Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

“Praktikum Dukungan Nutrisi pada PPOK”

Disusun oleh:

Gregorius Abram N.

04121001096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah, kami
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum “Dukungan Nutrisi pada PPOK” ini dengan baik dan
tepat waktu.
Laporan sementara laporan praktikum ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok 15
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan kemudahan dalm penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari, tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan agar bermanfaat bagi revisi
tugas ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Palembang, 24 Maret 2014

Penyusun
Kasus :
Seorang penderita laki-laki dengan nama A, mengeluh sesak nafas. Penderita berumur 50 tahun, m
empunyai berat badan 47 kg dan tinggi badan 170 cm. Sejak 1 minggu sebelum MRS mengeluh naf
su makan menurun. Penderita ini didiagnosis PPOK, hasil laboratorium albumin 2,5 g persen, anali
sis gas darah Asidosis respiratorik, oleh dokter pada saat ini penderita dalam perawatan Bed rest.
Tetapkan dukungan nutrisi untuk penderita tesebut! Berikan aspek edukasi!

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)


Tujuan Penatalaksanaan : 1. Mengendalikan anoreksia
2. Memperbaiki fungsi paru
3. Mengendalikan penurunan berat badan (fase stabilisasi dan fase pe
mulihan)
1. Hitung kebutuhan kalori
2. Tentukan fase stabilisasi dan fase pemulihan
3. Tentukan komposisi makro dan mikronutrien pada kedua fase
4. Bahan makanan yg dianjurkan untuk menentukan makronutrien dan mikronutrien (aspe
k edukasi)
Subyektif
1. Anamnesis : 1.1 Identitas Pasien
1.2 Riwayat Penyakit Umum :
- Faktor risiko : perokok, infeksi
- Keluhan : lemah, sesak nafas (saat bekerja)
1.3 Riwayat Gizi : - Riwayat nutrisi : anoreksia

Obyektif
2. Pemeriksaan Fisik : 2.1 Keadaan Umum : Lemah, sesak nafas (dispneu)
3. Antropometrik : 3.1 Tinggi Badan a
3.2 Berat Badan a
4. Laboratorium : 4.1 Disesuaikan dengan faktor risiko
- Darah rutin
- Penunjang : analisis gas darah
5. Pemeriksaan Fungsional :
- Tes fungsional paru (spirometri)

1
- Tes fungsional kekuatan otot (ventilatory muscle strength, periferal muscle strength)
6. Analisis Asupan : 6.1 Dietary assessment : Dietary history Rutin/standar
7. Pemeriksaan Penunjang
- Foto radiologis
Asessment
8. Diagnosis Kerja :
1. Diagnosis Kerja :
8.1 Status Gizi : Kurus sedang
 IMT = (Berat Badan / Tinggi Badan2) = (47/(1,7)2) = 16,26
 Intrepetasi : Modertae Thinness (16,1 – 16,99)

8.2 Status Metabolik : Keadaan hipermetabolik dengan gejala


 Asidosis respiratorik
 Sesak nafas
 Anoreksia
 Hipoalbuminaria
 Bed rest
Planning
2. Penatalaksanaan Terapi Nutrisi
9.1 Kompisisi Nutrisi :
9.1.1 Cairan :
Kebutuhan cairan normal perhari
Dewasa normal : 30-35 mL/kg BB
Dewasa berusia 55-75 tahun : 30 mL/kg BB
Dewasa berusia > 75 tahun : 25 mL/kg BB
Rumus yang dipakai untuk Tuan A adalah: 30-35 ml/Kg
Kebutuhan cairan Tuan A:
 Fase Stabilisasi
Batas bawah: 30ml x BB Tuan A = 30ml x 47 Kg = 1410 ml
Batas atas: 35ml x BB Tuan A = 35 ml x 47 Kg = 1645 ml
Sehingga kebutuhan cairan Tuan A pada fase stabilisasi antara 1410 – 1645 ml.

