ABSTRAK
Tujuan perbaikan pembelajaran ini untuk mengetahui sejauh mana penggunaan model
Problem Based Learning dengan berbasis Media Audiovisual dapat meningkatkan kemampuan siswa
pada kompetensi tertentu. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 02 Balandongan Kecamatan
Parakansalak pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan hasil
belajar siswa dari prasiklus, siklus 1, siklus 2. Pada prasiklus hanya 13 orang yang tuntas dari 38
siswa atau 34% yang mencapai standar KKM. Pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu 23 orang
siswa yang tuntas dari 38 siswa atau 61% yang mencapai standar KKM dan pada siklus 2 meningkat
lagi menjadi 37 orang siswa yang tuntas atau 97% yang mencapai standar KKM. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penggunaan model Problem Based Learning dengan berbasis audiovisual
berdampak positif terhadap keaktifan siswa, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
dalam pelajaran IPA materi Perpindahan kalor disekitar Kita, Model Problem Based Learning
dengan berbasis media audiovisual ini bisa digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan dapat
mempengaruhi perkembangan manusia, dalam seluruh aspek kepribadian pendidikan memiliki
kekuatan yang dinamis melalui wadah ini seseorang dapat mengembangkan potensi secara optimal.
Dari komponen pendidikan itu sendiri, anatar lain guru dan siswa melaui proses pembelajaran yang
dapat berhasil dengan baik. Dimana sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan
hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakan
dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, sehingga dalam
pengukuran peningkatan dari hasil keberhasilannya selain dilihat dari kuantitas juga dari kualitas yang
telah dilakukan disekolah-sekolah.
Tujuan utama pembelajaran IPA adalah siswa memahami konsep-konsep IPA secara
sederhana,serta model pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan lebih bermanfaat dengan
menggunakan media, serta pembelajaran yang diadakan akan lebih efektif.
Dalam IPA di Sekolah Dasar masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan,hal ini yang
berkaitan dengan ketepatan penggunaan model atau teknik dalam pembelajaran IPA di Kelas V SDN
02 Balandongan Kecamatan Parakansalak. Berdasarkan data ulangan harian anak untuk pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa Kelas V SDN 02 Balandongan Kecamatan Parakansalak,
didefinisikan masih banyak siswa belum tuntas, ini terlihat dari 38 siswa anak kelas V hanya 13 siswa
yang mendapat diatas KKM atau tuntas, sedangkan 28 siswa belum tuntas.
Pelaksanaan pembelajaran yang penulis lakukan belum berhasil, siswa belum menguasai pelajaran
tersebut. Hal itu terbukti dari rendahnya
nilai yang dicapai siswa. Untuk itu penulis melakukan perbaikan melalui tindakan kelas (PTK),
bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran sehingga memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan akar penyebab masalah, maka peneliti akan memecahkan masalah dengan
melakukan penelitian tindakan kelas, ada beberapa masalah yang muncul selama pembelajaran
berlangsung, Adapun permasalahan tersebut antara lain :
Analisis masalah yang bisa diambil berdasarkan pada identifikasi di atas, antara lainadalah
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pembelajaran kurang efektif dan kurang menarik karena menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab saja.
b. Kurangnya penggunaan media/alat yang digunakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
c. Guru belum memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas peneliti merencanakan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut :
a. Diterapkannya model pembelajaran yang membuat siswa mampu mengingat dengan lebih baik
informasi dan pengetahuannya.
b. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan
berkomunikasi.
c. Menggunakan media audiovisual yang dapat membangkitkan motivasi belajar
d. Meningkatkan motivasi, dan situasi belajar dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar.
