Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini, menunjukan kecenderungan sektor


swasta semakin menonjol. Terlebih lagi dengan adanya serangkaian deregulasi ekonomi,
peran swasta yang kebanyakan memilih badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT)
menjadi semakin dominan jika dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya.

Kedudukan PT sebagai institusi adalah sebagai badan hukum, sehingga ia adalah


subyek hukum, pelaku ekonomi, yang mempunyai beberapa nilai lebih dibandingkan
dengan organisasi ekonomi yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PT
mempunyai nilai lebih baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun aspek yuridisnya. Kedua
aspek tersebut saling mengisi satu dengan lainnya. Aspek hukum memberikan rambu agar
keseimbangan kepentingan semua pihak dapat diterapkan dengan baik dalam menjalankan
kegiatan ekonomi.

PT sebagai institusi kegiatan ekonomi memiliki struktur organisasi yang dianggap


memiliki kelebihan. Kelebihan tersebut terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), Direksi dan Komisaris serta tanggung jawabnya terhadap pemegang saham dan
pihak ketiga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Keberadaan RUPS sebagai organ tertinggi yang mempunyai wewenang tertentu dan
kewajiban direksi untuk meminta persetujuan RUPS dalam melakukan tindakan tertentu
dinilai merupakan bentuk perlindungan yang memadai bagi pemegang saham dan pihak
kreditur.

Pemilik modal sebagai pemegang saham dalam sebuah Perseroan Terbatas sangat
bervariatif seperti pemegang saham mayoritas atau pemegang saham minoritas, pemegang
saham mayoritas seringkali bergabung dalam suatu kelompok kekuatan yang kadang-
kadang membuat kedudukan para pemegang saham dalam kelompok tersebut tidak
berimbang. Terhadap pemegang saham mayoritas pada prinsipnya perlindungan hukum
kepadanya cukup terjamin terutama melalui mekanisme RUPS yang jika diambil
keputusan secara musyawarah, maka akan dipastikan kelompok pemilik saham mayoritas
cenderung mempengaruhi keputusan RUPS.

Dalam mekanisme pengambilan keputusan di perusahaan dapat dipastikan pemegang


saham minoritas ini akan selalu kalah dibanding pemegang saham mayoritas, sebab pola
pengambilan keputusan didasarkan atas besarnya prosentase saham yang dimiliki.
Keadaan demikian akan semakin parah, jika ternyata pemegang saham mayoritas
menggunakan peluang ini untuk mengendalikan perusahaan berdasarkan kepentingannya
saja dan tidak mengindahkan kepentingan pemegang saham minoritas. Benturan
kepentingan antara pemegang saham minoritas dan pemegang saham mayoritas seringkali
terjadi, tidak jarang Minority Shareholders hanya dijadikan sebuah pelengkap dalam
sebuah perusahaan. Untuk itu, agar terpenuhinya unsur keadilan, diperlukan suatu
keseimbangan sehingga pihak pemegang saham minoritas tetap dapat menikmati haknya.

Pemberlakuan prinsip keadilan dalam perseroan terbuka mengharuskan diberikan


kekuasaan tertinggi kepada RUPS dimana suara terbanyak yang akan menentukan arah
kebijakan perusahaan, tetapi kepada pihak pemegang saham minoritas seharusnya dijamin
pula keadilan dengan memberikan kepadanya hak-hak yang sesuai dengan asas Good
Corporate Governance.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG)
pada dasarnya adalah mengelola perusahaan secara amanah, akuntabel, transparan dan fair
untuk mencapai tujuan tercapainya nilai perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya
semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders).
Introduksi Good Corporate Governance secara formal oleh Organisatian for Economic
Coperation and Development (OECD) dan diterbitkannya pedoman Good Corporate
Governance oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).

Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan prinsip-prinsip Good corporate governance


dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan suatu rasa aman bagi para pihak dalam
perusahaan, karena dengan prinsip-prinsip tersebut perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Sebaliknya, para pihak dalam suatu perusahaan tidak akan mendapat kenyamanan dalam
perusahaannya bila pengelolaan perusahaan tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan Good
Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat melindungi
kepentingan para pihak. Khususnya Kepentingan Pemegang Saham sebagai pihak yang
dirugikan bila terjadi benturan kepentingan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang

perlu dikemukakan. Adapun perumusan masalah yang hendak dikemukakan tim penulis

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Prinsip II OECD: perlindungan atas Hak-hak Pemegang Saham.

2. Bagaimana Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham Menurut Komite

Nasional Kebijakan Governance (KNKG).

3. Bagaimana Aspek Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) terhadap

Perlindungan Hak Pemegang Saham dengan Study dan Analisis Kasus pada

Suatu Entitas (Dikhususkan Perusahaan).

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tim penulis menentukan tujuan

penulisan makalah sebagai berikut:

1. Untuk Menjelaskan Perlindungan Hak Pemegang Saham (Prinsip II OECD)

2. Untuk Menjelaskan Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham Menurut

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

3. Untuk Menjelaskan Aspek Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)

terhadap Perlindungan Hak Pemegang Saham dengan Study dan Analisis Kasus

pada Suatu Entitas (Dikhususkan Perusahaan).


BAB II

KONSEP CORPORATE GOVERNANCE

2.1 OECD Principle (2004)

Prinsip Corporate Governance menurut OECD

Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance, pada dasarnya memiliki tujuan


untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dalam OECD terdapat 6
prinsip yang mengatur tentang corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut secara garis
besar menjelaskan tentang kerangka kerja corporate governance, perlindungan atas hak-
hak pemegang saham, perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham, peranan
stakeholders dalam corporate governance, keterbukaan dan tranparansi, serta tanggung
jawab dewan komisaris.

1. Menjamin Kerangka Dasar Coporate Governance Berjalan Efektif

Pada prinsip 1 ini menyatakan bahwa corporate governance harus mendorong


terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sesuai dengan perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan tanggung
jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Prinsip 1 OECD ini secara lebih jelas membahas 4 subprinsip:

a. Kerangka corporate governance harus dikembangkan dengan mempertimbangkan


pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian secara keseluruhan, integritas
pasar dan insentif yang tercipta bagi pelaku pasar serta meningkatkan transparansi
dan efisiensi pasar.
b. Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan
corporate governance harus sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku,
transparan dan dapat di tegakkan.
c. Pembagian tanggung jawab antar otoritas dalam suatu yurisdiksi harus
diungkapkan secara jelas dan dipastikan bahwa kepentingan masyarakat telah
terpenuhi.
d. Otoritas dalam pengawasan, pengaturan dan penegakan hukum harus memiliki
kewenangan, integritas dan sumber daya dalam pemenuhan tugasnya secara
profesional dan objektif. Selanjutnya, keputusan-keputusannya harus tepat waktu,
transparan, dan jelas.

2. Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting Kepemilikan Saham

A. Prinsip OECD tentang Tata kelola perusahaan

Prinsip OECD ini pada dasarnya menjelaskan bahwa kerangka corporate


governance harus melindungi dan menunjang pelaksanaan hak-hak pemegang saham.
Prinsip ini dibagi atas 7 sub prinsip:
a. Hak-hak dasar pemegang saham harus mencakup hak untuk: memperoleh cara
pendaftaran yang aman atas kepemilikan, menyerahkan atau mengalihkan saham,
memperoleh informasi yang relevan atau material tentang perusahaan secara teratur
dan tepat waktu, berpartisipasi dan memberikan hak suara dalam rapat umum
pemegang saham, memilih dan mengganti anggota pengurus, dan memperoleh hak
atas bagian keuntungan perusahaan.
b. Pemegang saham harus memiliki hak untuk berpartisipasi dalam, dan diberikan
informasi yang cukup atas keputusan-keputusan tentang perubahan-perubahan
penting perusahaan seperti: perubahan anggaran dasar, akte pendirian, otorisasi
saham tambahan, dan transaksi luar biasa.
c. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara efektif
dan memberikan hak suara dalam RUPS dan harus diberikan informasi tentang
aturan-aturannya, termasuk tata cara pemungutan suara, yang mengatur
penyelenggaraan RUPS.
d. Struktur dan komposisi permodalan yang memungkinkan pemegang saham tertentu
untuk memperoleh tingkat pengendalian yang tidak proporsional dengan
kepemilikan sahamnya harus diungkapkan.
e. Pengalihan pengendalian perusahaan harus diperbolehkan agar berfungsi secara
efisien dan transparan.
f. Pelaksanaan hak-hak atas kepemilikan oleh seluruh pemegang saham, termasuk
investor kelembagaan, harus difasilitasi.
g. Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusi, harus diperbolehkan untuk
saling berkonsultasi tentang masalah-masalah berkenaan dengan hak-hak dasar
pemegang saham.

Hak-hak Pemegang Saham yang dimaksudkan adalah hak untuk


a. menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan,
b. mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya,
c. memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur,
d. ikut berperan dan memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham, dan
e. memilih anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta memperoleh pembagian
keuntungan perusahaan.
Ke 5 hak pemegang saham tersebut harus dilindungi dan difasilitasi.

B. (Anotasi/ Catatan/ Keterangan Prinsip OECD tetang Tatakelola


Perusahaan)

Kerangka tata kelola perusahaan harus melindungi dan memfasilitasi


pelaksanaan hak pemegang saham.
Investor ekuitas memiliki hak kepemilikan tertentu.Misalnya, pembagian
saham di perusahaan publik dapat dibeli, dijual, atau ditransfer.Bagian ekuitas juga
memberi hak kepada investor untuk berpartisipasi dalam keuntungan perusahaan,
dengan kewajiban terbatas pada jumlah investasi.Selain itu, kepemilikan saham
memberikan hak atas informasi tentang perusahaan dan hak untuk mempengaruhi
perusahaan, terutama dengan berpartisipasi dalam rapat umum pemegang saham
dan dengan memberikan suara.
Namun, sebagai masalah praktis, korporasi tidak dapat dikelola oleh
referendum pemegang saham.Badan pemegang saham terdiri dari individu dan
institusi yang kepentingan, tujuan, cakrawala investasi dan kapabilitasnya berbeda-
beda.Apalagi, manajemen perusahaan harus bisa mengambil keputusan bisnis
dengan cepat.Mengingat kenyataan ini dan kompleksitas pengelolaan urusan
korporasi di pasar yang bergerak cepat dan selalu berubah, pemegang saham tidak
diharapkan untuk bertanggung jawab untuk mengelola aktivitas perusahaan.
Tanggung jawab untuk strategi dan operasi perusahaan biasanya ditempatkan di
tangan dewan direksi dan tim manajemen yang dipilih, termotivasi dan, jika perlu,
diganti oleh dewan direksi.
Hak pemegang saham untuk mempengaruhi pusat korporasi pada masalah
mendasar tertentu, seperti pemilihan anggota dewan, atau cara lain untuk
mempengaruhi komposisi dewan direksi, amandemen dokumen organik
perusahaan, persetujuan transaksi luar biasa, dan masalah dasar lainnya
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang perusahaan dan peraturan
perusahaan internal. Bagian ini dapat dilihat sebagai pernyataan hak-hak yang
paling mendasar dari pemegang saham, yang diakui oleh undang-undang di hampir
semua negara OECD.Hak tambahan seperti persetujuan atau pemilihan auditor,
pencalonan langsung anggota dewan, kemampuan untuk menjaminkan saham,
persetujuan distribusi keuntungan, dan lain-lain, dapat ditemukan di berbagai
yurisdiksi.
A. Hak pemegang saham dasar harus mencakup hak untuk:
1. mengamankan metode pendaftaran kepemilikan
2. menyampaikan atau mengalihkan saham
3. memperoleh informasi yang relevan dan material mengenai korporasi
secara tepat waktu dan teratur
4. berpartisipasi dan memilih dalam rapat umum pemegang saham
5. memilih dan menghapus anggota dewan
6. berbagi keuntungan perusahaan.
B. Pemegang saham harus memiliki hak untuk berpartisipasi, dan cukup
mendapat informasi, keputusan mengenai perubahan mendasar perusahaan
seperti:
1. amandemen undang-undang, atau barang dari penggabungan atau
dokumen pemerintah yang serupa
2. otorisasi saham tambahan
3. transaksi luar biasa, termasuk pengalihan semua atau sebagian besar
aset, yang mengakibatkan penjualan perusahaan.

Kemampuan perusahaan untuk membentuk kemitraan dan perusahaan terkait dan


untuk mentransfer aset operasional, hak arus kas dan hak dan kewajiban lainnya
kepada mereka penting untuk fleksibilitas bisnis dan untuk mendelegasikan
akuntabilitas dalam organisasi yang kompleks.Hal ini juga memungkinkan
perusahaan untuk melepaskan diri dari aset operasional dan hanya menjadi
perusahaan induk. Namun, tanpa checks and balances yang tepat, kemungkinan
semacam itu mungkin juga disalahgunakan.

C. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara


efektif dan memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham dan
harus diberitahu mengenai peraturan, termasuk prosedur pemungutan suara,
yang mengatur rapat umum pemegang saham:
1. Pemegang saham harus dilengkapi dengan informasi yang cukup dan
tepat waktu mengenai tanggal, lokasi dan agenda rapat umum, serta
informasi yang lengkap dan tepat waktu mengenai hal-hal yang akan
diputuskan pada pertemuan tersebut.
2. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan kepada dewan pengurus, termasuk pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan audit eksternal tahunan, untuk menempatkan
item dalam agenda rapat umum, dan mengusulkan resolusi, sesuai
dengan batasan yang wajar.

Untuk mendorong partisipasi pemegang saham dalam rapat umum,


beberapa perusahaan telah meningkatkan kemampuan pemegang saham untuk
menempatkan item dalam agenda dengan menyederhanakan proses pengajuan
amandemen dan resolusi. Perbaikan juga dilakukan agar lebih mudah bagi
pemegang saham mengajukan pertanyaan sebelum rapat umum dan mendapatkan
jawaban dari anggota manajemen dan dewan direksi. Pemegang saham juga harus
dapat mengajukan pertanyaan terkait dengan laporan audit eksternal. Perusahaan
dibenarkan untuk memastikan bahwa penyalahgunaan kesempatan semacam itu
tidak terjadi.Masuk akal, misalnya, mensyaratkan agar resolusi pemegang saham
ditempatkan dalam agenda, mereka harus didukung oleh pemegang saham yang
memegang nilai pasar tertentu atau persentase saham atau hak suara.
Ambang batas ini harus ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat
konsentrasi kepemilikan, untuk memastikan bahwa pemegang saham minoritas
tidak secara efektif dicegah untuk tidak memasukkan barang apapun ke dalam
agenda.Resolusi pemegang saham yang disetujui dan sesuai dengan kompetensi
rapat pemegang saham harus ditangani oleh dewan direksi.
3. Partisipasi pemegang saham yang efektif dalam keputusan tata kelola
perusahaan yang penting, seperti pencalonan dan pemilihan anggota
dewan, harus difasilitasi. Pemegang saham harus dapat membuat
pandangan mereka diketahui mengenai kebijakan remunerasi bagi
anggota dewan dan eksekutif kunci.Komponen ekuitas skema
kompensasi untuk anggota dewan dan karyawan harus tunduk pada
persetujuan pemegang saham.

Untuk memilih anggota dewan adalah hak pemegang saham pokok. Agar
proses pemilihan efektif, pemegang saham harus dapat berpartisipasi dalam
nominasi anggota dewan dan memberikan suara pada calon individu atau daftar
yang berbeda. Untuk tujuan ini, pemegang saham memiliki akses di sejumlah
negara ke materi proxy perusahaan yang dikirim ke pemegang saham, walaupun
terkadang tunduk pada kondisi untuk mencegah penyalahgunaan.Sehubungan
dengan pencalonan kandidat, dewan di banyak perusahaan telah membentuk
komite nominasi untuk memastikan kepatuhan yang benar terhadap prosedur
nominasi yang mapan dan untuk memfasilitasi dan mengkoordinasikan pencarian
dewan yang seimbang dan berkualitas.Hal ini semakin dianggap sebagai praktik
yang baik di banyak negara bagi anggota dewan independen untuk memiliki peran
kunci dalam komite ini. Untuk lebih meningkatkan proses seleksi, Prinsip juga
menyerukan pengungkapan penuh pengalaman dan latar belakang calon dewan dan
proses nominasi, yang akan memungkinkan penilaian informasi tentang
kemampuan dan kesesuaian masing-masing kandidat.
Prinsip-prinsip tersebut meminta pengungkapan kebijakan remunerasi oleh
dewan pengurus.Secara khusus, penting bagi pemegang saham untuk mengetahui
hubungan spesifik antara remunerasi dan kinerja perusahaan saat mereka menilai
kemampuan dewan direksi dan kualitas yang harus mereka cari dalam daftar calon
anggota dewan. Meskipun dewan dan kontrak eksekutif bukan subjek yang tepat
untuk disetujui oleh rapat umum pemegang saham, seharusnya ada cara untuk
mengekspresikan pandangan mereka. Beberapa negara telah memperkenalkan
suara penasehat yang menyampaikan kekuatan dan nada sentimen pemegang
saham kepada dewan tanpa membahayakan kontrak kerja.Dalam kasus skema
berbasis ekuitas, potensi mereka untuk mencairkan modal pemegang saham dan
untuk secara kuat menentukan insentif manajerial berarti bahwa mereka harus
disetujui oleh pemegang saham, baik untuk individu atau untuk kebijakan skema
secara keseluruhan.Dengan semakin banyaknya yurisdiksi, setiap perubahan
material terhadap skema yang ada juga harus disetujui.

4. Pemegang saham harus dapat memberikan suara secara langsung atau in


absentia, dan efek yang sama harus diberikan pada suara apakah pemain
secara langsung atau in absentia.

Prinsip-prinsip tersebut merekomendasikan agar pemungutan suara secara


umum diterima.Memang penting untuk promosi dan perlindungan hak pemegang
saham bahwa investor dapat menempatkan ketergantungan pada voting proxy yang
diarahkan. Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa proxy
dipilih sesuai dengan arahan pemegang kuasanya dan pengungkapan tersebut
diberikan sehubungan dengan bagaimana proxy yang tidak diarahkan akan dipilih.
Dalam yurisdiksi mana perusahaan diizinkan memperoleh kuota, penting untuk
mengungkapkan bagaimana Ketua rapat (seperti penerima biasa dari pemegang
saham yang diperoleh perusahaan) akan menerapkan hak suara yang melekat pada
proxy yang tidak diarahkan. Dimana proxy dipegang oleh dewan atau manajemen
untuk dana pensiun perusahaan dan untuk rencana kepemilikan saham karyawan,
petunjuk pemungutan suara harus diungkapkan.
Tujuan memfasilitasi partisipasi pemegang saham menunjukkan bahwa
perusahaan mempertimbangkan penggunaan teknologi informasi dengan baik
dalam pemungutan suara, termasuk pemungutan suara elektronik yang aman secara
in absentia.