 Fase dimana berat badan ideal Tuan A tercapai


Berat badan ideal = Tinggi badan – 100

2
Berat badan ideal Tuan A = Tinggi badan Tuan A – 100 = 170 cm – 100 = 70 Kg
Batas bawah: 30 ml x BB Tuan A = 30 ml x 70 Kg = 2100 ml
Batas atas: 35 ml x BB Tuan A = 35 ml x 70 Kg = 2450 ml
Sehingga kebutuhan cairan Tuan A pada berat badan ideal antara 2100 – 2450 ml.
PEMBAHASAN
1. Kebutuhan cairan Tuan A dalam fase stabilisasi ini adalah antara 1410 – 1645 ml
yang menggunakan perincian 30 – 35 ml / Kg BB karena umur dari Tuan A di
bawah 55 tahun.
2. Ketika Tuan A telah melewati fase stabilisasi dan kondisi hipermetaboliknya telah
kembali normal, Kebutuhan cairan juga harus ditingkatkan sesuai berat badan yang
ingin dicapai. Untuk berat badan 70 Kg (berat badan ideal Tuan A) berarti harus
terjadi penambahan asupan cairan sebesar 700 – 800 ml dari fase stabilisasi.

9.1.2 Energi :
 Fase Stabilisasi
o Kebutuhan energi basal Tuan A menggunakan formula Harris Benedict
KEB laki-laki = 66,5+13,7 BB+5,0 TB - 6,8U
Keterangan : KEB = Kebutuhan Energi Basal
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
U = Umur
KEB = 66,5 + 13,7 (47) + 5,0 (170) – 6,8 (50)
KEB = 66,5 + 643,9 + 850 - 340
KEB = 1220,4 kkal

o Kebutuhan energi total Tuan A


KET = KEB + FS + AF
Keterangan : KET = Kebutuhan energi total
FS = Stres Metabolik
 Ringan : 15-20% dari basal
 Sedang : 20-40% dari basal
 Berat : di atas 40% basal
AF = Aktivitas Fisik
 Bedrest total : 10% basal

3
 Tidak bedrest (masih berjalan) : 20% basal
Untuk Hal Praktis Kebutuhan Kalori
Kondisi stabil : 20-25 kkal/KgBB/hr
Fase akut : 25-35 kkal/KgBB/hr
Fase Pemulihan : 35-50 kkal/KgBB/hr
KET = KEB + 40% KEB + 10% KEB
KET = 1220,4 + 488,16 + 122
KET = 1830,56 kkal
PEMBAHASAN
1. Rumus yang digunakan untuk kebutuhan energi basal adalah formula Harris
Benedict untuk laki-laki, sehingga hasil yang didapat yaitu kebutuhan energi
basal per hari adalah 1220,4 kkal. Dan kebutuhan energi total Tuan A adalah
1830,56 kkal/ hari.
2. Kebutuhan energi total dapat kita hitung melalui penjumlahan kebutuhan energi
basal, stress metabolik dan aktivitas fisik. Saya memilih stress metabolik 40%
(range maksimal stress metabolik sedang). Hal ini dikarenakan pada Tuan A
telah ditemukan beberapa gejala yang mengarah menuju keadaan hipermetabolik
seperti sesak nafas, penurunan kadar albumin serum, keadaan asidosis
respiratorik, nafsu makan yang menurun. Namun demikian, keadaan ini tidak
sampai masuk ke dalam fase stres metabolik yang berat.
3. Saya memilih bed rest 10% karena kondisi pasien telah ditentukan dalam
keadaan bed rest pada skenario di atas.
4. Tujuan pemberian nutrisi fase stabilisasi adalah menjaga kondisi tubuh pasien
agar berat badannya tidak turun dan metabolismenya tetap bejalan baik tanpa
memperparah kondisinya yang hipermetabolik.

