Disusun oleh :
SINTHA EKA ASHARI
16030204012
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
(Alternanthera brasiliana)?
B. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
ungu (Alternanthera brasiliana).
C. Hipotesis
1. Suhu berpegaruh terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Alternanthera
brasiliana).
D. Kajian Pustaka
1. Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata)
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek
kurang lebih 60 hari.Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden
gram(Astawan, 2005).Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosaceae yang
memiliki banyak varietas, dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminosaceae
Genus : Phaseolus
Species : Vigna radiata
Perkecambahan biji merupaka serangkaian proses yang biasanya terjadi sebelum
munculnya ujung akar dari kulit biji. Selama proses perkecambahan biji, pemecahan
komponen makromolekul dimulai dengan bantuan enzim amilolitik, proteolitik dan
lipolitik. Produk dari hasil pemecahan ini digunakan untuk pertumbuhan biji dan
perkembangannya. Agar proses pemecahan dapat berjalan dengan baik, diperlukan
suatu senyawa yang disebut enzim. Enzi merupakan suatu senyawa organik yang
dihasilkan oleh sel hidup, berupa protein yang berfungsi sebagai katalisator (Kamil,
1982). Menurut Sutopo (1993), proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian
kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.
2. Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi tumbuhan adalah suatu proses perombakan zat organik (katabolisme
atau disamilasi), yang mana energi yang telah tersimpan digunakan kembali untuk
melakukan proses-proses kehidupan pada tumbuhan itu sendiri. Respirasi glukosa
misalnya:
Dari persamaan diatas nampak adanya energi sebesar 686 kkal yang dilepaskan
pada proses itu. Respirasi glukosa dapat dibagi menjadi 3 tahap:
1
a) Sebagian glukosa dioksidasi dan menghasilkan senyawa 3 karbon yaitu asam
piruvat.
b) Atom karbon dari asam piruvat seluruhnya dioksidasi menjadi CO2 dalam reaksi
seri melingkar (daur asam trikarboksilat).
c) Elektron dipindahkan dari NAD tereduksi yang dihasilkan oleh tahap II (dan juga
tahap I) dan dipindahkan melalui system pembawa yang disebut rantai
pengangkutan elektron.
Di dalam mahluk hidup terjadi pembakaran gula dan macam-macam zat organik
lainya, proses respirai berlangsung dengan bantuan enzim-enzim dan prosesnya terjadi
di dalam temperatur biasa. Sebagian energi yang timbul karenanya berupa energi
panas dan sebagian lagi berupa energi yang digunakan adalah sebagai proses
pembentukan zat organik, osmosis, aktivitas tumbuhan, akumulasi garam-garam,
aliran protoplasma, pembelahan sel dan lain-lain.
Jika karbohidrat seperti fruktan, fruktosa, sukrosa, atau zat amilum yang dipakai
sebagai substrat dalam proses respirasi. Jika senyawa tersebut teroksidasi secara
sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan menghasilkan jumlah yang persis
sama dengan jumlah kadar CO2 yang dihasilkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi adalah sebagai
berikut:
a) Faktor Internal
1) Faktor Protoplasmik
Faktor ini akan mempengaruhi laju respirasi dan juga dipengaruhi oleh
kuantitas (banyak) dan kualitas (mutu) dari suatu protoplasma. Kuantitas dan
kualitas suatu protoplasma dalam sel dipengaruhi oleh umur sel tumbuhan.
Dalam rentang umur dari muda sampai dewasa semakin bertambah umur
suatu sel, semakin bertmabah bertambah kuantitas dan kualitas protoplasma
sel. Pertambahan kuantitas protoplasma disebabkan karena sel masih
melakukan pertumbuhan. Seiring dengan bertambahnya massa protoplasma
serta diikuti dengan penambahan dan penyempurnaan enzim di dalam
protoplasma. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin bertambah umur
suatu sel, maka semakin cepat laju respirasinya.
2) Konsentrasi Substrat Respirasi yang Tersedia
Laju respirasi sangat bergantung pada konsentarsi substrat respirasi yang
tersedia. Substrat yang semakin banyak tersedia di dalam sel, maka laju
respirasinya akan mengalami peningkatan.
b) Faktor Eksternal
1) Temperatur
Seperti proses-proses yang lain, laju respirasi juga dipengaruhi oleh
temperatur. Di dalam rentang tempertaur 0°C sampai denagn 45°C,
peningkatan temperatur akan diikuti oleh peningkatan laju respirasi. Pada
temperatur yang tinggi, maka laju respirasi akan menurun seiring dengan
bertambahnya waktu. Faktor waktu ini, berkaitan dengan sifat dari reaksi
enzimatis. Meyer dan Anderson (1952) menyebutkan bahwa menurunnya laju
respirasi pada temperatur yang tinggi disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
2
Masuknya oksigen ke dalam sel tidak cepat karena pada temperatur yang
tinggi konsentrasi oksigen menurun.
