katarak zonularis
Kekeruhan terdapat pada zona tertentu. Kekeruhan pada nukleus disebuy katarak
nuklearis. Pada umumnya visus buruk. Katarak ini diduga diturunkan secara
autosomal atau resesif atau mungkin terangkai gonosom. Kekeruhan yang terdapat
pada lamela yang mengelilingi area calon nukleus yang masih jernih disebut
katarak lamelaris, gambarannya seperti cakram dengan jari – jari raidal. Penyebab
nya diduga faktor herediter, dengan sifat perwarisan autosomal dominan. Namun
mungkin juga terkait dengan infeksi rubellam hipoglikemia, hipokalsemia dan
arena paparan radiasi. Sedangkan katarak yang terdapat pada sutura Y disebut
sebagai katark stelata.

9
4. Katarak membranasea
Lensa yang keruh menjadi sangat tipis seperti membran dan sering berisi jaringan
ikat. Pada umumnya disertai bermcam – macam kelainan lain.
5. Katarak totalis
Seluruh lensa menjadi keruh, hal ini sering terdapat pada galaktosemia

6. Katarak stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu,
yang merupakan huruf Y yang tegak di depan, dan huruf Y yang terbalik di
belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus sehingga tidak memerlukan
pengobatan.
7. Arteri hialoidea yang persisten
Arteri Hialoidea merupakan cabang dari a. retina sentral yang memberi
makan pada lensa.Pada umur 6 bulan dalam kandungan, a. hialoidea mulai
diserap, sehingga pada keadaan normal, pada waktu lahir sudah tak tampak
lagi.Kadang-kadang penyerapan tak berlangsung sempurna sehingga masih
tertinggal sebagai bercak putih di belakang lensa, berbentuk ekor yang mulai di

10
posterior lensa.Gangguan terhadap visus tak banyak.Visus biasanya masih 5/5,
kekeruhannya stasioner, sehingga tak memerlukan tindakan.
8. Katarak aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis lensa. Keluhan dan tindakan sama dengan katarak
polaris anterior.
Gejala katrak kongenital antara lain :
- Hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri
- Rasa silau
- Kelainan refraksi

G. Diagnosis
Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagi warna
putih pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan kesadaran visual
terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang terdapat nistagmus ( gerakan mata yang cepat
dan tidak biasa ). Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan mata lengkap.
Pemeriksaan lensa dilakukan dengan pemeriksaan lampu biasa, penyinaran fokal, slitlamp,
oftalmoskop pada pupil yang dilebarkan dahulu. Untuk mencari kemungkinan penyebabnya
perlu dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen.

H. Diferensial Diagnosis
1. Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah kanker retina ( daerah di belakang mata yang peka
terhadap cahaya ) yang menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun, 2 % dari
kanker pada masa kanan- kanak adalah retinoblastoma. Gejalanya berupa pupil
berwarna putih, mata juling ( strasbismus). Mata merah dan nyeri gangguang
penglihatan Iris pada kedua mata memiliki warna yang berlainan, dapat terjadi
kebutaan. Pemeriksaan mata dalam keadaan pupil melebar. Dapat didiagnosis
dengan CT scan kepala, USG mata, pemeriksaan cairan serebrospinal,
pemeriksaan sumsum tulang.
2. Lentikonus
Adalah suatu kelaianan lensa dimana pada permukaan anterris atau posterior
lendsa terdapat deformasu berbentuk konus. Lentikonus posterior lebih sering
dijumpai daripada lentikonus anterior. Pada lentikonus posterior terdapat
pengembungan di posterior lensa. Kejadian unilateral dan biasanya sporadik,
11
namun bisa juga bilateral pada keadaan familial dan sindrom lowe.
Padalentikonus anterior penggembungannya di anterior. Terdapat hubungan dalam
sindrom alport.