 Fase Pemulihan
o Rumus mencari berat badan ideal:
Tinggi badan-100 = Berat badan ideal
170-100 = 70
70x 1 kg = 70 kg
o Formula Harris Benedict untuk mengukur kebutuhan energi basal Tuan A
KEB laki-laki = 66,5+13,7 BB+5,0 TB - 6,8U
Keterangan : KEB = Kebutuhan Energi Basal

4
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
U = Umur
KEB = 66,5 + 13,7 (70) + 5,0 (170) – 6,8 (50)
KEB = 66,5 + 959 + 850 - 340
KEB = 1535,5 kkal
o Kebutuhan Kalori
KET = KEB + FS + AF
Keterangan : KET = Kebutuhan energi total
FS = Stres Metabolik
 Ringan : 15-20% dari basal
 Sedang : 20-40% dari basal
 Berat : di atas 40% basal
AF = Aktivitas Fisik
 Bedrest total : 10% basal
 Tidak bed rest (masih berjalan) : 20% basal
Untuk Hal Praktis Kebutuhan Kalori
Kondisi stabil : 20-25 kkal/KgBB/hr
Fase akut : 25-35 kkal/KgBB/hr
Fase Pemulihan : 35-50 kkal/KgBB/hr
KET = KEB + 20% KEB + 20% KEB
KET = 1535,5 + 307,1 + 307,1
KET = 2149,7 kkal
PEMBAHASAN
1. Digunakan rumus mencai berat badan ideal, untuk mendapatkan berat badan
yang kita harapkan pada fase pemulihan.
2. Rumus yang digunakan untuk kebutuhan energi basal adalah formula Harris
Benedict untuk laki-laki, sehingga hasil yang didapat yaitu kebutuhan energi
basal per hari adalah 1535,5 kkal.
3. Kebutuhan energi total dapat kita hitung melalui penjumlahan kebutuhan energi
basal, stress metabolik dan aktivitas fisik. Saya memilih stress metabolik 20%
karena fase pemulihan bukanlah ketika pasien benar-benar sembuh, tapi keluhan
utama atau keluhan berat (sesak nafas) reda, maka kita harus memberikan nutrisi
fase pemulihan, jadi pada saat ini stress metabolik baru turun, itulah mengapa

5
saya memilih 20% (range minimal stress metabolik sedang / range maksimal
stress metabolik ringan).
4. Saya memilih tidak bed rest (bisa berjalan) sehingga menggunakan AF sebesar
20% dari KEB karena pasien sudah memasuki tahap pemulihan, tidak dalam
keadaan bed rest lagi.
5. Tujuan pemberian nutrisi fase pemulihan ini adalah agar kebutuhan nutrisinya
kembali lagi ke gizi nutrisi seimbang, sehingga kita bisa meningkatkan berat
badannya kembali tanpa memperberat kerja tubuhnya.

9.1.3 Makronutrien
1. Fase Stabilisasi
Karbohidrat : 35-50%
Protein : 15-20%
Lemak : 30-40 %
o Penghitungan jumlah konsumsi makronutrien per hari
1. Karbohidrat = 40%
40% KET = 40% (1830,56) = 732,22kkal
1 gram karbohidrat = 4 kkal, maka
732,22 kkal karbohidrat setara dengan
732,22 kkal / 4 kkal = 183,1 gram karbohidrat
2. Protein = 20%
20% KET = 20% (1830,56) = 366,11 kkal
1 gram protein = 4 kkal, maka
366,11 kkal protein setara dengan
366,11 kkal / 4 kkal = 91,53 gram protein
3. Lemak = 40%
40% KET = 40% (1892,25) = 732,22 kkal
1 gram lemak = 9 kkal, maka
732,22 kkal lemak setara dengan
732,22 kkal / 9 kkal = 81,36 gram lemak
PEMBAHASAN
1. Dalam memilih komposisi makanan pada orang-orang yang mengalami
gangguan pada sistem respirasi amat perlu diperhatikan nilai Respiratory