Untuk menindak lanjuti hasil analisis masalah, kami dibantu oleh teman sejawat yang telah
menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul dengan prioritas pemecahan
masalahan sebagai berikut :
a. Menggunakan media audiovisual tentang menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat membangkitkan motivasi belajar.
b. Menggunakan metode diskusi dengan memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS
tentang perpindahan kalor disekitar kita.
c. Memanfaatkan lingkungan alam sekitar untuk menambah pengetahuan siswa tentang perpindahan
kalor disekitar kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui Model Problem
Based Learning berbasis Media Audiovisual pada siswa kelas V SDN 02 Balandongan, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Model Problem Based Learning berbasis media audiovisual dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi “ Perpindahan Kalor disekitar Kita. pada siswa kelas V SDN 02 Balandongan
Kecamatan Parakansalak ?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran IPA melalui model ProblemBased Learningmedia
audiovisual pada siswa kelas V SDN 02 Balandongan Kecamatan parakansalak ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian mengandung arti memperbaiki kinerja guru proses pembelajaran dan
meningkatkan belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Guru harus dapat membangkitkan minat siswa
karena guru sebagai motivasi yang mempengaruhi di dalam belajar, berpikir dan berprestasi
(krap. Hildi, Re-minger prudrich, dan schruk 1996). Oleh karena itu perencanaan perbaikan
dilakukan melalui tahap identifikasi masalah, analisis, dan perumusan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan model Problem Based
Learning berbasis Media Audiovisual pada materi Perpindana kalor disekitar Kita. Pada kelas V SDN
02 Balandongan Kecamatan Parakansalak. Model Problem Based Learning berbasis Media
Audiovisual dalam pembelajaran IPA kelas V dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model
Problem Based Learning berbasis Media Audiovisual dalam pembelajaran dapat berpengaruh positif
dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 02 Balandongan Kecamatan Parakansalak
tahun pelajaran 2017/2018. Saran yang diajukan kepada pendidikan Sekolah Dasar sebaiknya
menggunakan metode dan model pembelajaran sesuai dengan pembelajarannya. Bagi siswa yang
sudah tuntas dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan belajar lebih giat. Namun bagi siswa yang
belum tuntas diharapkan lebih aktif mengikuti pelajaran. Memanfaatkan Model Problem Based
Learning berbasis Media Audiovisual sebagai pengayaan dan guru juga dapat memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga siswa dapat memahami dengan
baik. Kemudian bagi sekolah hendaknya menambah alat peraga yang masih kurang.
Sekolah sebagai salah satu instansi pendidikan yang secara langsung bertanggung jawab
penuh terhadap kinerja pendidikan yang berkualitas harus mampu menjadi wewenang dalam
pelaksanaan manajemen sekolah. Diantaranya adalah meningkatkan proses pembelajaran agar menjadi
lebih bermutu sehingga mampu menghasilkan output yang diharapkan.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah proses pembelajaran. Darmasyah (2006 :
13 ) mengatakan : hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan
dalam bentuk angka. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil
belajar adalah hasil penilaian terhadap iswa setelah menjalani proses pembelajaran. Hasil belajar
merupakan hasil dari proses komplek. Hal ini disebabkan banyak factor yang terkadang yang
didalamnya baik yang berasal dari interen maupun factor eksteren.
Abdurrahman (2003 : 37) mengatakan : “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan”. Belajar sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan yang relative menetap.
Gagne (1983:34) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima kategori diantaranya :
1. Keterampilan inteltual
2. Strategi kognitif
3. Informasi Variable
4. Keterampilan motoric
5. Sikap
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan belajar seseorang dapat mengubah tingkat
perilaku, dan dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Dengan belajar
seseorang dapat memperoleh kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan siakap tertentu. Perubahan
tingkat perilaku terjadi sebagai akibat dari proses belajar pada diri siswa inilah yang disebut dengan
hasil belajar.
1. Pengertian IPA
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala
isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara
singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya
(Darmojo, 1992: 3).
Selain itu, Nash 1993 (Darmojo, 1992: 3) dalam bukunya The Natureof Sciences, menyatakan
bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara
IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan
fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
Sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, atau dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya
merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya
berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Selanjutnya Winaputra (1992: 123) mengemukakan
bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup, tetapi
merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. Jadi, kesimpulan dari uraian diatas
sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta menggunkan metode ilmiah.
