Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PELABUHAN

“Pelabuhan Khusus”

Disusun Oleh

FUAD (1407)

ABDUL HADI (1507)

FITRI AMELIA (1507)

MUHAMMAD NAUFAL (1507)

NOVALIN PUTRI (1507123797)

ROMA DEARNI (1507)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Pelabuhan ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rinaldi sebagai dosen pembimbing
mata kuliah Pelabuhan serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas Pelabuhan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan paper yang akan datang. Semoga tugas Pelabuhan ini dapat bermanfaat untuk
semua.

Pekanbaru, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam UU lama tentang Pelayaran, istilah Terminal Khusus adalah Pelabuhan Khusus
(PELSUS). Setelah berlakunya UU No. 17 Tahun 2008, maka istilah Pelabuhan Khusus berubah
menjadi Terminal Khusus.

Terminal Khusus (Tersus) adalah terminal yang terletak DILUAR Daerah Lingkungan
Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp), yang merupakan bagian
dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
Sedangkan Dermaga Untuk kepentingan Sendiri (DUKS) adalah dermaga dan fasilitas
pendukungnya yang berada DIDALAM Daerah Lingkungan Kerja dan/atau Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan laut yang dibangun, dioperasikan dan digunakan untuk kepentingan
sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1992
tentang Pelayaran.
Setelah berlakunya UU No. 17 tahun 2008, maka istilah DUKS berubah menjadi
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS). Pengertian TUKS dan DUKS adalah sama.

Sedangkan istilah Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan
tempat kapal bersandar dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat
menunggu dan naik turun penumpang dan/atau tempat bongkar muat barang.

Terminal Khusus (TERSUS) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri


(TUKS) dibangun dan dioperasikan, hanya bersifat menunjang kegiatan pokok perusahaan.
Pembangunan Pelabuhan hanya bertujuan untuk menunjang usaha pokok dari perusahaan
tersebut. Kegiatan usaha pokok antara lain; pertambangan, energi, kehutanan, pertanian,
perikanan, industri, pariwisata, dan dok dan galangan kapal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Pelabuhan Khusus
1.2.2 Apa saja jenis-jenis Pelabuhan Khusus
1.2.3 Apa saja fasilitas yang harus disediakan disebuah pelabuhan
1.2.4

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi Pelabuhan Khusus
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis Pelabuhan Khusus
1.3.3 Mengetahui fasilitas-fasilitas yang harus disediakan di sebuah pelabuhan
1.3.4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pelabuhan Khusus


Pelabuhan Khusus, merupakan pelabuhan yang dibangun dan dijalankan guna menunjang
kegiatan yang bersifat khusus dan pada umumnya untuk kepentingan individu atau kelompok
tertentu. Pelabuhan khusus juga merupakan pelabuhan yang didirikan oleh perusahaan swasta
dan digunakan khusus untuk keperluan bongkar muat bahan baku dan hasil produksinya.
Pelabuhan khusus didirikan karena bongkar muat barang-barang yang dibutuhkan oleh
perusahaan dan hasil produksinya tersebut tidak dapat dilakukan di pelabuhan umum. Jumlah
pelabuhan khusus saat ini sebanyak 501 buah. Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang
dibangun dan digunakan oleh pihak tertentu untuk menunjang kegiatannya sendiri.
Misalnya pelabuhan PERTAMINA yang digunakan khususuntuk mendistribusikan
minyak ke seluruh wilayah Indonesia Contoh lain dari pelabuhan khusus adalah CPO, batu
bara, semen, dll.

Pelabuhan Khusus Semen Pelabuhan Batubara

2.2 Jenis - Jenis Pelabuhan Khusus


Terdapat beberapa jenis pelabuhan khusus, yaitu :

 Pelabuhan khusus nasional/internasional;


 Pelabuhan khusus regional; dan
 Pelabuhan khusus lokal.

Adapun beberapa ketentuan didalam pengelolaan Pelabuhan, yaitu ;

a. Pelabuhan khusus nasional/internasional


 Bobot kapal yang dilayani 3000 DWT atau lebih;
 Panjang dermaga 70 M atau lebih, konstruksi beton/baja;
 Kedalaman di depan dermaga - 5 M LWS atau lebih;
 Menangani pelayanan Barang-barang Berbahaya dan Beracun (B3); dan
 Melayani kegiatan pelayanan lintas Provinsi dan Internasional.
b. Pelabuhan khusus regional
 Bobot kapal yang dilayani lebih clan 1000 DWT dan kurang dan 3000 DWT;
 Panjang dermaga kurang dari 70 M', konstruksi beton/baja;
 Kedalaman di depan dermaga kurang clan - 5 M LWS;
 Tidak menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (B3); dan
 Melayani kegiatan pelayanan lintas Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi.

c. Pelabuhan khusus local


 Bobot kapal kurang dari 1000 DWT;
 Panjang dermaga kurang clan 50 M' dengan konstruksi kayu;
 Kedalaman di depan dermaga kurang clan - 4 M LWS;
 Tidak menangani pelayanan barang berbahaya dan beracun (B3) dan melayani
kegiatan pelayanan lintas Kota dalam satu Kabupaten/Kota.

2.2 Fasilitas yang Harus disediakan di Sebuah Pelabuhan


Ada beberapa fasilitas pokok yang wajib dimiliki oleh sebuah pelabuhan, yaitu :

 Perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;


 Kolam pelabuhan;
 Fasilitas sandar kapal;
 Penimbangan muatan;
 Terminal penumpang;
 Akses penumpang dan barang ke dermaga;
 Perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan jasa;
 Fasilitas penyimpanan bahan bakar (Bunker);
 Instalasi air, listrik dan komunikasi;
 Akses jalan dan atau rel kereta api;
 Fasilitas pemadam kebakaran; dan
 Tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.

Kemudian fasilitas penunjangnya adalah :

 Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan;


 Tempat penampungan limbah;
 Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan; dan
 Area pengembangan pelabuhan.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam hal pengelolaan pelabuhan, yaitu :

 Pelabuhan harus terletak pada lokasi yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan
pelayaran serta dapat dikembangkan dan dipelihara sesuai standar yang berlaku;
 Pelabuhan harus mempertimbangkan kemudahan pencapaian bagi pengguna;
 Pelabuhan harus mudah dikembangkan, untuk memenuhi peningkatan permintaan akan
jasa angkutan laut;
 Pelabuhan harus menjamin pengoperasian dalam jangka waktu panjang;
 Pelabuhan harus berwawasan lingkungan; dan
 Pelabuhan harus terjangkau secara ekonomis bagi pengguna dan penyelenggara
pelabuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
permasalahan semua bisa diatasi dengan melengkapi pelabuhan di Indonesia, khususnya
Pelabuhan Samudra di Natuna Indonesia, dengan Sistem Informasi dan Sarana Komunikasi yang
memadai. Kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap proporsionalitas managamen di
pelabuhan. Jika kita ingin mempercepat jalannya suatu sistem, salah satu caranya ialah
menyederhanakan proses dari sitem birokrasi berbelit tanpa mengesampingkan esensinya.

Oleh karena itu praktek – praktek birokratif, harus segera dihilangkan guna meningkatkan
kinerja pelabuhan dari segi pengelolaan waktu yang efektif dan efisien. Tetapi hal yang paling
penting untuk diperhatikan juga, adalah pengembangan sumber daya manusia di pelabuhan,
khususnya pelabuhan samudra ini nanti. Hal ini penting karena, jangan sampai perampingan
satuan kerja pada pelabuhan, justru menurunkan tingkat produktivitas dari pelabuhan itu sendiri.
Maka dari itu diperlukan tenaga – tenaga kerja yang terampil dan handal, dalam jumlah yang
pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari pengelolaan pelabuhan yang baik. Tentu saja
pengembangan keterampilan dalam hal penggunaan teknologi, berbasis informasi dan juga yang
sifatnya teknikal merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu mendorong produktivitas
kinerja dari tenaga-tenaga kerja yang ada.

Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks. Diperlukan
kesungguhan dari tiap-tiap stakeholder’s yang ada, untuk memperbaiki kinerja pelabuhan. Selain
itu, diperlukan pengukuran yang presisi terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar modal yang
besar, yang digunakan untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggung jawabkan dan
mencapai hasil sesuai, khusus buat daerah dan umumnya untuk negara. Pemerintah tentu saja
memegang peran penting dalam hal ini. Pemerintah harus berperan sebagai penyedia yang secara
berkala memantau penerapan dari semua strategi yang telah disepakati dan diterapkan. Karena
pada umumnya, meskipun telah dirumuskan dan direncanakan dengan sangat baik, tiap strategi
yang ada akan menjadi kacau saat diimplementasikan jika tidak disertai pemantauan dan evaluasi
yang sesuai. Hal ini tentu saja akan terjadi jika kurangnya koordinasi. Diharapkan pemerintah
dapat menjalankan peran ini dengan baik, bukan malah semakin memperburuk. (Red : ada
beberapa tentang bobot, panjang, kedalaman, TEUs. Penulis kutip dari beberapa buku tentang
pelayaran dan kepelabuhanan semasa belajar di TARUNA AKADEMI PELAYARAN).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11596746/PELABUHAN_KHUSUS_PELSUS

http://eportlicensing.dephub.go.id/page/detail/pengertian-tersus-dan-tuks

https://www.kamusbesar.com/pelabuhan-khusus

http://dishubkominfo.natunakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=104:jenis-jenis-
pelabuhan&catid=1:berita&Itemid=14

http://jdih.tanahbumbukab.go.id/peraturan/PERDA%20NOMOR%209%20TTG%20%20IZINPEMBAN
GUNAN%20DAN%20PENGELOLAAAN%20PELSUS%20new.pdf

https://id.scribd.com/doc/203891832/Teori-Pelabuhan-teknik-sipil

Anda mungkin juga menyukai