6
Quotient (RQ) yaitu nilai perbandingan antara mol CO2 yang diproduksi dengan
konsumsi O2 pada suatu bahan makanan. Bila RQ tinggi, berarti tubuh akan
mengalami peningkatan pelepasan karbon dioksida dari bahan makanan tersebut
dan dapat memperparah kondisi hipermetaboliknya.
2. Saya memilih karbohidrat 40% karena RQ karbohidrat = 1, yaitu rasio CO2
terhadap O2 semakin besar. Oleh karena itu, kita harus mengurangi konsumsi
karbohidrat agar tidak membebani kerja pernafasan dan bisa mengurangi
keluhan sesaknya. Dalam penghitungan komposisi ini, persentasi karbohidrat
didapatkan dari sisa porsi yang disisakan oleh protein (20%) dan lemak (40%).
3. Saya memilih protein 20% karena kebutuhan protein seperti pada umumnya,
dapat meningkatkan ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons
ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi jangan berlebihan karena
justru bisa membebani kerja nafas. Hipoalbumin juga menyebabkan tekanan
osmotik plasma menurun sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan
hidrostatik sehingga timbul edem (cairan darah menuju ke jaringan interstitial).
Maka dari itu, asupannya sebaiknya tinggi. Selain itu, protein yang berguna
sebagai zat pembangun tubuh amat penting selama masa stabilisasi untuk
membangun jaringan-jaringan yang rusak.
4. Saya memilih lemak 40% karena RQ lemak = 0,7, yaitu rasio CO2 terhadap O2
lebih rendah, sehingga dengan meningkatkan lemak dan mengurangi
karbohidrat dapat membantu mengurangi sesak nafas pada pasien ini.

2. Fase Pemulihan
Karbohidrat : 55-65%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25 %
o Penghitungan jumlah konsumsi makronutrien per hari
1. Karbohidrat = 60%
60% KET = 60% (2149,7) = 1289,82 kkal
1 gram karbohidrat = 4 kkal, maka
1289,82 kkal karbohidrat setara dengan
1289,82 kkal / 4 kkal = 322,46 gram karbohidrat
2. Protein = 20%
20% KET = 20% (2149,7) = 429,94 kkal

7
1 gram protein = 4 kkal, maka
429,94 kkal protein setara dengan
429,94 kkal / 4 kkal = 107,485 gram protein
3. Lemak = 20%
20% KET = 20% (2149,7) = 429,94 kkal
1 gram lemak = 9 kkal, maka
429,94 kkal lemak setara dengan
429,94 kkal / 9 kkal = 47,77 gram lemak

PEMBAHASAN
1. Ketika Tuan A susah memasuki fase pemulihan dan sudah tidak mengalami
sesak nafas lagi, yang harus dikejar adalah pengembalian berat badan menuju
berat badan ideal, maka pertimbangan RQ telah tidak digunakan lagi begitupun
juga komposisi yang dipakai pada saat fase stabilisasi. Sebagai gantinya
digunakan komposisi makronutrien yang sewajarnya dengan komposisi rendah
lemak dan tinggi karbohidrat.
2. Saya memilih karbohidrat 60% karena tujuan pemberian nutrisi fase pemulihan
ini adalah meningkatkan berat badan sehingga mencapai ideal. Kemudian
karbohidrat adalah sumber utama energi dan metabolisme tubuh, oleh karena itu
pemberian karbohidrat diusakan tinggi.
3. Saya memilih protein 20% karena kebutuhan protein seperti pada umumnya,
dapat meningkatkan ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons
ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi jangan berlebihan karena
justru bisa membebani kerja nafas. Hipoalbumin juga menyebabkan tekanan
osmotik plasma menurun sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan
hidrostatik sehingga timbul edem (cairan darah menuju ke jaringan interstitial).
Maka dari itu, asupannya sebaiknya tinggi. Pada masa pemulihan tubuh sangat
memerlukan protein sebagai nutrient pengganti jaringan tubuh yang hilang dan
rusak.
4. Saya memilih lemak 20% karena lemak juga merupakan asupan yang tinggi
energi, maka dengan mengkonsumsi lemak juga bisa meningkatkan berat badan
menuju ideal. 20% didapatkan dari sisa porsi komposisi nutrient yang lain.
Lemak pada fase pemulihan diusakan sedikit karena untuk mengurangi resiko
gangguan pembuluh darah akibat akumulasi lipid.

