Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

TIPOLOGI BAHASA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pengantar Ilmu Bahasa yang diampu

oleh :

Yayuk Eni Rahayu, M.Hum.

Oleh :

LIVIA AYU NURAZIZAH (18201241052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
TIPOLOGI BAHASA

Tipologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu watak
tentang bagian manusia dalam golongan-golongan menurut corak watak masing-
masing. Tipologi merupakan studi tentang peristiwa pada perjanjian lama yang
mempunyai arti rohani, dengan kata lain, terdapat persesuaian diantara pelbagai
oknum, peristiwa, atau hal dalam perjanjian lama dan dalam perjanjian baru. Tipologi
atau typology, kadang ditulis dengan typologi dari kata Yunani, "τυπος - tupos"
(kadang typos dari kata Inggris type) dan "λογος - logos". Jadi, tipologi ialah
klasifikasi atau pengelompokkan menurut corak dan tipe masing-masing dari
sekelompoknya.

Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer[1], yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Menurut Ferdinand De Saussure
bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap
kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang
lain. Sedangkan menurut Plato bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata
(ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
Jadi, bahasa ialah media komunikasi/ucapan yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh makhluk hidup dan bahasa juga mempunyai fungsi-fungsi serta ragam-ragam
tertentu.

Tipologi bahasa adalah klasifikasi atau pengelompokkan lambang bunyi seperti


kata, kalimat, dan lainnya menurut tipenya masing-masing. Tipologi bahasa
merupakan cabang linguistik bandingan yang mengelompokkan bahasa berdasarkan
tipe-tipe yang paling banyak terdapat dalam sekelompok bahasa. hal ini sesuai dengan
pernyataan: “Linguistik Bandingan Historis (Linguistik Historis Komparatif) adalah
suatu cabang dari Ilmu Bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta
perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut.
Linguistik Bandingan Historis pertama-tama merupakan sebuah cabang Ilmu Bahasa
yang membandingkan bahasa-bahasa yang tidak memiliki data-data tertulis, atau
dapat pula dikatakan bahwa Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang Ilmu
Bahasa yang lebih menekankan teknik dalam pra-sejarah bahasa.”[2]
Dasar yang dipakai dalam penelitian tipologi bahasa adalah :

 Ada sejumlah bahasa di dunia yang menampakkan kesamaan tipe pada tataran
fonologi, morfologis, sintaksis, dan semantis;
 Kesamaan-kesamaan pada setiap tataran disebut semestaan bahasa; dan
 Klasifikasi tipologis didasarkan pada gabungan tipe-tipe yang terdapat pada
sekelompok bahasa.

Tipologi bahasa secara khusus membahas klasifikasi bahasa berdasarkan


kesamaan ciri-ciri atau tipe-tipe yang terdapat dalam sebuah bahasa. Bahasa-bahasa
yang mempunyai sejumlah tipe yang sama dikelompokkan dalam kelompok bahasa
yang sama. Di dunia ada kurang lebih 6.700 bahasa yang dipakai orang untuk
berbicara (Comrie 2001).

Diketahui pasti adanya ciri-ciri universal[3] bahasa karena menandai terdapatnya


ciri-ciri bahasa pada bahasa mana pun di dunia ini, dan ada ciri-ciri keunikan setiap
bahasa menjadi pembeda antara setiap bahasa dan bahasa lainnya di dunia ini. Bahasa-
bahasa yang ada di dunia dapat dikelompokkan berdasarkan tipologinya. Soeparno
(2002) menjelaskan bahwa tipologi bahasa menyangkut pengklasifikasian dan
pengelompokkan bahasa berdasarkan tipe-tipe bahasa. Tipologi bertujuan untuk
menentukan pola-pola lintas bahasa dan hubungan diantara pola-pola tersebut.
Dengan demikian metodologi dan hasil-hasil penelitian tipologis pada dasarnya
bersesuaian dengan teori tata bahasa apa saja.

