KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013 Erni Yuliastuti1, Rafidah2, Hapisah3
ABSTRAK
Partograf sebagai alat bantu dalam pemantauan kemajuan persalinan merupakan
standar dalam memberikan asuhan persalinan dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya keterlambatan penanganan. Hasil studi pendahuluan pada lima wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Banjar menunjukkan 50% bidan di desa belum memanfaatkan partograf secara rutin dengan alasan pencatatan partograf rumit dan memerlukan waktu yang lama dalam pemantauannya, serta bukan menjadi masalah saat supervisi karena hanya sebagai pelengkap data persalinan. Deteksi penyulit persalinan sudah dapat dilakukan dengan pengalaman menolong atau feeling sehingga menganggap penggunaan partograf hanya membuang-buang waktu saja dan juga tidak berpengaruh pada tugas serta karir mereka Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berpengaruh dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas adalah pendidikan, pengetahuan dan persepsi supervisi. Variabel terikat yaitu kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. Pengumpulan data melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur. Populasi penelitian adalah seluruh bidan desa di Kabupaten Banjar berjumlah 251 orang. Responden sejumlah 70 orang dipilih secara purposive dan proporsional terhadap jumlah bidan di tiap Puskesmas. Analisis bivariat dilakukan dengan Uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan pendidikan responden sebagian besar berpendidikan profesional berjumlah 55 orang (78,6%). Pengetahuan responden sebagian termasuk kategori kurang berjumlah 32 orang (45,7%). Responden sebagian besar memiliki persepsi kurang terhadap supervisi berjumlah 50 orang (71,4%) dan sebagian patuh menggunakan partograf berjumlah 50 orang (50%). Tidak ada pengaruh pendidikan dengan kepatuhan p=0,56, ada pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan p=0,001 dan tidak ada pengaruh persepsi supervisi dengan kepatuhan p=0,79. Disimpulkan bahwa faktor pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf.
Kata Kunci : Kepatuhan, Bidan Desa, Partograf
PENDAHULUAN berjumlah 228 per 100.000 kelahiran
Millennium Declaration hidup, masih tinggi untuk pencapaian menempatkan kematian ibu sebagai target AKI tahun 2015 yaitu 102 per prioritas utama yang harus 100.000 kelahiran hidup.2 ditanggulangi untuk meningkatkan Kabupaten Banjar sebagai salah kualitas hidup ibu.1 Survey Demografi satu wilayah di Kalimantan Selatan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun dalam masa 3 tahun menunjukkan 2007 angka kematian ibu di Indonesia adanya peningkatan trend kasus Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014 kematian maternal mulai tahun 2008 partograf dengan benar saat menolong terdapat 9 kasus, 2009 terdapat 14 kasus persalinan dan 30% menggunakan dan tahun 2010 meningkat menjadi 16 partograf tetapi masih belum benar kasus. Walaupun pada tahun 2011 kasus dalam pencatatannya dan kurang tepat kematian maternal mengalami dalam penggunaannya. Sebanyak 50% penurunan yaitu 12 kasus atau 118,8 per bidan di desa tidak selalu membuat 100.000 kelahiran hidup, tetapi pada pencatatan pada lembar partograf bila tahun 2012 meningkat kembali menjadi menolong persalinan. Alasan yang 14 kasus kematian dan masih mereka sebutkan yakni: 1) Pencatatan menempati urutan ketiga tertinggi kasus partograf rumit dan sulit sehingga kematian maternal di Provinsi membutuhkan waktu yang lama dalam Kalimantan Selatan. Kasus kematian pendokumentasiannya; 2) Deteksi maternal paling banyak terjadi pada saat penyulit