Laporan kasus ini dibuat dalam rangka melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik
senior di SMF bagian Penyakit Dalam RSUD dr. Pirngadi Medan
DISUSUN OLEH :
Wulan HR Silitonga 18010029
Novi O.R Napitupilu 18010031
Lailan Uzma 7117091403
Suita Allemina G 71170891401
DOKTER PEMBIMBING :
dr. Maruatas Marojahan Martadinata Sp.PD
Nilai :
Dokter Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Gagal
Ginjal Akut”. Tujuan penulisan ini dibuat dalam rangka melengkapi persyaratan
kepaniteraan klinik senior di SMF bagian Penyakit Dalam RSUD dr. Pirngadi Medan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh
dari kesempurnaan serta masih banyak terdapat kekurangan. Kami berharap semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.
Penulis
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................2
2.1 Anatomi Ginjal ................................................................................................2
2.2 Fisiologi Ginjal................................................................................................3
2.3 Gangguan Ginjal Akut.....................................................................................5
a. Definisi ..................................................................................................5
b. Epidemiologi...........................................................................................5
c. Klasifikasi……………………………………………………………….6
d. Etiologi…………………………………………………………………..7
e. Patofisiologi…………………………………………………………….10
f. Manifestasi Klinis dan Diagnosis………………………………………13
g. Tatalaksana……………………………………………………………..14
BAB III LAPORAN KASUS............................................................................28
3.1 Status Anamnesa Pasien.................................................................................28
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................54
4.1 Kesimpulan....................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................55
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan Ginjal Akut / Acute kidney injury (AKI) merupakan kondisi klinis
spesifik dengan manifestasi bervariasi, mulai dari ringan tanpa gejala hingga yang
sangat berat dengan gagal organ multiple. Gangguan ginjal akut sering berlangsung
dalam waktu singkat dan dapat menghilang sepenuhnya setelah penyebabnya diobati.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau
azotermia (peningkatan konsentrasi BUN).1
Gangguan ginjal akut merupakan komplikasi serius yang sering terjadi pada
pasien penyakit kritis.2 Insidens gangguan ginjal akut di negara berkembang,
khususnya komunitas sulit didapatkan karena tidak semua pasien dengan gangguan
ginjal akut datang ke rumah sakit. Diperkirakan bahwa insidens nyata pada komunitas
jauh melebihi angka yang tercatat. Beberapa laporan dunia menunjukkan insidens
yang bervariasi antara 0,5-0,9% pada komunitas dan 0,7-18% pada pasien yang
dirawat di rumah sakit. 3
Gangguan ginjal akut telah menarik perhatian dengan adanya pengakuan
bahwa suatu perubahan kecil yang terjadi pada fungsi ginjal mungkin memiliki efek
yang serius dalam diagnosa akhir. Meskipun kemajuan dalam diagnosis dan staging
gangguan ginjal akut dengan emergensi biomarker dapat memberikan informasi
tentang mekanisme dan jalur dari gangguan ginjal akut, tetapi belum dapat diketahui
pasti bagaimana gangguan ginjal akut berkontribusi terhadap peningkatan mortalitas
dan morbiditas pada pasien rawat inap.
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan suatu organ yang berfungsi mengeluarkan air, garam, dan
hasil buangan metabolisme protein yg berlebih dari darah saat membawa zat gizi &
zat kimia ke darah. Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritoneum (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan
limpa. Ginjal berwarna cokelat kemerahan dan memiliki ukuran panjang sekitar 10
cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm.5,6
Pada bagian superior, ginjal berhubungan dengan diafragma ,yang
memisahkan dari cavitas pleuralis & costa 12. Sedangkan pada bagian inferior
permukaan posterior ginjal berhubungan dengan musculus quadratus lumborum.
Ginjal berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan yang menghadap ke arah dalam.
2
Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan dimana ginjal kiri berukuran lebih besar
dibandingkan ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada
ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal
kiri untuk memberi tempat lobus hepatis dextra yang besar. Ginjal dipertahankan
dalam posisi tersebut oleh suatu bantalan lemak yang tebal. 6
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak perirenal dan
lemak pararenal, yang memiliki fungsi untuk membantu meredam guncangan. Pada
sisi anterior ginjal kanan terdapat hepar, duodenum dan colon ascenden. Ginjal kanan
dipisahkan dari hepar oleh recessus hepatorenalis. Ginjal kiri berhubungan dengan
gaster, lien, pankreas, jejunum & colon descendens.5
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramid renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
renalis major yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks
renalis minor. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid
membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul.5,6
3
ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam tubulus sehingga
akhirnya keluar dari kedua ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.7
Fungsi ginjal dalam mempertahankan homeostasis meliputi:
1. Pengaturan volume air, volume darah, dan volume cairan interstitial.
2. Reabsorpsi zat yang dibutuhkan setelah difiltrasi
3. Ekskresi zat beracun dan zat berlebih untuk menjaga keseimbangan biokimia.
4. Pengaturan pH tubuh.
5. Pengaturan tekanan darah yang normal.
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi menjadi tiga bagian yaitu non elektrolit,
elektrolit, dan air. Setelah terjadi filtrasi, langkah kedua adalah reabsorbsi selektif zat-
zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah di filtrasi.
