Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada allah swt yang maha esa lagi maha mengasihi
karna dengan rahmatnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yaitu dari mata kuliah regional
planing, kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan beberapa
penjelasan mengenai tugas ini dengan baik, untuk lebih mengetahui masalah-masalah yang
terjadi di Indonesia yaitu bencana kekeringan, ini mrupakan bahan dan pedoman belajar untuk
kami.
Dan terimaksih pula kepada teman-teman yang telah membantu serta menginspirasi kami
agar lebih cekatan dan lebih giat dalam belajar, semoga tugas makalah ini bermanfaaat bagi kita
semua meskipun belum begitu sempurna jauh dari sempurna dan yang di harapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II - PEMBAHASAN
A. Bencana Kekeringan di indonesia (kabupaten Malang) ..................................................... 3
B. Perencanaan mengatasi kekeringan ................................................................................... 5
C. Langkah-langkah penanganan kekeringan dan rehabilitasi ................................................ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang silih berganti
terjadi di Indonesia. Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara perlahan berlangsung lama
hingga musim hujan tiba. Secara umum, pengertian kekeringan adalah kondisi ketersediaan air
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk untuk kebutuhan hidup,
pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam dua kategori, yaitu
kategori terkena kekeringan dan kategori terancam kekeringan.
Pada musim kemarau berkepanjangan yang terjadi di tahun 2015 ada beberapa
daerah yang terdampak misalnya beberapa kecamatan di kabupaten malang, oleh karena itu kita
membuat makalah ini agar kedepannya di tahun 2016 kita bisa mengantisipasi ancaman
kekeringan.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa bencana kekeringan di Indonesia khususnya daerah kabupaten malang ?
2. Perencanaan apa yang di perlukan untuk mengatasi bencana kekeringan di kabupaten
malang?
3. Langkah apa yang harus di lakukan dalam rangka penanganan dan pembangunan kembali
paska kekeringan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bencana kekeringan yang terjadi di Indonesia khususnya kabupaten
malang.
2. Untuk mengetahui perencanaan dalam mengatasi bencana kekeringan di daerah kabupaten
malang
3. Untuk mengetahui tindakan dalam rangka penanganan pembangunan kembali paska
kekeringan.
D. Landasan Teori
Berikut adalah pengertian tentang definisi perencanaan :
Ø GEORGE R.TERRY (2006)
Perencanaan adalah merupakan upaya untuk menggunakan asumsi-asumsi mengenal masa yang
akan dating dengan jaan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang di perlukan
untuk mencapai hasil yang di inginkan.
1
Definisi Bencana kekeringan Menurut Shelia B. Red (1995) : kekeringan didefinisikan
sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan
di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak kekeringan
muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-perbedaan antara permintaan dan
persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu dampak tata kehidupan, dan
perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan Bencana.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu :
kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial
ekonomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bencana Kekeringan di indonesia (kabupaten dan kota malang)
Kekeringan yang terjadi di indonesia merupakan salah satu bencana
hidrometeorologis yang silih berganti terjadi, seperti yang terjadi di beberapa kecamatan daerah
kabupaten malang. Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara perlahan berlangsung lama
hingga musim hujan tiba. Secara umum, pengertian kekeringan adalah kondisi ketersediaan air
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan, baik untuk untuk kebutuhan hidup,
pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam dua kategori, yaitu
kategori terkena kekeringan dan kategori terancam kekeringan. Adapun gejala atau tanda-tanda
akan terjadi kekeringan pada suatu wilayah di antaranya adalah sebagai berikut:
Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal
dalam satu musim. Kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur
berdasarkan ketinggian muka air sungai, waduk, danau, dan ketinggian muka air tanah.
Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu.
Akibatnya, tanaman menjadi rusak dan mengering.
Kekeringan cenderung muncul di daerah-daerah kering dengan curah hujan yang
terbatas. Faktor-faktor fisik seperti penyimpanan kelembapan tanah dan waktu datangnya hujan
mempengaruhi tingkat kerugian tanaman pangan dalam bencana kekeringan. Ketergantungan
pada pertanian tadah hujan meningkatkan kerentanan kekeringan. Para petani yang tidak dapat
beradaptasi terhadap kondisi kekeringan dengan penanaman yang berulang-ulang akan dapat
mengalami gagal panen. Penduduk yang tergantung pada ternak tanpa daerah gembalaan yang
memadai juga berisiko. Masyarakat yang tergantung pada sumber daya air, mungkin akan
menghadapi kompetisi untuk memperebutkan air.
Kekeringan mempengaruhi standar sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam
kehidupan. Pengaruh kekeringan menyebar jauh dan melampaui efek fisik. Akan tetapi, tidak
semua dampak kekeringan negatif. Produsen pertanian yang berada di luar wilayah kekeringan
dapat menjual komoditasnya dengan harga yang lebih tinggi.
Sedikitnya dua wilayah di Kota Malang, yakni Kelurahan Merjosari dan Buring,
pada musim kemarau rawan kekeringan dan krisis air bersih, bahkan kedua kawasan itu menjadi
langganan krisis air bersih selama musim kemarau. Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Malang, Jawa Timur, Hartono, Rabu (29/7), mengatakan dua wilayah itu memang
menjadi langganan krisis air bersih pada saat musim kemarau, bahkan di Kelurahan Buring,
Kecamatan Kedungkandang, sejak Juni lalu sudah mulai ada droping air bersih.
