Anda di halaman 1dari 12

74 | Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No.

2 (2017) 74-85

GAMBARAN PELAKSANAAN INFORMED CONSENT BIDAN PRAKTIK


MANDIRI (BPM) DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI KOTA
SEMARANG
Lia Mulyantia,*, Chafidoh b, Fitriani Nur Damayanti c
a, b, c
Program Studi DIII kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: lia.mulyanti@unimus.ac.id

Abstrak

Latar Belakang: Pada era sekarang ini muncul berbagai tuntutan hukum kepada dokter dan rumah
sakit mengenai hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang menyeluruh. Menurut pasal 18
ayat (1) huruf b dan d Permenkes No.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik bidan, menyatakan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan harus memberikan informasi dan
meminta persetujuan tindakan. Pelayanan kebidanan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, dan keluarga berencana. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan ke BPM didapatkan beberapa
BPM yang memiliki informed consent dan dalam pengisiannya tidak lengkap hanya berisikan identitas
dan sedikit BPM memiliki informed consent dan dalam pengisiannya lengkap. Hal tersebut dipengaruhi
beberapa faktor antara lain terlalu banyaknya pasien, bahkan tidak adanya pasien yang datang ke BPM
untuk periksa. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan informed consent pada Bidan Praktek
Mandiri (BPM) dalam pelayanan kebidanan di Kota Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah 40 BPM di Kota
Semarang yang diambil secara propotional random sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan observasi. Uji statistik menggunakan analisis univariat. Hasil : Sebanyak 2,5% responden
melakukan informed consent dengan baik, 7,5% responden melakukan informed consent dengan cukup,
dan 90% responden melakukan informed consent dengan kurang. Simpulan: Sebagian besar BPM dalam
pelaksanaan informed consent adalah kurang.

Kata Kunci: Informed Consent, Pelayanan Kebidanan.

Abstract

Background: In today's era appears various of lawsuits to the doctors and hospitals about the right
of patients in accepting the comprehensive health services. According to the article 18 paragraph (1)
letter b and d Permenkes No.1464 / Menkes / PER / X / 2010 on licensing and implementation of
midwifery practices stating that the midwife in providing services should be provide the information and
requesting consent. Midwifery services started from the pregnancy, childbirth, postpartum, newborn
baby, and the family planning. From the results of preliminary studies which conducted to BPM gained
self Practice Midwives, which have informed consent and in its contents were not complet, only contains
the identity and little BPM have informed consent and in complete its contents. It is influenced by several
factors such as, too many of patients, even the absence of of patients which come BPM to check out.
Purpose: To know the description of the implementation of informed consent on Bidan Praktek Mandiri
(BPM) in midwifery services in Semarang City. Methods: This research is a descriptive research with
cross sectional approach. Research subjects are 40 the BPM in Semarang City taken by proportional
random sampling. The collection of the data using questionnaires and observations. Statistical test using
the univariate analysis. Results: A total of 2.5% of respondents did informed consent properly, 7.5% of
respondents did informed consent sufficiently, and 90% informed consent of the respondents do
insufficiently. Conclusion: Most of BPM in the implementation of informed consent is less insufficient.