1. Tujuan IPA Diajarkan di Sekolah Dasar
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada
berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu
sekolah.
IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan
yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif artinya sesuai
dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui
pancaindera.
a. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA
tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
b. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat
membentuk kepribadian anak.
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning.
Model Problem Based Learning (Suprihatiningrum, 2014: 215-216) adalah suatu model
pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti proses
pencarian informasi yang bersipat studentcentered. Barr dan Tagg (dalam Huda, 2013: 271)
menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma
pengajaran menuju paradigma pembelajaran.
Ibrahim dan Nur (dalam Putra, 2013: 73-74) menyatakan ciri-ciri dari Problem Based Learning
yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Model Problem based Learning mengorganisasikan pengajaran
dengan masalah yang nyata dan sesuai dengan pengalaman keseharian siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalah dan solusi pemecahan masalah yang diusulkan
tidak hanya ditinjau dari satu disiplin ilmu, tetapi dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
3. Penyelidikan autentik. Model Problem based Learning mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
terhadap masalah melalui analisis masalah, observasi, maupun eksperimen.
4. Kerja sama. Model Problem Based Learning dicirikan oleh siswa yang bekerja sama secara
berpasangan maupun kelompok guna memberikan motivasi sekaligus mengembangkan keterampilan
berpikir melalui tukar pendapat.
a. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir
siswa yang lebih tinggi
b. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
c. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan
langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan ketertarikan
siswa terhadap bahan yang dipelajarinya.
d. Problem Based Learning diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas
siswa, baik secara individual maupun kelompok.
B. Media Pembelajaran Audiovisual
Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah,
pelantara,atau pengantar. Secara lebih khusus, media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat
grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses,dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal (Arsyad, 2014:3). Menurut Kustandi dan Sutjipto (2013 : 9) media pembelajaran
digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi gurudan siswa dalam proses pembelajaran. Media
pembelajaran memiliki pengertian non-fisik software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang
terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa, dan
pengertian fisik hardware (perangkat keras)
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam kustandi dan Sutjipto, 2013: 22) manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi,tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Media audiovisual memiliki karakteristik dan kriteria sebagai media audiovisual (Munadi 2013
: 127) yang baik serta efektif dalam proses pembelajaran yaitu :
a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
b. Bila perlu dapat diulangi untuk menambah kejelasan
c. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat
d. Mengembangkan imajinasi siswa
e. Memperjelas hal-hal yang abstrak dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
f. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar
g. Dapat dievaluasi dan dilihat kembali.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media audiovisual adalah media dengan
unsur gambar dan suara yang digunakan untuk menghantarkan pesan sehingga terjadi interaksi
antara guru dan siswa serta dapat memperjelas dalam memahami materi pelajaran.
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Peningkatan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah mempunyai
kesempatan yang sama untuk mencari informasi dari berbagai sumber tentang permasalahan serta
dapat bekerja sama dengan teman-teman yang lebih tinggi kemampuan berpikirnya.
Penelitian tentang penerapan Model Probleam Based Learning berbasis Media Audiovisual
dalam pembelajaran. Hasil menunjukkan Aktivitas siswa selama 2 siklus pada saat proses
pembelajaran berlangsung sudah meningkat. Pada siklus 1 terjadi perubahan dalam pembelajaran
menunjukkan persentase 61 %, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 97%. Hasil belajar afektif,
psikomotor,dan kognitif
Penelitian tentang penggunaan model Problem Based Learning telah dilakukan oleh :
1. Yeo (2005: 541-551), dengan judul “Problem based learning : lesons for administrators,
edicators and leaners”. Berdasarkan penelitian bahwa pelaksanaan PBL tidak hanya dari guru dan
siswa namun didukung kerjasama dengan kepala sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi untuk menghasilkan keluaran (siswa) yang optimal.
