Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

UJI KEKERASAN

Disusun oleh :

Nama : MUHAMAD HAFIZ

Kelas : 1 TMM B

Prodi : D4 TEKNIK MESIN DAN MANUFAKTUR

Semester : 1( Ganjil )
POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG

Kawasan Air kantung Sungailiat Bangka induk provinsi Bangka belitung

Telp : (0717) 93586 Fax : (0717) 93585 email :polman@polman-babel.ac.id


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah uji kekerasan pada
material. Makalah ini dibuat untuk membantu pembelajara mahasiswa dalam
pembelajaran tentang uji material.

Saya ucapkan terima kasih atas pengetahuan yang telah pengajar berikan
selama pembelajaran. Saya menyadari masih banyak kekurangan, karena ini saya
sangat mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca supaya kedepannya
saya dapat meminimaliskan kekuramgan tersebut.

Sekian yang dapat saya sampaikan, jika ada kesalahan saya mohon maaf,
atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Sungailiat,7 oktober 2018

Muhamad Hafiz

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kekerasan ................................................................ 6
B. Metode Pengujian Kekerasan .................................................... 7
BAB III METODE PENGUJIAN
A. Alat dan Bahan ........................................................................... 10
B. Prosedur Pengujian .................................................................... 10
BAB IV HASIL PENGUJIAN
A. Hasil........................................................................................... 13
B. Pembahasan ............................................................................... 16
KESIMPULAN ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok


bidang ilmu yang berbeda. Metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan
material terhadap penetrasi sementara. Disain nilai tersebut adalah ukuran
dari tegangan alir, lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap
mekanisme keausan,4mineralogy nilai Itu adalah ketahanan terhadap
goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih bermakna kepada
ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong. Begitu banyak
konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun
demikian konsep-konsep tersebut dapat. Dihubungkan pada satu
mekanisme yaitu tegangan alir plastis dari material yang diuji. Uji
kekerasan merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan
pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat
mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada
suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Dengan dengan melakukan uji keras,
material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau
getas. Uji keras juga dapat digunakan sebaagai salah satu metode untuk
mengetahui pengaruh perlakuan panas atau dingin terhadap material.
Material yang telah mengalami cold working, hot working, dan heat
treatment, dapat diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan
mengukur kekerasan permuakaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan
uji kekerasan kita dapat dengan mudah melakukan quality control terhadap
material untuk mengetahui kualitas dari material yang diuji sehingga dapat
digunakan atau dipakai pada benda sesuai dengan kapasitasnya. Maka dari
itu praktikum pengujian kekerasan ini sangat penting dilakukan oleh
mahasiswa agar memahami dan mampu melakukan pengujian kekerasan
material, dan juga mampu melakukan perhitungan nilai kekerasan dari
material yang diuji. 1
B.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu spesimen material yang diuji.
2.Untuk mengetahui macam-macam metode pengujian kekerasan material
serta aplikasinya.
3.Untuk mengetahui prosedur dan standar pengujian keras.
4.Untuk mengetahui sistem kerja dan bagian dari mesin uji kekerasan.
5.Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat melakukan
pengujian uji kekerasan.