4
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfer aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus ke dalam filtrat. Substansi yang secara alamiah terjadi dalam
tubuh contohnya adalah asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada
tubulus distalis, transfer aktif natrium sistem carier yang juga terlibat dalam
sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, setiap ion
natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan
ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
b. Epidemiologi
Insidensi gangguan ginjal akut pada beberapa tahun belakangan, baik pada
komunitas maupun rumah sakit ditemukan 2-3 kasus per 1000 orang. Sekitar 7%
terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit dan diperkirakan 2/3 pasien rawat
intensif memiliki kecenderungan mengalami gangguan ginjal akut yang sering kali
menjadi bagian dari sindrom disfungsi multiorgan.9
Insidens gangguan ginjal akut pada pasien yang dirawat di ruang perawatan
intensif (ICU) diperkirakan sekitar 20-50%,3 dengan angka kematian yang dilaporkan
dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%. Berdasarkan data yang didapat, angka
kematian di Amerika Serikat yang disebabkan oleh gangguan ginjal akut berkisar
antara 20-90%. Kematian di RS diperkirakan sebesar 40-50 % dan di ICU sebesar 70-
89%.
5
c. Klasifikasi
a. Berdasarkan kriteria RIFLE
Tabel 2.1 Klasifikasi RIFLE menurut the acute dialysis quality initiative (ADQI)10,11
Kategori Peningkatan Kadar Cr Penurunan LFG Kriteria UO
Serum
Risk >1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam,
>6 jam
Injury >2,0 kali nilai dasar >50% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam,
>12 jam
Failure >3,0 kali nilai dasar atau ≥4 >75% nilai dasar <0,3 mL/kg/jam,
>24 jam atau
mg/dL dengan kenaikan
anuria >12 jam
akut >0,5 mg/dL
Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4
Minggu
End Stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3 bulan
6
c. Kriteria berdasarkan KDIGO12
Tabel 2.3 Klasifikasi berdasarkan KDIGO
Tahap Peningkatan Kadar Cr Serum Kriteria UO
1 1,5-1,9 kali nilai dasar atau peningkatan >0,3 <0,5 mL/kgBB/jam, 6-12
mg/dL (≥26,5 μmol/L) jam
d. Etiologi
Secara garis besar dapat dibagi menjadi etiologi prerenal, renal, dan
postrenal.13
7
Gambar 2.2 Etiologi Gangguan Ginjal Akut13
1. Pre-renal
kondisi dengan fungsi tubulus dan glomerulus normal dan GFR menurun
oleh karena perfusi ginjal terganggu. Prerenal merupakan bentuk paling umum
dan sering menyebabkan gangguan ginjal akut intrinsik/renal jika tidak segera
diperbaiki.1
Penurunan volume (hipovolemia) dapat disebabkan oleh: Dehidrasi,
perdarahan, muntah, diare, penggunaan diuretik, insufisiensi
adrenal, drain pasca operasi, luka bakar, diaphoresis.
Penurunan curah jantung bisa disebabkan oleh: gagal jantung
kongestif, infark miokardium, tamponade jantung, emboli paru,
kardiomiopati, aritmia, disfungsi katup, gagal jantung, hipertensi
pulmonal, penggunaan ventilator
Vasodilatasi sistemik dapat disebabkan oleh: Syok septik, anafilaksis,
pemberian obat antihipertensi
Vasokonstriksi arteriol aferen dapat disebabkan oleh: hiperkalsemia,
sindrom hepatorenal, obat : NSAID, amfoterisin B, inhibitor
kalsineurin, norepinefrin, agen radiocontrast.
Redistribusi cairan : sindroma nefrotik, sirosis hepatis, syok
vasodilator, peritonitis, pankreatitis, rhabdomiolisis, asites, obat-obat
vasodilator, obstruksi renovaskular, stenosis intravaskular, emboli,
trombosis intravaskular, infiltrasi tumor.