I. Penatalaksanaan
Penanganan katarak kongenital tergantung pada tipe unilateral atau bilateral, adanya
kelainan mmta lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan bergaatung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah
terjadi ambliopia.Bila terdapat nistagmus, maka keadaam ini menunjukkan hal yang buruk
pada katarak kongenital.
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada:
1. Katarak total bilateral, diamana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera
katarak terlihat.
2. Katarak total unilateral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6
bulan setelah terlihat atau segera sebelum terjadinya strabismus, bila terlalu muda
akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan dengan segera. Perawatan untitk
ambliopia sebaiknya dilalculcan sebaik-baiknya.
3. Katarak total unilateral, memptmyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali
terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dialakukan pembedahan secepat
mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4. Katarak biletaral parsial, biasanya pengotatan lebih konservatif sehingga sementara
dapat dicoba dengan kaeamata atau midriatika, bila terjadi kekendian yang progresif
disertai dengan mulainya tanda-tanda strabismus dan ambliopia maka dilakukan
pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik. 7

Tindakan pengobatan pada katarak congenital adalah operasi :


a) Operasi katarak kongenital dilakukan apabila reflex fundus tidak nampak.
b) Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau
lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan. 7'9

Tindakan bedah yang umum dikenal adalah :


1. Disisi Lensa
Tindakan bedah pada disinsi lensa adalah dengan menuduk atau merobek kapsul
anterior lensa dengan harapan badan lensa yang cair keluar.Bahan lensa yang keluar
12
mengalir bersama dengan cairan (humor aquos) atau difagositosis oleh makrofag. Setelah
terjadi absorbs sempurna, maka mata menjadi afakia atau 6dak mempunyai lensa lagi.
Indikasi dilakukannya disisi lensa
a) Umur kurang dari 1 tahun
b) Pada pemeriksaan, fundus tak terlihat.
Penyulit disisi lensa:
1. Uveitis fakoanafilaktik Terjadi karena massa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan sehingga menimbulkan reaksi radang terhadap massa lensa tubuh
sendiri.
2. Glaukoma sekunder, Timbul karena massa lensa menyumbat sudut bilik mata,
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan
3. Katarak sekundaria Dapat terjadi bila massa lensa tidak dapat diserap dengan
sempurna dan menimbulkan jaringan fibrosis yang dapat menutupi pupil
sehingga mengganggu penglihatan dikemudian hari sehingga harus dilakukan
disisi katarak sekundaria, untuk memperbaiki visusnya.
Disisi lensa sebaiknya dilakukan sedini mungkin, karena fovea sentralisnya
harus berkembang waktu bayi lahir sampai umur 7 bulan.Kemungkinan
perkembangan terbaik adalah pada umur 3-7 bulan.Syarat untuk perkembangan
ini fovea sentralis harus mendapatkan rangsang cahaya yang cukup. Jika katarak
dibiarkan sampai anak berumur lebih dari 7 bulan, biasanya fovea sentralisnya
tak dapat berkembang 100 %, visusnya tidak akan mencapai 5/5 walaupun
dioperasi. Hal ini disebut amliopia sensoris (ambliopia ex anopsia). Jika katarak
itu dibiarkan sampai umur 2-3 tahun, fovea sentralis tidak akan berkembang lagi,
sehingga kemampuan fiksasi dari fovea sentralis tak dapat lagi tercapai dan mata
menjadi goyang (nistagmus), bahkan dapat terjadi pula strabismus sebagai
penyulit. Jadi sebaiknya operasi dilakukan sedini mungkin, bila tidak didapat
kontraindikasi untuk pembiusan umum.Operasi dilakukan pada satu mata dulu,
bila mata ini sudah tenang, mata sebelahnya dioperasi pula, jika kedua mata
sudah tenang, penderita dapat dipulangkan.
Pada katarak kongenital yang mononukelar dan dibedah dini, disertai
pemberian lensa kontak segera setelah pembedahan, dapat menghindari gangguan
perkembangan penglihatan.