Keywords: Informed Consent, Midwifery Services


Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85 | 75

I. PENDAHULUAN melakukan sesuatu, dia harus bertanggung


Pada era sekarang ini muncul berbagai jawab terhadap pilihannya dan tidak bisa
tuntutan hukum kepada dokter dan rumah sakit menyalahkan konsekuensi yang akan terjadi.
mengenai hak pasien dalam menerima Ide moral lain adalah pembaruan. Tanpa
pelayanan kesehatan yang menyeluruh. autonomi, tidak akan ada pembaruan dan jika
Penjelasan mengenai persetujuan tindakan tidak ada pembaruan, masyarakat tidak akan
kedokteran tertulis dalam pasal 45 UUPK. maju. Informed consent mempunyai peran
Sedangkan menurut pasal 28 permenkes Nomor sangat penting dalam menyelenggarakan
28 Tahun 2017 tentang kewajiban dan hak praktik kebidanan (Suryani, 2007).
bidan. Pada pasal 28 point b disebutkan bidan Untuk mencapai tingkat pelayanan yang
mempunyai kewajiban untuk memberikan bermutu, bidan tidak hanya memperhatikan hak
informasi tentang masalah kesehatan pasien dan kewajibannya saja, tetapi juga harus
dan pelayanan yang dibutuhkan. Serta pada memperhatikan hak dan kewajiban pasien.
point D bahwa bidan berkewajiban meminta Kepuasan pasien dapat menjadi tolak ukur
persetujuan tindakan yang akan dilakukan. keberhasilan pelayanan yang diberikan. Untuk
(Permenkes Nomor 28 Tahun 2017). hak pasien yaitu: pasien berhak mendapatkan
Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia informasi yang meliputi kehamilan, persalinan,
No. 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang nifas, dan bayi yang baru dilahirkan, pasien
persetujuan tindakan medik harus diberikan berhak menyetujui/memberikan izin atas
kepada pasien, baik diminta maupun tidak. tindakan yang akan dilakukan oleh
Informasi yang diberikan mencakup dokter/bidan sehubungan dengan penyakit yang
keuntungan dan kerugian dari tindakan medik diderita. Adapun kewajiban pasien yaitu:
yang akan dilakukan, baik diagnostic maupun pasien berkewajiban untuk memenuhi
terapeutik. Informasi harus diberikan secara mematuhi segala intruksi dokter, bidan,
jujur dan benar kecuali bila informasi tersebut perawat yang merawatnya, pasien dan atau
dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. penanggungjawabnya berkewajiban memenuhi
Informasi dapat diberikan secara tertulis hal-hal yang selalu disepakati/ perjanjian yang
maupun lisan. Cara penyampaian dan isi telah dibuatnya (Mufdilah, 2012).
informasi harus disesuaikan dengan tingkat Dari hasil penelitian sebelumnya
pendidikan serta kondisi dan situasi pasien. menunjukkan bahwa pelaksanaan informed
Informasi yang diberikan pada klien memuat consent pada tindakan KB Suntik diwilayah
beberapa pilihan atau alternative (Sujiyatini, kerja Puskesmas Mijen belum sesuai dengan
2011). standar operasional prosedur pelayanan KB
Pemerintah menjamin hukum yang telah suntik. Beberapa faktor yang menjadi hambatan
ditetapkan untuk para tenaga kesehatan kepada dalam pelaksanaannya diantaranya
masyarakat dalam memberikan layanan keterbatasan waktu pelayanan, kurangnya
kesehatan, dalam undang-undang peraturan pemahaman bidan tentang pentingnya informed
yang telah dibuat oleh Menteri Kesehatan consent, kurangnya pembinaan dan
ataupun Pemerintah seperti yang diterangkan pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota dan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun masih rendahnya tingkat pendidikan dan
1996 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga pengetahuan pasien terhadap manfaat informed
kesehatan yang dimaksud adalah tenaga medis, consent yang menyebabkan pasien jadi tidak
tenaga keperawatan, tenaga kesehatan ingin tahu mengenai apa itu informed consent.
masyarakat, tenaga keterapian fisik, keteknisan Aspek-aspek ini belum sesuai dengan isi
medis. Bidan merupakan salah satu tenaga Permenkes No. 1464 tentang ijin dan
keperawatan yang memberikan pelayanan penyelenggaraan praktik bidan pasal 18 ayat (1)
kepada masyarakat (Peraturan Menteri menyebutkan bahwa dalam menjalankan
Kesehatan RI, 2008). praktik/kerja bidan berkewajiban untuk
Keberadaan informed consent sangat memberikan informasi tentang masalah
penting, karena mengandung ide moral, seperti kesehatan pasien dan pelayanan yang
autonomi tanggung jawab (tidak terlepas dari dibutuhkan (Putri K, 2011).
tanggung jawab). Jika individu memilih untuk
76 | Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85
Bidan Praktik Mandiri di Kota Semarang 3. Surat Izin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis
sebagian besar belum melakukan secara baik pemberian kewenangan untuk menjalankan
untuk pengisian informed consent. Dari hasil pelayanan asuhan kebidanan di seluruh
studi pendahuluan yang dilakukan ke 10 Bidan wilayah Republik Indonesia.
Praktik Mandiri (BPM) didapatkan 8 Bidan 4. Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan
Praktik Mandiri yang memiliki informed pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
consent dan dalam pengisiannya tidak lengkap bidan kepada pasien (individu, keluarga,
hanya berisikan identitas dan 2 Bidan Praktik masyarakat) sesuai dengan wewenang dan
Mandiri memiliki informed consent dan dalam kemampuannya.
pengisiannya lengkap. Hal tersebut dipengaruhi 5. Bidan yang baru lulus mengajukan