persalinan sudah dapat persalinan yaitu sebanyak 12 kasus dilakukan dengan pengalaman (85,2%), sebanyak 1 kasus (7,1%) menolong atau feeling sehingga terjadi dalam masa nifas dan 1 kasus menganggap penggunaan partograf (7,1%) terjadi pada masa kehamilan.3,4 hanya membuang-buang waktu saja Kematian ibu bersalin kerap dan juga tidak berpengaruh pada disebabkan oleh keterlambatan dalam tugas serta karir mereka. ) Pengisian mengenali risiko tinggi saat persalinan.5 partograf yang masih belum benar Pemantauan persalinan dengan dianggap bukan menjadi masalah pada partograf dapat menghindari tiga saat supervisi oleh kordinator KIA keterlambatan yang bisa menyebabkan ataupun dari Dinas Kesehatan. kematian maternal dan bayi karena Pencatatan pada lembar partograf hanya dapat menghindari persalinan terlantar, sebagai pelengkap data persalinan tanpa menegakkan keadaan patologis sedini melihat prosedur pencatatan secara mungkin dan selanjutnya dilakukan benar. rujukan untuk mendapat pertolongan.6 Permasalahan bidan dalam Standar pelayanan kebidanan pemanfaatan partograf sebagai alat menyatakan bahwa seorang bidan harus bantu pertolongan persalinan memiliki kompetensi dasar sebagai menunjukkan kinerjanya dalam prasyarat dalam memberikan asuhan memberikan asuhan persalinan. Kinerja persalinan kala I yang meliputi 1) merupakan sesuatu yang secara aktual Kemampuan mendeteksi waktu mulai orang kerjakan dan dapat diobservasi. proses persalinan, 2) Kemampuan Kinerja individu dipengaruhi oleh melakukan pemantauan persalinan tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dengan partograf dan melakukan manajemen pekerjaan dan karakteristik analisis pencatatan partograf dengan individu. Karakteristik individu tepat, 3) Persiapan pertolongan mencakup dorongan, sifat/ watak, citra persalinan yang meliputi tempat, alat diri, pengetahuan akan menentukan dan format partograf.7 bagaimana perilaku orang dalam Hasil wawancara pada 10 orang bekerja. bidan di desa di 5 (lima) wilayah kerja Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas Kabupaten Banjar memberikan daya tarik untuk diteliti menunjukan bahwa dari 10 orang bidan mengapa bidan di desa tidak selalu di desa hanya 20% yang menggunakan melaksanakan pencatatan partograf
Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014
dalam menolong persalinan. Bagi Kepatuhan daerah dapat memberikan gambaran Patuh Kurang Patuh dan informasi tentang permasalahan - permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan partograf yang dilakukan 50% 50% oleh bidan di desa dalam menolong persalinan. Dengan demikian dapat menjadi bahan pemikiran dalam upaya meningkatkan kepatuhan pemanfaatan Gambar 1. Kepatuhan Bidan di Desa partograf oleh bidan desa sebagai alat Gambar 1 menunjukan sebagian bantu dalam deteksi dini masalah yang responden patuh dalam pemanfaatan terjadi dalam masa persalinan untuk partograf. Kepatuhan adalah sikap menurunkan angka kematian dalam bidan di desa dalam mematuhi & masa persalinan. mentaati peraturan/standar asuhan persalinan yg meliputi pencatatan METODE PENELITIAN partograf dengan benar & lengkap Jenis penelitian ini adalah setiap menolong persalinan, observasional analitik dengan kecenderungan bidan untuk pendekatan cross sectional yakni bertindak dalam melakukan kegiatan pengamatan terhadap variabel terikat pencatatan partograf yang menjadi (kepatuhan bidan di desa dalam standar dalam memberikan asuhan pemanfaatan partograf) dan variabel persalinan. Pemanfaatan partograf bebas (pendidikan, pengetahuan, sebagai bentuk tanggungjawab bidan persepsi supervisi) diamati pada waktu dalam memberikan asuhan