Sementara itu Direktur Utama PDAM Kota Malang Jemianto mengatakan daerah
potensi krisis air bersih pada musim kemarau di Kota Malang sudah berkurang dibandingkan
3
tahun sebelumnya karena PDAM sudah membuka saluran air ke beberapa wilayah yang rawan
terjadi krisis air bersih.
Saat ini, lanjutnya, hanya ada dua wilayah yang rawan kekeringan dan krisis air bersih,
yakni di Kelurahan Merjosari dan Buring, sedangkan tahun-tahun sebelumnya ada beberapa
kawasan yang rawan. Di sejumlah wilayah yang rawan itu sudah dibangun sumur bor, sehingga
kebutuhan pasokan air bersihnya tercukupi. Menurut Jemianto yang akrab dipanggil Jimmy itu,
droping air akan dilakukan lima kali dalam sepekan ke wilayah yang krisis air bersih dan dalam
satu hari didrop tiga kali. Pasokan air yang didistribusikan kepada warga dalam sekali droping
sekitar 5.000 liter.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang telah membuat Posko
Kekeringan sejak bulan Juni 2015 untuk memantau segala bentuk bencana akibat datangnya
musim kemarau. Selama musim kemarau, sebagaimana terjadi pada tahun 2014, BPBD selalu
melakukan Dropping air bersih ke warga.
Melihat pengalaman tahun lalu terdapat 8 (delapan) kecamatan dan 19 (sembilan belas)
desa yang rawan kekeringan di wilayah Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Singosari,
Kecamatan kalipare, Kecamatan Pagak, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Lawang,
Kecamatan Jabung, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
4
Perencanaan segala kemungkinan tentang kekeringan.
untuk mengantisipasi bencana kekeringan berikut upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
sama sekali atau mengurangi ancaman bencana kekeringan. Antisipasi bencana kekeringan dapat
dilakukan melalui dua tahapan strategi, yaitu .
5
Berikut adalah kegiatan mitigasi meliputi upaya nonfisik, fisik darurat, dan fisik jangka panjang.
Ø Upaya Nonfisik
Upaya nonfisik merupakan upaya yang bersifat pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan, di antaranya sebagai berikut.
· Menyusun neraca air regional secara cermat.
· Menentukan urutan prioritas alokasi air.
· Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan air.
· Menyiapkan pola operasi sarana pengairan.
· Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan.
· Menyiapkan cadangan atau stok pangan.
· Menyiapkan lapangan kerja sementara.
· Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.
Ø Upaya Fisik Darurat
Upaya penanganan kekeringan yang bersifat fisik darurat atau sementara, di antaranya
sebagai berikut.
· Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyai waduk atau reservoir
sehingga air hujan yang terbentuk dapat ditampung.
· Pembuatan sumur pantek untuk mendapatkan air.
· Penyediaan pompa yang mudah dipindahkan di areal dekat sungai atau danau sehingga pompa
tersebut dapat digunakan secara bergantian untuk memperoleh air.
· Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air pada daerah-daerah
kering dan kritis.
Ø Upaya Fisik Jangka Panjang
Upaya penanganan kekeringan yang bersifat jangka panjang, di antaranya sebagai
berikut.
· Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, dan saluran air.
· Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
· Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
· Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
Siaga bencana kekeringan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali
berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat bencana kekeringan.
Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.
Mempertahankan kualitas udara (debu dan asap) melalui pencegahan pencemaran udara dengan
tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran sehingga menimbulkan
terjadinya pencemaran udara.Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan
lahan dengan cara tanpa pembakaran.
6
C. Langkah-Langkah penanganan Kekeringan dan Rehabilitasi
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam rangka pembangunan kembali pasca
kekeringan adalah memperhatikan persediaan pangan baik nasional dan khususnya daerah yang
7
telah dilanda kekeringan. Pembangunan infrastruktur dapat dilakukkan bersamaan dengan
pemberian lapangan kerja berupa proyek padat karya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyaknya peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia telah membuka mata kita
bersama bahwa penanggulangan bencana perlu dimengerti dan dikuasai oleh seluruh masyarakat.
Antisipasi bencana kekeringan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali
atau mengurangi ancaman bencana kekeringan.
Sedikitnya dua wilayah di Kota Malang, yakni Kelurahan Merjosari dan Buring, pada
musim kemarau rawan kekeringan dan krisis air bersih, bahkan kedua kawasan itu menjadi
langganan krisis air bersih selama musim kemarau.
Memanfaatkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah cara yang baik dalam membuat sistim peringatan
dini tentang kekeringan. Peringatan dini tentang kekeringan harus digabungkan dengan strategi
yang kemungkinakan pemerintah merespon dan menangani dampak kekeringan
Antisipasi bencana kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi, yaitu .
9
DAFTAR PUSTAKA
http://fithra-online.blogspot.co.id/2011/10/antisipasi-mitigasi-dan-siaga-bencana.html
https://dodogunawan.wordpress.com/2015/05/04/manajemen-kebijaksanaan-dalam-mengatasi-
kekeringan/
https://www.academia.edu/Documents/in/Rencana_Tata_Ruang_Wilayah_Kabupaten_Badung_
Bali_Indonesia#add/close
https://indonesia.academia.edu/perencanaandaerah
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG
10
LAMPIRAN
11
12