Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA BERPIKIR DAN LANDASAN TEORI

A. Latar Belakang Masalah

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi


pemahaman- pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan
menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya[1].

Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang
mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang
dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu
diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat
tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu
kesimpulan yang memunculkan keyakinan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, penulis dapat memberikan rumusan masalah dalam makalah ini menjadi
beberapa topik, yakni:

1. Apakah pengertian kerangka berpikir ?

2. Bagaimana kesalahan kerangka berpikir ?

3. Bagaimana hubungan kerangka berpikir ?

4. Bagaimana sumber landasan teori ?

BAB II

PEMBAHASAN

KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung pemahaman
selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah apakah kita telah memahami pemahaman yang
paling mendasar tersebut, atau pertanyaan sebelum itu[2].

Kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknyasebuah pemahaman


maka pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting karena kadang terdapat
orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang salah yang pada akhirnya melahirkan kesimpulan-
kesimpulan yang salah pula. Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan semakin besar
dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir biasanya akan membentuk pola sikap
dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka berpikir tersebut[3].

Oleh karena itu kadang-kadang banyak orang memulai “ belajar “ untuk menciptakan kerangka
berpikir tersebut justru pada saat dia telah bekerja, karena pada saat bekerja dia bertemu fakta
permasalahan secara langsung, dia coba kaitkan dengan teori-teori yang pernah dia pahami, kemudian
dari beberapa kali usahanya menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut barulah dia
mendapatkan pemahaman. Dari pemahaman-pemahaman yang didapatnya itu dia akan memikirkan
sebenarnya apa yang mendasari permasalahan-permasalahan tersebut, maka terbentuklah kerangka
berpikir dia mengenai permasalahan tersebut.

Kerangka berpikir adalah pola pikir yang diterapkan untuk mendapatkan gambaran / fokus
perhatian sebuah penelitian.Hasil dari kerangka berfikir, meliputi :

1. Perumusan masalah.

2. Latar belakang masalah

3. Pendekatan terhadap masalah

4. Cara mengatasi masalah.

5. Langkah - langkah yang ditempuh dalam mengatasi masalah.

6. Hipotesa diajukan jika sudah ditetapkan akar masalah dan cara pengatasan masalah.

7. Desain penelitian : metode dan cara pengumpulan data yang akan dilakukan untuk

mendukung hipotesa yang diajukan.

8. Teknik pengolahan data disesuaikan dengan pendekatan yang dilakukan.

9. Penarikan kesimpulan harus tetap konsisten dengan apa yang tertera / tercantum dalam data,
inkonsistensi penarikan kesimpulan akan menghasilkan antithesa alias "penelitian amburadul"[4].

B. Kesalahan Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir sebenarnya dibuat untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam


berargumentasi (fallacy). Beberapa contoh kesalahan ini antara lain:

1. "Inconsistent" sikap yang membenarkan semua pendapat yang pada kenyataannya


jelas- jelas berbeda.
2. "Incomprehensive" Pengetahuan yang partial terhadap hal-hal tertentu akan
menyebabkan kesalahan dalam mengambil kesimpulan.

3. "Out-of-context"(kadaluarsa) pengetahuan yg diambil harus dikaji terlebih dahulu /


disesuaikan dagn masa sekarang sebelum mengambil kesimpulan.

4. "Generalization" Ini serupa dengan pepatah "Karena nila setitik rusak susu sebelanga".
Tidak mengambil kesimpulan dari suatu sampel yg tidak jelas/ tidak random.

5. "Double-standard" Si A yang beragama Kristen bilang "Islam adalah agama palsu

karena Nabinya berpoligami". Seharusnya si A tahu bahwa Nabi-nabi yang diakui dalam
agamanya sendiri berpoligami. Atau si B yang mengutuk pembunuhan orang-orang tak
bersalah sebagai perbuatan terorisme, tapi di lain waktu si B tidak mengutuk
pembunuhan serupa malah melabelnya sebagai "collateral damage". Dengan
menggunakan standard yang sama, pembunuhan orang-orang tak bersalah akan selalu
dikutuk sebagai tindakan terorisme, tidak peduli siapa korban dan siapa pelakunya.

