PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak factor yang meneybabkan runtuhnya karakter bangsa Indonesia pada saat ini.
Diantaranya adalah factor pendidikan. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan
mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa dan juga
berfungsi sebagai arena mencapai principal dalam pembinaan karakter bangsa. Berkaitan
dengan pembentuka karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, mermoral dan
sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard
University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mataoleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja(hard skill), tetapi lebih
oleh kemampuan menelola diri dan orang lain(soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan soft skill. Bahkan orang
orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft
skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan. Melihat masyarakat di Indonesia sendiri juga lemah sekali
dalam penguasaan soft skill.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karakter?
2. Seperti apa pendidikan karakter?
3. Bagaimana peran keluarga dalam pendidikan karakter?
4. Bagaimana peran guru disekolah dalam pendidikan karakter?
5. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan kecerdasan moral?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu karakter
2. Untuk mengetahui pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui peran keluarga dalam pendidikan karakter
4. Untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan karakter
5. Untuk mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan kecerdasan moral
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakter
“Etik” (ethic) adalah kata benda (nounce), sedangkan “etis” (ethical) adalah kata sifat
(ajective). Istilah “etik” lebih terkait dengan moral, benar atau salah dan juga hukum.
Definisi etik yang paling umum adalah “prinsip-prinsip yang dipegang teguh” (“rules
of conducts”) dalam bekerja, melaksanakan tugas dan kewajiban. Oleh karena itu,
semua profesi yang terkait dengan pelayanan masyarakat dan dengan kepentingan
umum sudah memiliki apa yang disebut “kode etik profesi”. Kode etik profesi
mengatur tentang apa yang wajib atau harus dan yang dilarang dilakukan oleh mereka
yang menjalani profesi itu.
Apa itu karakter? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ‘karakter’ berarti ‘sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
watak. Bila dilihat dari asal katanya, istilah ‘karakter’ berasal dari bahasa
Yunani karasso, yang berarti ‘cetak biru’,’format dasar’ atau ‘sidik’ seperti dalam sidik jari.
Secara konseptual, lazimnya, istilah ‘karakter’ dipahami dalam dua kubu pengertian.
Pengertian pertama , bersifat determinstik. Disini karakter dipahami sebagai sekumpulan
kondisi rohaniah pada diri kita yang sudah teranugerahi atau ada dari sononya(given). Dengan
demikian ia merupakan kondisi yang kita terima begitu saja, tak bisa kita ubah. Ia merupakan
tabiat seseorang yang bersifat tetap, menjadi tanda khusus yang membedakan orang yang satu
dengan lainnya. Pengertian kedua , bersifat non determinstik atau dinamis. Disini karakter
dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya mengatasi kondisi
rohaniah yang sudah given. Ia merupakan proses yang dikehendaki oleh seseorang (willed)
untuk menyempurnakan kemanusiaannya.
Bertolak dari tegangan (dialektika) dua pengertina itu, muncullah pemahaman yang
lebih realistis dan utuh mengenai karakter. Ia dipahami sebagai kondisi rohaniah yang belum
selesai. Ia bisa diubah dan dikembangkan mutunya, tapi bisa pula diterlantarkan sehingga tak
ada peningkatan mutu atau bahkan makin terpuruk.
Berdasarkan pemahaman itu, maka orang yang bersifat pasrahpada kondisi-kondisi diri
yang sudah ada, disebut berkarakter lemah. Disisi lain, mereka yang tak mau begitu saja
menerima kondisi-kondisi diri yang sudah ada, melainkan berusaha mengatasinya,
disebut berkarakter kuat atau tangguh, mereka senagtiasa berupaya menyempurnakan diri,
meskipun menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.
B. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya tang dilakukan dengan sengaja untuk
mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti
yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Kebajikan-kebajikan inti disini
merujuk pada dua kebajikan fundamental dan sepuluh kebajikan esensial sebagaimana telah
diuraikan diatas.
Dalam paradigma lama, keluarga dipandang sebagai tulang punggung pendidikan
karakter. Hal ini bisa dipahami, karena pada masa lalu, lazimnya keluarga-keluarga bisa
berfungsi sebagai tempat terbaik bagi anak-anak untuk mengenal dan mempraktikkan berbagai
kebajikan. Para orang tua biasanya memiliki kesempatan mencukupi serta mampu
memanfaatkan tradisi yang ada untuk mengenalkan secara langsung berbagai kebajikan kepada
anak-anak melalui teladan, petuah, cerita/dongeng, dan kebiasaan setiap hari secara intensif.
Demikianlah, keluarga-keluarga pada masa lalu umumnya dapat diandalkan sebagai tulang
punggung pendidikan karakter.
Akan tetapai, proses modernisasi membuat banyak keluarga mengalami perubahan
fundamental. Karena tuntutan pekerjaan, kini banyak keluarga yang hanya memiliki sangat
sedikit waktu bagi berlangsungnya perjumpaan yang erat antara ayah, ibu, dan anak. Bahkan,
makin banyak keluarga yang, karena tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup, memilih untuk
tidak tinggal dalam satu rumah, melainkan saling berjauhan tempat tinggal antara ayah, ibu,
dan anak. Belum lagi, makin banyak keluarga bermasalah ,tidak harmonis, terjadi baerbagai
kekerasan dalam rumah tangga, bahkan perceraian.
