Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH SUHU TERHADAP KECEPATAN RESPIRASI


KECAMBAH KACANG HIJAU (Vigna radiata)

Disusun oleh :
SINTHA EKA ASHARI
16030204012

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
(Alternanthera brasiliana)?

B. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
ungu (Alternanthera brasiliana).

C. Hipotesis
1. Suhu berpegaruh terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Alternanthera
brasiliana).

D. Kajian Pustaka
1. Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata)
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek
kurang lebih 60 hari.Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden
gram(Astawan, 2005).Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosaceae yang
memiliki banyak varietas, dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminosaceae
Genus : Phaseolus
Species : Vigna radiata
Perkecambahan biji merupaka serangkaian proses yang biasanya terjadi sebelum
munculnya ujung akar dari kulit biji. Selama proses perkecambahan biji, pemecahan
komponen makromolekul dimulai dengan bantuan enzim amilolitik, proteolitik dan
lipolitik. Produk dari hasil pemecahan ini digunakan untuk pertumbuhan biji dan
perkembangannya. Agar proses pemecahan dapat berjalan dengan baik, diperlukan
suatu senyawa yang disebut enzim. Enzi merupakan suatu senyawa organik yang
dihasilkan oleh sel hidup, berupa protein yang berfungsi sebagai katalisator (Kamil,
1982). Menurut Sutopo (1993), proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian
kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.
2. Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi tumbuhan adalah suatu proses perombakan zat organik (katabolisme
atau disamilasi), yang mana energi yang telah tersimpan digunakan kembali untuk
melakukan proses-proses kehidupan pada tumbuhan itu sendiri. Respirasi glukosa
misalnya:

C6H12O6 + 6O2 −−−−−−> 6CO2 + 6H2O ∆G° = - 686 kkal

Dari persamaan diatas nampak adanya energi sebesar 686 kkal yang dilepaskan
pada proses itu. Respirasi glukosa dapat dibagi menjadi 3 tahap:
1
a) Sebagian glukosa dioksidasi dan menghasilkan senyawa 3 karbon yaitu asam
piruvat.
b) Atom karbon dari asam piruvat seluruhnya dioksidasi menjadi CO2 dalam reaksi
seri melingkar (daur asam trikarboksilat).
c) Elektron dipindahkan dari NAD tereduksi yang dihasilkan oleh tahap II (dan juga
tahap I) dan dipindahkan melalui system pembawa yang disebut rantai
pengangkutan elektron.
Di dalam mahluk hidup terjadi pembakaran gula dan macam-macam zat organik
lainya, proses respirai berlangsung dengan bantuan enzim-enzim dan prosesnya terjadi
di dalam temperatur biasa. Sebagian energi yang timbul karenanya berupa energi
panas dan sebagian lagi berupa energi yang digunakan adalah sebagai proses
pembentukan zat organik, osmosis, aktivitas tumbuhan, akumulasi garam-garam,
aliran protoplasma, pembelahan sel dan lain-lain.

Jika karbohidrat seperti fruktan, fruktosa, sukrosa, atau zat amilum yang dipakai
sebagai substrat dalam proses respirasi. Jika senyawa tersebut teroksidasi secara
sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan menghasilkan jumlah yang persis
sama dengan jumlah kadar CO2 yang dihasilkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi adalah sebagai
berikut:
a) Faktor Internal
1) Faktor Protoplasmik
Faktor ini akan mempengaruhi laju respirasi dan juga dipengaruhi oleh
kuantitas (banyak) dan kualitas (mutu) dari suatu protoplasma. Kuantitas dan
kualitas suatu protoplasma dalam sel dipengaruhi oleh umur sel tumbuhan.
Dalam rentang umur dari muda sampai dewasa semakin bertambah umur
suatu sel, semakin bertmabah bertambah kuantitas dan kualitas protoplasma
sel. Pertambahan kuantitas protoplasma disebabkan karena sel masih
melakukan pertumbuhan. Seiring dengan bertambahnya massa protoplasma
serta diikuti dengan penambahan dan penyempurnaan enzim di dalam
protoplasma. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin bertambah umur
suatu sel, maka semakin cepat laju respirasinya.
2) Konsentrasi Substrat Respirasi yang Tersedia
Laju respirasi sangat bergantung pada konsentarsi substrat respirasi yang
tersedia. Substrat yang semakin banyak tersedia di dalam sel, maka laju
respirasinya akan mengalami peningkatan.
b) Faktor Eksternal
1) Temperatur
Seperti proses-proses yang lain, laju respirasi juga dipengaruhi oleh
temperatur. Di dalam rentang tempertaur 0°C sampai denagn 45°C,
peningkatan temperatur akan diikuti oleh peningkatan laju respirasi. Pada
temperatur yang tinggi, maka laju respirasi akan menurun seiring dengan
bertambahnya waktu. Faktor waktu ini, berkaitan dengan sifat dari reaksi
enzimatis. Meyer dan Anderson (1952) menyebutkan bahwa menurunnya laju
respirasi pada temperatur yang tinggi disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
2
 Masuknya oksigen ke dalam sel tidak cepat karena pada temperatur yang
tinggi konsentrasi oksigen menurun.
 Keluarnya CO2 tidak cepat sehingga banyak mengalami akumulasi di
dalam sel serta dapat menyebabkan hambatan pada proses respirasi.
 Pada temperatur tinggi substrat respirasi yang tersedia menurun sehingga
substrat respirasi menjadi faktor pembatas.
Disamping itu dengan tingginya temperatur dan lamanya temperatur tersebut
akan menyebabkan kerusakan pada protein enzim yang dapat menjadikan laju
respirasi menurun. Begitu juga sebaliknya, pada temperatur yang sangat
rendah, maka laju respirasi akan menurun karena terjadi perubahan
konformasi struktur protein enzim.
2) Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju respiarsi.
Faktor pengaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat ditinjau dari tiga aspek,
yaitu:
 Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan laju fotosintesis
yang berarti substrat rspirasi yang tersedia meningkat. Dengan demikian
laju respirasi juga meningkat.
 Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan tempertaur sehingga
laju respirasi meningkat.
 Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkat hasil fotosintesis di
dalam sel penutup stoma sehingga akan menyebabkan stomata membuka.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan proses pertukaran gas O2 dan CO2
akan berlangsung dengan cepat yang dapat mempengaruhi peningkatan
laju respirasi.
3) Konsentrasi Oksigen Di Udara
Oksigen merupakan faktor yang utama untuk berlangsungnya prsoses
respirasi aerob.Oleh sebab itu laju respirasi aerob juga sangat bergantung
pada konsentrasi yang tersedia.
4) Konsentrasi Karbon dioksida
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida di udara dapat mengakibatkan
terjadinya penutupan stomata. Sebagai akibatnya, pertukaran gas menjadi
berkurang dan akan terjadi penurunan laju respirasi.
5) Tersedianya Air
Air merupakan medium tempat terjadinya reaksi respirasi.Oleh sebab itu
tidak tersedianya air menyebabkan turunnya laju respirasi.
6) Luka Pada Organ Tumbuhan
Luka pada organ tumbuhan pada umumnya dapat menyebabkan inisiasi
jaringan meristematik pada daerah luka sehingga akhirnya dapat berkembang
menjadi kalus.Dengan adanya inisiasi meristematik tersebut, maka dapat
menyebabkan peningkatan laju respirasi karena sel-sel yang bersifat
meristematik tersebut banyak mengandung substrat respirasi yang cukup
tersedia.
7) Senyawa Kimia
Beberapa senyawa kimia seperti karbomonoksida, sianida, aseton, kloroform,
3
eter, formaldehid, alkaloid, dan glukosida, bila dalam jumlah sedikit, dapat
meningkatkan laju respirasi pada tahapan di awal namn bila keberadaan
senyawa kimia dalam jumlah banyak, maka akan menurunkan laju respirasi.
Turunnya laju respirasi disebabkan karena senyaa- senyawa tersebut diatas
bersifat menghambat reaksi enzimatis pada proses respirasi.
8) Perlakuan Mekanik
Beberapa perlakuan mekanik seperti adanya pembengkokan serta pengusapan
dan penggosokan dapat meningkatkan laju respirasi.Akan tetapi jika
perlakuan mekanik diberikan secara berulang-ulang maka efeknya tidak
nampak lagi.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Suhu
2. Variabel Kontrol : Berat kecambah kacang hijau (Vigna radiata), usia kecambah
kacang hijau (Vigna radiata), volume NaOH di dalam erlenmayer, volume BaCl2
untuk titrasi, tetesan larutan PP dan waktu untuk respirasi.
3. Variabel Respon : Kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

