Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan suatu sistem pendidikan yang memiliki peranan
penting untuk membimbing dan membentuk peserta didik menjadi insan yang
berguna. Dengan demikian proses pembelajaran di sekolah harus mampu
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju. Hal ini dapat
dilihat dari perkembangan zaman sehingga pendidik harus mampu mengatasi
masalah-maslalah yang terkait dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Sekolah memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik untuk mengembangkan potensi. Dalam buku
Sistem Pendidikan Nasional dan Aplikasinya (2013:115) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang system
pendidikan nasional menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan
untuk mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Pada umumnya banyak peserta didik beranggapan bahwa mata pelajaran
matematika sulit. Hal ini disebabkan pola fikir mereka belum mengetahui
sepenuhnya manfaat dari matematika dan kurangnya dalam memahami konsep-
konsep matematika.
Menurut Bruner (1982) dalam Gatot Muhsetyo (2015:1.6) menyatakan
pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berfikir intuitif dan
analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam
menemukan pola (pattern) dan hubungan keterkaitan (relations).
Dengan demikian mengajarkan matematika ditekankan agar peserta
didik memahami konsep terlebih dahulu, agar mereka lebih tertarik. Penggunaan

1
metode yang bervariatif dan alat peraga yang tepat akan sangat membantu
mereka dalam memahami konsep pelajaran tersebut.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama ini, sebagian besar peserta didik
sulit memahami materi menghitung uang, meskipun peneliti sudah membimbing
langsung dengan menggunakan uang yang sebenarnya. Ternyata materi ini
kurang efektif, hal ini terlihat hasil yang diperoleh, mayoritas mendapatkan nilai
di bawah KKM.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan perbaikan
pembelajaran dengan memilih media yang tepat. Penulis atau peneliti akan
mencoba memecahkan permasalahan tersebut dengan melakukan simulasi jual
beli secara langsung dengan menggunakan uang dan barang mainan, diharapkan
agar siswa lebih tertarik dan lebih mudah dalam memahami materi yang sedang
diajarkan yaitu melalui kegiatan jual beli menggunakan berbagai metode.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berusaha untuk mencoba
menerapkan kegiatan jual beli dengan menggunakan berbagai metode. Sehingga
lebih menarik dan mudah dipahami serta membangkitkan semanagat dan
motivasi belajar.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “Meningkatkan hasil belajar matematikan tentang kemampuan
berhitung melalui metode bervariatif di kelas 3 SDN Pondok Cina 2”
1. Identifikasi Masalah
Hasil identifikasi masalah yang terjadi di dalam proses pembelajaran
Penulis akan memaparkan masalah-masalah diantara pendidik dalam
mengajar tidak dimengerti peserta didik, alat peraga yang digunakan guru
belum tepat, metode yang digunakan hanya terbatas ceramah dan Tanya
jawab sehingga terjadinya kondisi belajar yang monoton.
Peristiwa seperti ini, jika tidak ada perbaikan akan mempengaruhi pada
hasil standar kriteria ketuntasan minimal dalam belajar. Dengan demikian
Pendidik harus memiliki kepekaan yang terjadi dalam proses pembelajaran,
sehingga akan mencapai hasil nilai di atas standar kriteria ketuntasan
minimal.

2
Pendidik harus memiliki wawasan dan pengetahuan dalam memberikan
materi mata pelajaran matematika, karena memiliki ciri-ciri khusus antara
lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soejadi (1999) dalam
Gatot Muhsetyo (2015:1.2) menyatakan bahwa keabstrakan matematika
karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip.
Dengan demikian pendidik hendaknya mampu mencari dan memilih metode
serta alat peraga yang tepat, sehingga mudah dipahami dan dapat memberikan
semangat dan antusias siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran
matematika yang dipelajari di kelas 3 SDN Pondok Cina 2.
2. Analisa Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa yang menjadi
kendala adalah:
1. Penggunaan media yang kurang tepat.
2. Penyampaikan materi yang tidak jelas.
3. Metode pengajaran yang monoton.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dengan penggunaan variasi metode diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika di kelas 3 SDN Pondok Cina 2.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang kemampuan berhitung di Kelas 3 SDN Pondok Cina 2.
2. Apakah penyampaian materi yang jelas dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang kemampuan berhitung di Kelas 3 SDN Pondok Cina 2.
3. Apakah metode pengajaran bervariatif dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang kemampuan berhitung di Kelas 3 SDN Pondok Cina 2.

3
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam penerapan metode
yang bervariatif dalam meningkatkan hasil belajar matematika tentang
kemampuan berhitung di kelas 3 SDN Pondok Cina 2 sehingga menghasilkan
nilai di atas standar ketuntasan minimal (KKM).