8
9.1.4 Mikronutrien :
 Jenis Nutrisi
o P (Fosfor) : Susu, kacang-kacangan, telur, keju, daging, dan
sayuran.
o K (Kalium) : Pepaya, pisang, kacang-kacangan, alpukat, melon,
ikan
salmon, kerang laut.
o Ca (Kalsium) : Susu, bayam, kacang-kacangan, ikan, kubis, yoghurt,
brokoli.
o Mg : Kacang-kacangan, sayuran hijau, makanan hasil laut,
sereal, biji-bijian, dan beras merah.
o Zn (Zinc) : Daging, seafood (makanan laut, terutama tiram),
produk
susu, biji-bijian, kacang-kacangan.

 Manfaat
o P (Fosfor) : Fosfor diberikan untuk meningkatkan kekuatan otot-
otot
pernafasan, yaitu otot diafragma dan interkostal.
o K (Kalium) : Kalium berperan juga dalam kontraksi otot.
o Mg : Magnesium berperan dalam membantu metabolisme
tubuh dan meningkatkan relaksasi otot, sehingga
otot tidak kaku untuk bernafas.
o Zn (Zinc) : Untuk daya tahan tubuh, dan meningkatkan nafsu
makan.

9.1.5 Nutrien spesifik :


 Jenis nutrisi
o Asam lemak omega-3 : Telur, ikan salmon, ikan tuna, minyak ikan,
bayam, kedelai
o Vitamin E : bayam, kacang tanah , kacang almond, sawi,
brokoli, paprika, tomat
o Vitamin A : hati (sapi, ayam, kalkun, ikan), wortel,

9
brokoli, ubi jalar, mentega, kankung, bayam
o Vitamin C : Jambu biji, kiwi, kelengkeng, pepaya, paprika
merah, brokoli, stroberi, jeruk

 Manfaat
o Asam lemak omega-3 : Asam lemak omega 3 berguna untuk
mengurangi kondisi hipermetaboliknya,
kemudian sifat anti-inflamasi nya dapat
mengurangi peradangan, memperbaiki sel,
terutama sel surfaktannya sehingga bisa
memperbaiki fungsi ventilasinya
meningkatkan daya tahan tubuh, dan
meningkatkan nafsu makan.
o Vitamin A, C, E = Berfungsi sebagai anti-inflamasi yang berguna
untuk memperbaiki sel, terutama sel surfaktannya
sehingga bisa memperbaiki fungsi ventilasinya,
dan mengurangi peradangan, meningkatkan nafsu
makan, meningkatkan daya tahan tubuh, serta
vitamin ini juga berfungsi sebagai antioksidan

9.2 Metoda Pemberian Nutrisi


9.2.1 Cara pemberian : - Parenteral oral enteral
- Pemberian makanan oral : porsi kecil dan sering

9.3 Bentuk Nutrisi


9.3.1 Bentuk makan (per oral) : - makanan lunak dan dipotong kecil-kecil
10. Monitoring dan Evaluasi
10.1 Monitoring :
Terdapat beberapa aspek yang harus dimonitor dalam perawatan kasus PPOK ini antara lain
:
 Fungsi paru
o Kemampuan ventilasi, menggunakan spirometri untuk melihat ada tidaknya
perbaikan saluran nafas selama penatalaksanaan. Bila menunjukkan perbaika
n dari kemampuan ventilasi, berarti penatalaksaan asupan nutrisi juga berhasi

10
l. Jika tidak menunjukkan perubahan, atur kembali komposisi makanan dan
medikamentosa yang lain
o Kemampuan Perfusi, menggunakan analisa gas darah untuk melihat status m
etabolik, status respiratorik dari Tuan A.
o Untuk analisa lebih pasti, dapat menggunakan CXR untuk melihat ada tidakn
ya perbaikan struktur paru.
 Status nutrisional
o Nafsu makan, berat badan, Tebal lemak di bawah kulit juga harus dilihat. Ta
nyakan apakah pasien memiliki alergi dengan beberapa makanan tertentu. Li
hat dan bandingkan antara makanan yang diberikan dengan kondisi tubuh pas
ien.