2
BAB II LANDASAN TEORI
A.Pengertian Kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami
pergesekan (frictional force), dalam hal ini bidang keilmuan yang berperan
penting mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik (Metallurgy
Engineering). Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material
untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Kekerasan
merupakan ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi tekan. Deformasi
yang terjadi dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan plastis. Pada
permukaan dari dua komponen yang saling bersinggungan dan bergerak
satu terhadap lainnya akan terjadi deformasi elastis maupun plastis.
Deformasi elastis kemungkinan terjadi pada permukaan yang keras,
sedangkan deformasi plastis terjadi pada permukaan yang lebih lunak.
Pengaruh deformasi bergantung pada kekerasan permukaan bahan (logam).
Nilai kekerasan berkaitan dengan kekuatan luluh atau tarik logam, karena
selama indentasi (penjejakan) logam mengalami deformasi sehingga
terjadi regangan dengan persentase tertentu. Nilai kekerasan Vickers
didefinisikan sama dengan beban dibagi luas jejak piramida (indentor)
dalam kg/mm2 dan besarnya kurang lebih tiga kali besar tegangan luluh
untuk logam-logam yang tidak mengalami pengerjaan pengerasan cukup
berarti. Keras-lunak permukaan bahan logam di setiap lokasi penjejakan
akan berbeda-beda karena faktor kehalusan permukaan, porositas, jenis
perlakuan maupun perbedaan unsur-unsur paduan. Diagonal jejakan (d)
yang lebih panjang pada suatu bahan uji memberikan pengertian bahwa
nilai kekerasan bahan rendah, sebaliknya diagonal jejakan lebih pendek
memberikan pengertian bahwa nilai kekerasan bahan tinggi. Makin besar
beban, diagonal indentasi (d) makin besar pula di sisi lain makin besar
diagonal indentasi maka nilai kekerasan makin rendah. Hal ini tentu saja
terkait dengan ketahanan bahan terhadap deformasi yang dilakukan
indentor.
Dapat dijelaskan beberapa kondisi bahan uji sebagai berikut :
1.Kondisi bahan uji buram karena permukaannya ter-oksidasi baik oleh
bahan kimia etsa maupun udara sekitar, bahan uji tak memenuhi
keberterimaan.
2.Kondisi bahan uji mengkilap dengan permukaan yang halus, memenuhi
keberterimaan.
3.Kondisi bahan uji dengan permukaan yang rata (horizontal), memenuhi
keberterimaan.
4.Kondisi bahan uji yang miring (kegagalan proses grinda), bahan uji tak
memenuhi keberterimaan.
5.Kondisi bahan uji yang bulat (sebelum di grinda), bahan uji tak
memenuhi keberterimaan.
6.Kondisi bahan uji bulat tetapi telah diratakan, memenuhi keberterimaan
Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung pada:
a.Permukaan material
b.Jenis dan dimensi material
c.Jenis data yang diinginkan
d.Ketersedian alat uji

B.Metode Pengujian Kekerasan


1.Metode Brinnel
Metode uji kekerasan yang di ajukan oleh J.A Brinell pada tahun 1900an
ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan
dan di susun pembakuannya. Uji kekerasan ini berupa pembentukan
lekukan pada permukaan logam menggunakan indentor. Indentor untuk
brinell berbentuk bola dengan diameter 10mm, diameter 5mm, diameter
2,5mm, dan diameter 1mm, itu semua adalah diameter bola standar
internasional. Bola brinell yang standar internasional tersebut ada 2 bahan
pembuatannya. Ada yang terbuat dari baja yang di keraskan/dilapis chrom,
dan ada juga yang terbuat dari tungsten carbide. Tungsten carbide lebih
keras dari baja, jadi tungsten carbide biasanya dipakai untuk pengujian
benda yang keras yang dikhawatirkan akan merusak bola baja. Namun
untuk pengujian bahan yang tingkat kekerasannya belum diketahui,
alangkah baiknya jika kita mengujinya terlebih dahulu menggunakan
metoda rockwell, dengan menggunakan indentor kerucut intan, untuk
menghindari rusaknya indentor. Seperti yang kita ketahui bahwa intan
adalah logam yang paling keras saat ini, jadi intan tidak akan rusak jika
diindentasikan ke material yang keras. Pengujian kekerasan dengan
metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang
ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Idealnya,
pengujian Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan
Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan
menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.

2.Pengujian Rockwell
Uji kekerasan Rockwell ini paling banyak dipergunakan di Amerika
Serikat. Hal ini disebabkan oleh sifat–sifatnya yaitu : cepat, bebas dari
kesalahan manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang
kecil pada baja yang diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil sehingga
bagian yang mendapat perlakuan panas yang lengkap dapat diuji
kekerasannya tanpa menimbulkan kerusakan. Uji ini menggunakan
kedalaman lekukan pada beban yang konstan sebagai ukuran kekerasan.
Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu mengindentasi material
contoh dengan indentor kerucut intan atau bola baja. indentor ditekan ke
material dibawah beban minor/terkecil pada umumnya 10 kgf. Ketika
keseimbangan telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat, yang
mengikuti pergerakan indentor dan demikian bereaksi terhadap perubahan
kedalaman penetrasi oleh indentor, ini merupakan angka posisi pertama.
Beban kedua atau beban utama ditambahkan tanpa menghilangkan beban
awal, sehingga akan meningkatkan kedalaman penetrasi. Saat
keseimbangan kembali tercapai, beban utama dihilangkan tetapi beban
awal masih tetap diberikan. Dengan hilangnya beban utama maka akan
terjadi recovery parsial dan terjadi pengurangan jejak kedalaman
.Peningkatan kedalaman penetrasi akhir sebagai hasil aplikasi ini dan
kehilangan beban utama digunakan untuk menentukan nilai kekerasan
Rockwell
BAB III METODE PENGUJIAN
A. Alat dan Bahan
1.Hardness Tester
2.Cincin Indentor
3.Anvil
4.Spesimen
5.Lampu Penerangan
6.Mikroskop
7.Indentor
8.Stopwatch