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik,
pendidik maupun sekolah.
1. Bagi peserta didik, penelitian ini dapat mempermudah hasil belajar
matematika dengan menerapkan berbagai metode.
2. Bagi guru, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme
guru yang akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah.
3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran yang tepat
dalam menyampaikan materi berhitung.
4. Bagi Sekolah, penelitian ini dapat meningkatkan kualitas hasil belajar,
khususnya pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat
meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah dan output siswa.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Mills (2000) dalam IGAK
Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2014:1:4) mendefiniskan penelitian tindakan
sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh pendidik, kepala sekolah, atau
konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang
dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan mutu dan
meluruskan persepsi serta mengembangkan “reflectif practice” yang berdampak
positif dalam berbagai praktik persekolahan termasuk dalam memperbaiki hasil
belajar peserta didik. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
berlangsung. Sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas yang
diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penelitian ini merupakan salah
satu upaya pendidik atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan pendidik
dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Menurut Hargreaves
(dalam Hopkins, 1993) dalam IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit
(2014:1:26) sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri para
pendidik telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para
peserta didik. Hal ini menunjukkan pentingnya penelitian tindakan kelas yang
dilakukan oleh pendidik.
Dengan melakukan PTK, pendidik memperoleh banyak manfaat.
Menurut Wardhani, dkk, (2005) dalam GAK Wardhani, dkk (2014:8) manfaat
PTK bagi pendidik antara lain:
1. Membantu pendidik memperbaiki pembelajaran
2. Membantu pendidik berkembang secara professional
3. Meningkatkan rasa percaya diri pendidik, serta

5
4. Meningkatkan pendidik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.

B. Keterkaitan PTK dan PKP


Adanya PKP di Sekolah dapat menjadikan pendidikan yang bermutu
dan berkualitas sehingga secara konsisten memperhatikan permasalahan yang
terjadi di kelasnya. Dengan demikian proses pembelajaran dapat menghasilkan
peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Menurut (Wardhani, dkk, 2005)
dalam IGAK Wardhani, dkk (2014:8)
1. Pendidik mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya.
2. Temuan berbagai penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti
sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran.
3. Pendidik adalah orang yang paling akrab dan paling mengetahui kelasnya
4. Interaksi pendidik dan peserta didik berlangsung secara utuh
5. Keterlibatan pendidik dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.
Pelaksanaan PKP di sekolah akan mempermudah pendidik untuk
mengetahui perkembangan peserta didik melalui informasi yang bermanfaat.
Menurut Suharsimi (2002) dalam Suharsimi Arikunto, dkk (2009:53)
menyatakan penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek, dengan
menggunakan aturan tertentu untuk memperoleh informasi yang bermanfaat.

C. Karakteristik Peserta Didik


Siswa sebagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Kondisi atau keadaan yang terdapat pada peserta didik dapat mempengaruhi
keadaan dalam proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta yang
mendukung maka proses pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih baik,
sebaiknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi kesulitan
dalam proses belajar mengajar. Menurut Abdul Rahman Saleh (dalam
Jalaluddin, 2003:144) dalam Dirman dan Cicih Juarsih (2014:14) setidaknya
secara umum siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

6
1. Peserta didik dalam keadaan sedang berbahaya untuk menggunakan
kemampuan, kemauan dan sebagainya.
2. Mempunyai keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.
3. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda
4. Siswa melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-
potensi dasar yang dimilikinya.
Dengan demikian keadaan peserta didik sangat mempengaruhi
pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki
peran penting dalam mendidik dan membimbing dengan cara mengatasi adanya
perilaku yang buruk pada diri peserta didik. Identifikasi terhadap keadaan dan
kondisi peserta diidk baik untuk masing-masing individu maupun keseluruhan
mutlak diperlukan yang digunakan untuk pengambilan langkah dan perlakuan
terutama pemilihan strategi, model, media dan komponen penyusun
pembelajaran lainnya.

D. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika


Matematika pada sekolah dasar merupakan pelajaran yang telah
disesuikan dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik yaitu
mengembangkan kemampuan pola berpikir. Dengan demikian penyajian
matematika yang menggunakan pendekatan induktif dan objek yang konkret.
Karena kemampuan berpikir siswa di sekolah dasar masih tahap aoperasional
konkret. Sehingga siswa dapat mudah memahami pelajaran matematika.
Pada tingkat sekolah dasar peserta didik dilatih untuk berpikir secara
logis, dan memahami konsep matematika serta dapat memecahkan masalah
dalam kegiatan sehari-hari. Menurut Erman Suherman (2003:99) dalam
Zubaidah Amir dan Risnawati (2016:198) menyatakan bahwa salah satu cara
untuk mengembangkannya adalah melalui penyediaan pengalaman pemecahan
masalah ke masalah lainnya. Dalam proses pemecahan masalah siswdilatih
untuk memperbaiki dan mengembangkan cara dalam menyelesaikan masalah
dalam kehdupan sehari-hari. Dengan demikian mata pelajaran matematika dapat

7
membentuk karakter peserta didik yang bertanggung jawab, mandiri, dan dapat
menyelesaikan masalah berhitung dalam kegiatan sehari-hari.