beberapa faktor antara lain pengetahuan yang permohonan dan mengirimkan kelengkapan
kurang terhadap informed consent, kurangnya registrasi kepada kepala dinas kesehatan
tenaga kesehatan di Bidan Praktik Mandiri provinsi institusi pendidikan berada guna
tersebut, terlalu banyaknya pasien, bahkan memeroleh SIPB selambat-lambatnya 1
tidak adanya pasien yang datang ke Bidan (satu) bulan setelah menerima ijazah bidan
Praktik Mandiri untuk periksa. (kebijakan IBI Jabar 2 tahun setelah lulus).
6. Kelengkapan registrasi sebagaimana
II. LANDASAN TEORI dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi:
Bidan Praktek Mandiri a. Foto copy ijazah bidan.
Menurut Satuan Kredit Perolehan b. Foto copy transkrip nilai akademik.
Organisasi IBI, bidan praktik mandiri adalah c. Surat keterangan sehat dari dokter.
bidan yang diberi izin untuk menjalankan d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2
praktik perorangan setelah memenuhi lembar.
persyaratan yang telah ditentukan (IBI, 2003). e. Persyaratan lain sesuai kebijakan IBI
Visi bidan praktik mandiri adalah daerah.
meningkatkan kualitas pelayanan untuk f. Rekomendasi yang diberikan organisasi
memberi yang terbaik, agar dapat memenuhi profesi sebagaimana dimaksud setelah
keinginan masyarakat. Misi bidan praktik terlebih dahulu dilakukan uji kemampuan
mandiri adalah memberi pelayanan berkualitas keilmuan dan ketrampilan, kepatuhan
terbaik dalam bidang keluarga berencana dan terhadap kode etik profesi, serta
kesehatan reproduksi. Bersahabatlah dan peduli kesanggupan melakukan praktik bidan.
terhadap kepentingan pasien serta memenuhi 7. Bidan dalam menjalankan praktiknya harus
bahkan melebihi harapan pasien (Suryani, sesuai dengan kewenangan yang diberikan
2008). berdasarkan pendidikan dan pengalaman,
Persyaratan Bidan Praktik Mandiri sedangkan dalam memberikan pelayanan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh harus berdasarkan standar profesi.
seorang bidan praktik mandiri adalah sebagai 8. Disamping ketentuan sebagaimana
berikut: dimaksud pada ayat (1), bidan dalam
1. Bidan adalah seseorang yang telah menjalani melaksanakan praktik sesuai dengan
program pendidikan bidan, yang diakui oleh kewenangannya harus:
Negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil a. Menghormati hak pasien.
menyelesaikan studi terkait kebidanan serta b. Merujuk kasus yang tidak dapat
memenuhi persyaratan untuk terdaftar ditangani.
dan/atau memiliki izin formal untuk praktik c. Menyimpan rahasia sesuai dengan
bidan. peraturan perundang-undangan yang
2. Registrasi adalah proses pendaftaran, berlaku.
pendokumentasian, dan pengakuan terhadap d. Memberikan informasi tentang pelayanan
bidan setelah dinyatakan memenuhi yang akan diberikan.
kompetensi inti atau standar penampilan e. Meminta persetujuan tindakan yang akan
minimal yang ditetapkan sehingga secara dilakukan.
fisik dan mental mampu melaksanakan f. Melakukan rekam medis (medical
praktik profesinya. record) dengan baik.
Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85 | 77
9. SIPB berlaku selama 5 tahun dan dapat keadaan pasien, serta siap menolong
diperbarui serta merupakan dasar untuk kapan pun dibutuhkan.
menertibkan SIPB. Bidan yang e. Mampu menjaga rahasia dari setiap
menjalankan praktik harus memiliki SIPB. masalah pasien.
10. Bidan yang menjalankan praktik harus f. Mampu memberi pelayanan berkualitas
memiliki SIPB. terbaik secara konsisten dari waktu ke
11. Seorang Bidan Praktik Mandiri waktu.
a. Memiliki keterampilan yang sesuai g. Dapat menyesuaikan diri dalam
dengan standar untuk setiap jenis keadaan apa pun dan di mana pun
pelayanan yang diberikan. berada.
b. Memiliki pengetahuan yang mutahir. 14. Kewajiban Bidan Praktek Mandiri
c. Berperilaku positif dan peduli terhadap Bidan memiliki kewajiban sebagai berikut
kepentingan pasien. a. Selama menjalankan BPM, bidan
d. Memiliki kinerja yang baik. wajib menaati semua peraturan
e. Memiliki tempat dan peralatan praktik perundang-undangan yang berlaku,
yang standar; memiliki alat bantu baik dari dinas maupun dari profesi
komunikasi seperti poster, signage, (IBI).
leaflet. b. Bidan dalam menjalankan praktik
12. Karakter yang harus dimiliki oleh Bidan harus membantu program pemerintah
Praktik Mandiri adalah: dalam meningkatkan derajat kesehatan
a. Memiliki rasa peduli yang tinggi dan masyarakat khususnya kesehatan ibu
kasih sayang terhadap pasien. dan anak serta keluarga berencana.
b. Menunjukkan kehangatan kepada c. Setiap bidan yang menjalankan
pasien sehingga mereka merasa yakin praktik berkewajiban meningkatkan
berada di tangan yang tepat. kemampuan keilmuan dan
c. Mengerti apa yang dirsakan pasien. keterampilannya melalui pendidikan
d. Memeroleh rasa percaya, sehingga dan pelatihan.
pasien mudah berbagi masalah. d. Bidan dalam menjalankan praktiknya
e. Memiliki kesabaran untuk memperbaiki memiliki kewenangan untuk
segala masalah pasien. memberikan pelayanan yang meliputi
f. Merasa senang untuk berbicara dengan :
pasien, mau memberi pendapat dan 1) Pelayanan kebidanan;
menghargai, simpati, serta memberi 2) Pelayanan keluarga berencana;
solusi atas masalah pasien. 3) Pelayanan kesehatan masyarakat.
g. Memiliki sikap yang bersahabat, e. Bidan dalam menjalankan praktiknya