yang sama (point time approach). persalinan melalui observasi pada Populasi dalam penelitian ini adalah lembar partograf menunjukkan tidak seluruh bidan di desa di Kabupaten semua item dalam parograf dicatat Banjar. Besar sampel sebanyak 70 secara lengkap dan benar oleh orang bidan di desa dengan teknik responden. Pencatatan yang purposive sampling berdasarkan kriteria dilakukan oleh responden terdiri dari inklusi yang ditetapkan. Responden pencatatan secara lengkap dan benar, dipilih secara proporsional terhadap dicatat tetapi salah dan tidak jumlah bidan di tiap Puskesmas. melakukan pencatatan. Instrumen penelitian yang Hasil observasi partograf pada digunakan adalah kuesioner terstruktur item yang tidak dicatat persentasinya yang sudah di uji validitas dan lebih tinggi dari pada item yang reliabilitasnya. Analisis bivariat dicatat yaitu penilaian molase kepala dilakukan dengan Uji Chi Square janin, penilaian nadi ibu dan dengan CI 95%. produksi urine ibu. Hampir sebagian besar bidan di desa tidak melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN penilaian warna air ketuban dan 1. Kepatuhan Bidan di Desa dalam penilaian molase kepala janin. Pemanfaatan Partograf Kepatuhan bidan di desa yang kurang terlihat dari masih banyak bidan di desa yang belum memanfaatkan partograf saat
Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014
menolong persalinan. Ini terjadi pencatatan yang salah akan karena pertolongan persalinan yang menimbulkan kekeliruan dalam diberikan oleh bidan di desa sebagian menganalisa hasil pemeriksaan dan besar masih dilakukan dirumah menetapkan diagnosa, yang dapat pasien, sehingga mereka merasa berakibat pada keterlambatan dalam kesulitan dalam melakukan deteksi dini adanya penyulit pemantauan persalinan yang persalinan, keterlambatan dalam membutuhkan waktu lama. Keadaan pengambilan keputusan klinik yang ini sering menjadi alasan bidan di tepat dan keterlambatan untuk desa membuat partograf setelah memberikan intervensi secara tepat selesai menolong persalinan. Catatan yang dapat membahayakan hasil pemantauan persalinan keselamatan ibu dan janin. dilakukan di lembar kertas biasa, setelah selesai proses persalinan baru 2. Pengaruh Pendidikan dengan mereka menyalinnya di lembar Kepatuhan Bidan di Desa dalam partograf. Bidan di desa sering tidak Pemanfaatan Partograf memperhatikan ketersediaan Sebagian besar responden yakni formulir partograf dalam tas 55 orang (78,6%) berpendidikan peralatan mereka sehingga tidak profesional. Sesuai Permekes RI terbawa saat menolong persalinan. tentang standar profesi bidan dan Pencatatan hasil pemeriksaan dicatat penyelenggaraan izin praktik bidan pada kertas biasa bahkan ada yang menyebutkan sebagai tenaga hanya cukup mengingatnya saja. Bila profesional dan mempunyai diperlukan misalnya untuk kewenangan dalam penyelenggaraan mengklaim dana pergantian biaya praktik kebidanan adalah bidan persalinan, baru mereka akan dengan pendidikan minimal Diploma menyalin catatan persalinan tersebut III Kebidanan.12 pada lembar partograf. Keadaan ini Tabel 1 Pengaruh Pendidikan dengan akan berbeda jika pertolongan Kepatuhan Bidan di Desa dalam persalinan dilakukan di fasilitas Pemanfaatan Partograf di Kabupaten kesehatan (klinik bersalin, Polindes). Banjar Tahun 2013 Kelengkapan alat dan ketersediaan Kepatuhan pemanfaatan partograf form partograf bukan menjadi alasan Tidak Pendidikan Patuh Jumlah patuh bagi bidan untuk tidak mencatatnya n % n % n % pada partograf. Profesional 29 52,7 26 47,3 55 100 Kemampuan melakukan Non Profesional 6 40 9 60 15 100 pemantauan persalinan dengan Jumlah 35 50 35 50 70 100 partograf