B. Prosedur Pengujian
1.Metode Rockwell
a.Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b.Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.
c.Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d.Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .
e.Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen
hingga spesimen menyentuh indentor).
f.Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau
titik merah pada skalaminor.
g.Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.
h.Menyiapkan stopwatch.
i.Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.
j.Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
k.Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel
hasil.
l.Melakukan percobaan selam 3 kali.

2.MetodeVickers
a.Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b.Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.
c.Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d.Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih.
e.Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen
hingga spesimen menyentuh indentor).
f.Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau
titik merah pada skala minor.
g.Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.
h.Menyiapkan stopwatch.
i.Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.
j.Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
k.Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel
hasil.
l.Melakukan percobaan selam 3 kali..
3.Metode Brinell
a.Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b.Memilih indentor bola baja dengan diameter 5 mm.
c.Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d.Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .
e.Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen
hingga spesimen menyentuh indentor)
f.Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau
titik merah pada skala minor.
g.Menyiapkan stopwatch.
h.Menekan crank handle kedepan minimal 20 detik.
i.Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
j.Melakukan percobaan selam 3 kali..

4.Mikroskop
a.Memilih lensa mikroskop ukuran 40 kali pembesaran.
b.Memfokuskan diameter utama dengan mata lensa.
c.Menghidupkan lampu.
d.Mencari diameter pada spesimen .
e.Mengukur besar diameter.
f.Mencatat besar diameter pada tabel.
g.Mematikan lampu.
h.Melepas spesimen dari meja uji
BAB IV HASIL PENGUJIAN
A.Hasil
1.Metode Rockwell
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengamatan Rockwell.

Dari grafik data hasil pengujian Rockwell bisa dijelaskan bahwa


pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell
menggunakan indentor bola baja dengan ukuran 1/16 inchi dan
pada saat pengujian di berikan beban sebesar 1000 newton atau
100 kg. Hasil yang didapat dari pengujian tersebut berupa pada
pengujian pertama sebesar 67,8 , ke-dua sebesar 68 , dan ke-tiga
sebesar 68,2. Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata sebesar 68
Nilai kekerasan material yang diuji coba selama 3 kali hasilnya
tidak jauh berbeda. Hasil yang didapat berbeda-beda dikarenakan
permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat pemasangan
spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada lengkungan,
beban, penumbuk dan kekerasan bahan.
Gambar 4.1 Grafik Data Hasil Pengujian Rockwell
Nilai Kekerasan Rockwell (HRC)
68.3
Nilai kekerasan

68.2
68.1
68
67.9 Kekerasan
Rockwell (HRC)
67.8
67.7
67.6
1 2 3
No. Test

Hal itu dibuktikan pada grafik diatas, dimana grafik percobaan menurun
ini dikarenakan faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan
bahan. .

2.Metode Brinell
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Brinell.

Dari gambar data hasil pengujian brinell bisa dijelaskan bahwa pengujian
kekerasan dengan menggunakan metode brinell menggunakan indentor
berukuran D= 5 mm dan pada saat pengujian diberikan beban sebesar 1000
N atau 100 kg. Hasil yang didapat dari pengujian tersebut berupa nilai
kekerasan brinell pada percobaan 1 sebesar 127,3885 , percobaan 2 sebesar
127,3885 , dan percobaan 3 sebesar 127,388. Maka dari hasil percobaan
tersebut didapat rata-rata sebesar 127,3883. Perbedaan yang terjadi pada
pengujian brinell ini sangat kecil, bahkan hasil nya hampir sama, jadi
pengujian yang dilakukan cukup akurat.
Gambar 4.2 Grafik Data Hasil Pengujian Brinell
Nilai Kekerasan Brinell (BHN)
127.3886
Nilai Kekerasan

127.3884
127.3882
127.388 Nilai Kekerasan
Brinel (BHN)
127.3878
127.3876
1 2 3
No. Test

Salah satu permasalahan pada uji brinell adalah bahwa BHN tergantung
pada beban P untuk lekukan yang sama. Umumnya BHN menurun seiring
dengan penurunan beban. ASTM standar memberikan spesifikasi secara
detail untuk pengujian brinell. Uji brinell tidak dipengaruhi oleh goresan
dan kekasaran permukaan, jejak brinel yang besar ukurannya dapat
mempengaruhi dan menghalangi pemakaian uji tersebut untuk benda uji
yang kecil atau pada bagian yang kritis terhadap tegangan, dimana lekukan
yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan dalam pengujian.
3.Metode Vickers
Tabel 4.3 Tabel hasil pengamatan vickers.