memiliki rasa positif, murah senyum, wajib melakukan pencatatan dan
dan memberi sentuhan personal kepada pelaporan sesuai dengan pelayanan
pasien. yang diberikan dan dilampirkan ke
h. Memiliki kepedulian terhadap keluarga puskesmas.
pasien. f. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang
13. Ciri Bidan Praktik Mandiri yang dilakukan organisasi profesi (IBI).
berkualitas, yaitu : g. Kepala dinas kesehatan
a. Mampu memberi pelayanan yang cepat kabupaten/kota dan atau organisasi
dengan menggunakan fasilitas dan terkait melakukan pembinaan dan
peralatan standar, bersih dan aman. pengawasan terhadap bidan yang
b. Memberi pelayanan yang kompeten dan melakukan praktik diwilayahnya.
efektif dan memberi saran kepada Bidan berkewajiban menerima
pasien. pembinaan tersebut.
c. Mudah ditemui dan mampu menjawab h. Bidan yang menjalankan praktik harus
semua pertanyaan. mencantumkan Surat Izin Praktik
d. Berpengalaman, tahu apa yang Bidan atau fotokopi izin praktik di
dilakukan, mengerti dan memahami
78 | Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85
ruang praktik atau tempat yang mudah formulir persetujuan yang didapat dari pasien,
dilihat. juga bukan sekedar tanda tangan pihak
15. Hak Bidan Praktik Mandiri keluarga, namun merupakan proses
Bidan praktik mandiri memiliki hak komunikasi. Inti dari proses informed consent
sebagai berikut: adalah kesepakatan antara tenaga kesehatan
a. Berhak mendapatkan izin praktik. klien, sedangkan formulir hanya merupakan
b. Berhak mendapatkan perlindungan. pendokumentasian hasil kesepakatan (Suryani,
dari organisasi profesi. 2007).
c. Berhak mendapatkan Informed consent adalah suatu suatu proses
keterampilan/pengetahuan baru yang komunikasi antara dokter dan pasien tentang
berkaitan dengan bidan praktik swasta kesepakatan tindakan medis yang akan
(bidan delima). dilakukan dokter terhadap pasien (ada kegiatan
16. Sanksi Bidan Praktik Mandiri penjelasan rinci oleh dokter), sehingga
Bidan praktik mandiri memiliki sanksi kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah
sebagai berikut: cukup. Penandatanganan formulir Informed
a. Bidan dalam melakukan praktik Consent tertulis hanya merupakan pengukuhan
dilarang: atas apa yang telah disepakati sebelumnya.
1) Menjalankan praktik yang tidak Formulir ini juga merupakan suatu tanda bukti
sesuai dengan ketentuan yang yang akan disimpan didalam arsip rekam medis
tercantum dalam izin praktik. pasien (Suyatini, 2011).
2) Melakukan perbuatan yang Informed consent mempunyai dua dimensi,
bertentangan dengan standar profesi. yaitu sebagai berikut:
b. Bila melanggar ketentuan, bidan praktik 1. Dimensi hukum, merupakan perlindungan
swasta dikenakan sanksi: pasien terhadap bidan yang yang
1) Peringatan lisan atau tertulis kepada berperilaku memaksakan kehendak,
bidan yang melakukan pelanggaran memuat:
oleh kepala Dinas Kabupaten/Kota. a. Keterbukaan informasi antara bidan
2) Peringatan lisan atau tertulis dengan pasien.
diberikan paling banyak 3 kali dan b. Informasi yang diberikan harus
bila pelanggaran tersebut tidak dimengerti pasien.
diindahkan maka kepala Dinas c. Memberi kesempatan pasien untuk
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memperoleh yang terbaik.
mencabut SIPB bidan yang 2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai:
bersangkutan. a. Menghargai otonomi pasien.
b. Tidak melakukan intervensi melainkan
membantu pasien bila diminta atau
Informed Consent dalam pelayanan dibutuhkan.
kebidanan Menurut KUHP pasal 1320 tentang syarat
Menurut John M. Echols dalam kasus syahnya perjanjian atau consent adalah:
Inggris-Indonesia (2003), Informed berarti 1. Adanya kata sepakat
telah diberitahukan, telah disampaikan, telah Sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuan
diinformasikan. Sedangkan consent berarti maupun kekeliruan. Dalam hal perjanjian
persetujuan yang diberikan kepada seseorang antara bidan dan pasien, kata sepakat harus
untuk berbuat sesuatu. Menurut Jusuf Hanafiah diperoleh dari pihak bidan dan pasien
(1999), informed consent adalah persetujuan setelah terlebih dahulu bidan memberikan
yang diberikan pasien kepada dokter setelah informasi kepada pasien sejelas-jelasnya.
diberi penjelasan. Dalam praktiknya, sering kali Para bidan dalam memberikan informasi
istilah informed consent disamakan dengan kepada pasien sebaiknya menggunakan
Surat Izin Operasi (SIO) yang diberikan oleh kata-kata sederhana yang mudah
tenaga kesehatan kepada keluarga sebelum dimengerti dan tidak boleh ada unsur
seorang klien dioperasi, dan dianggap sebagai berdasarkan kepentingan subyektif bidan,
persetujuan tertulis. Akan tetapi, perlu diingat termasuk upaya mencari keuntungan
bahwa informed consent bukan sekedar
Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85 | 79
finansial semata, sehingga tindakan yang Setelah cukup mendapat informasi, pasien
dilakukan tidak didasari suatu interpretasi berhak memberikan atau tidak memberikan
data yang tepat. Pihak pasien juga harus persetujuannya. Untuk dapat mengambil
menceritakan keadaan yang sebenarnya keputusan pasien harus mendapatkan informasi
sehingga memudahkan memperoleh data yang jelas. Dalam hubungan dengan ini ada
yang tepat dan obyektif. kalanya bidan merasa telah jelas memberikan