dan melakukan analisis Uji Chi Square p = 0,56 pencatatan partograf dengan tepat Tabel 1 menunjukkan dari 55 merupakan salah satu kompetensi orang yang berpendidikan dasar yang harus dimiliki seorang profesional terdapat 29 orang bidan dalam melaksanakan asuhan (52,7%) yang patuh dalam persalinan sesuai standar yang sudah pemanfaatan partograf dan dari 15 ditetapkan oleh profesi. Pencatatan orang yang berpendidikan non hasil penilaian dalam partograf harus profesional terdapat 6 orang (40%) dilakukan secara benar. Karena yang patuh dalam pemanfaatan
Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014
partograf. Hasil uji Chi Square sumberdaya manusia. Menurut dengan p value = 0,56 menunjukkan Soekidjo (2007) pendidikan adalah tidak ada pengaruh pendidikan salah satu faktor yang menjadi dasar dengan kepatuhan bidan di desa untuk melaksanakan tindakan. Selain dalam pemanfaatan partograf di pendidikan formal, pendidikan non Kabupaten Banjar tahun 2013. formal seperti pelatihan /pendidikan Tingkat pendidikan merupakan berkelanjutan yang diikuti bidan juga salah satu unsur karakteristik ikut berpengaruh terhadap seseorang yang dapat meningkatkan perilakunya dalam menolong pengetahuan sebagai respon kognitif, persalinan sesuai dengan standar afektif, dan psikomotor seseorang. pelayanan kebidanan. Bidan adalah tenaga kesehatan profesional, yang disiapkan melalui 3. Pengaruh Pengetahuan dengan pendidikan tinggi kebidanan, Kepatuhan Bidan di Desa dalam kurikulum yang disiapkan sesuai Pemanfaatan Partograf dengan kebutuhan pelayanan, peran, Sebanyak 32 orang (45,7%) fungsi dan tugas bidan, berdasarkan responden memiliki pengetahuan kompetensi yang sesuai dengan kurang tentang partograf. . Tabel kewenangan dan tanggung jawab 2 menunjukkan dari 17 orang yang bidan. memiliki pengetahuan baik terdapat Secara formal pengetahuan 12 orang (70,6%) yang patuh dalam bidan tentang partograf sudah pemanfaatan partograf, dari 21 orang diperoleh sejak mengikuti yang memiliki pengetahuan cukup pendidikan dasar kebidanan (D I terdapat 15 orang (71,4%) yang Kebidanan). Namun pada patuh dalam pemanfaatan partograf kenyataannya tidak semua bidan dan dari 32 orang yang memiliki mampu mengaplikasikannya dengan pengetahuan kurang terdapat 8 orang baik di lapangan karena berbagai (25%) patuh dalam pemanfaatan faktor seperti kebiasaan, sikap, partograf. Hasil uji Chi Square motivasi serta kepatuhan. Karena dengan p value = 0,001 yang berarti pada kenyataannya kebiasaan serta ada pengaruh pengetahuan dengan motivasi dalam menggunakan kepatuhan bidan di desa dalam partograf sebagai alat bantu dalam pemanfaatan partograf di Kabupaten menolong persalinan menjadi faktor Banjar tahun 2013. psikologis bagi bidan dalam Tabel 2 Pengaruh Pengetahuan dengan melakukan tindakan sebagai bentuk Kepatuhan Bidan di Desa dalam kepatuhannya terhadap standar Pemanfaatan Partograf di Kabupaten pertolongan persalinan. Siagian Banjar Tahun 2013 (1989) menyebutkan bahwa Kepatuhan Pemanfaatan Partograf pengalaman seseorang melakukan Pengeta Tidak Patuh Jumlah huan patuh tugas tertentu secara terus menerus n % n % n % dalam waktu lama biasanya akan Baik 12 70,6 5 29,4 17 100 meningkatkan kedewasaan Cukup 15 71,4 6 28,6 21 100 teknisnya. Kurang 8 25 24 75 32 100 Tingkat pendidikan merupakan Jumlah 35 50 35 50 70 100 suatu proses pengembangan Uji Chi Square p = 0,001
Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014