Dari grafik data hasil pengujian, bisa dijelaskan bahwa pengujian


kekerasan dengan menggunakan metode Vickers menggunakan indentor
piramida intan dan pada saat pengujian di berikan beban sebesar 1000
newton atau 100 kg. Hasil yang didapat dari pengujian tersebut berupa
pada pengujian pertama sebesar 92,7 , ke-dua sebesar 102,714 , dan ke-tiga
sebesar 102,714. Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata sebesar 99,376
ini berarti nilai kekerasan material yang diuji coba selama 3 kali hasilnya
tidak jauh berbeda. Hasil yang didapat berbeda-beda dikarenakan
permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat pemasangan
spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada lengkungan, beban,
penumbuk dan kekerasan bahan. Hal itu dibuktikan pada grafik diatas,
dimana grafik percobaan menurun ini dikarenakan faktor lengkungan,
beban, penumbuk dan kekerasan bahan. Perbedaan hasil yang diperoleh
melalui percobaan vickers dapat diamati melalui grafik berikut.
Gambar 4.3 Grafik Data Hasil Pengujian Vickerss
Nilai Kekerasan Vickers (BHN)
105
Nilai Kekerasan

100

95
Nilai Kekerasan
90 Vickers (VHN)

85
1 2 3
No. Test

B.Pembahasan
Dalam melaksanakan praktikum uji kekerasan ini kita menggunakan 3
metode yaitu metode rockwell, , metode Vickers dan metode brinell.
Praktikum uji kekerasan ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan suatu
material. Pengujian dengan metode rockwell sendiri lebih mudah
dilakukan karena hasil dari pengujiannya langsung tertera pada skala
mayor sedangkan untuk mendapatkan nilai kekerasan material dengan
menggunakan metode brinell dan metode Vickers perlu menghitungnya
terlebih dahulu. Metode rockwell adalah metode pengujian kekerasan
material dengan menggunakan indentor 1/16” dengan beban 1000 N atau
100 kg. Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan
logam, beban ditekan dengan waktuk 10 detik, sebelum melakukan
percobaan ini sebaiknya specimen dibersihkan dahulu dari kotoran atau
debu debu yang menempel agar tidak terjadi perubahan hasil pengujian.
Setelah dilakukan pemberian tekanan maka hasil dari pengujian kekerasan
tersebut akan muncul pada skala mayor. Pengujian dengan menggunakan
metode rockwell ini dilakukan sebanyak tiga kali agar mendapatkan hasil
yang maksimal.Metode brinell bertujuan untuk menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut
(specimen). Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada
permukaan logam memakai bola baja berukuran 5 mm kemudian ditekan
dengan beban 100 kg atau 980 N. Beban ditekan pada material dengan
waktu 10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya specimen
dibersihkan dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel agar tidak
terjadi perubahan hasil pengujian. Untuk menghitung diameter lekukan
hasil pengujian disini praktikan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 40 kali, setelah didapatkan diameter lekukan langkah
selanjutnya menghitung dengan menggunakan rumus nilai kekerasan
vickers.Pengujian dengan menggunakan metode brinell ini dilakukan
sebanyak 3 kali agar mendapatkan hasil yang maksimal.Pada pengujian
vickers menggunakan identor piramid dari intan, pengujian kekerasan
dengan metode vickers bertujuan menentukan nilai kekerasan suatu
material dari diameter kedalaman hasil pengujian pada spesimen pengujian
ini tidak dilihat dari angka yang ditunjukkan pada alat uji, melainkan
dengan menghitung diameter lubang yang dihasilkan oleh identor pada
saat pengujian, dengan menggunakan mikroskop dan dengan
menggunakan 2 cara pemberian skala atau nilai diameter lubang masing –
masing pengujian. Dan pada perhitungan atau dalam menentukan lekukan
yang dibuat oleh penumbuk piramida intan harus berbentuk bujur sangkar.
Percobaan Vickers dilakukan sebanyak 3 kali untuk memperoleh hasil
yang lebih
akurat.
Aplikasi metode Brinell dan rockwell pada dunia kerja adalah untuk
mengetahui kekuatan suatu material yang digunakan untuk membangun
suatu konstruksi atau industri logam didunia, karena uji kekerasan ini
adalah salah satu hal yang sangat penting untuk membuat hidup manusia
lebih aman dan nyaman serta efisien karena alat-alat, teknologi,
transportasi dan lain-lain yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal –hal yang mempengaruhi terjadinya fatik (kelelahan pada material) :
1.Penyelesaian permukaan
Karena retak fatik seringkali berada pada dekat komponen, kondisi
permukaan merupakan hal yang perlu diperhatikan pada fatik. Bekas
permesinan dan ketidak rataan lain harus dihilangkan dan usaha ini
berpengaruh sekali terhadap sifat fatik. Lapisan permukaan yang diberi
tekanan dengan tumbukan partikel akan meningkatkan umur fatik.
2.Pengaruh temperature Pengaruh temperatur terhadap fatik mirip dengan
pengaruh temperatur terhadap kekuatan tarik maksimum. Kekuatan fatik
paling tinggi pada temperatur rendah, dan berkurang secara bertahap
dengan naiknya temperatur.
3.Frekuensi siklus tegangan Pengaruh frekuensi siklus tegangan terhadap
umur fatik untuk berbagai jenis logam umumnya tidak ada, meskipun
penurunan frekuensi biasanya menurunkan umur fatik. Efek ini bertambah
bila temperatur uji fatik kita naikkan bila umur fatik cenderung bergantung
pada waktu uji seluruhnya dan tidak pada jumlah siklus.
4.Lingkungan Fatik yang terjadi didalam lingkungan korosif biasanya
disebut fatik korosi. Telah diketahui bahwa kikisan korosi oleh media cair
dapat menimbulkan lubang – lubang etsa yang bersifat sebaga tekuk. Akan
tetapi bila mana serangan korosi terjadi secara serentak bersamaan dengan
pembebanan fatik efek perusakan jauh lebih besar dibandingkan dari efek
tekuk semata.
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
1.Rata – rata nilai kekerasan rockwell adalah 68 dan rata – rata nilai
kekerasan brinell adalah 127,3883, sedangkan rata-rata nilai kekerasan
vickers adalah 99,376. Setelah melakukan percobaan diatas mudah untuk
kita lebih memahami bagaimana melakukan uji kekerasan terhadap suatu
material. Dan lebih mengetahui cara mengoperasikan mesin uji
kekerasan.
2.Metode rockwell lebih mudah digunakan dari pada metode brinell karena
pada metode rockwell hasil langsung dapat diketahui.
3.Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan material.
4.Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji
kekerasan dengan metode brinell juga mempengaruhi hasil kekerasan
material.
5.Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan suatu
material, semakin besar beban maka diameter cekungan semakin lebar
sehingga nilai kekerasanya akan semakin kecil.

B.Saran
1.Pahami apa saja yang dijelaskan oleh asisten laboratorium dan catatlah
bila itu penting.
2.Jangan pernah bermain - main dalam melakukan praktikum.
3.Untuk percobaan pengujian kekerasan yang selanjutnya diharapkan
memperhatikan waktu dan cara pengoprerasian alat sebab kesalahan
pengoperasian dapat menyebabkan data yang kita ambil tidak akurat.
4.Specimen yang akan kita ukur diameternya melalui mikroskop pastikan
permukaannya halus sehingga mudah untuk kita menentukan diameter
cekungan dari cekungan yang kita uji.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=50186047&esca
pe=false&metadata=%7B22context%22%3A%22archive%22%2C%22p
age%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22download%22%
2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22
%D
http://faisolafnan.blogspot.com/2013/04/laporan-uji-kekerasan-bab-i-
pendahuluan.html.
http://yopiprayoga.blogspot.com/2013/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html.
http:// kalogueloe. blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-
vickers. html.
http://belajarmetalurgi. blogspot.com/2009/11/uji-kekerasan.html.
dihttp://eprints.undip.ac.id/38886/1/Alat_Uji_Impak_Charpy.pdf.

Anda mungkin juga menyukai