D. Struktur dan pengaturan modal yang memungkinkan pemegang saham


tertentu mendapatkan tingkat pengendalian yang tidak proporsional dengan
kepemilikan ekuitas mereka harus diungkapkan.

Beberapa struktur modal memungkinkan pemegang saham untuk


melakukan kontrol terhadap perusahaan yang tidak proporsional dengan
kepemilikan saham pemegang saham di perusahaan tersebut.Struktur piramid,
kepemilikan saham silang dan saham dengan hak suara terbatas atau multipel dapat
digunakan untuk mengurangi kemampuan pemegang saham yang tidak
mengendalikan untuk mempengaruhi kebijakan perusahaan.
Selain hubungan kepemilikan, perangkat lain bisa mempengaruhi
penguasaan korporasi. Perjanjian pemegang saham adalah cara yang lazim bagi
kelompok pemegang saham, yang secara individu dapat memiliki saham ekuitas
yang relatif kecil, bertindak dalam konser sehingga dapat menjadi mayoritas
efektif, atau setidaknya merupakan pemegang saham tunggal terbesar. Perjanjian
pemegang saham biasanya memberi mereka yang berpartisipasi dalam perjanjian
hak preferensial untuk membeli saham jika pihak lain dalam perjanjian ingin
menjual. Kesepakatan ini juga dapat berisi ketentuan yang mengharuskan mereka
menerima perjanjian untuk tidak menjual saham mereka untuk waktu yang
ditentukan. Kesepakatan pemegang saham dapat mencakup isu-isu seperti
bagaimana dewan atau Ketua akan dipilih. Kesepakatan tersebut juga dapat
mewajibkan mereka yang setuju untuk memilih sebagai blok. Beberapa negara
telah merasa perlu untuk memantau secara ketat kesepakatan semacam itu dan
untuk membatasi durasi mereka.
Voting caps membatasi jumlah suara yang dapat dilontarkan oleh pemegang
saham, berapa pun jumlah saham yang mungkin dimiliki pemegang saham. Dengan
demikian, hak voting mengurangi distribusi dan dapat mempengaruhi insentif bagi
partisipasi pemegang saham dalam rapat pemegang saham.
Dengan kapasitas mekanisme ini untuk mendistribusikan pengaruh
pemegang saham terhadap kebijakan perusahaan, pemegang saham dapat
memperkirakan bahwa semua struktur dan pengaturan modal tersebut harus
diungkapkan.

E. Pasar untuk pengendalian perusahaan harus diizinkan berfungsi secara


efisien dan transparan.
1. Aturan dan prosedur yang mengatur perolehan kendali perusahaan di
pasar modal, dan transaksi luar biasa seperti merger, dan penjualan
sebagian besar aset perusahaan, harus diartikulasikan dan diungkapkan
dengan jelas sehingga investor memahami hak dan hak mereka.
Transaksi harus dilakukan dengan harga yang transparan dan dalam
kondisi wajar yang melindungi hak semua pemegang saham sesuai
dengan kelas mereka.
2. Perangkat anti-pengambil-alih tidak boleh digunakan untuk melindungi
manajemen dan dewan pengurus dari pertanggungjawaban.
Di beberapa negara, perusahaan menggunakan perangkat anti-pengambil-
alih.Namun, baik investor maupun bursa saham telah menyatakan keprihatinannya
atas kemungkinan bahwa penggunaan perangkat anti-pengambil-alihan secara luas
mungkin merupakan hambatan serius bagi fungsi pasar untuk pengendalian
perusahaan.Dalam beberapa kasus, pertahanan pengambilalihan hanyalah
perangkat untuk melindungi manajemen atau dewan dari pemantauan pemegang
saham.Dalam menerapkan perangkat anti-pengambilalihan dan dalam menangani
proposal pengambilalihan, tugas fidusia dari pemegang saham kepada pemegang
saham dan perusahaan harus tetap penting.

F. Pelaksanaan hak kepemilikan oleh semua pemegang saham, termasuk


investor institusi, harus difasilitasi.

Karena investor dapat mengejar tujuan investasi yang berbeda, Prinsip tersebut
tidak menganjurkan strategi investasi tertentu dan tidak berusaha menentukan
tingkat optimal dari aktivitas investor.Namun demikian, dalam mempertimbangkan
biaya dan manfaat penggunaan hak kepemilikan mereka, banyak investor
cenderung menyimpulkan bahwa keuntungan dan pertumbuhan finansial yang
positif dapat diperoleh dengan melakukan analisis yang memadai dan dengan
menggunakan hak-hak mereka.
1. Investor institusional yang bertindak dalam kapasitas fidusia harus
mengungkapkan keseluruhan tata kelola perusahaan dan kebijakan
pemungutan suara sehubungan dengan investasi mereka, termasuk
prosedur yang ada untuk menentukan penggunaan hak suara mereka.
Hal ini semakin umum bagi saham yang harus dimiliki oleh investor institusi.
Efektivitas dan kredibilitas keseluruhan sistem tata kelola perusahaan dan
pengawasan perusahaan akan, oleh karena itu, sebagian besar bergantung pada
investor institusi yang dapat memanfaatkan hak pemegang saham mereka secara
tepat dan secara efektif menjalankan fungsi kepemilikan mereka di perusahaan
tempat mereka berinvestasi. Meskipun prinsip ini tidak mengharuskan investor
institusional untuk memilih saham mereka, namun peraturan tersebut meminta
pengungkapan tentang bagaimana mereka menggunakan hak kepemilikan mereka
dengan mempertimbangkan efektivitas biaya. Bagi institusi yang bertindak dalam
kapasitas fidusia, seperti dana pensiun, skema investasi kolektif dan beberapa
kegiatan perusahaan asuransi, hak untuk memilih dapat dianggap sebagai bagian
dari nilai investasi yang dilakukan atas nama klien mereka. Kegagalan untuk
menggunakan hak kepemilikan dapat mengakibatkan kerugian bagi investor yang
karenanya harus diberi tahu tentang kebijakan yang harus diikuti oleh investor
institusi.

