CONTOH-CONTOH YAJNA
Terjemahan:
Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa di antara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan
cara mengorbankan harta bendanya. Sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaan yang
keras, dengan berlatih yoga kebathinan terdiri atas delapan bagian, atau dengan mempelajari
Veda untuk maju dalam pengetahuan rohani.
Ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh
pārtha sarvaśah.
(Bhagavadgītā IV.11.)
Terjemahan:
‛Sejauhmana orang menyerahkan diri kepadaku, aku menganugerahi mereka sesuai dengan
penyerahan dirinya itu, semua orang menempuh jalanku, dalam segala hal, Wahai putra Pārtha’.
1. Nityᾱ Yajña
Nityᾱ Yajña yaitu Yajña yang dilaksanakan setiap hari seperti halnya:
a. Tri Sandhya
Tri Sandhya adalah merupakan bentuk Yajña yang dilaksanakan setiap hari, dengan
kurun waktu pagi hari, siang hari, dan sore hari. Tujuannya adalah untuk memuja
kemahakuasaan Hyang Widhi, mohon anugerah keselamatan, mohon pengampunan atas
kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
b. Yajña Śeṣa/masaiban/ngejot
Mesaiban/ngejot adalah Yajña yang dilakukan ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa
beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya
adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan terima kasih atas segala anugerah yang telah
dilimpahkan kepada kita.
c. Jñāna Yajña
Jñāna Yajña adalah merupakan Yajña dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses
belajar dan mengajar
2. Naimittika Yajña
Naimittika Yajña adalah Yajña yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwal,
dasar perhitungan adalah:
a. Berdasarkan perhitungan wara, perpaduan antara Tri Wara dengan Pañca Wara.
Contohnya: Kajeng kliwon. Perpaduan antara Pañca Wara dengan Sapta Wara.
b. Berdasarkan penghitungan Wuku. Contohnya: Galungan, Pagerwesi, Saraswati,
Kuningan.
c. Berdasarkan atas penghitungan Sasih. Contohnya: Purnama, Tilem, Nyepi, Śiwa Rātri.
3. Insidental
a. Kanista, artinya Yajña tingkatan yang kecil. Tingkatan kanista ini dapat dibagi menjadi tiga
lagi:
ʻDi antara korban-korban suci korban suci yang dilakukan menurut kitab suci, karena kewajiban
yang dilaksanakan oleh orang yang tidak mengharapkan pamrih, adalah korban suci dalam sifat
kebaikanʼ.
Abhisandhāya tu phalaṁ dambhārtam api caiva yat, Ijyante bharata-śreṣṭha taṁ Yajñaṁ viddhi
rājasam.
( Bhagavadgītā XVII.12.)
Terjemahan:
Tetapi hendaknya kalian mengetahui bahwa, korban suci yang diakukan demi suatu keuntungan
material, atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersīfat nafsu, wahai yang paling utama
di antara para Bharat
Terjemahan:
Korban suci apapun yang dilakukan tanpa mempedulikan petunjuk kitab suci, tanpa membagikan
praŝadam (makanan rohani). Tanpa mengucapkan mantra-mantra Veda, tanpa memberi
sumbangan kepada para pendeta dan tanpa kepercayaan dianggap korban suci dalam sifat
kebodohan’
Pada ŝloka di atas menjelaskan ada tiga pembagian Yajña dilihat dari kualitasnya yaitu:
2. Rājasika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya dan
bersīfat pamer.
3. Sāttwika Yajña adalah Yajña yang dilaksanakan berdasarkan śraddhā, lascarya, śāstra
agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmita.
Untuk mewujudkan pelaksanaan Yajña yang sāttwika, ada tujuh syarat yang wajib untuk
dilaksanakan sebagai berikut:
3. Śāstra yaitu melaksanakan Yajña dengan berdasarkan sumber śāstra yaitu śruti, smŗti,
śila, ācāra, ātmanastuṣṭi.
4. Dakṣiṇa adalah pelaksanaan Yajña dengan sarana upacara (benda atau uang).
5. Mantra dan Gītā adalah pelaksanaan Yajña dengan Mantra dan melantunkan lagu-lagu
suci/kidung untuk pemujaan.
6. Annasewa, Adalah Yajña yang dilaksanakan dengan persembahan makan kepada para
tamu yang menghadiri upcara (Atithi Yajña).
7. Nāsmita adalah Yajña yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan
kemewahan dan kekayaan.
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLScZUO90_JuFHTm1SYw0-
bGwb67XUtRxgGV7La4dckCdd3gpbA/viewform?authuser=1