6. "Straw-man" menyerang argument yang sudah diubah bentuknya (biasanya dicampur.

"half-truth" atau "twisted-truth"). Misalnya si A menuduh "Al Qur'an merendahkan


status wanita di bawah status laki-laki". Meskipun dalam Qur'an disebutkan "Laki-laki
adalah pelindung/pemimpin kaum wanita" ini tidak berarti di dalam Islam status wanita
itu lebih rendah dari status laki-laki karena masing-masing memiliki role yang berbeda
dalam pandangan Allah SWT.

7. "Red-herring" mengalihkan subject sehingga bukan membahas argument yang


tengah didiskusikan, tapi argument lainnya. Misalnya, ketika si A ditanya tentang
kontradiksi di dalam Bible, bukannya menjawab pertanyaan tsb, si A malah membawa
tuduhan banyaknya kontradiksi di dalam Qur'an.

8. "Appeal to authority" Si A bilang ke si B "Argument anda pasti salah karena

berlawanan dengan pendapat seorang professor yang ahli dalam bidang ini". Si A sudah
men- shut-off the discussion hanya dengan merefer ke authority yang dipercayainya,
tanpa menjelaskan argument si professor yang disebutnya tadi.

9. "Ad-hominem" (argument to the man): bukan argumentnya yang dibahas, tapi yang
diserang adalah pribadi lawan debat yang tidak berhubungan dengan argument yang
didebatkan. Misalnya, "Pendapat si A itu sudah pasti salah karena si A itu tidak pernah
sekolah di pesantren", atau "Ah, pendapat si B yang playboy kayak gitu kok dibahas!".
Padahal logis tidaknya suatu argument tidak bisa ditentukan dari pribadi orang yang
berargument. Dalam beargumentasi, yang harus dilihat adalah argumentnya, jangan
diserang orangnya.

C. Hubungan Kerangka Berpikir

1. Kerangka Berpikir Yang Baik

Kerangka berpikir yang baik harus meliputi hal- hal sebagai berikut[5]:

a. Variabel-variabel yang diteliti harus jelas


b. Diskusi dalam kerangka berfikir harus menjelaskan hubungan/pertautan antar variabel
yang diteliti dan teori yang mendasari

c. Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu
positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbal balik)

d. Kerangka berfikir tersebut dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian), sehingga


mudah dipahami.

Proses Kerangka Berfikir untuk Merumuskan Hipotesis:

Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat
mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi
jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar
variabel berdasarkan pembahasan teoritis[6].

Kerangka pikir pada umumnya hanya dipruntukkan pada jenis penelitiankuantatif.


Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat
atau diamati secara langsung oleh penulis. Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka
berpikirnya terletak pada refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan
kerangka berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis[7].

Pada proposal penelitian kajian teoritik secara analisis dan konklusif harus
membuahkan premis-premis bagi penelitian yang menganut model hipotesis deduktif. Pada
kerangka berpikir tersebut, peneliti mengajukan argumentasi ilmiah yang mengarah pada
jawaban permasalahan secara deduktif. Kerangka berpikir mengarah pada perumusan
hipotesis. Oleh karena itu kerangka berpikir disusun untuk setiap rumusan hipotesis. Untuk
memperjelas uraian perlu digambarkan kerangka berpikir tersebut pada suatu model
sehingga alur pikir peneliti dapat dengan mudah dipahami pembaca.
2. Hubungan Landasan Teori dan Kerangka Berpikir

Deskripsi/Landasan Teori : merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil


penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Paling tidak berisi tentang penjelasan
terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi yang relevan[8].