2. Fank Ng, (2006: 416-428) dengan judul “A problem-based learning approach to entrepreneurship
education”. Penilitian menunjukkan bahwa PBL dengan permasalahan dunia nyata dapat
memberikan keuntungan pada pendidikan. Hal ini diwujudkan melalui kerjasama antar siswa,
lembaga terkait, dan infrastuktur yang mendukung.
3. Tomkinson (2012), dengan judul “Creating sustainable development change agentsthrough
problem-based learning”.Penelitian menunjukkan untuk menguji keberhasilan setiap proyek siswa
belajar untuk berpikir terbuka, kreatif dan analitis serta logis.
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran siklus I
mata pelajaran IPA dengan materi menerapkan konsep perpindahan kalor
dalam kehidupan
sehari-hari.hasil analisis ditemukan bahwa dari 38 siswa yang mengikuti tes
formatif 21 ssiwa (60%) yang mecapai KKM.
Dengan hal tersebut maka perencanaan pembelajaran difokuskan pada
hal-hal sebagai berikut :
1) Keaktifan siswa dengan metode audiovisual
2) Keaktifan siswa dengan pemanfaatan alam sekitar
Untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran tersebut perlu dipersiapkan:
1) Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP)
2) Membuat lembar analisa tes formatif
3) Membuat lembar obsevasi
b. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan
Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan 70 menit dalam
proses pembelajaran kelas V SDN 02 Balandongan Kecamatan Parakansalak. Langkah-langkah yang
di tempuh dalam perbaikan pembelajaran IPA adalah sbb :
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin di capai
3) Guru menyajikan materi
4) Guru membimbing siswa membentuk kelompok
5) Siswa melakukan pengamatan
6) Siswa melaporkan hasil belajar
7) Guru memotivasi yang belum berperan aktif
8) Guru memberi evaluasi
9) Guru memberikan penilaian selama proses dan sesudah proses pembelajaran terhadap setiap
aktivitas usaha siswa.
c.Tahap Pengamaatan
Pada tahap ini peneliti memonitor siswa selama proses pembelajaran dan menilai hasil dari
prestasi siswa dalam pembelajaran IPA.
Hasilnya berupa analisis hasil tes formatif dan nilai rata-rata kelas tingkat
ketuntasan dan persentase ketuntasan, rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :
X=∑X
∑N
Dengan : X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai
∑N = Jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
P = ∑ siswa yang tuntas belajar x 100%
∑ siswa
d.Tahap Refleksi
Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran guru menentukan refleksi untuk kinerjanya,
sehingga dapat menentukan tindakan seterusnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan, hasil
refleksi pada perbaikan pembelajaran 2 menemukan hal-hal berikut :
1) Prestasi hasil belajar siswa telah mengalami perubahan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya. Dimana pada tahap perbaikan pembelajaran siklus II rata-rata mencapai
80,66 sedangkan banyaknya siswa mencapai nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan berjumlah 37
dari 38 siswa dengan persentase ketuntasan 81%.
2) Keaktifan siswa terlihat lebih meningkat karena siswa mempunyai tanggung jawab
3) Meskipun masih terdapat hal-hal yang dirasakan kurang memuaskan karena hasil terdapat siswa
yang belum mencapai KKM tetapi siklus perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan lagi. Peneliti
menganggap bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mempunyai tingkat kecerdasan
rendah.
C. Tahap Analisis Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui aktivitas siswa dan gurudan
tes formatif.
Untuk mengetahui suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, kualitatif, yaitu metode penelitian yang bersipat
menggambarkan kenyataan dan fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh, dengan tujuan untuk
mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama pembelajaran.
D.Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator proses dan hasil dalam
penelitian penggunaan pendekatan proses. Dari segi proses ditandai oleh kreatifan murid dalam
pembelajaran.
Penerapan model Problem Based Learning berbasis media audiovisual dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas V SDN 02 Balandongan Kecamatan Parakansalak .
Berdasarkan kriteria tersebut, maka peneliti menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based
Learning berbasis media audiovisual meningkat dengan nilai rata-rata 85,5 dan ketuntasan belajar 97% .