Keluarnya CO2 tidak cepat sehingga banyak mengalami akumulasi di
dalam sel serta dapat menyebabkan hambatan pada proses respirasi.
Pada temperatur tinggi substrat respirasi yang tersedia menurun sehingga
substrat respirasi menjadi faktor pembatas.
Disamping itu dengan tingginya temperatur dan lamanya temperatur tersebut
akan menyebabkan kerusakan pada protein enzim yang dapat menjadikan laju
respirasi menurun. Begitu juga sebaliknya, pada temperatur yang sangat
rendah, maka laju respirasi akan menurun karena terjadi perubahan
konformasi struktur protein enzim.
2) Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju respiarsi.
Faktor pengaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat ditinjau dari tiga aspek,
yaitu:
Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan laju fotosintesis
yang berarti substrat rspirasi yang tersedia meningkat. Dengan demikian
laju respirasi juga meningkat.
Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan tempertaur sehingga
laju respirasi meningkat.
Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkat hasil fotosintesis di
dalam sel penutup stoma sehingga akan menyebabkan stomata membuka.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan proses pertukaran gas O2 dan CO2
akan berlangsung dengan cepat yang dapat mempengaruhi peningkatan
laju respirasi.
3) Konsentrasi Oksigen Di Udara
Oksigen merupakan faktor yang utama untuk berlangsungnya prsoses
respirasi aerob.Oleh sebab itu laju respirasi aerob juga sangat bergantung
pada konsentrasi yang tersedia.
4) Konsentrasi Karbon dioksida
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida di udara dapat mengakibatkan
terjadinya penutupan stomata. Sebagai akibatnya, pertukaran gas menjadi
berkurang dan akan terjadi penurunan laju respirasi.
5) Tersedianya Air
Air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi.Oleh sebab itu
tidak tersedianya air menyebabkan turunnya laju respirasi.
6) Luka Pada Organ Tumbuhan
Luka pada organ tumbuhan pada umumnya dapat menyebabkan inisiasi
jaringan meristematik pada daerah luka sehingga akhirnya dapat berkembang
menjadi kalus.Dengan adanya inisiasi meristematik tersebut, maka dapat
menyebabkan peningkatan laju respirasi karena sel-sel yang bersifat
meristematik tersebut banyak mengandung substrat respirasi yang cukup
tersedia.
7) Senyawa Kimia
Beberapa senyawa kimia seperti karbomonoksida, sianida, aseton, kloroform,
3
eter, formaldehid, alkaloid, dan glukosida, bila dalam jumlah sedikit, dapat
meningkatkan laju respirasi pada tahapan di awal namn bila keberadaan
senyawa kimia dalam jumlah banyak, maka akan menurunkan laju respirasi.
Turunnya laju respirasi disebabkan karena senyaa- senyawa tersebut diatas
bersifat menghambat reaksi enzimatis pada proses respirasi.
8) Perlakuan Mekanik
Beberapa perlakuan mekanik seperti adanya pembengkokan serta pengusapan
dan penggosokan dapat meningkatkan laju respirasi.Akan tetapi jika
perlakuan mekanik diberikan secara berulang-ulang maka efeknya tidak
nampak lagi.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Suhu
2. Variabel Kontrol : Berat kecambah kacang hijau (Vigna radiata), usia kecambah
kacang hijau (Vigna radiata), volume NaOH di dalam erlenmayer, volume BaCl2
untuk titrasi, tetesan larutan PP dan waktu untuk respirasi.
3. Variabel Respon : Kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
H. Rancangan Percobaan
- Ditimbang 5 gram
- Dibungkus kain kasa dan diikat dengan tali (masing-masing 3
sampel suhu ruang dan 3 sampel suhu inkubator).
Bungkusan kecambah
6 erlenmeyer
- Diisi 30ml larutan NaOH 0,5 M.
- Dimasukka bungkuan kecambah dalam erlenmeyer.
- Ditutup rapat.
Botol berisi kecambah
- 2 botol disimpan selam 24 jam di dalam ruangan dan
lainnya dalam inkubator.
- Diambil 5 ml larutan NaOH dan dimasukkan pada
erlenmeyer lainnya.
- Diambil 2,5 ml BaCl2.
- Ditetesi 2 tetes PP 0,5 N
- Titrasi dihentikan setelah warna hilang.
Perubahan warna
I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menimbang 5 gram kecambah kacang hijau kemudian dibungkus dengan kain kasa
dan diikat dengan seutas tali. Masing-masing 3 sampel untuk suhu ruangan dan 3
sampel untuk suhu di dalam ruangan incubator.
3. Menyiapkan 6 erlenmayer, kemudian masing-masing diisi dengan 30 ml larutan
NaOH 0,5 M.