Seorang tipolog harus mengidentifikasi bagian-bagian dari kalimat, lalu


mengidentifikasi kata-kata dalam kalimat yang dituliskan dalam bahasa aslinya.
Setelah itu, tipolog harus mencari makna dari tiap-tiap kata, menentukan makna dari
seluruh kalimat tersebut, kemudian memberikan terjemahannya untuk orang yang
tidak mengenal kedua bahasa yang bersangkutan.

Seseorang yang menekuni bidang tipologi meneliti perbedaan-perbedaan dalam


bahasa manusia sebagai usaha untuk memahami bahasa-bahasa tersebut. Landasan
yang paling mendasar bagi seorang tipolog adalah kesempatan untuk meneliti
sebanyak mungkin bahasa agar dapat menemukan sebanyak mungkin perbedaan dan
batas-batas bahasa. Metode yang dipakai dalam penelitian tipologi adalah metode
komparatif dan induktif. Sifat penelitiannya adalah empiris.
Setiap unsur dalam suatu bahasa dapat diperlakukan sebagai sebuah tipe atau
sebuah tanda dalam tipologi bahasa. Cabang linguistik bandingan mengembangkan
metode klasifikasi bahasa tertentu. Tipologi bahasa, sebagai cabang dari linguistik
bandingan bahasa, mengembangkan metode-metode khusus yang menghasilkan
klasifikasi bahasa berdasarkan tipe-tipenya. Metode ini sudah dikembangkan pada
awal abad ke-19 oleh seorang sarjana yang bernama August Von Schlegel.

Schlegel membagi bahasa-bahasa di dunia dengan metode klasifikasi tipologis


atas tiga kelas besar, yaitu :

a) Bahasa-bahasa analitis atau bahasa-bahasa isolatif

b) Bahasa-bahasa aglutinatif atau bahasa-bahasa berafiks dan

c) Bahasa-bahasa sintetis atau bahasa-bahasa fleksi

Kriteria yang dipakai Schlegel merupakan kriteria morfologis. Pada pengelompokkan


itu, bahasa fleksi memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari bahasa isolatif (Keraf
1990). Keraguan ini menjadi penyebab klasifikasi bahasa berdasarkan tipe-tipe bahasa
tidak populer lagi. Klasifikasi dengan metode ini dihidupkan kembali oleh para linguis
bandingan bahasa pada abad ke-20.

Tipologi bahasa terbagi atas tiga macam, yaitu :

A. Tipologi Struktural

Tipologi struktural adalah pengelompokkan bahasa berdasarkan karakteristik dan


ciri-ciri struktur bahasa. Kriteria yang menjadi dasar dalam tipologi bahasa adalah
kriteria struktural dan sistemis. Kriteria ini menyoroti fonologi, morfologi, sintaksis,
dan semantik pelbagai bahasa. Kriteria struktural dan sistemis ini mempunyai tiga ciri,
yakni arbitrer, tuntas, dan unik.

Tipe-tipe bahasa berdasarkan tipologi struktural sebagai berikut.

a) Tipe bahasa aglutinatif

Tipe aglutinatif yaitu tipe bahasa yang hubungan gramatikalnya dan struktur katanya
dinyatakan dengan kombinasi unsur-unsur bahasa secara bebas.

Pembentukan kata dapat dilakukan dengan :


- Afiksasi
- Kombinasi
- Reduplikasi

b) Tipe bahasa fleksi (infleksi)

Tipe bahasa fleksi yaitu tipe bahasa yang hubungan gramatikalnya tidak dinyatakan
dengan urutan kata, tetapi dinyatakan dengan infleksi.

Perubahan bentuk kata dalam tipe ini, yaitu :

- Deklinasi, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh jenis, jumlah,
dan kasus.
- Konjugasi, yaitu perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perubahan
persona, jumlah, dan kala.

c) Tipe flekso-aglutinatif

Tipe ini merupakan perpaduan tipe bahasa fleksi dan tipe bahasa aglutinatif,
contohnya ialah bahasa Inggris.

d) Tipe bahasa isolatif

Tipe bahasa isolatif, yaitu tipe bahasa yang dalam menyatakan hubungan gramatikalnya
dinyatakan dan bergantung pada urutan kata, sedangkan bentuk katanya tidak mengalami
perubahan bentuk kata secara morfologis melainkan perubahan yang ada hanya karena
perbedaan nada. Tipe bahasa ini disebut juga bahasa Tonis.

Bahasa-bahasa yang tergolong tipe ini, antara lain: bahasa Thai, bahasa Vietnam, dan
kelompok bahasa Cina, seperti Mandarin, Shanghai, Ningpo, Kantong, dan sebagainya.

1. Tipe Bahasa Polisintesis


Tipe bahasa polisintesis ialah tipe bahasa yang untuk menyatakan hubungan
gramatikalnya dinyatakan dengan cara melekatkan beberapa morfem yang diimbuhkan secara
berturut-turut kepada bentuk dasarnya. Secara morfologis, bahasa tipe ini lebih kompleks dari
tipe aglutinatif. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, memper-kan dalam mempersatukan, diper-
i dalam dipersenjatai.
2. Tipe Bahasa Akusatif
Tipe bahasa akusatif ialah tipe bahasa yang mempunyai penanda eksplisit untuk
menyatakan objek langsung; misalnya dalam bahasa Inggris ‘they killed him’, kata him adalah
bentuk akusatif dari kata he.

3. Tipe Bahasa Inkoperatif


Tipe bahasa inkoperatif ialah tipe bahasa yang dalam menyatakan hubungan gramatikal
dan struktur katanya dengan cara menderetkan morfem-morfem terikat menjadi kata tunggal,
misalnya dalam bahasa eskimo.

4. Tipe Bahasa Vokalis


Tipe bahasa vokalis, yaitu tipe bahasa yang dalam fonotaktiknya mengharuskan kata-
katanya berakhir dengan vokal; misalnya bahasa Jepang.

B. Tipologi Geografis (Tipologi Areal)

Tipologi geografis, yaitu pengelompokan bahasa berdasarkan rumpun asal-usul


geografis atau area. Tipe ini disebut juga tipe tipologi area. Hal ini didasari asumsi bahwa
bahasa yang sama, tetapi dipergunakan di daerah yang berbeda dapat melahirkan corak bahasa
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bahasa Melayu yang digunakan di Jakarta berbeda dengan
corak bahasa Melayu yang dipergunakan di Batak, Minang, Ambon, Riau, Banjar, Manado,
dan sebagainya.

Contoh, pengelompokan bahasa Indonesia secara geografis yang dilakukan oleh Esser
pada tahun 1938 (dalam Soeparno, 2002):

(1) Kelompok Sumatera

(2) Kelompok Jawa

(3) Kelompok Dayak Kalimantan

(4) Kelompok Bali-Sasak

(5) Kelompok Sulawesi Utara

(6) Kelompok Gorontalo

(7) Kelompok Tomini

(8) Kelompok Toraja


(9) Kelompok Lainang-Banggai

(10) Kelompok Bungku-Laki

(11) Kelompok Sulawesi Selatan

(12) Kelompok Muna Butung

(13) Kelompok Bima-Sumba

(14) Kelompok Ambon-Timor

(15) Kelompok Sula-Bacan

(16) Kelompok Halmahera Selatan dan Irian

(17) Kelompok Melanesia.

C. Tipologi Geneaologi (Tipologi Genetis)

Tipologi geneaologi sering disebut juga tipologi genetis. Tipologi ini didasarkan pada
garis keturunan dengan asumsi bahwa bahasa yang bermacam-macam di dunia ini berasal dari
satu induk bahasa, meskipun pada kenyataannya ada bahasa-bahasa tertentu yang tidak dapat
ditelusuri berdasarkan karakteristik keturunan atau disebut kelompok independen.
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Soeparno. (2003). Dasa-dasar linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Anda mungkin juga menyukai