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
1 RA 70
2 WI 70
3 NA 70
4 WA 75
5 RAN 70
6 ER 80
7 EST 80
8 AL 70
9 RS 85
10 IL 70
11 BU 75
12 PPN 70
13 ST 70
14 RID 70
15 ZH 75
16 AR 70
17 AN 75
18 PS 70
19 AP 75
20 MRH 75
21 LSA 70
22 PS 80
23 RJ 70
24 UD 85
25 HD 70
26 AS 70
27 TG 70
28 MSA 70
29 PA 70
30 UC 70
31 LA 70
32 AV 85
33 EA 70
34 IS 80
35 VR 70
36 KR 70
37 SL 70
38 DN 70
Jumlah 2.780 13 25
Rata-rata 73
Keterangan :
Tanda T : Tuntas
Tanda BT : Tidak Tuntas
1. Nilai Rata-rata : 73
2. Nilai Tertinggi : 85
3. Nilai Terendah : 70
4. Tingkat Ketuntasan : 13 x 100% = 34 %
5. Taraf Seraf : 2.780 x 100% = 73 %
Diagram 4.1
Diagram Capaian Hasil Belajar Pembelajaran Awal
Prasiklus
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/II
Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan
Sehari-hari.
25
20
15
Nilai Siswa
10
5
0
60 70 80 90
Setelah melakukan seluruh proses pembelajran awal pra siklus guru melakukan refleksi untuk
menilai kinerja. Sehingga dapat menentukan tindakan berikutnya. Terhadap penelitian yang sedang
dilakukan. Hasil refleksi guru menemukan hak-hal sebagai berikut :
a. Nilai hasil belajar belum memuaskan
b. Nilai hasil belajar siswa masih dibawah KKM. Dimana rata-rata klasikal pada tahap pembelajaran
73 dengan persentase ketuntasan 34% dari 38 siswa hanya 13 siswa yang mampu meraih diatas
KKM (≥ 75).
2). Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan obyek penelitian siswa kelas IV SDN
02 Balandongan Kecamatan Parakansalak dengan dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai
pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.
Pada pelaksanan perbaikan pembelajaran Siklus I aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih
meningkat dari pada saat pelaksanaanpembelajaran awal.
Rangkaian kegiatan dalam perbaikan pembelajaran Siklus I melalui tahap-tahap pembelajaran
sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi
terhadap pembelajaran siklus I mata pelajaran IPA Kelas V dengan materi menerapkan konsep
perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang menyebabkan guru masih belum
puas dengan hasil evaluasi.
Dengan demikian maka perencanaan perbaikan pembelajaran Siklus 1 di fokuskan pada :
1. Keaktifan siswa dengan menggunakan model problem based learning dengan media audiovisual.
2. Perubahan nilai hasil belajar siswa pada struktur akar dan fungsinya.
Untuk melaksanakan perbaiakn pembelajaran tersebut perlu dipersiapkan :
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP)
2. Membuat analisis tes Formatif
3. Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan atau Tindakan
Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, dilaksanakan 70 menit dalam
proses pembelajaran di kelas SDN 02 Balandonagn Kecamatan Parakansalak.
Langkah-langkah yang di tempuh dalam perbaikan pembelajaran siklus I sebagai berikut :
1. Guru melakukan apersepsi tanya jawab
2. Guru menyampaikan materi
3. Siswa membentuk kelompok untuk membahas bahan-bahan yang disediakan
4. Guru memberikan tes akhir
5. Guru memberikan rangkuman
6. Guru memberikan penialian selama proses dan sesudah proses.
Tahap Pengamatan
Tahap ini dilaksanakan bersamaan pada proses pembelajaran, guru memerlukan refleksi untuk
kinerjanya. Sehingga dapat menentukan tindakan seterusnya, terhadap penelitian yang sedang
dilakukan. Hasil refleksi pada perbaikan pembayaran siklus I menemukan hal-hal berikut :
1. Nilai belajar siswa telah mengalami perubahan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
sebelumnya, dimana capaian rata-rata klasikal
2. 75,65 dengan tingkat ketuntasan 61 % dari 38 siswa yang memperoleh diatas KKM 75 sebanyak