2. Renal
termasuk penyakit pada ginjal itu sendiri, terutama yang mempengaruhi
glomerulus atau tubulus, yang berhubungan dengan pelepasan vasokonstriktor
aferen ginjal. Iskemik adalah penyebab paling umum dari gangguan ginjal
intrinsik.1,11
8
Penyebab vaskular (pembuluh besar dan kecil) : hipertensi maligna,
emboli kolesterol, vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik, sindrom
uremia hemolitik, krisis ginjal, scleroderma, toksemia kehamilan
Penyebab glomerulus: pascainfeksi akut, glomerulonefritis, proliferatif
difus dan progresif, lupus eritematosus sistemik, endokarditis infektif,
sindrom Goodpasture, vaskulitis
Etiologi tubular meliputi:
- Iskemia (Nekrosis tubulus akut)
- Sitotoksisitas :
zat nefrotoksik (aminoglikosida,sefalosporin,amfoterisin B,
aziklovir, pentamidin, obat kemoterapi, zat warna kontras
radiografik, logam berat, hidrokarbon, anestetik)
rabdomiolisis dengan mioglobulinuria
hemolisis dengan hemoglobulinuri
hiperkalsemia
3. Post-renal
terjadinya obstruksi pasase urin.
Obstruksi ureter1,11 :
− Ekstrinsik (tumor endometrium, serviks, limfoma, perdarahan/
fibrosis, retroperitoneum, Iigasi ureter yang tidak sengaja pada
tindakan bedah)
− Intrinsik (batu, bekuan darah, nekrosis papila ginjal, tumor)
− Obstruksi kandung kemih atau uretra :
− Tumor atau hipertrofi prostat
− Tumor vesika urinaria, neurogenic bladder
− Prolaps uteri
− Batu, bekuan darah, sloughed papillae
− Obstruksi kateter foley
9
e. Patofisiologi
a. Prerenal
10
dengan meningkatkan hormone vasodilator prostaglandin sebagai upaya kontra-
regulasi.1
Vasokonstriksi arteriol efferent glomerulus ginjal bertujuan untuk
mempertahankan tekanan kapiler intra-glomerulus serta laju filtrasi glomerulus tetap
normal. Faktor-faktor hemodinamik yang meningkatkan kadar angiotensin II juga
akan merangsang merangsang sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan
terjadinya reabsorbsi air dan garam di tubulus proksimal ginjal. Keadaan tersebut
akan merangsang sekresi hormone aldosteron dan vasopressin sehingga
meningkatkan reabsorbsi natrium, urea, dan air pada segmen distal nefron.1
Jadi, disimpulkan bahwa sebagai respon fisiologis terhadap gangguan
hipoperfusi ginjal ringan, maka untuk mempertahankan LFG terjadi retensi urin dan
natrium sehingga urin menjadi pekat dengan kadar natrium rendah. Profil urin klasik
pada pasien azotemia prerenal: kadar natrium dalam urin rendah (<20 meq/L),
ekskresi fraksional natrium rendah (<1), ekskresi fraksional urea rendah (<35%) dan
osmolalitas urin tinggi.
b. Intrarenal
Penyebab utama gangguan ginjal intrarenal adalah nekrosis tubular akut
(TNA) yang dapat disebabkan oleh proses iskemik atau proses nefrotoksik. Respon
ginjal terhadap hipoperfusi umumnya berakhir dalam dua keadaan yaitu azotemia
prerenal atau gangguan iskemik.1
11
Patogenesis TNA iskemik terjadi dalam beberapa tahapan. Tahap awal ialah
tahap prerenal, diikuti keadaan yang lebih menonjol akibat hipotensi berkepanjangan
serta iskemik ginjal, yang disebut tahap inisiasi. Tahap inisiasi ditandai dengan
kerusakan sel-sel epitel dan endotel, selanjutnya diikuti tahap ekstensi. Selain terjadi
gangguan iskemia, terjadi juga kerusakan endotel mikrovaskular dan aktivasi jalur
inflamasi pada tahap ekstensi. Kemudian akan diikuti tahap pemeliharaan ditandai
dengan adanya perbaikan dan diferensiasi ulang dari sel epitel dan endotel sehingga
terjadi fase perbaikan atau perbaikan fungsi ginjal.1
Gambar 2.5 Gangguan yang terjadi pada struktur sel tubuli setelah terjadi iskemik1
Perubahan histopatologis pada TNA setelah terjadi iskemik di tingkat sel yaitu
pada tahap pertama terjadi peregangan dan hilangnya “brush border” tubulus
proksimal disertai penurunan polaritas sel. Bila gangguan ginjal pada tahap ini
diperbaiki maka dapat terjadi penyembuhan sempurna. Jika dibiarkan maka akan
berlanjut pada tahap ekstensi, dimana terjadi apoptosis dan nekrosis sel, deskuamasi
yang menyebabkan sumbatan luminar dan respon inflamasi.
