Anda di halaman 1dari 11

SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Nanomaterial


Dosen Pengampu : Drs.Suhartana, M.Si

Disusun oleh:
Yulia Indriastuti 24030115130106

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Spektrofotometri Serapan Atom atau yang sering disebut dengan AAS


merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada proses penyerapan energi
radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). AAS
pertama kali diperkenalkan oleh Welsh (Australia) pada tahun 1955.
Perkembangan instrumen untuk analisis kimia akhir-akhir ini memang
menjadi semakin pesat. Di era modern seperti saaat ini, penggunaan alat-alat
canggih memang sudah bukan hal yang aneh lagi dilakukan oleh banyak manusia.
Hal ini menyebabkan pekerjaan yang dahulunya dilakukan secara konvensional,
kini mulai memudar. Karena banyak orang beranggapan bahwa penggunaan alat-
alat canggih dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu pekerjaannya. Salah
satunya adalah dalam proses analisis kimia. AAS merupakan suatu metode yang
populer untuk analisa logam, karena disamping sederhana, ia juga sensitif dan
selektif. Selain itu AAS juga memiliki kelebihan yaitu bahwa dari satu larutan yang
sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur. Pengukuran dapat langsung dilakukan
terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum pengukuran lebih sederhana,
kecuali bila ada zat pengganggu). Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur
dalam banyak jenis contoh. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat
luas (mg/L hingga persen). Beberapa kelebihan inilah yang menyebabkan AAS saat
ini marak digunakan meskipun harganya memang cukup mahal.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)


Spektrofotometri Serapan Atom atau yang sering disebut dengan AAS
merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada proses penyerapan
energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground
state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit
atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron
akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai
bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan
energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang
menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang
dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang
karakteristik untuk setiap atom bebas.
Metode AAS sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode
spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan
atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan
fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur
dengan energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum
pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang 200-300 nm.
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis
kuantitatif dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang
karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi
(ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar,
waktu analisa sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya
digunakan untuk analisa unsur, teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam
analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan
pemisahan unsur yang ditetukan karena kemungkinan penentuan satu logam
unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga
yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam
sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari
lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi,
kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator.
Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api.
Detektor akan menolak arah searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya
mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu
unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat
energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa
sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi
cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang
dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).

2.2 Bagian-Bagian dari AAS


Adapun bagian-bagian AAS menurut Day, 1986 adalah sebagai berikut:
a) Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000
jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya
bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi
menjadi dua macam, yaitu lampu katoda monologam yang
digunakan untuk mengukur 1 unsur dan lampu katoda multilogam
yang digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.
b) Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ±
20000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih
panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000 K. Regulator
pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya
gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur
tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan
bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom.
c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen,
dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada
pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api.
d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan
melalui celah sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju
monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan,
mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke
detektor. Monokromator yang biasa digunakan ialah
monokromator difraksi grating.
e. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan
dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi
listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk
mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis
monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa
dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier
layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor
photomultiplier tube. Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang
dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang
mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda
maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda.
Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu
menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai
menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal
listrik. Untuk menambah kinerja alat maka digunakan suatu
mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu
lain seperti autosampler.
f. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu
angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap
atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada
cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry
serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting,
agar asap yang dihasilkan tidak berbahaya.

2.3 Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)


Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada
sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi absorpsi sinar oleh
atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya
(Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar
tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti
absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis.
Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya. Setiap alat AAS terdiri atas tiga
komponen yaitu: unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala),
sumber radiasi, dan sistem pengukur fotometri.

2.4 Cara Kerja AAS


Cara kerja AAS adalah suatu teknik analisis unsur yang didasarkan
padaabsorbsi sinar oleh atom bebas. Atom menyerap sinar pada
panjanggelombang tertentu yang mempunyai energi untuk mengubah
tingkatelektron suatu atom. Dengan absorbsi berarti atom memperoleh
lebihbanyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat
energinyake tingkat eksitasi. Walaupun sampel yang mengandung logam yang
akan dianalisis tidak menghasilkan warna atau kadarnya sangat kecil
sekalipun,masih dapat terbaca oleh AAS. Jadi tingkat ketelitian AAS lebih tinggi
dibandingkan spektrofotometer.
Adapun cara kerja alat AAS secara umum adalah sebagai berikut :

a. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting,


main unit, dan komputer secara berurutan.
b. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes
dan jika tidak No.
c. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup,
kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya
lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.
d. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
e. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih
unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang
diinginkan
f. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ;
number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
g. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
h. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
i. Pada menu measurements pilih measure sample.
j. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
k. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang
sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
l. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
m. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
n. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
o. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon print
atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
p. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas
burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada
komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu
ducting dan terakhir gas.

2.5 Kegunaan AAS dalam Bidang Nanomaterial

Dalam penelitian berjudul Karakterisasi Butiran Sub Mikron


Nanomaterial Karbon Batok Kalapa dengan Variasi Waktu Pengadukan Bahan
yang Digunakan untuk Filtrasi Logam Fe dari Limbah Air Selokan Mataram,
AAS merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam menentukan kadar
logam Fe dalam air hasil filtrasi. Hasil analisis AAS digunakan untuk
mengetahui kadar logam Fe yang mampu disaring oleh alat filtrasi sederhana.
Pada penelitian ini digunakan instrumen lain selain AAS yaitu spektrofotometer
uv-vis, XRD, dan SEM. Limbah air selokan yang diteliti di filtrasi dengan alat
filtrasi sederhana dengan bahan serbuk batok kelapa yang telah ditritmen
dengan metode LSE dengan variasi waktu blender. Setelah air difilter dilakukan
karakterisasi hasil filtrasi berdasarkan uji AAS yang terpacu pada penurunan
logam Fe.
BAB III

PENTUTUP

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut yaitu


bahwa AAS atau Spektrofotometri Serapan Atom merupakan suatu metode analisis
yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (ground state). Prinsip kerja dari alat ini yaitu berprinsip
pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada
panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan
Atom (SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih
berada dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah
sinar ultra violet dan sinar tampak.

Terdapat beberapa kelebihan pada AAS yang menyebabkan instrumen ini


sering digunakan oleh para analis kimia seperti bahwa dari satu larutan yang sama,
beberapa unsur berlainan dapat diukur. Pengukuran dapat langsung dilakukan
terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum pengukuran lebih sederhana,
kecuali bila ada zat pengganggu), dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur
dalam banyak jenis contoh, dan batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah
amat luas (mg/L hingga persen).
DAFTAR PUSTAKA
Adam Wiryawan., dkk. 2007. Kimia Analitik . Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Christina P, Maria. 2006. Instrumentasi Kimia I. Yogyakarta : STTN-BATAN.
Christina P, Maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia “Analisis
Kesalahan Dalam Spektrometri Serapan Atom”. Yogyakarta : STTN-
BATAN.
Hastuti, Irnawati Widya. 2017. Karakterisasi Butiran Sub Mikron Nanomaterial
arbon Batok Kalapa dengan Variasi Waktu Pengadukan Bahan yang
Digunakan untuk Filtrasi Logam Fe dari Limbah Air Selokan Mataram.
Universitas Negeri Yogyakarta.
J, Basset et all.1939. Buku Ajar VOGEL. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Sumar Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang.

Anda mungkin juga menyukai