23 siswa
3. Keaktifan siswa sudah telah terlihat meningkat karena siswa merasa mempunyai tanggung jawab.
4. Penelitian dilanjutkan pada perbaikan pembelajaran siklus 2.
Untuk mengetahui capaian prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 1,
berikut peneliti sajikan dalam tabel dan diagram prestasi belajar siswa pada perbaikan pembeajaran
siklus I berikut :
Nilai Hasil Tes Formatif Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/II
Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum Tuntas
1 RA 80
2 WI 70
3 NA 74
4 WA 80
5 RAN 70
6 ER 85
7 EST 80
8 AL 80
9 RS 85
10 IL 75
11 BU 75
12 PPN 70
13 ST 74
14 RID 75
15 ZH 80
16 AR 75
17 AN 75
18 PS 74
19 AP 80
20 MRH 75
21 LSA 70
22 PS 80
23 RJ 70
24 UD 85
25 HD 75
26 AS 70
27 TG 70
28 MSA 74
29 PA 70
30 UC 80
31 LA 75
32 AV 85
33 EA 70
34 IS 85
35 VR 70
36 KR 74
37 SL 70
38 DN 70
Jumlah 2.875 23 15
Rata-rata 75,65
Keterangan :
Tanda T : Tuntas
Tanda BT : Tidak Tuntas
1. Nilai Rata-rata : 75,65
2.Nilai Tertinggi : 85
3. Nilai Terendah : 70
4. Tingkat Ketuntasan : 23 x 100% = 61 %
38
5. Taraf Seraf : 2.875 x 100% = 76 %
38
Diagram 4.2
Diagram Capaian Hasil Belajar Pembelajaran Awal
Siklus I
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/II
Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan
Sehari-hari.
20
15
10 Nilai Siswa
0
60 70 80 90
Setelah melakukan seluruh proses pebelajaran siklus I guru melakukan refleksi untuk menilai kinerja
siswa, sehingga dapat menentukan tindakan berikutnya terhadap penelitian yang sedang dilakukan.
Refleksi guru menemukan hal-hal berikut :
a. Prestasi belajar pada perbaikan pembelajaran siklus I ada peningkatan, dimana capaian rata-rata
klasikal mencapai 75,6 namun hal tersebut belum memuaskan, sebab masih banyak siswa yang
mendapat nilai dibawah standar ketuntasan
b. Dari 38 siswa yang tuntas hanya 23 (61%) siswa dengan rata-rata klasikal 75,6. Hal ini
menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran
c. siklus I perlu adanya perbaikan. Sehingga peneliti dilanjutkan pada proses perbaikan pembelajaran
siklus
3)Perbaikan Pembelajaran Siklus 2
Perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan dengan objek penelitian siswa kelas V SDN 02
Balandongan Kecamatan Parakansalak dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat
selama proses pembelajaranberlangsung.
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 ini aktifitas siswa dalam pembelajaran lebih
mengingat dengan menggunakan model problem based learning dengan media audiovisual. Hal ini
sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 2
berikut peneliti sajikan dalam paparan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, tabel, diagram
prestasi belajar siswa perbaikan pembelajaran siklus 2 dibawah ini :
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi terhadap
perbaikan pembelajaran siklus 1 mata pelajaran IPA di kelas V dengan materi menerapkan konsep
perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.Dari hasil analisis niali ditemukan bahwa dari 38 siswa
yang mengikuti tes formatif hanya 23 siswa (61%) yang berhasil mencapai KKM. Dengan hal
tersebut, maka perencanaan perbaikan difokuskan sebagai berikut :
1. Keaktifan siswa dengan menggunakan model problem based learning dengan media audiovisual
pada proses pembelajaran.
2. Perubahan nilai hasil belajar siswa pada materi perpindahan kalor disekitar kita setelah menerima
perbaikan pembelajaran.
Untuk melaksanakan pebaikan pembelajarn tersebut perlu disiapkan :
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP).