13
2: Ekstraksi linear
Ekstralcsi linear dibuat insisi pada kornea dan dilakukan robekan pada kapsul anterior
lensa.Dimasukkan sendok Daviel ke dalam blik mata atau lensa kemudian lensa dibersihkan
dari balm lensa yang berada di dalam kapsul.Pada saat sekarang untuk mengeluarkan badan
lensa dapat dilakukan dengan aspirasi selanjutnya luka kornea dapat dijahit kembali. Bila
ada bahan lensa yang masih tertinggal diharapkan seperti pada disisio lentis yaitu sisa lensa
uu akan keluar bersama cairan mata dan difagositosis. 7'g-9
Masalah penatalaksanaan yang utama pada katarak kongenital adalah ambliopia. Apakah
masalah ini dapat diatasi secara adekuat merupakan faktor utama dalam menentukan apakah
dapat MAW= tindakan bedah dini untuk katarak congenital monocular. Pada kasus katarak
congenital bilateral, interval waktu antara operasi kedua mata harus sependek mungkin untuk
menghindari timbulnya ambliopia pada mata kedua. Apabila akan dilakukan tindakan
tersebut, sebaiknya dilakukan dalam beberapa minggu perfama kehidupan.6
Tindakan bedah secara dini dilaporkan menghasilkan penglihatan yang baik untuk
kataxak unilateral dan bilateral.Kemudian, diupayakan koreksi dengan lensa kontak Iangka
panjang yang harus sering diubah untuk mempertaliankan koreksi yang optimal. Tatalaksana
lensa kontak membutuhkan input dan motivasi dari orang tua anak. Lensa intraocular
sekarang ini semakin banyak diimplan pada anak di atas usia 2 tahun. Mata menjadi
bertambah miopik dengan pertambahan usia anak, namun demkian sulit membuat pilihan
kekuatanlensa.

J. Prognosis
Prognosis katarak kongenital bergantung pada banyak faktor, termasuk sifat katarak,
umur mulainya, umur intervensi, lama dan beratnya ambliopia yang menyertai dan adanya
kelianan ocular terkait seperti nistagmus dan strabismus.Prognosis umumnya baik pada
katarak tipe lamellar atau nuclear. Dan prognosis buruk pada katarak total dapat
meayebabkan mikrokornea, dilatasi pupil dan peningkatan resiko terjadinya glaucoma
Microphtalmua, stcabismua, nistagmus dan
ambliopia juga bisa terjadi. 90% pasien dengan katarak congenital bilateral akan berkembang
menjadi nistagmus jika tidak diterapi pada 2 bulan pertama kehidupsn.
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak kongenital tidak sebaik prognosis katarak senilis.
Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatas tingkat
pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. katarak kerap disebut – sebut
sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data
World Health Organization (WHO), sebagaimana dipublikasikan melalui situs
www.who.int, katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di duni. Katarak
kongenital terjadi kira – kira 3:10.000 dari kelahiran hidup. Dan 2/3 kasusnya
adalah katarak bilateral.
Penyebab katarak kongenital bisa bermacam – macam. Sebagian katarak
bersifat idiopatik atau herediter. Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan kelainan
kromosom, misalnya sindrom down, sindrom lowe, dan sindrom infeksi
toksoplasma dan rubella kelainan metabolik seperti galaktosemia, hipoglikemia,
dan kondisi anoreksia juga dapat menimbulkan katarak.
Katarak kongenital terdiri dari beberapa jenis yaitu, katarak polaris anterior,
katarak polaris posterior, katarak zonularis, katarak membranasea, katarak totalis.
Hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri, rasa silau, kelainan refraksi, merupakan
gejala – gejala katarak yang sering kali timbul. Diagnosis banding dari katarak
kongenital adalah lentikonus dan retinoblastoma. Dapat didiagnosis dengan CT
scan kepala, USG mata. Pemeriksaan cairan serebrospinal, pemeriksaan sumsum
tulang.
Terapi pada katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia
2 bulan pada satu mata. Paling lambat mata yang lainnya sydah dilakukan
pembedahan bila bayi berusia 2 tahun, pada katarak total sebaiknya operasi
dilakukan pada waktu bayi berusia 7 bulan sebab operasi pada usia yang lebih tua
akan menyebabkan penurunan kemampuan penglihatan atau ambliopia.
Prognosis penglihatan untuk pasien pada katarak anak – anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis.
Adanya mbliopia dan kadang – kadang anomali saraf optikus atau retina
membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis
untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

15
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit
yang progresif lambat.

B. Saran
1. Untuk mencegah komplikasi sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya
jika sudah memenuhi syarat
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk teknik – teknik operasi katarak
kongenital yang baru guna meminimalisir angka komplikasi post operasi.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. htpp://www.infomedika.com:Katarak, Jakarta Eye Center, Thursday, 5 June 2008.

2. http://www.medicastore.com/: Katarak kongenital.

3.Ilyas, Sidarta, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000

4.Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Alih Bahasa
Tambajong J, Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4.

17

Anda mungkin juga menyukai