Pengetahuan bidan tentang janin saat persalinan yang partograf dan manfaatnya sebagai memungkinkan terjadinya penurunan alat bantu pemantauan kemajuan morbiditas dan mortalitas maternal persalinan masih belum di pahami perinatal. oleh semua bidan. Partograf bisa difungsikan secara maksimal bila 4. Pengaruh Persepsi supevisi dengan bidan memahami cara pengisiannya Kepatuhan Bidan di Desa dalam dengan benar dan mengetahui Pemanfaatan Partograf manfaat partograf sebagai alat Sebagian besar responden pemantauan selama proses memiliki persepsi supervisi kurang persalinan. yaitu berjumlah 50 orang (71,4%). Pengetahuan tentang partograf Persepsi terhadap supervisi adalah merupakan salah satu kompetensi pandangan bidan terhadap yang harus dimiliki oleh seorang pembinaan atau bimbingan teknis bidan dalam memberikan asuhan yang dilakukan oleh bidan persalinan sesuai standar pelayanan koordinator atau Puskesmas yang kebidanan. Karena dengan berkaitan dengan pemanfaatan pengetahuan seseorang akan partograf yang meliputi cara dan memiliki dasar untuk melakukan proses dalam memberikan tindakan. Pengetahuan bidan tentang pembinaan, peran dan perhatian partograf yang baik ditunjang oleh bidan koordinator dalam memantau pendidikan formal yakni sebagian pemanfaatan partograf, evaluasi dan besar memiliki pendidikan menengah sangsi yang diberikan kepala (D III) dan pendidikan tinggi (D IV). puskesmas / bidan koordinator pada Kemampuan pengetahuan bidan yang tidak memanfaatkan (knowledge) merupakan hasil tahu partograf. melalui pengindraan terhadap suatu Evaluasi pemanfaatan partograf objek tertentu dan sangat penting menjadi salah satu kegiatan yang terhadap terbentuknya tindakan dilakukan oleh bidan koordinator seseorang. Intensitas atau tingkat saat melakukan supervisi. pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu tidak sama sehingga Tabel 3 Pengaruh Persepsi Supervisi pengetahuan akan memberikan dengan Kepatuhan Bidan di Desa dalam pengalaman yang nantinya akan Pemanfaatan Partograf di Kabupaten memberikan suatu tingkat Banjar Tahun 2013 pengetahuan dan kemampuan Kepatuhan pemanfaatan partograf tertentu. Pengetahuan merupakan Kurang Persepsi Patuh Jumlah Patuh salah satu karakteristik individu yang Supervisi N % n % n % akan menentukan bagaimana Baik 9 45 11 55 20 100 perilaku orang dalam bekerja.14 Jika Kurang 26 52 24 48 50 100 pengetahuan diaplikasikan dalam Jumlah 35 50 35 50 70 100 bentuk kepatuhan dalam Uji Chi Square p = 0,79 pemanfaatan partograf setiap Tabel 3 menunjukkan dari 55 menolong persalinan maka dapat orang yang berpendidikan profesional meningkatkan kualitas pelayanan dan terdapat 29 orang (52,7%) yang patuh meningkatkan kesejahteraan ibu dan dalam pemanfaatan partograf dan dari
Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014
15 orang yang berpendidikan non KESIMPULAN profesional terdapat 6 orang (40%) yang 1. Tidak ada pengaruh pendidikan patuh dalam pemanfaatan partograf . dengan kepatuhan bidan di desa Hasil uji Chi Square tidak ada pengaruh dalam pemanfaatan partograf. persepsi supervisi dengan kepatuhan 2. Ada pengaruh pengetahuan dengan dalam pemanfaatan partograf di kepatuhan bidan di desa dalam Kabupaten Banjar tahun 2013. pemanfaatan partograf. Tidak ada pengaruh persepsi 3. Tidak ada pengaruh persepsi supervisi dengan kepatuhan dalam supervisi dengan kepatuhan bidan di pemanfaatan partograf oleh bidan desa dalam pemanfaatan partograf. disebabkan karena beberapa faktor yakni dorongan dari dalam diri sendiri SARAN (faktor intern) dan pengaruh dari luar 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten (faktor ekstern), dan supervisi Banjar merupakan salah satu faktor dari luar a. Membuat kebijakan khusus yang ikut berpengaruh dalam tentang kewajiban pemanfaatan pemanfaatan partograf. partograf pada semua bidan