MAKALAH
Oleh :
Arga Dahana 130534608474
Indah Fitria A 130534608454
Winda Cahyaning W 130534608420
S1 PTE 2013 offering A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan tentunya tidak hanya mengajarkan mengenai teori
saja, tetapi peserta didik tentunya juga dibekali dengan praktik dari teori-teori
yang telah diajarkan. Khususnya dalam pendidikan menengah kejuruan yang
mengutamakan praktik bagi peserta didiknya agar peserta didik memiliki
keterampilan sehingga siap untuk memasuki dunia industri setelah menyelesaikan
studinya.
Dalam pelaksanaan praktik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tentunya
didukung dengan adanya bengkel/laboratorium sebagai sarana belajar dan
mengasah keterampilan. Pembuatan bengkel memiliki standar tersendiri yang
telah ditentukan oleh permendiknas nomor 40 tahun 2008. Sudah seharusnya
diberlakukan pada seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar selalu
bekerja sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedur).
Manajemen bengkel merupakan cara untuk mengatur segala sesuatu dan
sumber daya yang ada pada bengkel secara efektif dan efisien. Bengkel
merupakan bagian dari sarana pendidikan, menjadi suatu yang sangat penting
terutama bagi sekolah yang berkaitan dengan bidang eksaka. Pengelolaan bengkel
pendidikan kejuruan merupakan petunjuk praktis bagi para pendidik di sekolah-
sekolah kejuruan. Para pendidik harus mengerti bagaimana tata cara dalam
memanajemen bengkel dengan baik dan benar. Dalam manajemen terdapat
beberapa proses yaitu mulai dari perencanaan bengkel, pengorganisasian bengkel,
penggerakan bengkel, serta pengawasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam makalah ini akan diuraikan
beberapa hal yang berkenaan dengan manajemen bengkel,diantaranya yaitu
pengertian manajemen, pengertian dan fungsi bengkel, pengorganisasian sarana
dan prasarana bengkel praktik, pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana
praktik dan penataran dan pengalaman guru teknik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bengkel/laboratorium?
2. Bagaimana perencanaan kegiatan praktik?
3. Bagaimana pengorganisasian sarana dan prasarana bengkel praktik?
4. Bagaimana pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana praktik?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian bengkel/laboratorium?
2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan kegiatan praktik
3. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian sarana dan prasarana
bengkel praktik
4. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan dan perawatan sarana dan
prasarana praktik
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen menurut Hasibuan(1990) adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Terry (1986) bahwa fungsi manajemen yang dipandang sebagai
suatu proses terdiri dari 4 fungsi, yaitu: (1) perencanaan, meliputi serangkaian
keputusan-keputusan termasuk penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat
program, menentukan metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu
pelaksanaan (2) pengorganisasian, merupakan suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam aktivitas yang diperlukan untuk
mecapai tujuan menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan
alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivits-aktivitas
tersebut. (3) penggerakan, merupakan keseluruhan proses memberikan motivasi
bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja
dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
(4) pengawasan, merupakan proses untuk menjaga agar tercapainya tujuan secara
efisien seperti penentuan standar, mengukur pelaksanaan kerja, membandingkan
dan melaksanakan tindakan perbaikan jika terdapat peyimpangan. Robbin (1987)
melihat bahwa fungsi manajemen itu terdiri dari 4 macam, yaitu : (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) kepemimpinan, dan (4) pengawasan. Dari
pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulannya. Bahwa secara umum
manajemen memiliki 4 fungsi yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan.
2. Pengorganisasian Ruangan
a. Susunan Ruang Bengkel
Storm (dalam Yoto,1999) menjelaskan bahwa dalam merencanakan
fasilitas untuk pendidikan kerja, pertimbangan utamanya adalah menyediakan
tempat yang cukup untuk kelompok, individu, dan pengajaran bengkel.
Kecukupan tempat pada tempat kerja di bengkel merupakan unsur penting
untuk kondisi kerja yang diinginkan. Jika tempat kerja memerlukan
pengoperasian perlengkapan besar yang tak dapat bergerak, perlu adanya ruang
tambahan yang berjajar untuk perawatan perlengkapan. Tempat tambahan juga
diperlukan untuk operasi-operasi khusus dan tempat penyimpanan
perlengkapan(gudang).
Robert (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa kondisi-kondisi dalam
pendidikan kejuruan harus dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang ada pada
dunia kerja/industri. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah menyangkut
penataan dalam bengkel kerja dan bentuk praktik yang dilaksanakan oleh
sekolah kejuruan. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran kegiatan
praktik di bengkel, maka di dalam bengkel menurut Storm(dalam Yoto,1999)
minimal harus tersedia ruangan-ruangan antara lain: (1) Ruang kepala bengkel
(2) Ruang guru instruktur (3) Ruang laboran (4)Ruang kerja/proses (5) Ruang
perlengkapan/penyimpanan alat (6) Ruang penyimpanan bahan (material) (7)
Ruang PPPK (8) Ruang administrasi.