F. Definisi Operasional Veriabel


Pada percobaan yang telah dilakukan, menggunakan beberapa variabel yaitu variabel
kontrol, manipulasi dan respon. Variabel yang dibuat manipulasi pada percobaan ini yaitu
suhu, karena merupakan perlakuan yang dibuat berbeda-beda, dimana dalam percobaan
ini digunakan suhu yang berbeda yaitu suhu ruang dengan kisaran 30ᵒC dan suhu pada
inkubator dengan kisaran 37ᵒC. Variabel yang dibuat kontrol pada percobaan ini yaitu
berat kecambah kacang hijau (Vigna radiata), usia kecambah kacang hijau (Vigna
radiata), volume NaOH di dalam erlenmayer, volume BaCl2 untuk titrasi, tetesan larutan
PP dan waktu untuk respirasi, hal ini dikarenakan kelimanya merupakan suatu perlakuan
yang dilakukan atau dibuat dengan sama yang nantinya akan diberikan perlakuan yang
berbeda-beda, sehingga dijadikan sebagai variabel kontrol. Berat kecambah yang
digunakan yaitu masing-masing usia 5 gram dan usia kecambah kacang hijau yang
digunakan yaitu berumur 2 hari, volume NaOH di dalam erlenmayer, volume BaCl2
untuk titrasi yaitu dengan volume 2,5 ml, jumlah tetesan larutan PP dan waktu untuk
respirasi yaitu 24 jam. Variabel respon yang diperoleh dari percobaan ini yaitu kecepatan
respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata).

G. Alat dan Bahan


Alat :
1. Erlenmeyer 260 ml 6 buah.
2. Timbangan 1 buah.
3. Buret (statif dan klem) 1 buah.
4. Kain kasa secukupnya.
5. Benang secukupnya.
6. Plastik secukupnya.
4
7. Pipet secukupnya.
Bahan :
1. Kecambah kacang hijau umur 2 hari.
2. Larutan NaOH 0,5 M @6 dan HCl 0,5 N @6.
3. Larutan BaCl2 0,5 N @6.
4. Larutan Phenolftalin (PP) secukupnya.

H. Rancangan Percobaan

Kecambah kacang hijau

- Ditimbang 5 gram
- Dibungkus kain kasa dan diikat dengan tali (masing-masing 3
sampel suhu ruang dan 3 sampel suhu inkubator).

Bungkusan kecambah

6 erlenmeyer
- Diisi 30ml larutan NaOH 0,5 M.
- Dimasukka bungkuan kecambah dalam erlenmeyer.
- Ditutup rapat.
Botol berisi kecambah
- 2 botol disimpan selam 24 jam di dalam ruangan dan
lainnya dalam inkubator.
- Diambil 5 ml larutan NaOH dan dimasukkan pada
erlenmeyer lainnya.
- Diambil 2,5 ml BaCl2.
- Ditetesi 2 tetes PP 0,5 N
- Titrasi dihentikan setelah warna hilang.

Perubahan warna

I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menimbang 5 gram kecambah kacang hijau kemudian dibungkus dengan kain kasa
dan diikat dengan seutas tali. Masing-masing 3 sampel untuk suhu ruangan dan 3
sampel untuk suhu di dalam ruangan incubator.
3. Menyiapkan 6 erlenmayer, kemudian masing-masing diisi dengan 30 ml larutan
NaOH 0,5 M.
4. Memasukkan bungkusan kecambah dan digantungkan di atas larutan NaOH dengan
tali/benang, kemudian tabung erlenmayer ditutup rapat-rapat.
5. Menyimpan 2 botol berisi kecambah dan satu botol tanpa kecambah (kontrol)
masing-masing di dalam ruangan dengan suhu 27oC dan yang lain di dalam
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
5
6. Setelah 24 jam dilakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang dilepaskan
selama respirasi kecambah kacang hijau.
7. Mengambil 5 ml larutan NaOH dari dalam erlenmayer, kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmayer lain. Kemudian ditambahkan 2,5 ml BaCl2 dan ditetesi 2 tetes PP
sehingga larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan HCl
0,5 N. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.

J. Tabel Rancangan Pengamatan


Tabel 1. Kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
Suhu Volume Volume Volume Volume Kecepatan
HCl titrasi NaOH NaOH CO2 respirasi
(ml) yang tidak yang respirasi
terikat terikat
Ruang 0,8 ml 4,8 ml 25,2 20,85 ml 0,86 ml/s
(30ᵒC) 0,65 ml 3,9 ml 26,1
0,8 ml 4,8 ml 25,2
Inkubator 0,65 ml 3,9 ml 26,1 21,75 ml 0,90 ml/s
(37ᵒC) 0,8 ml 4,8 ml 25,2
0,65 ml 3,9 ml 26,1

Waktu inkubasi selama 24 jam


0.91

0.9

0.89

0.88

Keceptan respirasi
0.87

0.86

0.85

0.84
30ᵒC 37ᵒC

Gambar 1. Diagram kadar kecepatan respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
pada suhu yang berbeda.