2. Kecakapan informasi kepada pasien, namun pasien belum
Kecakapan disini artinya bahwa seseorang memahaminya, tetapi karena perasaan takut
memiliki kecakapan memberikan atau malu kepada bidan ia tidak berani
persetujuan, jika orang itu mampu bertanya. Oleh sebab itu dalam memberikan
melakukan tindakan hokum, dewasa dan informasi, seorang bidan harus melihat keadaan
tidak gila. Apabila pasien seorang anak, si pasien. Misalnya latar belakang pendidikan.
maka yang berhak memberikan Seorang bidan dalam memberikan informasi
persetujuan adalah orang tuanya. Dalam tidak boleh bersifat menakut-nakuti atau
undang-undang disebutkan bahwa orang memaksa. Seorang bidan harus dapat
yang dalam kedaan sakit, tidak dapat mempertimbangkan antara memberitahu
berpikir sempurna. Apabila karena suatu keadaan sebenarnya atau tetap menjaga
hal sehingga ia dipaksa untuk memberikan kestabilan jiwa pasien agar tidak dihinggapi
persetujuannya, misalnya tidak ada suami rasa takut berlebihan. Untuk kasus seperti ini
atau keluarganya, maka apabila tindakan bidan harus memberitahu keadaan sebenarnya
yang dilakukan bidan tidak berhasil, maka kepada keluarga terdekat pasien (Heni, 2006).
persetujuan tersebut dianggap tidak sah. Informed consent mengandung beberapa
Contoh apabila ibu dalam keadaan inpartu segi hukum:
mengalami kesakitan yang hebat, maka ia 1. Pernyataan dalam informed consent
tidak dapat berpikir dengan baik, maka menyatakan kehendak kedua belah pihak,
persetujuan tindakan bidan dapat diberikan yaitu pasien menyatakan kehendak kedua
oleh suaminya. belah pihak, yaitu pasien menyatakan
3. Suatu hal tertentu setuju atas tindakan yang dilakukan bidan
Obyek dalam persetujuan antara bidan dan dan formulir persetujuan itu ditandatangani
pasien harus disebutkan dengan jelas dan oleh kedua belah pihak, maka persetujuan
terinci. Misalnya dalam persetujuan harus kedua pihak saling mengikat dan tidak
ditulis dengan jelas identitas pasien dapat dibatalkan oleh salah satu pihak.
meliputi: nama, jenis kelamin, alamat, 2. Informed consent tidak meniadakan atau
suami atau wali. Kemudian yang mencegah diadakannya tuntutan dimuka
terpenting harus dilampirkan identitas pengadilan atau membebaskan rumah sakit
yang memberikan persetujuan. atau rumah bersalin atau bidan terhadap
4. Suatu sebab yang halal tanggung jawabnya apabila terdapat
Maksudnya adalah isi persetujuan tidak kelalaian. Ia hanya dapat dipergunakan
boleh bertentangan dengan undang- sebagai bukti tertulis akan adanya izin atau
undang, tata tertib, kesusilaan, norma dan persetujuan dari pasien terhadap tindakan
hukum sebagai contoh tindakan abortus yang dilakukan.
provocatus pada seorang pasien oleh bidan, 3. Formulir yang ditandatangani pasien atau
meskipun dengan persetujuan si pasien, wali pada umumnya berbunyi segala akibat
dan persetujuan telah disepakati kedua dari tindakan akan menjadi tanggung
belah pihak, tetapi dianggap tidak sah jawab pasien sendiri dan tidak menjadi
sehingga dapat dibatalkan demi hukum. tanggung jawab bidan atau rumah bersalin.
Dengan demikian persetujuan yang Rumusan tersebut secara hokum tidak
demikian tidak dapat ditarik kembali oleh mempunyai kekuatan hokum, mengingat
salah satu pihak selain dengan kesepakatan seseorang tidak dapat membebaskan diri
kedua belah pihak atau karena alasan- dari tanggung jawabnya atas kesalahan
alasan yang oleh undang-undang yang belum dibuat (Heni, 2011).
dinyatakan cukup untuk itu. Dasar Hukum Informed Consent adalah:
80 | Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85
1. Pasal 56 pada UU No. 36 Tahun 2009 jelasnya baca dilampiran. Dalam
tentang kesehatan menerapkan sebagai Peraturan Menteri Kesehatan No. 585
berikut: tahun 1989 ini dalam Bab I, Ketentuan
a. Ayat 1: setiap orang berhak menerima Umum, Pasal 1 (a) menetapkan apa
atau menolak sebagian atau seluruh yang dimaksud dengan informed
tindakan pertolongan yang akan consent Persetujuan tindakan medik
diberikan kepadanya setelah menerima adalah persetujuan yang diberikan oleh
dan memahami informasi mengenai pasien atau keluarganya atas dasar
tindakan tersebut secara lengkap. penjelasan mengenai tindakan medik
b. Ayat 2: hak menerima atau menolak yang akan dilakukan terhadap pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut.
tidak berlaku pada: Pada kepmenkes No. 900/2002, Bab IX,
1) Penderita penyakit yang penyakitnya Sanksi, Pasal 42 menyebutkan bahwa
dapat secara cepat menular ke dalam bidan yang dengan sengaja : melakukan
masyarakat yang lebih luas. praktik kebidanan tidak sesuai dengan
2) Keadaan seseorang yang tidak ketentuan sebagaimana dimaksud
sadarkan diri. dalam pasal 25 aya (1) dan (2); dipidana
3) Gangguan mental berat. sesuai ketentuan pasal 35 Peraturan
c. Ayat 3: ketentuan mengenai hak Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
menerima atau menolak sebagaimana Tentang Tenaga Kesehatan.
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai Kepmenkes No. 900/2002 pada Pasal 25
dengan ketentuan peraturan perundang- ayat (2) menyebutkan bahwa:
undangan. Disamping ketentuan sebagaimana
2. Pasal 57 dimaksud pada ayat (1) bidan dalam
a. Diatur juga dalam registrasi dan praktik melaksanakan praktik sesuai dengan