E. Hasil Belajar
Belajar yang dilakukan setiap individu terutama peserta didik atas
dorongan rasa ingin tahu sehingga interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan pemahaman, pengetahuan, dan dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Nana Sudjana (1995:22) dalam Sofwan Amri
(2015:61) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia memperoleh pengalaman
belajarnya. Sehingga dapat mengetahui perkembangan sampai di mana hasil
yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar.
Kesimpulan di atas bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang
dicapai peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan suatu perubahan dan
pembentukan tingkah laku seseorang. Maka proses belajar dapat dikatakan
berhasil, setiap pendidik harus memiliki wawasan, pengetahuan dan
keterampilan. Pendidik hendaknya berpedoman pada kurikulum yang berlaku
saat ini yang telah ditetapkan oleh pendidikan nasional, antara lain bahwa suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Dengan demikian pendidik harus mengetahui berhasil tidaknya proses
pembelajaran dengan melaksanakan tes formatif pada setiap mata pelajaran.
Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah
menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini
adalah memberikan perbaikan proses belajar mengajar dan melaksanakan
program remedial bagi peserta didik yang belum berhasil. Karena itulah, suatu
proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
pembelajaaran khusus dari bahan tersebut.

8
F. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik untuk membimbing kreatifitas berfikir peserta didik
yang dapat meningkatkan pengetahuan yang baik tentang materi matematika.
Dalam proses kegiatan pembelajaran matematika seorang pendidik berperan
aktif dalam membimbing dan memberikan materi matematika sehingga peserta
didik dapat memecahkan masalah secara cermat dan teliti dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Warsita (2008:85) dalam (2015:21) “Pembelajaran adalah
suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik”. Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu
usaha kegiatan belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga menunjukkan
suatu perubahan tingkah laku pada peserta didik.
Kita juga perlu mengetahui tujuan pembelajaran matematika yang
tercantum pada Standar Isi SD/MI Kurikulum KTSP 2006, tujuan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau edia lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

9
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini akan mencapai hasil maksimal apabila pembelajaran berjalan
secara Efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan seluruh peseta didik secara aktif. Pembelajaran matematika
merupakan kegiatan yang melatih dalam berpikir secara logis yang dilakukan
setiap peserta didik yang mengkaitkan kepada realita dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, matematika merupakan cara berpikir logis yang
dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang
telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut. Pada hakikatnya,
matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan
yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus
berpaling kepada matematika (Sudarwan Dani, 2012:21-23) dalam Zubaidah
Amir dan Risnawati (2016:9).
Keberhasilan dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang
sangat penting karena hal tersebut akan berkaitan dengan kehidupan siswa
sehari-hari. Kenyataannya bahwa siswa yang menjadikan pembelajaran
matematika sebagai momok yang menakutkan dalam pembelajaran. Hal tersebut
disebabakan oleh berbagai macam faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
Menurut Muhibbin Syah (2009) dalam Zubaidah Amir dan Risnawati
(2016:192), faktor internal adalah hal-hal atau keadaan – keadaan yang muncul
dari dalam diri siswa sendiri, diantaranya:
1. Karakter peserta didik
2. Sikap terhadap belajar
3. Motivasi belajar
4. Konsentrasi belajar
5. Rasa percaya diri
6. Intelegensi
7. Kebiasaan belajar

10
Sedangkan faktor eksternal diantaranya:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan masyarakat
3. Pendidik
4. Media pembelajaran
Adapun solusi atau tahap-tahap pemecahan masalah dalam kesulitan
belajar matematika menurut para ahli antara lain Krulik dan Rudnik (1995:5)
dalam Zubaidah Amir (2016:196) mengemukakan lima tahap pemecahan
masalah, yaitu:
1. Read and think. Tahap ini meliputi identitas fakta, identifikasi pertanyaan,
visualisasi siatuasi serta menulis ulang tindakan
2. Explore and plan. Tahap eksplorasi dan perencanaan pemecahan masalah,
mencakup pengaturan informasi yang relevan dan kurang relevan membuat
model serta membuat grafik, table atau gambar.
3. Select a strategy. Memilih strategi yang diperkirakan dapat digunakan,
misalnya menemukan pola, bekerja mundur, tebak dan uji serta simulasi atau
percobaandan geometri
4. Find an answer. Tahap ini meliputi estimasi solusi, penggunaan kemampuan
komputasi, serta penggunaan keahlian aljabar
5. Reflect and exstend. Solusi yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya
diperiksa kembali kebenarannya, kemudian menentukan solusi alternative
dan membuat perluasan atau generalisasi
Solusi dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran
matematika harus dilakukan. Salah satu cara yang dilakukan dalam
menyelesaikan kesulitan dalam mempelajari materi berhitung dalam
pembelajaran matematika kelas 3 sekolah dasar adalah dengan menggunakan
metode yang bervariatif dalam meningkatkan hasil belajar matematika tentang
berhitung.