Pada suatu SMK selain bangunan bengkel, maka terdapat pula bangunan-
bangunan yang lain. Tata letak bangunan sekeliling menurut Rizal (dalam
Yoto,1999) dapat diatur sebagai berikut:
1) Ruang belajar ditempatkan dibagian paling tenang jauh dari segala sumber
kebisingan
2) Ruang bengkel ditempatkan jauh dari ruang teori
3) Ruang administrasi sekolah harus dapat dicapai dengan mudah tanpa
sesuatu yang mengganggu kebisingan sekolah
4) Antara ruang satu dengan ruang lainnya dapat terjadi komunikasi dengan
lancar
5) Pengelompokan ruang secara fungsional
6) Orientasi ruang sesuai dengan fungsinya
7) Letak dan jarak peraltan/mesin antara satu dengan yang lainnya harus
diperhitungkan, sehingga terjadi aliran bahan baku dan barang/hasil lebih
efektif dan efisien.
b. Penerangan Ruangan
Penerangan atau pencahayaan pada bengkel merupakan kebutuhan yang
utama untuk kelancaran dan keamanan dalam bekerja. Menurut Yoto (1999:41)
sumber penerangan dalam ruangan ada dua macam, yaitu penerangan dengan
cahaya alam (matahari), dan penerangan dengan cahaya buatan (listrik).
Penerangan yang baik akan dapat mengurangi ketegangan otot mata,
memudahkan penglihatan dan mengusahakan kebersihan, meningkatkan
semangat dan gairah kerja, dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.
d. Pengaturan Warna
Yoto (1999:50) menjelaskan bahwa penggunaan warna tertentu dapat
mengubah penampakan ruangan. Warna terang menyebabkan obyek atau
ruangan tampak besar, warna gelap menyebabkan obyek atau ruangan tampak
kecil. Warna-warna panas mempengaruhi emosi manusia, sedangkan warna
dingin mengendalikan emosi seseorang. Penataan yang berimbang warna-
warna laboratorium dapat meningkatkan keuntungan untuk tujuan belajar.
Robert B.Lytle (dalam Yoto,1999:50) berpendapat bahwa penggunaan
prinsip-prinsip warna merupakan hal yang penting untuk situasi belajar, warna
menunjukkan identitas, intensitas menunjukkan jangkauan pandang, variasi
memperkecil monotoni, dan penggunaan warna mempengaruhi perhatian.
Penggunaan warna pada tempat kerja/bengkel menurut Rizal (dalam
Yoto,1999:50-51), yaitu (1) warna hijau berarti aman digunakan pada alat-alat
PPPK (2) warna kuning berarti hati-hati digunakan pada tempat/bagian yang
membahayakan (3) warna oranye digunakan pada bagian-bagian perlengkapan
berbahaya yang dapat mematahkan, menghancurkan, mengejutkan dan
melukai, seperti: aliranlistrik yang berbahaya, bagian mesin yang berputar,
bagian dalam kotak sekring, dan sebagainya (4) warna merah digunakan untuk
tanda letak peralatan pemadam kebakaran, pintu masuk darurat, saklar listrik
untuk menghidupkan dan mematikan (5) warna biru berarti “perhatian
terhadap”: mesin yang bergerak berlawanan, mesin yang sedang diperbaikai,
jalan antara mesin-mesin/peralatan, jalan tikungan, tempat mencuci peralatan,
dan sekitar tempat sampah (6) warna hitam, putih atau kombinasi hitam putih
berarti tanda-tanda lalu lintas dan tanda-tanda (urusan) rumah tangga (7) warna
putih untuk langit langit.
e. Kebisingan
Rizal (dalam Yoto, 1999:51) memberikan ketentuan-ketentuan untuk
mengurangi kebisingan antara lain (1) menempatkan tempat duduk siswa
paling belakang dekat dengan dinding penyekat lebih besar 2m (2) mengurangi
kegaduhan/kebisingan dengan jalan:membuka dinding cukup lebar, mengatur
letak antara mesin agar terhindar terjadinya frekuensi amplitudo tinggi (3)
menempatkan ruang belajar lebih dari: 60m dengan jalan raya, 23m dengan
tempat bermain anak, dan 300m dengan bengkel mesin.
Menurut Yoto (1999:52) penanganan bunyi sebaiknya dimulai dari
sumbernya. Sehingga, apabila sebuah mesin mengeluarkan bunyi bising
sedapat mungkin diberi pelindung atau peredam bunyi. Penanganan peredam
bunyi cukup sulit, karena bunyi dapat merambat melalui struktur bangunan dan
mneggetarkan elemen lain dan kemudian elemen ini menjadi sumber bunyi
sekunder. Dengan demikian layout ruang harus dikelompokkan secara jelas
area bising dan area yang tenang.
2. Macam-macam Perawatan
a. Perawatan Terhadap Peralatan
Yoto (1999:64) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan
perawatan dan atau perbaikan, memerlukan suatu keterampilan dan
pengetahuan serta pengalaman yang cukup tinggi. Sehingga dengan adanya
bagian perawatan tersebut, suatu bengkel diharapkan dapat dimanfaatkan
seecara optimal tanpa gangguan sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi
yang tinggi. Dalam melaksanakan perawatan dan atau perbaikan pada setiap
peralatan mesin, maka perlu diadakan pencatatan. Kartu perawatan (service) ini
ditempel pada peraltan/mesin dan tertulis data seperti:
Nama alat/mesin :
Tanggal pembelian :
Tanggal mulai dipakai :
Tanggal diservice :
Yang menservice :
Komponen yang diganti :