bidan pada Kepmenkes No. 900/2002 kewenangannya harus : Menghormati
pasal 25 ayat 2, Tentang kewajiban hak pasien, Memberi informasi tentang
bidan dalam menjalankan pelayanan yang akan diberikan,
kewenangannya yaitu: meminta persetujuan tindakan yang
1) Memberikan informasi, informasi akan dilakukan (Permenkes, 2002).
mengenai pelayanan atau tindakan Manfaat Informed Conset sebagai
yang diberikan dan efek samping, berikut:
yang ditimbulkan perlu diberikan 1. Membantu kelancaran tindakan medis.
secara jelas, sehingga memberikan Melalui informed consent, secara tidak
kesempatan kepada pasien untuk langsung terjalin kerja sama antara bidan
menggambil keputusan yang terbaik dan klien sehingga memperlancar tindakan
bagi dirinya. yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat
2) Meminta persetujuan yang akan meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya
dilakukan. Pasien berhak mengetahui tindakan kedaruratan.
dan mendapat penjelasan mengenai 2. Mengurangi efek samping dan komplikasi
semua tindakan yang dilakukan yang mungkin terjadi. Tindakan bidan yang
kepadanya. Persetujuan dari pasien tepat dan segera, akan menurunkan risiko
dan orang terdekat dalam keluarga terjadinya efek samping dan komplikasi.
perlu dimintakan sebelum tindakan 3. Mempercepat proses pemulihan dan
dilakukan. penyembuhan penyakit, karena si ibu
b. Secara hukum informed consent berlaku memiliki pemahaman yang cukup terhadap
sejak tahun 1981, PP No. 8 Tahun 1981 tindakan yang dilakukan.
c. Informed consent dikukuhkan menjadi 4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan
lembaga hukum, yaitu dengan mutu ditunjang oleh tindakan yang lancar,
diundangkannya Peraturan Menteri efek samping dan komplikasi yang minim,
kesehatan No. 585 Tahun 1989 Tentang dan proses pemulihan yang cepat.
persetujuan Tindakan Medik, lebih
Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85 | 81
5. Melindungi bidan dari kemungkinan terhadap dirinya. Berdasarkan pemahaman
tuntutan hukum. Jika tindakan medis tersebut, pasien menetapkan keputusan
menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti mandiri, yang menurut pertimbangannya
tertulis tentang persetujuan pasien. adalah terbaik bagi dirinya (adequate decision).
Penjelasan yang harus disampaikan Pasien harus berada dalam kondisi layak
Sebagaimana lazimnya, isi dan sifat untuk mengambil keputusan. Apabila
penjelasan sangat tergantung dari jenis tindakan kondisinya tidak memungkinkan (misalnya
yang akan dilakukan, tetapi bagaimanapun, tidak sadar, gangguan mental, belum dewasa)
penjelasan yang akan disampaikan harus maka keputusan tersebut diwakilkan pada pihak
berkisar pada lima hal yang pokok yaitu: ketiga (wali). Jika walinya berhalangan maka
1. Penjelasan tentang tujuan tindakan medik keputusan diwakili oleh keluarga terdekat.
yang akan dilakukan (purpose of medical Tetapi jika semua berwenang untuk mengambil
procedures). keputusan tidak dapat dihadirkan, dalam
2. Penjelasan tentang tata cara tindakan yang keadaan darurat (demi kepentingan pasien),
akan dilakukan (contemplated medical dokter/bidan dapat segera melakukan tindakan
procedures). medik tanpa adanya persetujuan tersebut.
3. Penjelasan tentang resiko yang Cara menyatakan persetujuan
mungkin/akan dihadapi (risk inherent such Pernyataan persetujuan terhadap tindakan
medical procedures). medik yang akan dilakukan dibagi menjadi 2
4. Penjelasan tentang tindakan medik yaitu:
alternative dan resiko dari masing-masing 1. Persetujuan yang dinyatakan secara tertulis
tindakan (alternative medical procedures (expressed consent). Cara seperti ini
and risk). umumnya diperlukan apabila tindakan
5. Penjelasan tentang prognosis apabila medik yang akan dilakukan mengandung
tindakan tersebut dilakukan/tidak dilakukan resiko yang tinggi.
(prognosis with and without medical 2. Persetujuan yang dinyatakan secara lisan
procedures). (implied consent). Cara ini diperlukan bila
Kelengkapan penjelasan bersifat mutlak, tindakan medik yang akan dilakukan tidak
hanya keadaan khusus saja yang mengandung resiko yang tinggi.
memungkinkan dilakukannya beberapa Informasi dalam informed consent
penyesuaian. Apabila penjelasan objektif Dari segi yuridis, hubungan antara
malah memperburuk kondisi pasien, maka dokter/bidan dan pasien merupakan suatu
dokter/bidan dapat dan dibenarkan untuk hubungan perjanjian diantara mereka.
menahan sebagian atau seluruh penjelasan Apabila ada suatu persetujuan yang harus
yang dimaksud (therapeutic previlige). ditandatangani pasien, berarti telah terjadi
Cara menyampaikan penjelasan perjanjian secara tertulis. Sedangkan apabila
Secara umum, penjelasan ini dibedakan atas: tidak dilakukan penandatanganan suatu
1. Penjelasan yang disampaikan secara lisan. persetujuan, artinya telah terjadi perjanjian
2. Penjelasan yang disampaikan secara secara diam-diam.
tertulis. Bertitik tolak dari adanya perjanjian diatas,
Sangat dianjurkan untuk memberikan maka suatu informed consent haruslah
penjelasan secara lisan. Penjelasan tertulis sedemikian rupa agar isi perjanjian tersebut,
hanya sebagai pelengkap dari penjelasan baik secara tertulis maupun lisan, dapat
yang telah disampaikan secara lisan. dimengerti oleh pihak-pihak yang
Pihak yang berhak menyatakan melakukan perjanjian. Dalam hal ini