2. Membuat lembar analisis tes formatif
3. Membuat lembar obsevasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau tindakan perbaikan pembelajaran 2 dilaksanakan 90 menit dalam proses
pembelajaran di kelas V SDN 02 balandongan Kecamatan Parakansalak, Langkah-langkah yang
ditempuh dalam perbaikan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
1. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab.
2. Guru menyampaikan materi yang ingin dicapai.
3. Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok diskusi
4. Guru meminta para siswa untuk menuliskan hasil pengamatan
5. Guru memberikan tes akhir
6. Guru memberikan rangkuman
7. Guru memberikan penilaian dengan berbagai cara.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti memonitor siswa selama proses pembelajaran dan menilai hasil dari prestasi
siswa dalam pembelajaran IPA. Hasilnya berupa analisis tes formatif dan nilai rata-rata kelas tingkat
ketuntasan dan persentase ketuntasan.
d. Tahap Refleksi
Setelah melaksanakan seluruh proses pembelajaran, guru memerlukan refleksi untuk kinerjanya,
sehingga dapat menentukan tindakan seterusnyaterhadap penelitian yang sedang dilakukan. Hasil
refleksi pada perbaikan pembelajaran siklus 2 menemukan hal-hal berikut :
1. Prestasi hasil belajar siswa telah mengalami perubahan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan
pembelajaran sebelumnya, Dimana rat-rata klasikal pada tahap perbaikan pembelajaran 2
mencapai 85,5 sedangkan banyaknya siswa yang mampu meraih niali sesuai dengan kriteria
ketuntasan berjumlah 37 siswa dari 38 siswa denagan persentase ketuntasan 97%, sehingga
kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilakukan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan.
Keaktifan siswa terlihat lebih meningkat karena siswa mempunyai tanggung jawab dengan tugas
pengamatannya.
2. Meskipun masih terdapat hal-hal yang dirasakan kurang memuaskan karena masih terdapat siswa
yang belum mencapai KKM, tetapi siklus perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan lagi.
Capaian prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus 2 peneliti disampaikan melalui
tabel rekapitulasi, hasil belajar, tabel persentase hasil belajar dan diagram capaian prestasi belajar.
Tabel 4.7
Nilai Hasil Tes Formatif Perbaikan Pembelajaran
Siklus 2
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/II
Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum Tuntas
1 RA 100
2 WI 70
3 NA 85
4 WA 90
5 RAN 80
6 ER 100
7 EST 100
8 AL 85
9 RS 90
10 IL 80
11 BU 90
12 PPN 80
13 ST 85
14 RID 90
15 ZH 90
16 AR 80
17 AN 90
18 PS 80
19 AP 90
20 MRH 90
21 LSA 80
22 PS 100
23 RJ 80
24 UD 100
25 HD 80
26 AS 80
27 TG 80
28 MSA 80
29 PA 80
30 UC 90
31 LA 80
32 AV 90
33 EA 80
34 IS 85
35 VR 80
36 KR 80
37 SL 80
38 DN 80
Jumlah 3.250 37 1
Rata-rata 85,5
Keterangan :
Tanda T : Tuntas
Tanda BT : Tidak Tuntas
1. Nilai Rata-rata : 85,5
2.Nilai Tertinggi : 100
3Nilai Terendah : 70
25
20
15
Nilai Siswa
10
5
0
70 80 90 100
Capaian prestasi belajar siswa di atas peneliti dapatkan dari hasil tiga tahapan pembelajaran
sebagai berikut :
1. Pembahasan Pembelajaran Awal Pra Siklus
Dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung, ternyata hasil belajar siswa sudah lebih baik dari
pembelajaran awal PTK. Tetapi ternyata masih jauh dari harapan penulis. Melihat kenyataan yang
demikian peneliti dengan teman sejawat kemudian menyusun konsep dan melakukan pengamatan
untuk perbaikan pembelajaran. Menurut plaget (1990) bahwa memaknai “ belajar” sebagai proses
dalam mengontruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan orang lain.