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan teori dan kerangka
berpikir saling berkaitan. Sebab dalam kerangka berpikir berisi variabel-variabel yang harus
diteliti, dan landasan berpikir berisi penjelasan tentang variabel penelitian.

Jika keduanya tidak selaras, maka penelitian yang dilakukan akan menghasilkan hasil
yang kurang / tidak valid, karena variabel yang diteliti dan penjelasannya tidak relevan satu
sama lain

3. Landasan Teori

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkap konsep,
definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis[9]. Jadi teori harus memuat ;

a. Konsep

b. Definisi

c. Proposisi

Secara umum fungsi dari Teori adalah untuk:

a. Menjelaskan (explanation) ruang lingkup variable-variabel yang akan diteliti.

b. Meramalkan (prediction), yaitu menyusun hipotesis dan menyusun instrumen


penelitian.

c. Pengendalian(contr ol), yaitu membahas hasil penelitian dan memberikan saran.

Deskripsi Teori

Dalam penelitian, dekripsi teori merupakan uraian yang sistematis tentang teori
dan hasil penelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian
terdapat tiga variabel independent dan satu variable dependen maka kelompok teori yang
perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori[10].

Contoh judul penelitian:

Pengaruh Tingkat IQ, Motivasi Orangtua, dan Lingkungan Belajar Terhadap Kesuksesan
Anak Didik Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir.

Maka kelompok teori yang harus dideskripsikan adalah tingkat IQ, motivasi, lingkungan
belajar, dan tingkat kesuksesan menyelesaikan tugas akhir. Juga harus dideskripsikan
tentang hubungan variable independent dengan variable dependen.

4. Sumber Landasan Teori

Beberapa sumber kepustakaan yang biasanya ada di perpustakaan perguruan tinggi


adalah:
1. Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila akan mencari
informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca ensiklopedi umum
(general encyclopedia); sedang untuk yang lebih khusus dapat dicari dalam subject
encyclopedia.

2. Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang berbagai bidang
studi.

3. Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya serta pedoman
untuk mengerjakan sesuatu.

4. Laporan hasil-hasil penelitian, yang merupakan hasil penelitian baru atau merupakan
kelanjutan penelitian sebelumnya.

5. Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang biasanya berkaitan
dengan suatu penelitian atau penemuan baru.

6. Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi.

7. Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang relevan dengan
masalah.

8. Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat dan tanggal lahir,
pendidikan, dsb.

9. Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, di antaranya
adalah:

- Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung pemahaman
selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah apakah kita telah memahami
pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau pertanyaan sebelum itu.

- Kerangka berpikir adalah pola pikir yang diterapkan untuk mendapatkan gambaran / fokus
perhatian sebuah penelitian.

- Deskripsi/Landasan Teori : merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil


penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Paling tidak berisi tentang
penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang
lengkap dan mendalam dari berbagai referensi yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

- B. Herry Priyono, Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Cetakan Kedua. Jakarta


Kepustakaan Populer Gramedia, 2003

- Masnur Muslih,Tata Bahasa Indonesia,Sinar Grafika Offset Jakarta, 2008

- Widagdho,Joko,Drs,Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia Di Perguruan


Tinggi Grafindo, 1994

[1] Masnur Muslih,Tata Bahasa Indonesia,Sinar Grafika Offset Jakarta, 2008 Hlmn 10
[2] B. Herry Priyono, Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Cetakan Kedua. Jakarta Kepustakaan Populer Gramedia,
2003,Hlmn 2
[5] Widagdho,Joko,Drs,Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi Grafindo, 1994 Hlmn 12

[6] Widagdho,Joko,Drs,Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi Grafindo, 1994 Hlmn 5

[7] B. Herry Priyono, Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Cetakan Kedua. Jakarta Kepustakaan Populer Gramedia,
2003,Hlmn 23

[10] B. Herry Priyono, Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Cetakan Kedua. Jakarta Kepustakaan Populer Gramedia,
2003,Hlmn 23

Anda mungkin juga menyukai