4. Memasukkan bungkusan kecambah dan digantungkan di atas larutan NaOH dengan
tali/benang, kemudian tabung erlenmayer ditutup rapat-rapat.
5. Menyimpan 2 botol berisi kecambah dan satu botol tanpa kecambah (kontrol)
masing-masing di dalam ruangan dengan suhu 27oC dan yang lain di dalam
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
5
6. Setelah 24 jam dilakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang dilepaskan
selama respirasi kecambah kacang hijau.
7. Mengambil 5 ml larutan NaOH dari dalam erlenmayer, kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmayer lain. Kemudian ditambahkan 2,5 ml BaCl2 dan ditetesi 2 tetes PP
sehingga larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan HCl
0,5 N. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.
0.9
0.89
0.88
Keceptan respirasi
0.87
0.86
0.85
0.84
30ᵒC 37ᵒC
Gambar 1. Diagram kadar kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
pada suhu yang berbeda.
6
CO2 sebanyak 20,85 ml. Pada kecambah 2 meghasilkan volume HCl sebanyak 0,65 ml,
volume NaOH tidak terikatnya 3,9 ml dengan volume NaOH 26,1 ml, sehingga
didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 20,85 ml. Pada perlakuan kontrol meghasilkan
volume HCl sebanyak 0,8 ml, volume NaOH tidak terikatnya 4,8 ml dengan volume
NaOH 25,2 ml, sehingga didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 20,85 ml, jadi pada suhu
ruangan didapatkan hasil kecepatan respirasi 0,86 ml/s
pada suhu inkubator (37oC), pada perlakuan kecambah 1 meghasilkan volume HCl
sebanyak 0,65 ml, volume NaOH tidak terikatnya 3,9 ml dengan volume NaOH 26,1 ml,
sehingga didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 21,75 ml. Pada kecambah 2
meghasilkan volume HCl sebanyak 0,8 ml, volume NaOH tidak terikatnya 4,8 ml dengan
volume NaOH 25,2 ml, sehingga didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 21,75 ml. Pada
perlakuan kontrol meghasilkan volume HCl sebanyak 0,65 ml, volume NaOH tidak
terikatnya 3,9 ml dengan volume NaOH 26,1 ml, sehingga didapatkan hasil volume CO2
sebanyak 21,75 ml dan kecepatan yang didapatkan pada suhu inkubator 0,90 ml/s.
M. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan suhu berpengaruh terhadap
kecepatan respirasi kecambah kacang hijau. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi
tumbuhan saling berkaitan, karena semakin tinggi suhu maka laju respirasi juga akan semakin
meningkat dan CO2 yang dilepaskan juga akan bertambah jumlahnya. Pada suhu ruangan
(30ᵒC) dengan kecepatan 0,86 ml/s, sedangkan pada suhu inkubator yaitu 37ᵒC dengan
kecepatan 0,90 ml/s.
N. Daftar Pustaka
Astawon. 2005. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia pustaka utama.
Meyer dan Anderson. 1952. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada:
Jakarta.
Sutopo. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
8
Winarto, W. (2006). Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengobati Berbagai Penyakit.
Jakarta: Agromedia Pustaka
Yuliani. 2018. MetabolismeTumbuhan.Surabaya :Unesa University Press.
9
LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan
1. Daun Muda
a) Klorofil a = 13,7 × OD 665 – 5,76 × OD 649
= 13,7 × 1,061 – 5,76 × 0,672
= 10,66 mg/L
b) Klorofil b = 25, 8 × OD 649 – 7,7 × OD 665
= 25,8 × 0,672 – 7,7 × 1,061
= 9,16 mg/L
c) Klorofil total = 20,0 × OD 649 + 6,1 × OD 665
= 20,0 × 0,672 + 6,1 × 1,061
= 19,9121 mg/L
2. Daun Tua
a) Klorofil a = 13,7 × OD 665 – 5,76 × OD 649
= 13,7 × 1,333 – 5,76 × 0,82
= 13,51586 mg/L
b) Klorofil b = 25, 8 × OD 649 – 7,7 × OD 665
= 25,8 × 0,824 – 7,7 × 1,333
= 10,9951 mg/L
c) Klorofil total = 20,0 × OD 649 + 6,1 × OD 665
= 20,0 × 0,824 + 6,1 × 1,333
= 24,6113 mg/L
10
Lampiran gambar
1
Memasukkan 3 buah erlenmeyer, satu
sebagai control (tidak diisi kecambah
5. kacang hijau) dan dua terdapat kecambah
kacang hijau ke dalam incubator dengan
suhu 37oC.
2
Mambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 0,5 M
dan meneteskan larutan PP sebanyak 2
9. tetes ke dalam larutan NaOH yang akan
dititrasi sehingga warna berubah menjadi
merah muda
3
4