Hilangnya sel-sel tubulus secara tidak merata tersebut disertai penggundulan
membrane basalis, dilatasi tubulus proksimal, dan diikuti oleh pembentukan “cast”
dari serpihan-serpihan sel yang rusak dan akhirnya kembali terjadi regenerasi sel pada
saat tahap perbaikan.1
12
c. Postrenal
Gangguan ginjal akut postrenal disebabkan oleh sumbatan dari traktus
urogenitalis. Sumbatan tersebut dapat terjadi pada ureter dan pelvis ginjal (sumbatan
tingkat atas) atau pada tingkat buli-buli dan uretra (sumbatan tingkat bawah). Bila
terjadi pada tingkat atas, sumbatannya harus bilateral. Pada anak-anak, sumbatan
tingkat atas biasanya disebabkan striktur ureter congenital, atau striktur katup ureter.
Pada wanita dewasa, sumbatan tingkat atas disebabkan oleh keganasan daerah
retroperitoneal / panggul. Pada laki-laki biasanya akibat pembesaran prostat.1,15
Gambar 2.6 Manifestasi Klinis gangguan ginjal akut Pre-renal, Renal dan
Post Renal9
13
− Pemeriksaan Penunjang :
a. Urinalisis : jumlah urin, berat jenis, sedimen, elektrolit, hematuria,
piuria
− Sedimen urin berwarna coklat seperti lumpur merupakan
karakteristik nekrosis tubular akut
− Sedimen eritrosit dismorfik menandakan adanya jejas pada
glomerulus.
− Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menunjukkan nefritis
interstisial.
b. Indeks Gangguan Ginjal untuk membedakan AKI prerenal dan renal:
g. Tatalaksana
Tujuan utama dari pengelolaan gangguan ginjal akut adalah:
• mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut
• mempertahankan hemostasis
• melakukan resusitasi
14
• mencegah komplikasi metabolik dan infeksi
• mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya sembuh secara
spontan
Tatalaksana Spesifik16
− Prerenal
Apabila penyebab hipovolemia, diberikan pengganti cairan
o Perdarahan : tranfusi PRC
o Perdarahan ringan-sedang / hilangnya cairan plasma : infus
NaCl 0,9%
Kondisi gagal jantung : pertimbangkan penggunaan agen inotropik,
antiaritmia, agen penurun afterload atau preload
− Renal
Hipertensi maligna : kontrol tekanan darah secara agresif.
Glomerulonefritis atau vaskulitis : kortikosteroid atau plasmaferesis
bergantung pada patologi utama ginjal
15
− Postrenal
Tatalaksana diperlukan kerjasama dengan nefrolog, urolog, radiolog
Obstruksi uretra & leher kandung kemih : pemasangan kateter
Pemasangan stent pada kasus obstruksi ureter
16
o Gangguan Elektrolit : hiperkalemia (K > 6,5 mEq/L), hiperkalsemia,
sindrom lisis tumor, hipernatremia berat (Na >160 mEq/L) atau
hiponatremia berat (Na <115 mEq/L)
o Overload cairan : edema paru, dll
h. Komplikasi1
− Gangguan keseimbangan cairan tubuh
Pada gangguan ginjal akut akibat hipoperfusi akan terjadi oliguri dan
anuria sehingga terjadi gangguan keseimbangan pengaturan cairan
tubuh dan elektrolit.
− Gangguan keseimbangan elektrolit
Akibat retensi air atau asupan cairan yang hipotonis dapat terjadi
hiponatremia yang pada keadaan berat dapat terjadi edema serebral
dengan gejala kejang atau gangguan neurologis lain.
− Asidosis Metabolik
Ginjal memegang peranan penting untuk pengaturan asam basa .
Pada gangguan ginjal akut terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus
secara mendadak yang mengakibatkan terjadinya penimbunan anion
organik sehingga menimbulkan komplikasi metabolic asidosis pada
penderita gangguan ginjal akut.
− Gagal Jantung
Kelebihan cairan intravaskular dapat menyebabkan edema perifer,
asites atau efusi pleura. Bila fungsi jantung memburuk akan terjadi
gagal jantung akut dengan edema paru.
− Gagal Napas
Beberapa hal yang dapat menyebabkan gagal nafas pada gangguan
ginjal akut adalah kelebihan cairan intravascular, disfungsi ventrikel
kiri, gangguan paru akut, dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
− Azotemia
Peningkatan toksin uremik pada gangguan ginjal akut dapat
menyebabkan kelainan seperti gangguan saluran cerna, gangguan
kesadaran, perikarditis, efusi perikard, tamponade kardiak.
i. Prognosis13
− Pasien dengan prerenal AKI memiliki prognosis baik apabila
didiagnosa dan diterapi awal dengan angka kematian <10%.