Hasil belajar juga dipengaruhi pula oleh tingkat kematangan berpikir, konsep diri dan percaya diri
dalam proses belajar. Adapun hasil pengamatan oleh teman sejawat menunjukkan bahwa kompetensi
yang dimiliki guru dalam mengelola pembelajaran terdapat banyak kekurangan diantaranya adalah
dalam menjelaskan materi guru kurang memberikan contoh-contoh konkrit, guru kurang terampil
dalam mengajar, sehingga terkesan lamban. Masih dalam teori plaget tentang sendiri .
Hal ini dibentuk dengan tujuan mengontraksi prinsip-prinsip belajar secara alamiah yang hasilnya
berupa prosedur-prosedur yang diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang produktif.
Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh guru, agar didalam menyampaikan materi pelajaran harus
menimbang beberapa hal termasuk faktor perkembangan intektual siswa dan pemahaman penalaran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) membawa dampak positif dalam pembelajaran. Dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode audiovisual, dari hasil pembelajaran dapat
penulis simpulkan :
1. Dengan pembelajaran model Problem Based Learning berbasis media audiovisual hasil belajar
siswa meningkat dari masing- masing tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan rata-rata klasikal
awal Pra Siklus 73 naik menjadi 75,65 meningkat lagi menjadi 85,5.
2. Dengan menggunakan model Problem Based Learning berbasis media audivisual yang dilakukan
guru menjadi lebih efektif dan membuat siswa lebih aktif dan tertarik serta mempunyai tanggung
jawab sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
B. Saran Tindak Lanjut
Mengingat pentingnya penggunaan metode audiovisual dalam proses pembelajaran maka guru
perlu menguasai berbagai metode audiovisual yang membuat siswa senang belajar saah salah metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa adalah
melalui metode audiovisual. Sehubungan dengan itu peneliti menyarankan kepada :
1. Guru
Sedapat mungkin guru perlu memilih metode pembelajaran yang dapat menstimulasi siswa agar
senang belajar. Dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung secara kondusip dan
menyenangkan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2. Sekolah
Pihak sekolah perlu melakukan pembinaan secara intensif dengan memanfaatkan wadah
pembinaan yang ada di sekolah dalam rangka peningkatan kualitas profesional bagi guru-guru
yang ada dilingkungan kerjanya.
3. Kepala Sekolah
Kepala sekolah SD perlu melakukan pembinaan terhadap guru-guru yang ada dalam wilayah
kerjanya melaui pembinaan dan menghadirkan guru-guru yang memiliki kemampuan dan yang
menguasai metode-metode pembelajaran, sehingga kualitas pengelolaan pembelajaran di sekolah
semakin berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,( 2014:3), dalam Kustandi dan Sutjipto (2013 : 9), Media pembelajaran adalah komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa.
Budingsih, (2008 : 36-40), dalam Piaget bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola
tahapan perkembangan sesuai dengan umurnya.
Frank Ng, Siok San Tan C. K, 2006 A Problem Based Learning approach toentrepreneurship
education. Education + Training, Vol 48 Iss 6 pp.416-428
Hipi, Rahmudin. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi IPA
(Huda, 2013:271), dalam Barr dan Tagg. Menyatakan bahwa Problem based Learning salah satu
bentuk peralihan paradigma.
Kustandi dan Sutjipto, (2013: 22), dalam Sudjana dan Rivai manfaat media pembelajaran
Munadi, (2013:127), Media audiovisual sangat baik dan efektif dalam proses pembelajaran.
Mukaromah, Nining dan Julianto. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan berbasis
Audiovisualpada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, JPGSD. Volume 02 Npmpr 03 Tahun 2014.
( Puta, 2013:73-74), dalam Ibrahim dan Nur menyatakan ciri-ciri dari Problem Based Learning .
(Suprihatiningrum 2014:215-216), Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran
siswa.
Winaputra (1992 : 123) Mengemukakan bahwa tidak hanya pengetahuan tentang benda atau mahluk
hidup.