Singkat kata, kini makin banyak keluarga yang tidak bisa berfungsi sebagai tempat
terbaik bagi anak-anak untuk mendaparkan pendidikan karakter. Itulah sebabnya amat baik bila
sekolah menyelenggarakan pendidikna karakter. Bahkan, sekolah perlu terus berupaya
menjadikan dirinya sebagai tempat terbaik bagi kaum muda untuk mendapatkan pendidikan
karakter.
Sedikitnya, ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu
lebih bersungguh-sungguh menjadikan dirinya tempat terbaik bagi pendidikan karakter.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Karena banyak keluarga (tradisional maupun non tradisional) yang tidak melaksanakan
pendidikan karakter
2. Sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapai juga anak yang baik
3. Kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan
4. Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekadar tugas tambahan bagi
guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai seorang guru
Mengapa kini banyak orang menginginkan agar sekolah makin peduli pada pendidikan
karakter?. Itu karena pendidikan karakter ibarat sauh yang membuat kita semua punya alas an
kuat untuk tetap memiliki harapan dan sikap optimis bahwa masyarakat yang lebih baik akan
terwujud kelak dikemudian hari. Maka, sungguh sayang manakala ada sekolah yang
mengabaikan atau bersikap setengah hati dalam menanggapi keinginan masyarakat itu.
Sekolah yang berdedikasi, pastilah akan menerima dengan antusias tanggung jawab social yang
cukup menantang
Ada beberapa prinsip pendidikan karakter, meliputi:
a) Sekolah harus berkomitmen pada nilai nilai etis inti
b) Karakter harus dipahami secara utuh, mencakup pengetahuan atau pemikiran, perasaan, dan
tindakan
c) Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam pembelajaran karakter dan
tidak sekedar menunggu datangnya kesempatan
d) Sekolah harus membangun suasana saling memperhatikan satu sama lain dan menjadi dunia
kecil mengenai masyarakat yang salin peduli
e) Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai pendidikan karakter
f) Harus dilakukan evaluasi mengenai efektifitas pendidikan karakter disekolah terutama
terhadap guru dan karyawan, serta siswa
Apabila ciri-ciri tersebut dimiliki oleh guru alih alih disbut sebagai guru berkarakter,
tentu keresahan di dunia pendidikan tidak akan terjadi. Keresahan yang paling menonjol akhir-
akhir ini adalah kekerasan terhadap siswa. Sekedar contoh, yang masih diingatan kita adalah
kasus seorang guru yang menendang siswanya hingga geger otak, kasus seorang guru yang
memukuli satu persatu siswanya yang terlambat masuk kelas. Mengapa demikian? Beban tugas
guru yang berat, kesejahteraan yang belum baik, dan rendahnya”kecerdasan” emosional
merupakan salahsatu sebab mengapa guru bisa berbuat khilaf dengan jalan menebarkan aroma
kekerasan didalam kelas.
Menurut Carl Witherington, ada empat hal yang harus diketahui guru untuk mengetahui
emosi siswanya, yaitu
1) Aspek emosi yang terlihat oleh mata seperti gemetar, takut sehingga matanya terbelalak,
menggeretakkan gigi unruk mengepresiasikan rasa marah dan sebagainya.
2) Emosi yang ditunjukkan oleh sikap kurang senang, senang, benci.
3) Ungkapan-ungkapan atau umpatan dari siswa, dan
4) Kecenderungan emosi yang bersifat kualitatif, misalnya dirangsang oleh individu lain hingga
timbul rasa senang, benci, jijik, malu, marah dan sebagainya
A. Kesimpulan
1. karakter dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam upaya
mengatasi kondisi rohaniah yang sudah given. Ia merupakan proses yang dikehendaki oleh
seseorang (willed) untuk menyempurnakan kemanusiaannya.
2. Pendidikan karakter adalah upaya tang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan
karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti yang secara
objektif baik bagi individu maupun masyarakat
3. Peran keluarga sangat penting dalam pendidikan karakter karena keluarga merupakan sekolah
pertama bagi anak dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
4. Menurut Carl Witherington, ada empat hal yang harus diketahui guru untuk mengetahui emosi
siswanya, yaitu
1) Aspek emosi yang terlihat oleh mata seperti gemetar, takut sehingga matanya terbelalak,
menggeretakkan gigi unruk mengepresiasikan rasa marah dan sebagainya.
2) Emosi yang ditunjukkan oleh sikap kurang senang, senang, benci.
3) Ungkapan-ungkapan atau umpatan dari siswa, dan
4) Kecenderungan emosi yang bersifat kualitatif, misalnya dirangsang oleh individu lain hingga
timbul rasa senang, benci, jijik, malu, marah dan sebagainya
5. Cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak didik adalah dengan membangun
kecerdasan moral. Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang
salah, artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan
tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat
B. Saran
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mukti amini.2008,pengasuhan Ayah Ibu yang patut, kunci sukses mengembangkan karakter
anak. Yogyakarta:Tiara Wacana