Di beberapa negara, permintaan untuk pengungkapan kebijakan tata kelola


perusahaan ke pasar cukup rinci dan mencakup persyaratan untuk strategi eksplisit
mengenai keadaan dimana institusi tersebut akan melakukan intervensi di
perusahaan; pendekatan yang akan mereka gunakan untuk intervensi semacam itu;
dan bagaimana mereka akan menilai keefektifan strategi. Di beberapa negara
investor institusional diwajibkan untuk mengungkapkan rekaman suara mereka
sebenarnya atau dianggap sebagai praktik yang baik dan diterapkan dengan dasar
"terapkan atau jelaskan".Pengungkapan adalah untuk klien mereka (hanya
berkenaan dengan sekuritas masing-masing klien) atau, dalam hal penasihat
investasi ke perusahaan investasi yang terdaftar, ke pasar, yang merupakan
prosedur yang lebih murah. Pendekatan pelengkap untuk berpartisipasi dalam rapat
pemegang saham adalah untuk mengadakan dialog berkelanjutan dengan
perusahaan portofolio. Dialog antara investor institusi dan perusahaan semacam itu
harus didorong, terutama dengan mengangkat hambatan peraturan yang tidak perlu,
walaupun berkewajiban pada perusahaan untuk memperlakukan semua investor
secara setara dan tidak membocorkan informasi kepada investor institusional yang
pada saat bersamaan tidak tersedia pasar. Informasi tambahan yang diberikan oleh
perusahaan biasanya akan mencakup informasi latar belakang umum tentang pasar
di mana perusahaan beroperasi dan penjabaran lebih lanjut dari informasi yang
sudah tersedia ke pasar.
Ketika investor institusi fidusia telah mengembangkan dan mengungkapkan
kebijakan tata kelola perusahaan, penerapan yang efektif mengharuskan mereka
juga menyisihkan sumber daya manusia dan keuangan yang sesuai untuk
menjalankan kebijakan ini dengan cara yang dapat diterima oleh penerima manfaat
dan perusahaan portofolio mereka.
2. Investor institusional yang bertindak dalam kapasitas fidusia harus
mengungkapkan bagaimana mereka mengelola konflik kepentingan
material yang dapat mempengaruhi pelaksanaan hak kepemilikan utama
terkait investasi mereka.

Insentif bagi pemilik perantara untuk memilih saham mereka dan menjalankan
fungsi kepemilikan kunci, dalam keadaan tertentu, berbeda dari pemilik langsung.
Perbedaan semacam itu kadang terdengar komersial namun mungkin juga timbul
dari konflik kepentingan yang sangat akut ketika lembaga fidusia adalah anak
perusahaan atau afiliasi dari lembaga keuangan lain, dan terutama kelompok
keuangan terpadu. Bila timbul konflik seperti itu dari hubungan bisnis yang
material, misalnya melalui kesepakatan untuk mengelola dana perusahaan
portofolio, konflik tersebut harus diidentifikasi dan diungkapkan.
Pada saat yang sama, institusi harus mengungkapkan tindakan apa yang
mereka lakukan untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi pada
kemampuan mereka untuk menggunakan hak kepemilikan kunci. Tindakan tersebut
dapat mencakup pemisahan bonus pengelolaan dana dari yang terkait dengan
perolehan bisnis baru di tempat lain di organisasi.

G. Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusional, harus diajak


berkonsultasi satu sama lain mengenai isu-isu mengenai hak pemegang
saham dasar mereka sebagaimana didefinisikan dalam Prinsip, tunduk pada
pengecualian untuk mencegah penyalahgunaan.

Sudah lama diketahui bahwa pada perusahaan dengan kepemilikan yang


tersebar, pemegang saham individu mungkin memiliki saham perusahaan yang
terlalu kecil untuk menjamin biaya pengambilan tindakan atau untuk melakukan
investasi dalam memantau kinerja. Apalagi jika pemegang saham kecil melakukan
investasi sumber daya dalam kegiatan semacam itu, yang lain juga akan
mendapatkan keuntungan tanpa memberikan kontribusi (yaitu mereka adalah
"pengendara bebas"). Efek ini, yang dapat menurunkan insentif untuk pemantauan,
mungkin kurang menjadi masalah bagi institusi, terutama lembaga keuangan yang
bertindak dalam kapasitas fidusia, dalam memutuskan apakah akan meningkatkan
kepemilikan mereka ke saham signifikan di perusahaan individual, atau untuk
sekadar melakukan diversifikasi. Namun, biaya lain yang berkaitan dengan
memegang saham penting mungkin masih tinggi. Dalam banyak kasus, investor
institusional dicegah melakukan ini karena berada di luar kapasitas mereka atau
memerlukan investasi lebih banyak aset mereka di satu perusahaan daripada
mungkin lebih bijaksana.Untuk mengatasi asimetri yang menguntungkan
diversifikasi ini, mereka harus diizinkan, dan bahkan didorong, untuk
mengkoordinasikan dan mengkoordinasikan tindakan mereka dalam mencalonkan
dan memilih anggota dewan, mengajukan proposal dalam agenda dan mengadakan
diskusi langsung dengan perusahaan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan.
Secara umum, pemegang saham harus diizinkan untuk berkomunikasi satu sama
lain tanpa harus mematuhi formalitas ajakan proxy.
Namun, harus diakui bahwa kerjasama antara investor juga dapat digunakan
untuk memanipulasi pasar dan untuk mendapatkan kontrol atas perusahaan tanpa
tunduk pada peraturan pengambilalihan.Selain itu, kerjasama juga mungkin untuk
tujuan menghindari undang-undang persaingan. Untuk alasan ini, di beberapa
negara, kemampuan investor institusi untuk bekerja sama dalam strategi
pemungutan suara mereka terbatas atau dilarang. Perjanjian pemegang saham juga
dapat dipantau secara ketat. Namun, jika kerja sama tidak melibatkan masalah
pengendalian perusahaan, atau bertentangan dengan kekhawatiran tentang efisiensi
dan keadilan pasar, manfaat kepemilikan yang lebih efektif mungkin masih dapat
diperoleh. Diperlukan pengungkapan kerjasama antara investor, institusi atau
lainnya, mungkin harus disertai dengan ketentuan yang mencegah perdagangan
untuk suatu periode sehingga menghindari kemungkinan manipulasi pasar.

3. Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham

Prinsip ke 3 ini menekankan bahwa perlu adanya perlakuan yang sama kepada
seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham
asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk menuntut atas
pelanggaran hak-hak mereka. Prinsip ini dibagi atas 3 sub prinsip. Pertama, perlakuan
yang sama antara pemegang saham dalam kelas saham yang sama. Kedua, larangan
transaksi orang dalam dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain.
Ketiga, kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen kunci untuk mengungkapkan
kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik langsung maupun tidak langsung
atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan yang material dalam suatu
transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi perusahaan.

4. Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance

Kerangka corporate governance harus mengakui hak stakeholders yang dicakup


oleh perundang-undangan atau perjanjian dan mendukung secara aktif kerjasama
antara perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan
pekerjaan, dan pertumbuhan yang bekesinambungan dari kondisi keuangan perusahaan
yang dapat diandalkan. Pertama-tama, hak-hak pemangku kepentingan yang dicakup
dalam perundang-undangan atau perjanjian harus dihormati. Jika kepentingan
stakeholder dilindungi oleh undang-undang, maka stakeholders seharusnya memiliki
kesempatan untuk menuntut secara efektif atas hak-hak yang dilanggar. Mekanisme
peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan harus diperkenankan untuk berkembang.
Jika stakeholders berpartisipasi dalam proses corporate governance, maka stakeholder
harus memiliki akses atas informasi yang relevan, memadai dan dapat diandalkan
secara tepat waktu dan berkala. Stakeholders termasuk didalamnya individu karyawan
dan serikat karyawan, seharusnya dapat secara bebas mengkomunikasikan kepedulian
mereka terhadap praktik ilegal atau tidak etis kepada dewan, dan tindakan tersebut
seharusnya tidak merpengaruhi hak-hak mereka. Terakhir, kerangka corporate
governance harus dilengkapi dengan kerangka insolvency yang efisien dan efektif serta
penegakan hukum yang efektif atas hak-hak kreditur.

5. Keterbukaan dan Transparansi

Kerangka kerja corporate governance harus memastikan bahwa keterbukaan


informasi yang tepat waktu dan akurat dilakukan atas semua hal yang material
berkaitan dengan perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan, kinerja,
kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Keterbukaan yang dimaksud harus meliputi,
namun tidak terbatas pada informasi material atas: keuangan dan hasil operasi
perusahaan, tujuan perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi
dengan pihak terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting
berkaitan dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan kebijakan
tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola
perusahaan dan penerapannya. Selain itu informasi harus disajikan dan diungkapkan
sesuai dengan standar akuntansi yang berkualitas tinggi dan keterbukaan keuangan dan
non-keuangan. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor yang independen, kompeten
dan memenuhi kualifikasi, dalam rangka menyediakan jaminan/kepastian eksternal dan
objektif kepada pengurus dan pemegang saham bahwa laporan keuangan perusahaan
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan
melaksanakan tugasnya terhadap perusahaan dengan menjaga/secara profesional
selama melakukan audit. Sementara itu media penyebaran informasi harus memberikan
akses informasi yang relevan bagi pengguna secara sama, tepat waktu dan biaya yang
efisien. Selanjutnya kerangka corporate governance harus mengarah dan mendorong
terciptanya ketentuan mengenai analisa atau saran dari analis, pedagang perantara efek,
pemeringkat dan pihak lainnya yang relevan dengan keputusan investor, tidak
mengandung benturan kepentingan yang material yang mungkin mempengaruhi
integritas analisa atau saran yang diberikan.

6. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi

Kerangka kerja corporate governance harus memastikan pedoman strategis


perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.
a. Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad
yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi kepentingan
perusahaan dan pemegang saham.
b. Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegang saham
secara berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan harus
memperlakukan seluruh pemegang saham secara adil.
c. Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi dan memperhatikan
kepentingan para pemangku kepentingan.
d. Fungsi-fungsi utama harus dimiliki oleh suatu dewan.
e. Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen dalam
melakukan pengurusan perusahaan.
f. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris harus
memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
2.2 Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG 2006) Pedoman Umum GCG

Penerapan tata kelola perusahaan (corporate governance) dalam sebuah perusahaan


sangat penting sebagai salah satu proses untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan
dalam jangka panjang yang mengutamakan kepentingan para pemegang saham
(shareholders).

A. Asas Good Corporate Governance

Dalam penerapan prinsip GCG, Perseroan telah menganut Pedoman Umum Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) dengan penerapan TARIF, sebagai 5 pilar dasar dari GCG, yaitu:
keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi (independency), dan kesetaraan dan kewajaran (fairness).
Penerapan 5 pilar dasar tersebut diyakini oleh Perseroan sebagai instrumen yang dapat
diandalkan dalam mengatur segala aspek bisnis yang dijalankan oleh Perseroan, baik oleh
Dewan Komisaris, Direksi, dan segenap karyawan Perseroan, sehingga diharapkan dapat
menciptakan keseimbangan dalam operasional usaha Perseroan secara menyeluruh.
Keseimbangan operasional usaha yang akan dicapai meliputi segala bentuk kepentingan,
baik individu maupun kelompok, baik internal maupun eksternal, sehingga kepentingan
Perseroan, shareholders, dan stakeholders akan mencapai titik ekuilibrium.

Asas Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan


harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
Transparansi kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
(Transparency)
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
Akuntabilitas secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
(Accountability)
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
Responsibilitas
(Responsibility) lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
Independensi dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
(Independency)
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.

Kewajaran dan Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa


Kesetaraan memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
(Fairness)
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Sumber: Pedoman GCG Indonesia tahun 2006 – Komite Kebijakan Nasional Governance
(KNKG)

B. Pemegang Saham

Prinsip Dasar

Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:

1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.
2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang
saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Pedoman Pelaksanaan

1. Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham


1.1 Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Hak pemegang saham
tersebut pada dasarnya meliputi:
a. Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara
dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada
pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara
b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu,
benar dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga
memungkinkan pemegang saham membuat keputusan mengenai
investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang akurat
c. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang
diperuntukkan bagi pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian
keuntungan lainnya, sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya
d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat
mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan
RUPS agar pemegang saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan, termasuk keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
eksistensi perusahaan dan hak pemegang saham
e. Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam
perusahaan, maka: (i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara
sesuai dengan jenis, klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki; dan (ii)
setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis
dan klasifikasi saham yang dimilikinya.
1.2 Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar
perusahaan. Tanggung jawab pemegang saham tersebut pada dasarnya
meliputi:
a. Pemegang saham pengendali harus dapat: (i) memperhatikan kepentingan
pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan; dan (ii) mengungkapkan kepada instansi
penegak hukum tentang pemegang saham pengendali yang sebenarnya
(ultimate shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh
otoritas terkait
b. Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk menggunakan haknya
dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar
c. Pemegang saham harus dapat: (i) memisahkan kepemilikan harta
perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan (ii) memisahkan
fungsinya sebagai pemegang saham dengan fungsinya sebagai anggota
Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham menjabat pada
salah satu dari kedua organ tersebut
d. Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali pada
beberapa perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan
antar-perusahaan dapat dilakukan secara jelas.

2. Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang saham


2.1 Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
2.2 Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
2.3 Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat
waktu, benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat
rahasia.
2.4 Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan
memberikan informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham
lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa
menghiraukan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.
2.5 Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang
akurat mengenai penyelenggaraan RUPS.
{Sumber: Pedoman GCG Indonesia tahun 2006 – Komite Kebijakan Nasional
Governance (KNKG)}
BAB III

KASUS DAN ANALISIS

PT. ANEKA TAMBANG (ANTAM), TBK

A. Sekilas mengenai Antam


PT Aneka Tambang Tbk. atau yang biasa disebut dengan PT Antam merupakan
perusahaan pertambangan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia (65%) dan masyarakat (35%). PT Antam didirikan pada tanggal 5 Juli 1968.
Kegiatan Antam mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari
sumber daya mineral. Pendapatan PT Antam diperoleh melalui kegiatan eksplorasi dan
penemuan deposit mineral, pengolahan mineral tersebut secara ekonomis, dan
penjualan hasil pengolahan tersebut kepada konsumen jangka panjang yang loyal di
Eropa dan Asia. Kegiatan ini telah dilakukan semenjak perusahaan berdiri tahun 1968.
Komoditas utama Antam adalah bijih nikel kadar tinggi atau saprolit, bijih nikel kadar
rendah atau limonit, feronikel, emas, perak dan bauksit. Jasa utama Antam adalah
pengolahan dan pemurnian logam mulia serta jasa geologi.
Pada akhir tahun 2016, kelompok pemegang saham publik terbesar setelah
Pemerintah Republik Indonesia adalah investor insitusi domestik dengan persentase
kepemilikan sebesar 19,69%, diikuti oleh investor ritel domestik sebesar 10,01%,
investor institusi asing sebesar 5,19% dan investor retail asing sebesar 0,11%.
Pemegang saham terbesar setelah Pemerintah Republik Indonesia adalah PT ASABRI
(Persero)-Dapen TNI dengan kepemilikan sebesar 2,90% atau sebanyak 696.304.800
saham.

Perusahaan Perse roan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat ANTAM


merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan Bursa Efek Australia (ASX). ANTAM berkomitmen secara penuh untuk
menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance/GCG) sebagai landasan dalam menciptakan nilai tambah yang
berkelanjutan bagi kepentingan para pemegang saham, masyarakat secara luas, dan
berbagai pemangku kepentingan lainnya (pegawai, konsumen, regulator, mitra kerja,
dan lain-lain) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Penerapan praktik terbaik Corporate Governance secara konsisten dan


berkesinambungan merupakan komitmen penuh dari ANTAM dalam pengelolaan
ANTAM dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan pemegang saham maupun
kepentingan stakeholders lainnya. Dalam menerapkan Good Corporate Governance
(GCG), ANTAM tidak hanya sekedar memenuhi kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan saja, tetapi bersungguh-sungguh menerapkannya dalam segala
kegiatan operasional ANTAM yang dijalankan dengan senantiasa memperhatikan
prinsip-prinsip GCG yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Independency
dan Fairness.

Sebagai wujud penerapan GCG yang komprehensif, ANTAM berupaya untuk


dapat mengadopsi standar terbaik yang berlaku secara internasional seperti Australian
Securities Exchange (ASX) Corporate Governance Principles and Recommendations
3rd Edition yang diterbitkan oleh ASX Corporate Governance Council,ASEAN
Corporate Governance Scorecard yang diterbitkan oleh ASEAN Capital Market
Forum, standar yang berlaku di Indonesia seperti Pedoman GCG yang diterbitkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) tahun 2006.
Struktur tata kelola perusahaan secara garis besar tergambarkan pada organ utama
ANTAM yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan
Direksi. Sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasar ANTAM dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, masing-masing organ mempunyai peran penting
dalam penerapan GCG dan menjalankan fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya
masing-masing untuk kepentingan ANTAM. RUPS merupakan wadah para pemegang
saham yang memiliki wewenang yang tidak dilimpahkan kepada Dewan Komisaris
dan Direksi. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengelolaan ANTAM sesuai
amanah yang diberikan, sedangkan Dewan Komisaris melakukan pengawasan yang
memadai terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh Direksi serta melakukan
penasihatan agar kinerja ANTAM lebih baik. Dewan Komisaris dan Direksi diangkat
dan diberhentikan oleh RUPS. Fungsi Direktur Independen pada sistem satu Dewan
sebagaimana berlaku di ASX terwakili oleh Dewan Komisaris dalam sistem dua
Dewan. Dewan Komisaris dan Direksi ANTAM memiliki kesamaan persepsi terhadap
visi, misi, dan nilai-nilai ANTAM yang menunjukkan keseimbangan hubungan kedua
organ tersebut untuk memelihara keberlanjutan usaha ANTAM dalam jangka panjang.

Jenis saham ANTAM diklasifikasikan dalam 2 (dua) jenis yaitu :

1. Saham Seri A Dwiwarna


2. Saham Seri B
Sumber : Laporan Tahunan PT ANTAM 2016 (www.idx.co.id)

DAFTAR PEMEGANG SAHAM PT ANTAM


B. ANALISIS KASUS

Berikut Ini adalah penerapan beberapa hak pemegang saham yang telah di lakukan
oleh PT. ANTAM, Tbk yaitu:

1. Menjamin Keamanan Metode Pendaftaran Kepemilikan,


PT. ANTAM telah menetapkan PT Datindo Entrycom sebagai Biro Administrasi Efek
perusahaan yang bertugas untuk melaksanakan pencatatan kepemilikan efek, dan secara
berkala memberikan pengkinian laporan kepada perusahaan
Selain itu PT ANTAM juga memiliki Kebijakan Perdagangan Efek Berbentuk Saham
diterbitkan melalui Kebijakan Perdagangan Efek Berbentuk Saham Perseroan PT ANTAM
(Persero) Tbk No. 242.K/02/DAT/2013 yang ditandatangani oleh Direktur Utama tanggal
27 September 2013. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatur perdagangan efek berbentuk
saham Perseroan untuk mencegah terjadinya perdagangan yang tidak semestinya