11
G. Metode Pembelajaran
Metode merupakan cara pengajaran yang disampaikan oleh peserta
didik. Dengan demikian penggunaan metode sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran berlangsung yang efektif dan efisien. Peserta harus dapat
memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran agar dengan mudah
berinteraksi antara pendidik dan peserta didik.
Macam-macam metode yang bervariatif dalam proses pembelajaran antara lain:
1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu cara penyampaian materi pelajaran secara
lisan oleh pendidik. Dalam bentuk penyampainnya, metode ceramah sangat
sederhana dari mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi, dan
menyimpulkan.
2. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pengajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Melalui metode
Tanya jawab pendidik dapat mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Dengan
menggunakan metode Tanya jawab dapat memberikan antusias dan motivasi
peserta didik untuk bertanya selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyampaian yang dikembangkan
dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan, melihat, dan
mendengarkan serta diikuti dengan meniru pekerjaan yang sedang
didemonstrasikan. Metode demonstrasi merupakan suatu metode dimana
seorang pendidik yang sengaja memberikan contoh kegiatan di depan kelas
dan meminta salah satu anak untuk tampil di depan kelas. Demonstrasi dapat
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
dan inkuiri (Sanjaya, 2006:152) dalam Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur
Rusydiyah (2016:108).

12
4. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan proses pembelajaran yang dalam pembahasan
dan penyajian materi melalui suatu problema sehari-hari yang melibatkan
dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat,
atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah
sehingga mendpaatkan kesepakatan bersama-sama. Menurut Suryosubroto
(1997:179) dalam Trianto Ilmu Badar Al-Tabrani (2014:154) Diskusi
adalah percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu
kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah, atau
bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran
atas suatu masalah.

13
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini yaitu pelajaran matematika dengan topik
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Kemampuan
Berhitung Melalui Metode Bervariatif di Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri
Pondok Cina 2”
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Cina 2 kelas 3 pada
pelajaran matematika dengan 32 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan
16 siswa perempuan.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di semester 1 (satu) kelas 3 dan dilaksanakan
tanggal 22 Oktober 2018, 23 Oktober 2018, 24 Oktober 2018.
Demi kelancaran kegiatan ini, maka peneliti menyusun jadual siklus
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadual Siklus
No Siklus Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Alokasi
1. Pra Siklus Senin, 22 Oktober 2018 Matematika 35 Menit
2. Siklus 1 Selasa, 23 Oktober 2018 Matematika 35 Menit
3. Siklus 2 Rabu, 24 Oktober 2018 Matematika 35 Menit

4. Pihak yang Membantu


Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini, peneliti dibantu oleh
teman kolaborasi sebagai supervisor 1 yaitu Ibu Entin Solihat, SPd. SD
dan Supervisor II yaitu Ibu Widayati, SPd. yang bertugas mengamati
penulis mengajar dan mengumpulkan observasi yang telah disiapkan.

14
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Kegiatan peneitian ini, peneliti didampingi oleh seorang teman kolaborasi


yang bertindak sebagai observer. Hal ini dijadikan bahan pertimbangan dalam
pembahasan perencanaan perbaikan pembelajaran dari pra siklus ke siklus 1 dan
siklus 2 hingga akhirnya tujuan penelitian perbaikan hasil belajar dapat tercapai.

Gambar Prosedur PTK 3.1

Perencanaan

Refleksi Pra Siklus Pengamatan

Pengamatan

Refleksi Siklus I Pengamatan

Pengamatan

Refleksi Siklus 2 Pengamatan

Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan pada setiap pra siklus sampai siklus 2 sebagai berikut:

1. Pra Siklus materi uang dalam kegiatan jual beli

a. Perencanaan

Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus pada


tanggal 10 Agustus 2016, format, dan scenario gambar uang, lembar observasi guru,
lembar observasi siswa dan tes hasil belajar siswa.

Pada tahap ini rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai


salah satu pemecahan masalah antara lain:

15
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang nilai rupiah pada kegiatan jual
beli

2.

16
17

Anda mungkin juga menyukai