10.2 Evaluasi :
Beberapa aspek yang harus dinilai antara lain
 Penilaian keadaan umum / Quality of life assesment
o Pasien masih merasa lemah atau sudah merasa lebih baik.
o Bagaimana anoreksia pasien, sudah meningkat nafsu makannya atau tetap tid
ak mau makan. Bila keadaan pasien memburuk dan tetap tidak mau makan, p
ertimbangkan pemberian nutrisi lewat parenteral.
o Bagaimana dengan sesak nafas pasien, pasien masih mengalami sesak nafas
atau tidak setelah diterapi baik medikamentosa ataupun terapi nutrisi.
 Penilaian fungsi paru
o Penilaian kemampuan ventilasi pada pasien PPOK dapat menggunakan spiro
metri, bila pasien telah membaik kemampuan ekpirasi dan insipirasinya dapa
t kita lanjutkan pemberian nutrisi pasien untuk mengejar berat idealnya. Kom
posisi makanan juga diubah dari mementingkan RQ menjadi diet tinggi karb
ohidrat.
o Kemampuan perfusi pasien juga dilihat, untuk melihat kondisi metabolik, res
piratorik dan analisa gas darahnya.
- Penilaian status gizi
o Food Recall 24 hours, cek antara kondisi pasien dengan asupan makanannya,
tanyakan makanan apa saja yang dirinya makan, dan bandingkan dengan ko
ndisi tubuhnya.
11. Edukasi :

11
1. Instruksi untuk mengenali penyakit yang diderita.
- Struktur dan fungsi paru-paru.
- Penjelasan dan interpretasi dari penyakit paru yang terjadi pada pasien tersebut.

2. Panduan berhenti merokok dan usaha peningkatan factor-faktor lingkungan.


- Penjelasan kandungan berbahaya rokok dan kerusakan kesehatan yang disebabkan oleh
rokok (termasuk perokok pasif).
- Larangan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan paparan polusi (occupational
pollution) dan cara untuk menghindarinya.

3. Panduan pada pengobatan farmakologik


- Penjelasan mengenai pengaruh dan efek samping dari pengobatan yang diberikan yang
kemungkinan dapat terjadi kepada beberapa individu.
- Berikan informasi mengenai metode, frekuensi, dan waktu penggunaan pengobatan.

4. Usaha untuk beradaptasi dengan keterbatasan pada kehidupan sehari-hari (konservasi energi
dan penyederhanaan aktivitas sehari-hari.
- Porsi berjalan kaki, mencuci, ke toilet, mandi, dan aspek-aspek kehidupan lainnya.

5. Panduan Diet.
- Jelaskan pentingnya dukungan support nutrisi serta zat-zat atau unsur-unsur penting
dalam terapi nutrisi.
- Pertimbangkan untuk memberikan larangan atau pantangan terhadap beberapa jenis
makanan.

6. Panduan mengenali terapi oksigen dan terapi ventilator dirumah.

7. Manajemen yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri

8. Support psikologis
- Atasi kecemasan dan kepanikan pasien.
- Manajemen stress

12
- Tawarkan kegiatan-kegiatan untuk menghibur diri pasien sendiri (jalan-jalan, berkumpul
dengan teman,dll.)

9. Panduan untuk menghindari infeksi


- Informasikan mengenai pengertian dari pencegahan infeksi saluran pernafasan
- Anjurkan vaksinasi (bila perlu).

13

Anda mungkin juga menyukai