persetujuan tentunya informasi yang diberikan oleh
Sesuai dengan asas persetujuan yang seorang dokter/bidan diharapkan dapat
mandiri maka pihak yang berhak menyatakan dimengerti oleh pasien. Perhatikan beberapa
persetujuan tersebut adalah pasien sendiri. kondisi yang mungkin menjadi sumber
Melalui penjelasan yang disampaikan oleh masalah dalam informed consent:
dokter/bidan, pasien diharapkan mengerti dan 1. Informed consent adalah awal perjanjian
memahami tahapan dan pengaruh prosedur antara dokter/bidan dan pasien. Pasien
82 | Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85
menyetujui hak pribadinya dilanggar professional lainnya). Bidan adalah
setelah dia mendapatkan informasi dan anggota tim.
dokter/bidan terhadap hal-hal yang akan 3. Layanan rujukan, merupakan asuhan
dilakukan dokter/bidan sehubungan kebidanan yang dilakukan dengan
dengan pelayanan kesehatan yang akan menyerahkan tanggung jawab kepada
diberikan kepadanya. dokter, ahli dan atau tenaga kesehatan
2. Informasi yang diberikan, harus dapat professional lainnya untuk mengatasi
menunjukkan frekuensi dan tingkat masalah kesehatan klien diluar
resiko yang mungkin terjadi terhadap kewenangan bidan dalam rangka
pasien. menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya
3. Kurangnya informasi dan kesalah (Suryani, 2007).
fahaman dalam memahami informed
consent adalah sumber utama III. METODE PENELITIAN
pertengkaran dokter/bidan terhadap Jenis penelitian ini adalah diskriptif untuk
pasien. mengetahui gambaran pelaksanaan informed
4. Penyimpangan informasi dapat consent pada Bidan Praktek Mandiri (BPM)
disebabkan oleh faktor subjektif dan dalam pelayanan kebidanan di Kota Semarang.
penggunaan bahasa yang dilakukan oleh Penitian ini dilaksanakan pada bulan April
kedua belah pihak (Sarwono, 2009). 2016. Metode yang digunakan melalui
wawancara menggunakan kuesioner dengan
Pelayanan Kebidanan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu penelitian ini adalah semua BPM yang terdaftar
kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada di IBI Kota Semarang. Dalam penelitian ini
klien yang menjadi tanggung jawab bidan, populasinya sebanyak 174 BPM di Kota
mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi Semarang. Sampel menggunakan teknik
baru lahir, keluarga berencana, termasuk propotional random sampling jumlah sampel
kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan menggunakan sampling size sebesar 40
kesehatan masyarakat. responden BPM ranting di Kota Semarang.
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral Dalam penelitian ini penulis menggunakan
dari system pelayanan kesehatan yang teknik simple random sampling.
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar Kriteria sampling dalam penelitian ini
(teregister), yang dapat dilakukan secara adalah :
mandiri, kolaborasi, atau rujukan (Asrinah, 1. Kriteria Inklusi
2010). a. BPM yang bersedia menjadi responden;
Pelayanan kebidanan merupakan bagian b. BPM yang terdaftar di IBI dan berada
integral dari pelayanan kesehatan, yang diwilayah Kota Semarang.
difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita 2. Kriteria Eksklusi
dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan a. BPM yang tidak bersedia menjadi
balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga responden;
sehingga tersedia sumber daya manusia (SDM) b. BPM yang sudah pindah dari Kota
yang berkualitas dimasa depan. Pelayanan Semarang.
kebidanan dibedakan berdasarkan kewenangan Dalam penelitian ini menggunakan uji
bidan yaitu: validitas konstruksi (construct validity) dimana
1. Layanan kebidanan primer/mandiri, pengujian menggunakan pendapat dari para ahli
merupakan asuhan kebidanan yang (judgement experts). Setelah instrument
diberikan kepada klien dan sepenuhnya dikonstruksi tentang aspek-aspek yang yang
menjadi tanggung jawab bidan. akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu,
2. Layanan kolaborasi, merupakan asuhan maka selanjutnya dikonsulkan dengan para
kebidanan yang diberikan kepada klien ahli. Kuesioner akan dikonsulkan kepada dua
dengan tanggung jawab bersama semua orang ahli sesuai dengan lingkup yang akan
pemberi layanan yang terlibat (misalnya diteliti yaitu bidan Hj Nawangsih Zulaika
bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan
Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85 | 83
Pudjiati, S.SiT, MH.Kes dan bidan W.D. disini disajikan melalui tabel distribusi
Pristiwati, S.SiT, MH.Kes. frekuensi, kemudian dicari besar prosentase
Analisis data yang digunakan dalam penelitian jawaban masing-masing responden dan
ini adalah analisis univariat. Analisis data selanjutnya dilakukan pembahasan, dengan
dilakukan dengan cara deskriptif dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.
melihat prosentase data yang dikumpulkan Definisi Operasional pada penelitian ini yaitu:
Tabel 1 variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Opersional Alat Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Pelaksanaan Pelaksanaan ini Lembar Baik:jika pengisian Ordinal
informed merupakan Observasi lengkap
consent kemampuan Cukup:jika pengisian
responden dalam kurang
melakukan Kurang : jika tidak
pelaksanaan informed dilakukan
consent. (Arikunto, 2010)

