Anda di halaman 1dari 2

1.

Belajar Hidup dalam Perbedaan


Pengembangan sikap toleransi dalam keragaman suku, budaya dan
agama. Adanya rasa Kebersamaan, kebebasan dan keterbukaan harus tumbuh
bersama menuju pendewasaan emosional dalam relasi antar dan intra agama.

2. Membagun saling percaya (Mutual Trust)


Rasa saling percaya adalah salah satu modal sosial (social capital)
terpenting dalam penguatan kultural masyarakat madani.[8] Modal sosial dapat
digunakan untuk menganalisis kondisi-kondisi yang membuat mengarah pada
masyarakat madani menjadi mungkin, dimana sumber ini dapat memperkuat
demokrasi meleluai organisasi sosial. Disamping saling percaya sumberlain dari
dalam masyarakat sosial bisa berupa setatus, niat baik, kemerdekaan warga
Negara, toleransi, pegehormatan terhadap peraturan hukum norma-norma, jarigan-
jaringan yang dapat menigkatkan efeksiensi sosial. Modal ini dapat menjadi
filterisasi bagi terbangunnya sikap rasioanal, tidak mudah curiga, bebas dari
perasangka dan sterofit baik yang dikonstruksi secara sosial-kultural maupun
secara politik.

3. Memelihara saling pengertian (Mutual Understanding)


Dalam pendidikan multikultur diharapkan dapat mengembangkan rasa
saling memahami dan mengerti akan perbedaan-perbedaan yang ada pada
masyarakat multikultur.

4. Menjunjung sikap saling meghargai (Mutual Respect)


Sikap ini mendukung bahwa semua manusia dalam relasi kesetaraan, tidak
ada superioritas maupun infioritas, meghormati dan meghargai sesama manusia.
Pendidikan agama berwawasan multikultural menumbuh kembangkan kesadaran
bahwa kedamaian adalah saling menghargai antar penganut agama, menghargai
signifikasi dan martabat semua individu dan kelompok keagamaan yang
beragama.

5. Terbuka dalam berfikir


Dalam berinteraksi terjadi perjumpaan dengan dunia lain, agama lain dan
upaya yang beragam, kondisi seperti ini siswa mengarahkan siswa pada proses
pendewasaan dan pememilikan sudut pandang dan banyak moitif cara untuk
memahami realitas. Siswa menemukan diri dan kultur baru dengan pemikiran
yang baru dan terbuka. Pendidikan multikultural membawa pikiran yang baru
yang terbuka. Pendidikan agama berwawasan multikultural mengkondisikan siswa
untuk berjumpa dengan pluralitas pandang dan perbedaan radikal. Hasilnya adalah
kemauan untuk pendalaman tentang makna diri, identitas kehidupan, agama dan
keudayaan diri dendiri dan orang lain.
6. Apresiasi dan Interdependensi

Karakteristik ini mengedepankan tatanan sosial yang care (peduli), dimana

semua anggota masyarakat dapat saling menunjukan apresiasi dan memelihara

relasi, keterikatan, kohesi, dan keterkaitan sosial yang rekat, karena bagaimanapun

juga manusia tidak bisa survive tanpa ikatan sosial yang dinamis.

7. Resolusi konflik dan Rekonsiliasi Nirkekerasan

Dalam situasi konflik, pendidikan agama harus hadir untuk menyuntikan

spirit dan kekuatan spiritual sebagai sarana integrasi dan kodisi sosial,

menawarkan angin segar bagi perdamaian dan kedamaian. Dengan kata lain

agama menfungsikan agama sebagai suatu cara resolusi konflik. Konflik dalam

berbagai hal harus dihindari, dan pendidikan harus mengfungsikan diri sebagai

satu cara dalam resolusi konflik. Adapun resolusi konflik belum cukup tanpa

rekonsiliasi, yakni upaya perdamaian melalui sarana pengampunan atau

memaafkan (forgiveness). Pemberian ampun atau maaf dalam rekonsiliasi adalah

tindakan tepat dalam situasi konflik

belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutualtrust).


Memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling
menghargai (mutual 22 respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan
interpedensi, resolusi konflik dan rekonsiliasinir kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai