Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PEMULASARAN JENAZAH

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bersama, bahwa wilayah Indonesia akhir-akhir ini dilanda
bencana terutama karena ulah manusia yang menyebabkan terjadinya korban massal. Di
samping itu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya
membawa manusia pada kehidupan yang lebih mudah dan sejahtera. Namun sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi tersebut menimbulkan berbagai
dampak yang memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih teliti.
Dilain pihak kemajuan ilmu pengetahuan juga menimbulkan peningkatan
kesadaran hukum, hak azasi manusia serta cara berpikir yang kritis dan rasional. Masih
jelas dalam ingatan kita ledakan Bom di malam Natal tahun 2000 dibeberapa kota di
Indonesia yang terjadi secara bersamaan, Bom Bali tahun 2002 dan terbakarnya karoke di
Palembang tahun 2002 serta bom di Hotel J.W. Marriot Jakarta tahun 2003 yang
menimbulkan banyak korban meninggal. Keadaan tersebut tidak hanya berdampak pada
para korban bencana beserta keluarganya, namun lebih jauh menurunkan kepercayaan
dunia Internasional terhadap rasa aman di Indonesia. Kejadian yang menyebabkan korban
meninggal massal tersebut dimana hampir semua korbannya dirujuk ke Rumah Sakit
ternyata tidak tertampung di Rumah Sakit karena selama ini Rumah Sakit tidak
mengantisipasi datangnya korban mati massal secara bersamaan. Hal-hal tersebut
membuka mata kita semua betapa pentingnya mempersiapkan Rumah Sakit (sarana,
prasarana, SDM) untuk penanganan korban meninggal massal. Fasilitas kamar jenazah
Rumah Sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan jenazah tetapi juga harus mampu
melakukan identifikasi korban massal serta mempunyai sarana informasi dan komunikasi
yang baik.
Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan sebagai
penghormatan kepada korban. Kamar jenazah dapat diakses langsung oleh masyarakat.
Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh rumah sakit khususnya Rumah Sakit
Rujukan / Propinsi selama ini tidak mengantisipasi adanya korban mati massal karena
memang belum ada pedoman / standar untuk kamar jenazah serta waktu-waktu lalu

1
belum merupakan kebutuhan sehingga di rumah sakit fasilitas dan SDM yang tersedia
sangat minim.
Kamar jenazah suatu rumah sakit, bukanlah satu-satunya “pintu keluar” pasien
karena masih banyak “pintu kesembuhan”, “pintu kecutian” dan “pintu transisi”.
Walaupun diakui bahwa kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang
telah benar-benar tanpa nyawa / ruh lagi.
Dalam pembahasan ini istilah jenazah ( badan orang yang baru meninggal )
mencakup pula “mayat” ( konotasi bias baru meninggal atau sudah lama mati ). Satu
diantara kontributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang berasal dari luar rumah
sakit yang dikenal sebagai kasus – mati forensik. Standar ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi saat ini dan merupakan standar minimal kamar
jenazah bagi rumah sakit yang seharusnya dikaitkan dengan pelayanan tipe rumah sakit
yang bersangkutan.

2. TUJUAN
2. 1. TUJUAN UMUM
Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban meninggal sehari-hari &
pasca bencana.
2. 2. TUJUAN KHUSUS
Tersedianya Standar Pelayanan Jenazah di Rumah Sakit yang dapat dipakai sebagai
acuan oleh Rumah Sakit dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi korban
meninggal dan keluarganya .
3. DASAR KEBIJAKAN
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
Pusat dan Propinsi.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2000 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departeman Kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 106/Menkes/SK/I/2004 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan Pelatihan Penanggulangan
Gawat Darurat (PPGD) / General Emergency Life Support (GELS) Tingkat Pusat
8. SKB Kapolri dan Menkes No 1078 / MENKES / SKB / VII / 2003 No Polisi / 3889 /
VII /2003 Tentang Identifikasi Korban Mati Pada Bencana Massal.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

1. PELAYANAN
1.1. PRINSIP PELAYANAN JENAZAH
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia, karen ia
adalah manusia. Martabat kemanusian ini secara khusus adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan/adatnya, perlakuan sopan dan tidak merusak badan wadagnya
tanpa indikasi atau kepentingan kemanusiaan, termasuk penghormatan atas
kerahasiaannya.
Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontamisi khususnya
hal yang membahayakan petugas atau penyulit analisa kemurnian identifikasi (termasuk
kontaminasi DNA dalam kasus forensik mati). Demikian pula aman bagi petugas yang
bekerja termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit
mematikan.

1.2. CIRI KHUSUS PELAYANAN JENAZAH

3
Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap sosial budaya keluarga
orang tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan prasarana pelayanan.
Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana kekagetan, kesedihan atau haru luar
biasa yang dapat menjurus pada keputusasaan keluarga / kenalan, kesibukan atau bahkan
kebingungan untuk jenazah segera dikubur ( bagi orang islam disunahkan sebelum 24
jam ), kemendadakan mengkonfirmasi keputusan dari pelbagai famili dan handai taulan,
rasa ingin tahu masyarakat pada kasus kematian khusus, atau bahkan suasana
ketidakmenentuan pada korban mati massal atau mereka yang mencari
keluarga/kenalannya yang hilang. Hal-hal tersebut memunculkan suasana yang seringkali
emosional, dengan akses kemarahan yang dapat membahayakan keselamatan dokter dan
atau petugas kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan prasarananya.
Dikaitkan dengan kasus forensik yang memerlukan pengamanan jenazah sebagai barang
bukti, hal-hal yang berkaitan dengan chain of custody memerlukan sarana dan prasarana
khusus.
Dengan perkembangan dunia yang anomic ( kematian akibat risk society, buah dari
“juggernaut syndrome” sebagaimana ditunjukkan oleh teror bom ) yang makin banyak
menyebabkan kematian tidak wajar ( pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri ) siapapun,
kamar jenazah seharusnya menjadi “outlet” yang dikelola integrative dengan sekaligus
dipimpin oleh pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.
Demikian pula dalam pembahasan tentang ruang secara implicit tercakup pula
sarana dan prasarana kenyamanan seperti AC, ventilasi ruangan yang baik, air yang
mengalir lancar, cahaya terang siang atau lampu terang di malam hari, dengan ruang
publik dilengkapi oleh toilet umum dan sarana telepon umum.

1.3. JENIS PELAYANAN TERKAIT KAMAR JENAZAH


Pelayanan jasa ( services ) yang terkait dengan kamar jenazah dapat
dikelompokkan kedalam beberapa kategori yakni :
a. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan kesehatan yang
dilakukan rumah sakit, setelah pasien dinyatakan meninggal, sebelum jenazahnya
diserahkan ke pihak keluarga atau pihak berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban-mati atau “mayat luar”
Ada 2 jenis pemeriksaan forensik, yakni visum luar (pemeriksaan luar) maupun
visum dalam (pemeriksaan otopsi), keduanya dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan

4
penunjang seperti patalogi anatomic, radiologik, toksikologi/farmakologik, analisa
mikrobiologik dll.
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik) dilakukan di ruang
otopsi. Keduanya dilakukan di meja otopsi (kalau dapat merangkap brankar lemari
pendingin).
c. Pelayanan campuran (korban mati yang pernah dirawat)
d. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya ; seperti pencarian orang hilang, rumah duka /
penitipan jenazah.
e. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal.
f. Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan / penelitian.
Adapun penanganan jenazah di Rumah Sakit Royal Progress hanya bersifat
sementara karena belum mempunyai ruangan khusus untuk persemayaman jenazah yang
lengkap sambil menunggu proses adminstrasi selesai.

1. 4. TUJUAN PELAYANAN
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena penyakit menular
misalnya HIV/AIDS, maka dalam perawatan jenazah perlu diterapkan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya menjadi tertular.
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran, dll) bias
mengandung kuman sehingga menjdi sumber penularan.
3. Penerapan universal precaution :
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan goggles
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan
e. Skot
f. Sepatu laras panjang (boot)
4. Alat yang dipakai merawat jenazah diperlakukan khusus dengan cara dekontaminasi
(direndam) dengan klorin 0,5 % selama 10 menit.
Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga mengidap penyakit
menular (misanyal HIV/AIDS) maka pelaksanaan autopsi tetap mengacu prinsip-prinsip
universal precaution. Tetapi apabila memungkinkan, dikoordinasikan dengan penyidik
untuk tidak dilakukan autopsi, cukup pemeriksaan luar.

2. PENATALAKSANAAN JENAZAH DI RUMAH SAKIT


Pasien yang datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan.

5
Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal dunia, langsung diberi
surat kematian. Kemudian dibawa ke kamar jenazah hanya untuk dicatat dalam
buku register
2. Pasien yang mengalami kekerasan atau korban
Pasien yang mengalami kekerasan misalnya karena percobaan bunuh diri,
kecelakaan dan pembunuhan. Selain itu terhadap pasien overdosis narkoba
disamping dokter menolong pasien, dokter melapor ke polisi atau menyuruh
keluarga pasien untuk melapor polisi.
Apabila pasien tersbut diatas meninggal dokter tidak memberikan surat kematian
tetapi korban dikirim ke kamar jeanazah dengan disertai surat pengantar yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.
Apabila kamar jenazah menerima korban dari IGD tetapi belum ada Surat
Permohonan Visum et Repertum (SPVeR), maka petugas menyuruh keluarga korban untuk
melapor ke Polisi dimana peristiwa tersebut terjadi. Apabila keluarga menolak ke polisi
dan tetap bersikeras membawa jenazah, maka diberikan surat pernyataan dan tidak
diberikan surat kematian.
Apabila jenazah sudah dilengkapi SPVeR, maka keluarga korban diminta membuat
surat pernyataan tidak keberatan untuk dilakukan otopsi (bedah jenazah). Setelah selesai
otopsi dibuatkan surat kematian.

6
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA DAN FASILITAS

1. SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusia yang diperlukan pada kamar jenazah terdiri dari :
a. Dokter Umum
b. Perawat
c. Tenaga Administrasi
d. Tenaga Keamanan
e. Tenaga Cleaning service
Di Rumah Sakit Royal Progress penanganan untuk administrasi dilaksanakan
oleh Perawat, Instalasi Rekam Medis (dalam hal ini diwakilkan oleh Petugas
Pendaftaran Rawat Inap) dengan berkoordinasi dengan Unit Customer Service. Unit
Customer Service untuk memberikan pelayanan rumah duka (termasuk ambulans
jenazah) pada pasien.
Sedangkan untuk pengamanan atau transfer jenazah dan kebersihan ruang
transit dilaksanakan oleh unit umum, dalam hal ini oleh tenaga keamanan dan cleaning
service. .

2. PRASARANA
2. 1. BANGUNAN
Kriteria bangunan pada pengurusan jenazah terdiri dari :
a. Area tertutup, harus betul-betul tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan
b. Jalur jenazah harus disetrilkan dari orang – orang tidak berkepentingan
c. Hubungan antar jenazah dengan petugas melalui jalur keluar masuk jenazah,
pintu dalam
d. Ruang persemayaman jenazah.
Untuk menyemayamkan jenazah sementara sebelum dibawa pulang
e. Ruang tunggu keluarga
Ruang ini untuk keluarga yang menunggu jenazah keluarganya
f. Ruang Musholla dan penyolatan jenazah
g. Garasi kereta jenazah
2. 2. PERALATAN
Peralatan yang harus disediakan untuk mendukung kegiatan/aktifitas pada kamar
jenazah adalah :
 Mobile :
 Brankar jenazah terbuat dari alumunium atau stainless steel, hanya sedikit
memiliki cekungan, memiliki saluran pembuangan air, dapat merangkap sebagai
meja autopsi, mudah dibersihkan (brankar roda dan brankar angkat).

7
 Ambulans jenazah.
 Non Mobile :
1. Pada kondisi normal/sehari – hari
Jika ada jenazah yang memerlukan autopsy untuk penyelidikan maka dari Rumah
Sakit Royal Progress akan mengirim jenazah ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
2. Pada kondisi Bencana
Pada saat terjadi bencana kemungkinan akan jatuh korban dalam jumlah yang
banyak dan Tim Identifikasi dituntut untuk bekerja dilapangan/lokasi kejadian
bencana. Jika ada jenazah yang memerlukan autopsy untuk penyelidikan maka dari
Rumah Sakit Royal Progress akan mengirim jenazah ke Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo

8
BAB IV
TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH

1. ADMINISTRASI JENAZAH
1. 1. PENGURUSAN SURAT KEMATIAN
Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP) di lantai terkait:
 Mengisi formulir surat kematian dan meminta tanda tangan dari
dokter yang bersangkutan.
 Memberikan lembar warna putih kepada penanggung jawab
jenazah, dan lembar lainnya untuk RM.
 Mengantar jenazah ke kamar jenazah dan melakukan serah terima
dengan sekuriti.

2. PELAYANAN PERMINTAAN RUMAH DUKA DAN AMBULANS JENAZAH


Perawat penanggung jawab pasien (PPJP) di lantai terkait menanyakan kepada
penanggung jawab jenazah apakah sudah memiliki rumah duka dan ambulance.
Jika sudah ada, Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP):
• Menginformasikan kepada penanggung jawab jenazah agar memberitahu
rumah duka untuk menjemput jenazah setelah 2 jam (menghindari mati suri).
• Menginformasikan kepada keluarga, “ bpk/ibu, kami ada ruang jenazah,
dimana ruangan ini digunakan untuk transit jenazah sebelum mobil jenazah
datang. Untuk keluarga yang menunggu, sudah ada kursi yang disediakan
dekat ruang jenazah sambil menunggu mobil jenazah datang”.
• Bila kamar jenazah sudah sudah siap, antarkan jenazah dan keluarga ke ruang
jenazah.
Jika belum ada rumah duka dan ambulance, penanggung jawab jenazah
ingin dibantu untuk pelayanan rumah duka, PPJP akan mengikuti langkah sebagai
berikut (setiap lantai rawat inap akan nada daftar rumah duka yang dipilih oleh
Rumah Sakit Royal Progress):

Waktu proses pelayanan rumah duka :


Customer service : Senin-Jumat, 08.00-19.00 WIB
Sabtu 08.00-13.00 WIB
Admission : Melayani di luar kerja customer service.

1. Perawat penanggung jawab pasien (PPJP) di lantai terkait:


• Menyerahkan formulir permintaan rumah duka kepada penanggung jawab
jenazah untuk di isi bagian pertama formulir.

9
• Menghubungi via telepon customer service/admission untuk mengambil
formulir permintaan rumah duka yang telah di isi oleh penanggung jawab
jenazah (pada jam kerja admission, penanggung jawab jenazah yang
menyerahkan formulir).
• Menginformasikan ke sekuriti untuk membuka kamar jenazah.
2. Customer service/admission:
• Mengambil formulir dari PPJP (admission mengambil dari penanggung jawab
jenazah).
• Menghubungi rumah duka/ambulance yang ada di formulir sesuai dengan
permintaan penanggung jawab jenazah, yang terdaftar di list bersama-sama
dengan penanggung jawab jenazah.
• Mengisi formulir bagian kedua.
• Menginformasikan ke penanggung jawab jenazah dan minta tanda tangannya.
• Berikan formulir ke sekuriti untuk menginformasikan kedatangan mobil
jenazah dan menyerahkan formulir rumah duka tersebut.
3. Sekuriti:
• Menyiapkan kamar jenazah.
• Meminta tanda tangan kepada pihak rumah duka yang menjemput jenazah
(setelah mobil jenazah datang).
• Berikan formulir ke customer service /admission untuk diarsip oleh bagian
rekam medis pasien yang telah meninggal (Customer service/admission akan
arsip formulir di rekam medis pasien
• Mengatur keberangkatan mobil jenazah.

3. TRANSPORTASI JENAZAH
1. Kepala Ruangan/Penanggung Jawab Shift/ Perawat Penangung Jawab Pasien
di lantai terkait:
a. memberitahukan pada Komandan Regu Keamanan bahwa pasien
meninggal dan membutuhkan pertolongan untuk dapat dibawa ke
ruang/tempat persemayaman sementara .
b. Jenazah dipersiapkan terlebih dahulu untuk dapat dibawa ke ruang
persemayaman jenazah.
c. Bila kamar jenazah sudah sudah siap, antarkan jenazah dan keluarga ke
ruang jenazah.
d. Lakukan serah terima dengan sekuriti.
2. Komandan Regu Keamanan :
a. Mengkoordinasikan pada tim keamanan untuk segera mempersiapkan
jalur transportasi jenazah.

10
b. Mengkoordinasikan pada tim kebersihan/cleaning service untuk
mempersiapkan ruang persemayaman jenazah.
c. Mengkoordinasikan pada Tim Teknisi untuk mematikan lift untuk
keperluan transportasi jenazah. Lift dipersiapkan untuk transportasi
jenazah dengan cara mematikan jalurnya sehingga hanya terbuka ke
ruang perawatan tempat jenazah yang akan dikirim.
d. Mengambil buku register kematian dari Rekam Medis, yang akan
digunakan sebagai bukti telah dilakukan serah terima jenazah kepada
pasien.
e. Jenazah dapat dikeluarkan dari tempat persemayaman jika tata
administrasi sudah selesai dilaksanakan (dengan membawa bukti
pelunasan pembayaran atau apabila ada acc dari kasir).

11
BAB V
TATA TERTIB PEMAKAIAN RUANG PERSEMAYAMAN

1. Ruang persemayaman hanya digunakan sebagai tempat persemayaman


sementara (maksimal 2 jam).
2. Ruang persemayaman tidak boleh digunakan untuk pemandian/kremasi
jenazah
3. Ruang persemayaman jenazah hanya boleh dibuka dan dikunci oleh petugas
keamanan/sekuriti dengan sepengetahuan keluarga
4. Ruang persemayaman dapat ditunggu oleh keluarga pasien atau dikunci
dengan sepengetahuan keluarga oleh petugas keamanan.
5. Ruang Persemayaman dapat dibuka pada saat jenazah akan dimasukkan dalam
mobil jenazah dari rumah duka terkait dengan sepengetahuan keluarga
6. Pastikan setelah jenazah dikeluarkan ruang persemayaman langsung
dibersihkan oleh petugas cleaning service.

12
BAB VI
PENUTUP

Kamar jenazah merupakan salah satu unsur pada Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia serta cara berpikir yang kritis dan
rasional. Untuk itu Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
termasuk pelayanan terhadap jenazah dan keluarganya.
Fasilitas kamar jenazah rumah sakit berfungsi untuk menyimpan jenazah tetapi
juga harus mampu melakukan identifikasi korban serta merupakan saran informasi dan
komunikasi yang baik.
Standar kamar jenazah ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam
mengembangkan Instalasi Kamar Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya manusia
dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar jenazah.
Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung pengembangan
pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan masyarakat agar
terwujud masyarakat sehat dan aman (safe community).

A. ALUR PENGURUSAN SKK ( SURAT KETERANGAN KEMATIAN )


13
JENAZAH DARI RUMAH SAKIT
INSTALASI RAWAT DARURAT INSTALASI RAWAT JALAN RUANG RAWAT INAP

SURAT KETERANGAN ?

ADA
TIDAK PEMERIKSAAN DOKTER

SURAT
LAPOR
KEMATIAN KEMATIAN WAJAR
POLISI
TIDAK
Dari LUAR

YA

PERMINTAAN VeR JENAZAH BUKAN


KASUS
MEDIKOLEGAL
JENAZAH KASUS
MEDIKOLEGAL
SURAT KEMATIAN
DIBUAT OLEH
DOKTER YANG
MEMERIKSA
KEMATIAN DI
AUTOPSI DAN SURAT IRJ,IRI,IGD
KEMATIAN DIBUAT OLEH
DOKTER BAGIAN FORENSIK

SURAT KEMATIAN DIREGISTRASI OLEH PETUGAS REKAM MEDIS

PEMULASARAN JENAZAH

JENAZAH KELUAR MELALUI PINTU KHUSUS

B. ALUR PELAYANAN RUMAH DUKA/AMBULANS JENAZAH

PPJP menanyakan keluarga 14


apakah sudah ada rumah
duka/ambulance
Belum ada Ada

PPJP menyerahkan formulir PPJP menginfokan ke sekuriti


rumah duka/ambulance untuk jam kedatangan mobil jenazah
di isi penanggung jawab
jenazah

PPJP menghubungi customer PPJP menginformasikan ke


service/admission, customer sekuriti untuk membuka
service/admission mengambil kamar jenazah
formulir permintaan rumah
duka/ambulance.

PPJP mengatar keluarga &


jenazah ke kamar Jenazah
Customer service/admission
menghubungi rumah duka
/ambulance sesuai permintaan
keluarga yang tertera di formulir.
PPJP serah terima jenazah
ke sekuriti
Customer service/admission
menginfokan ke sekuriti tentang
kedatangan mobil jenazah dan
Customer service/admission
menyerahkan formulir rumah
menginfokan ke penaggung
duka.
jawab jenazah tentang
konformasi dari rumah duka.
Sekuriti minta tanda tangan
penanggung jawab rumah
duka /ambulance di formulir
rumah duka.
Sekuriti mengatur
Lampiran 1
keberangkatan mobil
Sekuriti berikan formulir ke
Daftar Rumah jenazah
Duka yang telah kerjasama dengan Rumah Sakit Royal Progress:
customer service/ admission
untuk arsip ke RM pasien.

Lampiran 1

15
Formulir Permintaan Ambulance
Bagian pertama Tanggal:
(untuk di isi oleh penanggung jawab jenazah Formulir diambil oleh customer service/admission)
Nama penanggung-jawab jenazah :
Nomor HP/TLP :
Tujuan rumah duka :
Tanda Tangan

(…………………..)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
Bagian Kedua
(Customer Service/Admission menghubungi dan memberitahu ke keluarga penanggung jawab jenazah)
Asal Mobil Jenazah :
Jam Penjemputan Mobil Jenazah :
Nama Supir Mobil Jenazah (bila ada) :
Tanda Tangan

(Nama Penanggung Jawab Jenazah:__________)


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
Bagian ketiga
(Customer Service/Admission memberikan Formulir ke sekuriti untuk persiapan kedatangan supir dari rumah duka).
Jam Kedatangan :
Tanda Tangan,

(Nama Supir Ambulance:______)


Sekuriti berikan formulir ini ke customer service/Admission untuk arsip di rekam medis pasien.

16

Anda mungkin juga menyukai