− Pasien dengan postrenal AKI juga memiliki prognosis yang baik
untuk kesembuhan apabila segera diterapi.
− Sebaliknya, pasien dengan intrarenal AKI memiliki hasil yang tidak
dapat diperkirakan, angka kematian bervariasi antara 30-80%
tergantung tingkat keparahan.
17
BAB III
ANAMNESE PENYAKIT
Keluhan Utama : Mual, muntah, lemas
Telaah : Hal ini dialami oleh pasien ± 3 hari ini sebelum pasien masuk ke
rumah sakit umum daerah pirngadi Medan. Pasien diantar oleh istrinya ke IGD RSUPM
dengan keadaan lemah. Pasien mengeluh mual dan muntah-muntah. Ini dialami pasien > 5x
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluh susah BAK setiap hari. Pasien dibawa ke
rumah sakit pirngadi medan atas anjuran dari rumah sakit lain. Riwayat hipertensi (-),
Diabettes Mellitus (+), stroke hemmoragik (+) BAB dalam batas normal.
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Tek. Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 68 x/i, reguler
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36oC
18
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
BB : 65 kg TB : 160 cm IMT : 25,3 Kg/cm
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Pertumbuhan rambut : Dalam batas normal
Sakit kalau dipegang : Tidak dijumpai
Perubahan lokal : Tidak dijumpai
a. Muka
Sembab : Tidak dijumpai
Pucat : Tidak dijumpai
Kuning : Tidak dijumpai
Parase : Tidak dijumpai
Gangguan lokal : Tidak dijumpai
b. Mata
Stand mata : Dalam batas normal Ikterus : Tidak dijumpai
Gerakan : Dalam batas normal Anemia : Tidak Dijumpai
Exoftalmus : Tidak dijumpai Reaksi pupil : Dalam batas normal
Ptosis : Tidak dijumpai Gangguan lokal : Tidak dijumpai
c. Telinga
Sekret : Tidak dijumpai Bentuk : Dalam batas normal
Radang : Tidak dijumpai Atrofi : Tidak dijumpai
19
d. Hidung
Sekret : Tidak dijumpai Benjolan -benjolan : Tidak dijumpai
Bentuk : Dalam batas normal
e. Bibir
Sianosis : Tidak dijumpai Kering : Dijumpai
Pucat : Tidak Dijumpai Radang : Dijumpai
f. Gigi
Karies : Tidak dijumpai Jumlah : 26 buah
Pertumbuhan : Dalam batas normal Pyorrhea alveolaris : Tidak dijumpai
g. Lidah
Kering : Tidak dijumpai Beslag : Tidak dijumpai
Pucat : Tidak dijumpai Tremor : Tidak dijumpai
h. Tonsil
Merah : Tidak dijumpai Membrane : Tidak dijumpai
Bengkak : Tidak dijumpai Angina lacunaris : Tidak dijumpai
Beslag : Tidak dijumpai
2. Leher
Inspeksi
Struma : Tidak dijumpai Torticolis : Tidak dijumpai
Kelenjar bengkak: Tidak dijumpai Venektasi : Tidak dijumpai
Pulsasi vena : Tidak dijumpai
Palpasi
Posisi trakea : Letak medial
Tekanan vena jugularis : R-2 cmH2O
20
Sakit/nyeri tekan : Tidak dijumpai
kosta servikalis : Tidak dijumpai
3. Thorax depan
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis Venektasi : Tidak dijumpai
Simetris/asimetris : Simetris Pembengkakan : Tidak dijumpai
Bendungan vena : Tidak dijumpai Pulsasi verbal : Tidak dijumpai
Ketinggalan bernafas : Tidak dijumpai
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : kanan = kiri, kesan : fremitus normal
Iktus : Tidak dijumpai
a. Lokalisasi : Tidak dijumpai
b. Kuat angkat : Tidak dijumpai
c. Melebar : Tidak dijumpai
d. Iktus negatif : Tidak dijumpai
Perkusi
Suara perkusi paru : Sonor
Batas paru-hati : Batas jantung : Dalam batas normal
a. Relatif : ICS V
b. Absolut : ICS VI
Auskultasi
Paru-paru
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan :
a. Wheezing : wheezing basal kiri
b. Ronchi basah : Tidak dijumpai
21
c. Ronchi kering : Tidak dijumpai
d. Krepitasi : Tidak dijumpai
e. Gesek pleura : Tidak dijumpai
Cor
Heart rate : 86 x/menit, regular, intensitas cukup
Suara katup : M1>M2 A2>A1
P2>P1 A2>P2
Suara tambahan
Desah jantung fungsional/organis : Tidak dijumpai
Gesek pericardial/pleurocardial : Tidak dijumpai
4. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Simetris/asimetris : Simetris
Ketinggalan bernafas : Tidak dijumpai
Benjolan-benjolan : Tidak dijumpai
Scapulae alta : Tidak dijumpai
Venektasi : Tidak dijumpai
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak dijumpai Penonjolan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : kanan = kiri
Perkusi
Suara perkusi paru : Sonor pada lapangan atas tengah kedua paru dan sonor memendek pada
lapangan bawah kedua paru
Batas bawah paru : Dalam batas normal
22
Auskultasi
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : Wheezing pada basal kiri paru
5. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Venektasi/pembentukan vena : Tidak dijumpai
Gembung : Tidak dijumpai
Sirkulasi kolateral : Tidak dijumpai
Pulsasi : Tidak dijumpai
Palpasi
Defens muscular : Tidak dijumpai
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Undulasi : Tidak dijumpai
Lien : Tidak teraba
Ren : Tidak teraba
Hepar : Tidak teraba
Perkusi
Pekak hati : Tidak dijumpai
Pekak beralih : Tidak dijumpai
Auskultasi
Peristaltik usus : Peristaltik (+) N
Double sound : Tidak dijumpai
6. Genitalia
Luka : Tidak dijumpai
Sikatriks : Tidak dijumpai
Nanah : Tidak dijumpai
Hernia : Tidak dijumpai
23
7. Ekstremitas
a. Atas
Bengkak : Tidak dijumpai Refleks :
Merah : Tidak dijumpai Biceps : Dijumpai
Stand abnormal : Tidak dijumpai Triceps : Dijumpai
Gangguan fungsi : Tidak dijumpai
b. Bawah
Bengkak : Tidak dijumpai
Merah : Tidak dijumpai Pulsasi A.Dorsalis pedis : ka=ki
Edema : Tidak dijumpai Pulsasi A.Femoralis : ka=ki
Pucat : Tidak dijumpai Pulsasi A.Poplitea: ka=ki
Gangguan fungsi : Tidak dijumpai
Varises : Tidak dijumpai
Reflex
KPR : Dijumpai
APR : Dijumpai
Strumple : Tidak dijumpai
Anamnesa Umum
Badan kurang enak : Dijumpai Tidur : Berkurang
Merasa capek/lemas : Dijumpai Berat badan : Tidak ada keluhan
Merasa kurang sehat : Dijumpai Malas : Tidak dijumpai
Menggigil : Tidak dijumpai Demam : Tidak dijumpai
Nafsu makan : tidak ada keluhan Pening : Dijumpai
Anamnesa organ
1. Cor
Dyspnoe d’effort : Tidak dijumpai Cyanosis : Tidak dijumpai
Dyspnoe d’repos : dijumpai Angina pectoris : Tidak dijumpai
24
Oedema : Tidak dijumpai Palpitasi cordis : Dijumpai
Nycturia : Tidak dijumpai Asma cardial : Tidak dijumpai
2. Sirkulasi perifer
Claudicatio intermitten : Tidak dijumpai Gangguan tropis : Tidak dijumpai
Sakit waktu istirahat : Tidak dijumpai Kebas-kebas : Tidak dijumpai
3. Traktus respiratorius
Batuk : Tidak dijumpai
Pendarahan : Tidak dijumpai
Haemaptoe : Tidak dijumpai
Sakit dada waktu bernafas : Tidak dijumpai
Suara parau : Tidak dijumpai
Stridor : Tidak dijumpai
Sesak nafas : Dijumpai
Pernafasan cuping bidung : Tidak dijumpai
4. Traktus digestivus
a. Lambung
Sakit di epigastrium
sebelum/sesudah makan : Tidak dijumpai
Anoreksia : Tidak dijumpai
Rasa panas di epigastrium : Tidak dijumpai
Sendawa : Tidak dijumpai
Mual-mual : Dijumpai
