2.1 Pengertian dan Konsep Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan
TQM adalah konsep pelibatan dan pemberdayaan karyawan. Karyawan disini dalam arti sebagai SDM. Pelibatan karyawan atau SDM adalah suatu proses untuk mengikut sertakan para karyawan pada semua level organisasi dalam pembuatan keputusan atau pemecahan masalah. Pemberdayaan karyawan atau SDM dapat diartikan sebagai pelibatan karyawan yang benar- benar berarti (signifikan). Dengan demikian pemberdayaan tidak hanya sekedar memiliki masukan, tetapi juga memperhatikan, menindaklanjuti masukan tersebut apakah akan diterima atau tidak. Tanpa adanya pemberdayaan dan pemberdayaan SDM (karyawan) hanyalah alat menejemen yang tidak ada gunanya. Oleh karena itu pelibatan harus dibarengi dengan pemberdayaan karyawan. Usaha pemberdayaan karyawan dapat dimulai dengan : Keinginan menejer dan penyedia untuk memberi tanggung jawab kepada karyawan Melatih penyedia dan karyawan mengenai bagaimana cara untuk melakukan delegasi dan menerima tanggung jawab Komunikasi dan umpan balik perlu diberikan oleh menejer dan penyedia kepada karyawan. Penghargaan dan pengakuan sebagai hasil evaluasi perlu diberikan kepada karyawan sebagai tanda penghargaan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan. Tujuan pelibatan dan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan customer value. Oleh karena itu karyawan harus memahami apa itu customer value, komponen sistem, dan bagaimana untuk menentukan dan mengukur customer value. Kesuksesan implementasi pelibatan dan pemberdayaan karyawan memerlukan perubahan budaya perusahaan (cara berfikir dan bekerja para menejer). Pelibatan dan pemberdayaan karyawan (PPK) bukan hanya merupakan alat menejemen atau strategi menejemen yang berumur singkat. Karyawan yang telah bekerja cukup lama dan telah mengalami berbagai inovasi menejemen yang silih berganti menjadi enggan menerima program PPK apabila mereka memandang sebagai strategi yang berumur singkat dan kemungkinan akan diganti dengan strategi dimana karyawan tidak suka dan bersikap apatis terhadap sesuatu yang baru. Secara tradisional, bekerja keras dipandang sebagai jalan menuju sukses. Persaingan global dan otomatisasi telah menggesar kunci sukses, yaitu bahwa kesuksesan dicapai tidak hanya dengan bekerja keras, tetapi juga bekerja dengan tangkas. Para pengambil keputusan mengiinterpretasikan bekerja dengan tangkas sebagai usaha mengadopsi sistem teknologi tinggi dan proses otomatisasi. Pendapat itu jelas keliru, karena teknologi makin canggih hanyalah salah satu aspek dari bekerja dengan tangkas. Aspek lain dari bekerja dengan tangkas yang seringkali dilupakan dalam dunia kerja modern adalah melibatkan dan memberdayakan para karyawan. PPK ditujukan untuk memperoleh manfaat dari kreatifitas karyawan dan mendorong pemikiran dan inisiatif yang independent. Pemikiran dan inisiatif kreatif sebanyak mungkin karyawan akan memungkinkan adanya ide dan keputusan yang lebih baik, kualitas yang lebih baik. Produktivitas tinggi, dan sebagai hasilnya daya saing yang semakin meningkat. Dasar PPK adalah bahwa PPK adalah cara terbaik untuk mengarahkan kreatifitas dan inisiatif dari para karyawan terbaik kea rah peningkatan daya saing perusahaan.
2.2 Faktor Faktor Penghambat PPK
Penolakan terhadap perubahan merupakan faktor penghambat utama bagi penerapan PPK. Penolakan tersebut dapat berasal dari karyawan, serikat kerja, dan manajemen. Penolakan yang paling besar biasanya berasal dari manajeman. Akan tetapi, seringkali disadari atau tidak, penolakan juga terjadi dari karyawan dan serikat kerja. 1. Penolakan manajemen terhadap penerapan PPK antara lain : a. Ketidakamanan, hal ini akan dirasakan oleh para manajer ketika karyawan yang berada dalam tim kerja mencetuskan inisiatif atau ide yang dapat mengurangi kekuasaan manajer tersebut. Sehingga manajer akan berusaha mempersulit kelompok kerja. b. Nilai-nilai pribadi, yaitu anggapan manajer bahwa karyawan harus melaksanakan perintah yang diberikan oleh manajer. c. Ego, manajer yang memiliki ego tinggi tidak akan menerima adanya keterlibatan karyawan, karena akan merasa berkurang status dan keuntungannya. d. Pelatihan manajemen, akan mempengaruhi cara pandang manajer karena biasanya pelatihan manajemen mengikuti filosofi yang dicetuskan oleh Frederick Taylor yang lebih fokus kepada penerapan prinsip-prinsip ilmiah dalam perbaikan proses dan teknologi, yang tidak berorientasi pada manusia. Sehingga kemungkinan besar, para manajer tersebut akan menolak PPK. e. Karakteristik kepribadian para manajer, yang dididik dengan cara lama tidak akan menerima PPK karena mereka lebih memperhatikan tugas dan hasil kerja daripada memperhatikan orang yang bekerja tersebut. f. Ketidakterlibatan manajer akan menolak PPK karena manajer tersebut merasa diabaikan. Penerapan PPK harus melibatkan semua personil yang akan dipengaruhi oleh keputusan atau ide yang ditemukan. g. Struktur Organisasi dan praktek manajemen akan menghambat PPK ketika organisasi memiliki birokrasi yang berbelit-belit. 2. Penolakan karyawan terhadap penerapan PPK antara lain : a. Mereka merasa skeptis terhadap manajemen yang silih berganti dan tidak dilaksanakan. b. Penolakan bisa juga terjadi karena karyawan tidak mau menerima perubahan karena menyangkut hal hal baru dan mungkin tidak lazim, sehingga sulit mendapatkan dukungan dari karyawan.
2.3 Implementasi PPK
Pelibatan dan pemberdayaan karyawan (PPK) akan berarti hanya apabila hal tersebut merupakan suatu usaha sistematik yang dilakukan untuk membantu organisasi guna meningkatkan nilai yang akan diberikan kepada pelanggan. Kesalahan umum yang harus dihindari pada saat mengimplementasikan PPK adalah sebagai berikut : Memulai kegiatan tanpa adanya strategi sistemik Memulai kegiatan PPK tanpa adanya kepemimpinan yang aktif dari manajemen Menghitung kegiatan (seperti jumlah pertemuan tim untuk peningkatan kualitas). Rencana dan harapan yang tidak realistis Mengharapkan pelibatan akan ada akhirnya Peranan utama manajemen dalam PPK adalah melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamin kesuksesan pelaksanaan dan penerapan konsep tersebut secara terus menerus. Peranan ini dapat dirungkas menjadi tiga fungsi, yaitu komitmen, kepemimpinan, dan kemudahan. Ketiga fungsi ini dibutuhkan untuk mengatasi hambatan dan penolakan terhadap pelaksanaan PPK atau perubahan pokok lainnya dalam budaya perusahaan. Peranan manajer dalam PPK antara lain meliputi: Menunjukkkan sikap yang mendukung Menjadi model peran Menjadi pelatih Menjadi fasilitator Mempraktekkan manajemen by walking around (MDWA) Mengambil tindakan dengan segera atas rekomendasi Menghargai prestasi karyawan PPK sebagai suatu konsep yang berusaha melibatkan dan memberdayakan karyawan secara sungguh-sungguh memerlukan implementasi yang sistematis. Implementasi PPK terdiri atas empat tahap, yaitu : 1. Menciptakan lingkungan yang mendukung 2. Menentukan dan mengatasi penghambat 3. Menerapkan dan menggunakan sarana pendukung 4. Menilai, menyesuaikan, dan memperbaikinya Untuk memicu inisiatif karyawan dibutuhkan lingkungan dan kondisi yang kondusif. Agar lingkungan seperti itu dapat terbentuk maka seorang manajer perlu melakukan hal-hal berikut terhadap para karyawannya : Mempercayai kemampuan mereka untuk mencapai keberhasilan. Bersifat sabar dan memberikan mereka waktu untuk belajar. Memberikan bimbingan dan struktur. Mengajarkan keterampilan baru kepada mereka dalam langkah kecil incremental. Mengajukan pertanyaan yang menantang mereka untuk berpikir dengan cara baru. Membagi informasi dengan mereka untuk menjalin hubungan. Memberikan umpan balik yang tepat waktu dan dapat dipahami dan membantu mereka selama proses belajar. Menawarkan cara alternatif untuk melaksanakan tugas. Menunjukkan sense of humor dan perhatian terhadap mereka. Berfokus pada hasil dan menghargai perbaikan pribadi. Ada berbagai sarana yang dapat digunakan untuk mendorong karyawan agar mereka memberikan masukan dan menyalurkannya kepada para pengambil keputusan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai beberapa metode yang banya digunakan. Brainstorming Nominal group technique. Gugus kualitas (Quality Circle) Kotak saran Management by walking around
2.4 Penghargaan dan Pengakuan Prestasi
Dalam TQM, penghargaan dan pengakuan prestasi merupakan motivasi untuk mencapai sasaran perusahaan. Penghargaan dan pengakuan prestasi tidak akan menghasilkan yang disebut total quality secara langsung, akan tetapi apabila kedua hal tersebut tidak ada, maka yang terjadi adalah hilangnya keyakinan karyawan terhadapa niali riil kualitas dan kontribusi mereka untuk memperbaiki kualitas. Sistem kompensasi yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip kunci manajemen kualitas sebagai berikut: 1. Kompensasi harus berorientasi pada pelanggan 2. Kompensasi harus berorientasi pada tim 3. Kompensasi harus dapat diukur 4. Sistem kompensasi harus mengikutsertakan partisipasi seluruh karyawan Penilaian kinerja dapat mendukung perbaikan kualitas bila keadaan dibawah ini dapat terpenuhi : Penilaian kinerja harus dipisahkan dari sistem kompensasi Penilaian kinerja harus didasarkan pada observasi, pengukuran perilaku, dan hasil. Penilaian kinerja harus mendorong partisipasi karyawan Penghargaan berbeda dengan pengakuan. Penghargaan biasanya dalam bentuk moneter, sedangkan pengakuan adalah tindakan atau kegiatan dalam bentuk non moneter. Penghargaan bisa dalam bentuk bonus, uang, liburan, dan lain-lain.sedangkan pengakuan dapat berupa ucapan terima kasih,award dari perusahaan, dan lain-lain. Program pengakuan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Konsisten, yaitu diberikan dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Memerlukan biaya. Sering dilakukan. Orang yang memberikan pengakuan menggunakan keterampilan interpersonal untuk memberikan informasi mengenai pencapaian prestasi. Pengakuan yang berasal dari rekan sejawat. Public display. Pengakuan harus didasarkan pada kepercayaan dan penghormatan. Umpan balik spesifik diberikan untuk menunjukkan bahwa seorang melakukan sesuatu yang bernilai. Semakin banyak orang yang dilibatkan dalam proses seleksi, semakin subjektif pendapat yang diberikan. Pengakuan dilakukan secara berkala, semakin pendek jarak antara tindakan dan pengakuan, semakin baik untuk menghindari hilangnya efek pengakuan tersebut. Pengakuan bersifat win/win (setiap orang adalah pemenang).
2.5 Sistem Saran: Konsep dan Implementasi
Karyawan juga perlu dilibatkan dalam sistem saran. Segi positif dari sistem saran adalah bahwa setiap setiap saran yang berasal dari karyawan pasti akan dipatuhi oleh mereka. Sebaliknya, bila yang menetapkan pihak manajemen belum tentu mereka mau mematuhinya. Peranan manajemen dalam implementasi dan operasi sistem saran terdiri dari tuju tahap yaitu sebagai berikut: 1. Membuat kebijakan 2. Mengadakan sistem saran 3. Mempromosikan sistem saran 4. Evaluasi saran dan sistem saran 5. Melaksanakan saran 6. Menghargai karyawan 7. Memperbaiki sistem saran Sistem saran yang diterapkan harus dipantau dan diperbaiki terus-menerus. Perbaikan sistem saran ini meliputi dua aspek, yaitu perbaikan pemrosesan saran dan perbaikan setiap saran. 1. Perbaikan Pemrosesan Saran 2. Perbaikan Setiap Saran Ada tiga tahap dalam perumusan ide untuk perbaikan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan jumlah dan kualitas ide yang dihasilkan karyawan. Ketiga tahap tersebut adalah : Identifikasi masalah Penelitian Pengembangan ide Manajer dapat membantu para karyawannya untuk memperbaiki sarannya masing- masing dengan melatih mereka dalam hal-hal berikut : Menjelaskan situasi saat ini yang menciptakan masalah secara singkat dan jelas Menyampaikan perubahan yang diusulkan secara langsung dan spesifik. Mempersiapkan penjelasan atau uraian untuk memperjelas perubahan yang diusulkan. Menjelaskan manfaat-manfaat yang diharapkan dengan menggunakan ukuran yang dapat dikuantitatifkan (presentase, uang, waktu, jumlah, atau ukuran lainnya yang sesuai). Supaya sistem saran suatu perusahaan dapat berhasil maka diperlukan partisipasi dari setiap karyawannya. Semakin banyak karyawan yag berpartisipasi, semakin baik pula sistem sarannya. Bila suatu sistem saran telah berjalan, manajer dapat mengupayakan partisipasi aktif dari senua karyawannya dengan jalan menghilangkan hambatan tersembunyi, mendorong karyawan baru agar terlibat, dan melatih karyawan yang segan berpartisipasi. 1. Menghilangkan Hambatan Tersembunyi 2. Mendorong Karyawan Baru Agar Terlibat 3. Melatih Karyawan yang Segan Berpartisipasi