2. Mengalihkan Atau Memindahkan Saham Yang Dimilikinya,


Pada tahun 2008 kondisi pasar keuangan global telah memicu kondisi perekonomian
yang tidak mendukung pergerakan harga pasar efek yang wajar, hal tersebut terlihat dari
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penurunan secara
signifikan sejak bulan Mei 2008 sampai dengan minggu pertama bulan Oktober 2008. Hal
tersebut juga berdampak pada penurunan harga saham ANTAM. Untuk mengantisipasi
penurunan harga saham, ANTAM melakukan pembelian kembali saham yang dikeluarkan
dan tercatat di PT Bursa Efek Indonesia sebanyak-banyaknya 20% dari modal ditempatkan
dan disetor penuh sebagaimana diatur dalam Peraturan BAPEPAM dan LK No.XI.B.3
tentang Pembelian Kembali Saham Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar
yang Berpotensi Krisis lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No. Kep-
401/BL/2008 tanggal 9 Oktober 2008 yang dilakukan secara bertahap dalam waktu 3 (tiga)
bulan dari tanggal 13 Oktober 2008 dan berakhir tanggal 12 Januari 2009.
3. Memperoleh Informasi Yang Relevan Tentang Perusahaan Secara Berkala Dan
Teratur,
Informasi terkait perusahaan dapat di peroleh melalui berbagai sumber yaitu:
a) Media elektronik seperti website dan email resmi Perusahaan (corsec@antam.com)
untuk menyampaikan dan mengetahui informasi terkini Perusahaan;
b) Media komunikasi lain adalah external meetings, news alert, program advertising,
conference call, non deal roadshow and conferences, site visit, Public Expose, dan
Investor Summits;
c) Dalam website ANTAM juga telah disediakan bagian khusus informasi pemegang
saham, berbagai laporan dan publikasi yang dengan mudah dapat diunduh oleh
pemegang saham maupun publik;
d) Website ANTAM juga menyediakan informasi mengenai lokasi Kantor Pusat dan unit
bisnisnya pada menuhubungi kami. Alamat kantor Pusat ANTAM berada diJl. Letjen
TB Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta 12530. Nomor telepon
(62-21) 789 1234 dan faximile (62-21) 789 1224;
e) Media sosial ANTAM yaitu Twitter @officialANTAM dan Facebook PT ANTAM
(Persero) Tbk.
Sebagai contoh pemberian informasi terkait penyelenggaran RUPS dibawah ini.
Berdasarkan gambar diketahui bahwasanya PT. Antam, Tbk rutin dalam pemberian
informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur didalam RUPS.
Dimana Pemanggilan kepada Pemegang Saham untuk menghadiri RUPS dilakukan
melalui pemasangan iklan pada 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia dan
berperedaran nasional, yaitu harian Investor Daily, pada website Bursa Efek Indonesia,
website Bursa Efek Australia dan website Perseroan www.antam.com, kesemuanya terbit
pada tanggal 8 Maret 2016.

4. Ikut Berperan Dan Memberikan Suara Dalam Rapat Umum Pemegang Saham,
Dan
PT ANTAM telah menerapkan bahwa para pemegang saham ikut berperan dalam
memberikan suara yang dilakukan di dalam RUPS yang diselenggarakan tanggal 31 maret
2016. Seperti hal yang dijelaskan dibawah ini.
5. Memilih Anggota Dewan Komisaris Dan Direksi,

Berdasarkan stuktur diatas diketahui bahwa didalam stuktur Tata Kelola Antam
Pemegang saham memiliki peran penting dalam pemilihan angora dewan komisaris dan
direksi.

Dalam RUPSLB yang diselenggarakan tanggal 7 Oktober 2015 menentukan


sususan pengurus perusahahaan seperti gambar diatas. Hal ini membuktikan bahwa PT.
Antam, tbk melakukan perlindungan terhadap hak dan fungsi kepemilikan dalam memilih
anggota komisaris dan dewan direksi.
Berikut ini adalah perubahan-perubahan dewan direksi yang di lakukan
berdasarkan RUPS di PT. Antam, Tbk

6. Memperoleh Pembagian Keuntungan Perusahaan.


Sesuai dengan prospektus saham Perseroan, ANTAM memiliki kebijakan untuk
membagikan dividen tunai kepada pemegang saham setidaknya satu kali setahun dengan
rasio pembayaran dividen terhadap laba bersih minimum sebesar 30% kecuali Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) menentukan lain. RUPS Perseroan tanggal 31 Maret
2016, pada ringkasan risalah Rapat Umum Pemegang Saham pada mata acara keempat
menyetujui penetapan untuk tidak melakukan pembagian laba dan dividen untuk Tahun
Buku 2015.
Menurut tim penulis bahwa PT Aneka Tambang tbk (ANTAM) Sesuai dengan
perkembangan peraturan yang terkait dengan implementasi GCG di jajaran ANTAM
pada tahun 2016, Dewan Komisaris menunjuk asesor independen yang akan
melakukan asesmen, penerapan GCG di ANTAM dengan 4 (empat) metode penilaian
termasuk yang baru metode Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (POJK) No. 21/ POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata
Kelola Perusahaan Terbuka.

1. Berdasarkan ASX CG Principle & Recommendation, penilaian tingkat adopsi


ANTAM terhadap ASX Principles dan rekomendasi untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2015, ANTAM mendapat skore 4,56 dan naik menjadi skore 4,76 untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2016 dengan skala nilai maksimum 5 (lima).
Artinya GCG ANTAM sudah memenuhi standar prakek terbaik.
2. Berdasarkan metoda Kementerian BUMN hasil penilaian tahun 2015 adalah
96,97% mengalami kenaikan 0,89% dibandingkan dengan penilaian tahun 2016
yang besarnya 97,86% dalam tingkat pemenuhan.
3. Berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard sepanjang aturannya
sejalan dengan aturan yang berlaku di Indonesia, ANTAM telah melaksanakannya
dengan full adoption. Berbeda dengan tahun 2016, Perseroan tidak menilai
implementasi GCG berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG),
dikarenakan parameter GCG-nya sudah terwakili oleh parameter keempat
parameter metode lainnya. Sehubungan OJK mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) No. 21/POJK.04/2015 tentang Penerapan Pedoman Tata Kelola
Perusahaan Terbuka maka sebagai pengganti metoda KNKG digunakan metoda
POJK. Penilaiannya dilakukan secara kualitatif, bahwa ANTAM telah memenuhi 5
(lima) aspek, diantaranya yaitu: Aspek-1. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan
Pemegang Saham Dalam Menjamin Hak-Hak Pemegang Saham.

Anda mungkin juga menyukai