Muntah : Dijumpai
Dysphagia : Tidak dijumpai
Hematemesis : Tidak dijumpai
Foetor ex ore : Tidak dijumpai
Ructus : Tidak dijumpai
Pyrosis : Tidak dijumpai
25
b. Usus
Sakit di abdomen
Borborygmi : Tidak dijumpai
Tenesmi : Tidak dijumpai
Defekasi : Tidak dijumpai
Flatulensi : Tidak dijumpai
Obstipasi : Tidak dijumpai
Haemorrhoid : Tidak dijumpai
Diare : Tidak dijumpai
Melena : Tidak dijumpai
6. Sendi
Nyeri : Tidak dijumpai Sakit digerakkan : Tidak dijumpai
Sendi kaku: Tidak dijumpai Bengkak : Tidak dijumpai
Merah : Tidak dijumpai Stand abnormal : Tidak dijumpai
7. Tulang
Sakit : Tidak dijumpai Fraktur spontan : Tidak dijumpai
Bengkak : Tidak dijumpai Deformitas : Tidak dijumpai
26
8. Otot
Sakit : Tidak dijumpai Kejang-kejang : Tidak dijumpai
Kebas-kebas : Tidak dijumpai Atrofi : Tidak dijumpai
9. Darah
Sakit di mulut dan lidah : Dijumpai Muka pucat : Tidak dijumpai
Mata berkunang-kunang : Tidak Dijumpai Bengkak : Tidak dijumpai
Pembengkakan kelenjar : Tidak dijumpai
Merah di kulit: Tidak dijumpai Pendarahan sub kutan : Tidak dijumpai
10. Endokrin
a. Pankreas
Polidipsi : Dijumpai Pruritus : Tidak dijumpai
Polifagi : Dijumpai Pyorrhea : Tidak dijumpai
Poliuri : Dijumpai
b. Tiroid
Nervositas : Tidak dijumpai Struma : Tidak dijumpai
Exoftalmus : Tidak dijumpai Miksodem : Tidak dijumpai
c. Hipofisis
Akromegali : Tidak dijumpai
Distrofi adipos kongenital : Tidak dijumpai
27
Parastesia : Tidak dijumpai Gerakan tics : Tidak dijumpai
Paralisis : Tidak dijumpai
14. Psikis
Mudah tersinggung : Tidak dijumpai Pelupa : Tidak Dijumpai
Takut : Tidak dijumpai Lekas marah : Tidak dijumpai
Gelisah : Tidak dijumpai
Anamnesa famili
Penyakit-penyakit famili : Tidak dijumpai
28
Penyakit seperti orang sakit : Tidak dijumpai
Anak – anak :-
Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Darah Urin Feses Kimia Klinik
Hb : 8,9 g/dl Warna : kuning Warna : coklat SGOT : 17,00U/L
Leukosit : 6,66 /uL Kekeruhan : jernih Konsistensi : padat SGPT : 15,00 U/L
Trombosit:301.000/uL Protein : - Lendir/darah : - Alkaline Phospatase :
106 U/L
6
RBC : 3,16.10 /uL Reduksi : - Total Bilirubin : 0,22
mg/dL
KGD : 139 mg/dl Bilirubin : - Eritrosit : - Direct Billirubin : 0,12
mg/dL
3
Neutrofil : 4,98.10 /uL Urobilinogen : + Leukosit : - Ureum : 52 mg/dl
Limfosit : 0,51.103/uL Sedimen Eritrosit : 0/ Askaris : - Creatinin : 2,38 mg/dl
lpb
3
Monosit : 0,45.10 /uL Sedimen Leukosit : 2- Uric Acid : 7 mg/dL
3/lpb Ankilosis : -
3
Eosinofil : 0,69.10 /uL Sedimen silinder : - T. Trichura : -
USG GINJAL
Kedua ginjal ukurannya normal, batas cortex-sinus tegas dan tidak tampak dilatasi pelvi-
calyces kanan/kiri. Tebal cortex kedua ginjal juga masih dbn. Tidak tampak echostone
disinus ginjal kanan/kiri. Vesica urinaria dindingnya licin dan tidak tampak batu/massa
didalamnya.
29
RESUME
Keluhan Utama : Mual, muntah, lemas
Telaah : Hal ini dialami oleh pasien ± 3 hari ini sebelum pasien masuk ke
rumah sakit umum daerah pirngadi Medan. Pasien diantar oleh istrinya ke IGD RSUPM
dengan keadaan lemah. Pasien mengeluh mual dan muntah-muntah. Ini dialami pasien > 5x
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluh susah BAK setiap hari. Pasien dibawa ke
rumah sakit pirngadi medan atas anjuran dari rumah sakit lain. Riwayat hipertensi (-),
Diabettes Mellitus (+), stroke hemmoragik (+) BAB dalam batas normal.