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, yaitu pengaruh suhu terhadap
kecepatan transpirasi yaitu dengan menggunakan suhu ruang 30ᵒC dan suhu dalam
inkubator 37ᵒC . Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pada suhu ruangan (30oC),
pada perlakuan kecambah 1 meghasilkan volume HCl sebanyak 0,8 ml, volume NaOH
tidak terikatnya 4,8 ml dengan volume NaOH 25,2 ml, sehingga didapatkan hasil volume

6
CO2 sebanyak 20,85 ml. Pada kecambah 2 meghasilkan volume HCl sebanyak 0,65 ml,
volume NaOH tidak terikatnya 3,9 ml dengan volume NaOH 26,1 ml, sehingga
didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 20,85 ml. Pada perlakuan kontrol meghasilkan
volume HCl sebanyak 0,8 ml, volume NaOH tidak terikatnya 4,8 ml dengan volume
NaOH 25,2 ml, sehingga didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 20,85 ml, jadi pada suhu
ruangan didapatkan hasil kecepatan respirasi 0,86 ml/s
pada suhu inkubator (37oC), pada perlakuan kecambah 1 meghasilkan volume HCl
sebanyak 0,65 ml, volume NaOH tidak terikatnya 3,9 ml dengan volume NaOH 26,1 ml,
sehingga didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 21,75 ml. Pada kecambah 2
meghasilkan volume HCl sebanyak 0,8 ml, volume NaOH tidak terikatnya 4,8 ml dengan
volume NaOH 25,2 ml, sehingga didapatkan hasil volume CO2 sebanyak 21,75 ml. Pada
perlakuan kontrol meghasilkan volume HCl sebanyak 0,65 ml, volume NaOH tidak
terikatnya 3,9 ml dengan volume NaOH 26,1 ml, sehingga didapatkan hasil volume CO2
sebanyak 21,75 ml dan kecepatan yang didapatkan pada suhu inkubator 0,90 ml/s.

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh suhu
terhadap keepatan respirasi kecambah kacang hijau, dimana respirasi merupakan proses
oksidasi dari produk digesti dalam sel untuk melepaskan energy yang diperlukan dalam
berbagai aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu rantai reaksi yang
majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai enzim. Tahapan
pertama bersifat anaerob, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir memerlukan oksigen
bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerob. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2,
merupakan hasil akhir dan energy terlepas.
Pada praktikum pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah ini digunakan
kecambah kacang hijau yang masih berumur 2 hari, hal tersebut dikarenakan jaringan
penyimpan endosperm atau kotiledon dari biji tersebut mengandung banyak pati. Pati inilah
yang akan dijadikan substrat dalam respirasi kecambah, sehingga sebagian besar pati akan
hilang selama pertumbuhan kecambah. Selain itu, kecambah yang berumur 2 hari masih aktif
melakukan metabolisme yang menghasilkan energi, yang mana energi tersebut digunakan
dalam pertumbuhan kecambah.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap
laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu inkubator yaitu 37ºC melepaskan lebih
banyak dari pada kecambah yang diletakkan pada suhu ruangan yaitu 30ºC. Jumlah yang
dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada kecambah
yang berada pada suhu kamar yakni yaitu 37ºC volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 0,8
ml dan 0,65 ml , pada suhu ruang yakni yaitu 30ºC volume HCl yang dibutuhkan sebanyak
0,65 ml; 0,8 ml dan 0,65 ml, sedangkan pada kontrol membutuhkan HCl sebanyak 0,8 ml
pada suhu ruang dan 0,65 ml pada suhu inkubator. Volume HCl yang digunakan pada saat
titrasi, dengan 2,5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh volume CO2 yang dihasilkan
oleh kecambah.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar
sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen
dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam botol yang
ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat
7
mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan
tidak ada karbon dioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan
basa kuat yaitu KOH, KOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon
dioksida hasil dari respirasi kecambah. KOH yang mengikat karbon dioksida akan
membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan
reaksinya sebagai berikut :
2KOH + CO2 K2CO3 + H2O
Rangkaian praktikum ini disimpan selama 24 jam pada suhu tertentu hingga akhinya dititrasi.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (KOH) dengan
menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi
titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat KOH. Sebelum dititrasi dengan HCL,
larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaCl2 sebanyak 5
ml, penambahan BaCl2 berfungsi untuk mengendapkan karbon dioksida yang telah diikat
oleh KOH. Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
BaCl2- + K2CO3 BaCO3 + 2 KCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini
disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan dengan BaCl2-.
Selanjutnya larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang
berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Indicator pp
berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian
larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan
berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa
larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
KOH + HCl KCl + H2O
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob
berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin
banyak karbon dioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat
titrasi, dan begitu pula sebaliknya. HCl berfungsi sebagai peniter (zat penitrasi) dalam
penitrasi ini. Sehingga suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan kecepatan respirasi pada
kecambah kacang hijau lebih cepat dari pada pada suhu.

M. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan suhu berpengaruh terhadap
kecepatan respirasi kecambah kacang hijau. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi
tumbuhan saling berkaitan, karena semakin tinggi suhu maka laju respirasi juga akan semakin
meningkat dan CO2 yang dilepaskan juga akan bertambah jumlahnya. Pada suhu ruangan
(30ᵒC) dengan kecepatan 0,86 ml/s, sedangkan pada suhu inkubator yaitu 37ᵒC dengan
kecepatan 0,90 ml/s.

N. Daftar Pustaka
Astawon. 2005. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia pustaka utama.
Meyer dan Anderson. 1952. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada:
Jakarta.
Sutopo. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
8
Winarto, W. (2006). Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengobati Berbagai Penyakit.
Jakarta: Agromedia Pustaka
Yuliani. 2018. MetabolismeTumbuhan.Surabaya :Unesa University Press.

9
LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan
1. Daun Muda
a) Klorofil a = 13,7 × OD 665 – 5,76 × OD 649
= 13,7 × 1,061 – 5,76 × 0,672
= 10,66 mg/L
b) Klorofil b = 25, 8 × OD 649 – 7,7 × OD 665
= 25,8 × 0,672 – 7,7 × 1,061
= 9,16 mg/L
c) Klorofil total = 20,0 × OD 649 + 6,1 × OD 665
= 20,0 × 0,672 + 6,1 × 1,061
= 19,9121 mg/L

2. Daun Tua
a) Klorofil a = 13,7 × OD 665 – 5,76 × OD 649
= 13,7 × 1,333 – 5,76 × 0,82
= 13,51586 mg/L
b) Klorofil b = 25, 8 × OD 649 – 7,7 × OD 665
= 25,8 × 0,824 – 7,7 × 1,333
= 10,9951 mg/L
c) Klorofil total = 20,0 × OD 649 + 6,1 × OD 665
= 20,0 × 0,824 + 6,1 × 1,333
= 24,6113 mg/L

10
Lampiran gambar

No. Gambar Keterangan

Memisahkan bagian kotiledon kacang


1.
hiaju (Vigna radiata L.) dengan kulitnya.

Menimbang kecambah kacang hijau


2.
sebanyak 5 gram.

Membungkus kecambah kacang hijau


dengan menggunakan kain kasa dan
3. menggantungnya di dalam Erlenmeyer
tepat di atas larutan NaOH lalu menutup
rapat dengan plastik.

Menyiapkan 2 erlenmeyer yang diisi


4. NaOH tanpa kecambah kacang hijau lalu
menutup rapat dengan platik.

1
Memasukkan 3 buah erlenmeyer, satu
sebagai control (tidak diisi kecambah
5. kacang hijau) dan dua terdapat kecambah
kacang hijau ke dalam incubator dengan
suhu 37oC.

Meletakkan 3 buah Erlenmeyer, satu


sebagai control (tidak diisi kecambah
6. kacang hijau) dan dua terdapat kecambah
kacang hijau pada ruangan terbuka dengan
suhu 30oC.

Mengambil larutan NaOH dari


7.
Erlenmeyer sebanyak 5 ml setelah 24 jam.

Memasukkan larutan NaOH sebanyak 5


8.
ml ke dalam Erlenmeyer baru.

2
Mambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 0,5 M
dan meneteskan larutan PP sebanyak 2
9. tetes ke dalam larutan NaOH yang akan
dititrasi sehingga warna berubah menjadi
merah muda

Melakukan titrasi dengan menggunakan


10. larutan HCl 0,5 M hingga warna merah
muda tepat menghilang.

3
4

Anda mungkin juga menyukai