Gejala pertama biasanya tampak pada daun muda yang mendapat infeksi
konidium yang terbawa angin dari tempat lain atau dari ranting-ranting yang
sakit sebelumnya. Daun-daun yang sakit parah akan menggulung, mengeras,
kerdil dan mati diselimuti miselium jamur. Apabila serangan pada daun ini sifatnya
ringan, daun dapat berkembang terus dengan meninggalkan bekas berupa bagian
yang berwarna putih mengeras.
Dari daun yang sakit, jamur dapat berkembang kebagian lain, dan biasanya
menyerang ranting muda. Pada bagian ini jamur dapat bertahan lama dalam bentuk
miselium. Ranting-ranting sakit yang tidak dibuang dari pohon apel dapat berfungsi
sebagai inokulum pada saat pembentukan daun-daun muda.
Pada akhir musim panas dan awal musim gugur, struktur bertahan berupa
askokarp yang terbentuk dalam anyaman miselium jamur pada daun dan tunas.
Namun, spora seksual (askospora) yang terdapat dalam askokarps jarang layak,
dan tidak ada peran dalam kelangsungan hidup dan infeksi yang telah dibentuk.
8.4. Pengendalian.
Jamur ini merupakan masalah kronis yang terus berulang, tingkat serangan
penyakit yang tinggi terjadi dimungkinkan oleh: (i) meningkatnya persentase tunas
yang terinfeksi, menyebabkan tingginya tingkat inokulum primer musim semi
berikutnya dan / atau (ii) menghambat pembentukan kuncup bunga, mengurangi
atau menghindarkan musim buah berikutnya . Oleh karena itu, pengelolaan
penyakit ini harus fokus pada mengurangi inokulum primer dan melindungi pohon
dari inokulum sekunder.
Faktor cuaca merupakan masalah penting bagi terjadinya epidemi. Pada
cuaca kering serangan akan lebih parah dibandingkan dengan keadaan
lembab, dalam kondisi demikian pencegahan dengan mengambil tunas-
tunas terinfeksi sangat dianjurkan untuk mengurangi inokulum. Sehubungan
dengan itu sebaiknya dilakukan monitroing secara ketat apabila kondisi cuacanya
sesuai bagi perkembangan patogen, khususnya pada tunas daun atau bunga yang
baru mucul setelah perompesan (sekitar 2 minggu) pada pertanaman apel di
Indonesia.
Pengendalian kimia dapat dilakukan untuk menekan infeksi sekunder dan
infeksi buah oleh aplikasi fungisida daun. Di kebun komersial, fungisida hampir
selalu digunakan untuk mengontrol jamur, serta penyakit apel lainnya. Fungisida
biasanya diterapkan pada 7 - untuk interval 10 hari dari tahap pembentukan cluster
bunga sampai terminal pertumbuhan tunas berakhir (sekitar pertengahan musim
panas). Hal ini memastikan bahwa aplikasi fungisida bertepatan dengan
perkembangan daun cepat dan periode pasca-mekar, dan bahwa pertumbuhan baru
tidak tetap terlindungi untuk waktu yang lama. Untuk kultivar sangat rentan, ini bisa
berarti sebanyak 18 semprotan.
Berbagai senyawa terdaftar di AS untuk mengendalikan jamur termasuk:
fungisida belerang, dinocap (Karathane), sterol-inhibitor (seperti fenbuconazole dan
myclobutanil), dan strobilurins (seperti trifloxystrobin dan kresoxim-metil). Semua ini
dapat memberikan kontrol yang efektif, namun petani tidak boleh hanya
mengandalkan satu kelas fungisida. Bila mungkin, petani harus memutar atau
alternatif dengan model yang berbeda dalam aplikasinya. Benzimidazoles
mempunyai aktivitas terhadap jamur, namun utilitasnya dalam program manajemen
penyakit apel berkurang karena adanya ketahanan luas padaVenturia inaequalis
(kudis apel).