yang Peran dan perhatian bidan menolong persalinan baik di koordinator dalam memantau rumah, klinik bersalin swasta atau pemanfaatan partograf juga ditunjukkan institusi kesehatan lainnya. dengan menekankan penggunaan b. Memberikan reward pada bidan partograf setiap menolong persalinan yang selalu menggunakan dan melakukan koreksi terhadap partograf saat menolong kelengkapan serta ketepatan isi persalinan dan memberikan sanksi partograf. bagi mereka yang tidak Supervisi merupakan upaya untuk memanfaatkan partograf dalam membantu pembinaan dan peningkatan menolong persalinan. kemampuan pihak yang disupervisi agar c. Peningkatan keterampilan bagi dapat melaksanakan tugas kegiatan bidan dalam pencatatan partograf yang telah ditetapkan secara efisien dan dengan benar dan lengkap efektif. Supervisi diartikan sebagai sehingga partograf dapat suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk berfungsi secara maksimal memberikan bantuan teknis kepada melalui kegiatan pelaksana program dalam melaksanakan pelatihan/seminar. tugas yang diserahkan kepadanya.16 2. Bagi Puskesmas di Kabupaten Supervisi berbeda dengan Banjar pengawasan, dalam arti supervisi Memperhatikan pemanfaatan memiliki fungsi tersendiri yaitu partograf setiap menolong persalinan kegiatan yang berkaitan dengan dan memperhatikan permasalahan pengamatan dan pemberian bantuan yang dihadapi dalam penggunaan atau membina situasi penyelenggaran partograf melalui laporan bulanan kegiatan melalui upaya pelayanan, dan kelengkapan pencatatan bantuan, dan bimbingan ke arah partograf . perbaikan. 3. Bagi Bidan a. Untuk selalu meningkatkan kinerja dalam pelayanan dengan
Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014
memanfaatkan partograf secara 10. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar benar setiap menolong persalinan Metodologi Penelitian Klinis. di semua tempat persalinan. Jakarta: Sagung Seto; 2002. b. Memberikan asuhan persalinan 11. Hastono SP. Basic Data Analysis for sesuai dengan standar pelayanan Health Research. Jakarta: kebidanan untuk meningkatkan Universitas Indonesia.; 2006. kualitas kesehatan ibu dan anak. 12. Pengurus Pusat IBI. Buku Standar Pelayanan Kebidanan Dasar, DAFTAR PUSTAKA Cetakan kelima. Jakarta; 2005. 1. Departemen Kesehatan R.I. Profil 13. Nurjasmi E. Paradigma Pendidikan Kesehatan Indonesia. Jakarta; Kebidanan. Jakarta: PP IBI; 2009 2008. 14. Notoatmodjo. Pengantar 2. Badan Pusat Statistik. Survei Pendidikan dan Ilmu Perilaku Demografi dan Kesehatan Kesehatan, Cetakan Pertama. Indonesia 2007. Jakarta: Jakarta: Rineka Cipta; 2003. Departemen Kesehatan Republik 15. Menkes. RI. Permenkes RI Nomor: Indonesia; 2008. 1464/MENKES/PER/X/2010 3. Dinas Kesehatan Provinsi tentang Izin dan Penyelenggaraan kalimantan Selatan. Profil Dinas Praktik Bidan. Jakarta; 2010. Kesehatan Provinsi Kalimantan 16. Sudarmanto. Kinerja dan Selatan. Banjarmasin; 2011. Pengembangan Kompetensi SDM. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Cetakan Pertama. Yogyakarta: Banjar. Profil Dinas Kesehatan Pustaka Pelajar; 2009. Kabupaten Banjar. Martapura; 2011. 5. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat PWS-KIA. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2009. 6. Wijono D. Manajemen kesehatan Ibu dan Anak, Prinsip dan Strategi Pendekatan Komunitas. Surabaya: Duta Prima Airlangga; 2008. 7. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: YBPSP; 2006. 8. Departemen Kesehatan RI. Program Safe Motherhood di Indonesia. Jakarta: Dirjen Binkesmas; 2002. 9. Gibson JL, Donelly,J.H. Organisasi Perilaku Stuktur Proses Jilid I. Binarupa Aksara ed. Jakarta; 1997.