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
30
T/H/M : Dalam batas normal
Leher :
TVJ R-2 cmH20, Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : b
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R : ttb, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : peristaltik (+) N
Extremitas :
Extremitas superior : Akral hangat, CRT <3”, nadi: 100x/i, oedema (-)
Extremitas inferior :Akral hangat, CRT <3”, oedema (-)
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah : WBC/RBC/HGB/ PLT/MCV/MCH/MCHC
6,66.103/uL; 3,16.106/uL ; 8,9 g/dl ; 301.000/ul ; 81,3 fl ; 28,2 pg ; 34,6 g/dl
Elektrolit: Na/K/Cl: 130/5,10/106
Diagnosa Sementara:
31
Acute Kidney Injury + Dispepsia
Terapi:
- Tirah Baring
- Diet Ginjal 2700 kkal 30 gr
- IVFD NaCl 0,9 10 gtt/i
- Furosemid 1 amp / 12 jam
- Ondansentron 1 gr/8 jam
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
- Amokcycilin 500mg no. X / 3 x 1
- Betadine gargle FCI obat kumur
- Abotyl FCI Obat oles pada luka
Rencana Penjajakan:
32
BAB IV
FOLLOW UP
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Lesi pada mukosa bibir
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
P: - Tirah baring
- IVFD NaCl 0,9 20 gtt/i
33
- Furosemid 1 amp / 8jam
- Asam folat Tab 1x 1
- Ondansentron 1 gr/8 jam
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Lesi pada mukosa bibir
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
34
A: CKD dan Stomatitis
P: - Tirah Baring
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
R/ Urinalisa
USG Ginjal
Konsul Gimul
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : - Lesi pada mukosa bibir
35
- Sariawan pada bibir bawah dan atas
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
P: - Tirah Baring
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
R/ Konsul gimul
36
Follow Up (28 September 2018)
S: Lemas (+), Batuk (+)
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : - Lesi pada mukosa bibir
- Sariawan pada bibir bawah dan atas
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : - Lesi pada mukosa bibir
- Sariawan pada bibir bawah dan atas
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
38
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
P: - Tirah Baring
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
R/ - Periksa feses
- Cek ureum dan creatinin
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : - Lesi pada mukosa bibir
- Sariawan pada bibir bawah dan atas
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
P: - Tirah Baring
- Omeprazole tab 2 x 1 gr
40
- Abotyl FCI Obat oles pada luka
R/ - Periksa feses
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : - Lesi pada mukosa bibir
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
41
A: CKD dan Stomatitis
P: - Tirah Baring
- Asam folat 3x 1
- Ambroxol 3 x cth II
R/ - Periksa feses
- Cek ureum dan creatinin
Pemeriksaan Fisik:
Mata : Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : - Lesi pada mukosa bibir
- Sariawan pada bibir bawah dan atas
Leher: TVJ R-2cmH20
Thorax :
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri(N)
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
42
Auskultasi : SP : vesikuler
ST : -
Abdomen : Simetris, soepel, H/L/R : ttb, peristaltik (+) Menurun
Extremitas :
Superior : Akral hangat, CRT <3”, Oedem (-/-)
Inferior : Akral hangat, CRT < 3”, Oedem (-/-)
P: - Tirah Baring
- Asam folat 3x 1
- Ambroxol 3 x cth II
R/ - Periksa feses
- Cek ureum dan creatinin
43
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik simpulan bahwa
Gangguan ginjal akut adalah keadaan yang menggambarkan kehilangan mendadak
fungsi ginjal, yang terjadi dalam hitungan jam hingga beberapa hari, sehingga
mengakibatkan retensi produk metabolisme serta gangguan regulasi cairan, elektrolit
dan keseimbangan asam basa. Insidens gangguan ginjal akut pada pasien yang
dirawat di ruang perawatan intensif (ICU) diperkirakan sekitar 20-50%, dengan
angka kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%.
Klasifikasi gangguan ginjal akut ditentukan berdasarkan kadar kreatinin
serum, laju filtrasi glomerulus dan produksi urin berdasarkan kriteria RIFLE, AKIN
atau KDIGO. Gangguan akut dapat disebabkan oleh penyebab prerenal, renal dan
postrenal dengan manifestasi klinis dan pemeriksaan yang ditemukan bervariasi
sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. Tatalaksana gangguan ginjal akut dibagi
menjadi dua yaitu spesifik dan suportif dengan tujuan utama untuk mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut. Prognosis gangguan ginjal akut tergantung pada
penyebab yang mendasari dan tingkat keparahan yang terjadi.
44
DAFTAR PUSTAKA
19
14. Engstrom JW, Deyo RA. Back and neck pain. In Kasper DL, Hauser SL,
Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison's Principles of
internal medicine 19th edition. New York: McGraw Hill Professional;
2015;1799-810.
15. Devarajan P; Update on mechanism of ischemic acute kidney injury. J Am
Soc Nephrol 2006;17:1503-20
16. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran jilid
II. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014: 632-5.