sebanyak 2 orang (5%), responden yang


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN berpendidikan D IV sebanyak 6 orang (15%),
Karakteristik Responden responden yang berpendidikan D I sebanyak 3
1. Lama Berdirinya BPM Responden orang (7,5%).
Tabel 2 Diskripsi nilai statistik skor lama berdirinya Pelaksanaan Informed Consent
BPM responden di Kota Semarang Pelaksanaan informed consent pada BPM di
Variabel Frekuensi Persentase Kota Semarang berdasarkan pengukuran yang
(%) menggunakan kuesioner yang dikategorikan
Baik 1 2,5 menjadi baik, cukup dan kurang dapat dilihat
Cukup 3 7,5 pada tabel dibawah ini.
Kurang 36 90,0
Total 40 100,0 Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pelaksanaan informed consent pada BPM di Kota
Semarang
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
rata-rata umur lama berdirinya BPM di Kota Variabel Mea Media Mi Ma SD
n n n x
semarang 19 tahun dan standar deviasi 8,63
Lama 19,10 20 1 35 8,6
dengan pendirian paling awal 1 tahun (2014)
Berdiriny 3
dan pendirian terlama 35 tahun yang lalu a BPM
(1980).
2. Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan distribusi frekuensi berdasarkan pelaksanaan
tingkat pendidikan pada pemilik BPM di Kota Semarang informed consent responden sebagian besar
Tingkat Frekuensi Persentase dinyatakan kurang sebanyak 36 orang (90%),
Pendidikan (%) responden yang melakukan pelaksanaan
DI 3 7,5 informed consent secara cukup sebanyak 3
D III 28 70,0 orang (7,5%) dan responden yang melakukan
D IV 6 15,0 pelasanaan informed consent secara baik
S1 1 2,5 sebanyak 1 orang (2,5%).
S2 2 5,0 Dari segi yuridis, hubungan antara
Total 40 100,0
dokter/bidan dan pasien merupakan suatu
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa hubungan perjanjian diantara mereka. Apabila
sebagian besar responden berpendidikan D III ada suatu persetujuan yang harus
sebanyak 28 orang (70%), responden yang ditandatangani pasien, berarti telah terjadi
berpendidikan paling sedikit S 1 sebanyak 1 o perjanjian secara tertulis. Sedangkan apabila
rang (2,5%), responden yang berpendidikan S 2 tidak dilakukan penandatanganan suatu
84 | Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85
persetujuan, artinya telah terjadi perjanjian yaitu bidan berkewajiban untuk meminta
secara diam-diam. Bertitik tolak dari adanya persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
perjanjian diatas, maka suatu informed consent (Permenkes Nomor 28 Tahun 2017).
haruslah sedemikian rupa agar isi perjanjian Penelitian ini sesuai dengan penelitian
tersebut, baik secara tertulis maupun lisan, yang dilakukan oleh Putri yaitu pelaksanaan
dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang informed consent pada pelayanan tindakan KB
melakukan perjanjian. Dalam hal ini tentunya suntik belum sesuai dengan standar operasional
informasi yang diberikan oleh seorang prosedur pelayanan KB suntik di Wilayah
dokter/bidan diharapkan dapat dimengerti oleh Kerja Puskesmas Mijen, Semarang (Putri,
pasien (Sarwono, 2009). 2012).
Informed consent adalah Persetujuan yang
diberikan pasien atau walinya yang berhak V. KESIMPULAN
terhadap bidan, untuk melakukan suatu Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tindakan kebidanan kepada pasien setelah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
memperoleh informasi lengkap dan dipahami bahwa sebagian besar BPM dalam pelaksanaan
mengenai tindakan yang akan dilakukan (Heni, informed consent adalah kurang (90%). Saran
2011). bagi BPM yaitu diharapkan dapat
Berdasarkan hasil skor pada pelaksanaan melaksanakan informed concent dalam setiap
informed consent dapat disimpulkan bahwa pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan informed consent pada BPM di yang telah ditetapkan oleh Ikatan Bidan
Kota Semarang dinyatakan kurang. Ada Indonesia (IBI). Peneliti selanjutnya
beberapa responden yang melakukan informed diharapkan dapat mengembangkan penelitian
consent hanya persalinan, KB dan imunisasi tentang informed consent
saja, untuk informed consent lainnya tidak
dilaksanakan, adapun dalam pengisiannya DAFTAR PUSTAKA
masih banyak yang kurang lengkap, faktor yang Asrinah, Putri Shinta dkk.. 2010. Konsep
mempengaruhi yaitu banyaknya pasien yang Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
datang ke BPM, bahkan tidak adanya pasien Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
yang datang untuk periksa. Kebanyakan dari Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
responden mempunyai format informed Jakarta: Rineka Cipta.
consent tetapi dalam pelaksanaan masih banyak
yang belum dilaksanakan, akan tetapi ada juga Hidayat, Asri, dan Mufdillah. 2012. Konsep
yang tidak mempunyai format informed Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
consent sehingga responden tidak Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik
melaksanakan informed consent sebelum Profesional Kebidanan. Yogjakarta: Mitra
melakukan tindakan kebidanan. Cendikia.
Hal ini tidak sesuai dengan jawaban dari
Mubarok, Wahit Iqbal. 2011. Promosi
semua responden yang menyatakan bahwa
Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta:
bidan wajib meminta persetujuan sebelum
Salemba Medika.
melakukan tindakan yang berhubungan dengan
pasien. Jika semua bidan wajib meminta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi
persetujuan maka kewajiban bidan juga Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
menyediakan lembar persetujuan tersebut. Rineka Cipta.
Dalam hal ini bidan mengabaikan atau tidak ___________________. 2007. Promosi
menjalankan ketentuan administrasi yang harus Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:
dilakukan dan tidak sesuai dengan ketentuan Rineka Cipta.
pasal 28 point b dan d pada Permenkes No 28
Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan ___________________. 2007. Kesehatan
Praktik Bidan yaitu pada point b bidan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta:
berkewajiban untuk memberikan informasi Rineka Cipta.
tentang masalah kesehatan pasien dan ___________________. 2010. Ilmu Perilaku
pelayanan yang dibutuhkan sedangkan point d Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Lia Mulyanti, Chafidoh, Fitriani Nur Damayanti Vol. 1 No. 2 (2017) 74-85 | 85
Novita, Nesi, dan Yunetra Franciska. 2011. Sulistyaningsih. 2011. Metodelogi Penelitian
Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif.
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun Sumantri, Arif. 2011. Metodelogi Penelitian
2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Kesehatan. Jakarta: Kencana.
Praktek Bidan. Suyanto, Susila, dan Siswanto. 2013.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Metodelogi Kedokteran dan Kesehatan.
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Wahyuningsih, Heni. 2006. Etika Profesi
Prawirohardjo. Kebidanan Sebuah Pengantar.
Sari, Rury. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Yogyakarta: Graha Ilmu. __________________. 2011. Etika Profesi
Setiawan, Ari, dan Saryono. 2011. Metode Kebidanan Sebuah Pengantar Dilengkapi
Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan Hukum Kesehatan Dalam Kebidanan.
S2. Yogyakarta: Nuha Medika. Yogyakarta: Fitramaya.
Soepardan, Suryani, dan Dadi Anwar Hadi. Wardani, Kusuma, Putri. 2012. Pelaksanaan
2008. Etika Kebidanan dan Hukum informed consent pada Pelayanan KB
Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen.
EGC. Semarang: Unika Soegijapranata.
________________. 2008. Konsep Kebidanan. Wawan, dan Dewi M. 2010. Teori dan
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Sujiyatini, dan Nilda Synthia Dewi. 2011.
Medika.
Catatan Kuliah Etika Profesi Kebidanan.
Yogyakarta: Rohima Press. Yanti, dan Nurul Eko. 2010. Etika Profesi dan
Hukum Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif,
Rihama.
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Zulvadi, Dudi. 2010. Etika dan Manajemen
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu
Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai