3 PDF
3 PDF
*) Perawat Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Jl Dr. Sumeru No 114 Bogor, Bogor 16111, Indonesia
**) Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI
Depok, Jakarta 10430, Indonesia
***) Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI
Depok, Jakarta 10430, Indonesia
Email : ikt.mika@yahoo.com
Abstrak
Perilaku kekerasan merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat mengontrol perilaku marahnya sehingga
dieksprresikan dalam bentuk perilaku agresif fisik dan atau verbal yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain
dan merusak lingkungan sehingga membutuhkan tindakan keperawatan yang efektif dan tepat. Tindakan
keperawatan spesialis yang dapat diberikan pada klien perilaku kekerasan adalah cognitive behaviour therapy
dan rational emotive behaviour therapy. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas cognitive behaviour
therapy (CBT) dan rational emotive behaviour therapy (REBT) terhadap perubahan gejala dan kemampuan klien
perilaku kekerasan di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian quasi eksperimental dengan
jumlah sampel 60 responden. Hasil penelitian ditemukan penurunan gejala perilaku kekerasan lebih besar pada
klien yang mendapatkan daripada yang tidak mendapatkan CBT dan REBT (p value < 0.05). Kemampuan
kognitif, afektif dan perilaku klien yang mendapatkan CBT dan REBT meningkat secara bermakna (p value <
0.05). CBT dan REBT direkomendasikan sebagai terapi keperawatan pada klien perilaku kekerasan dan
halusinasi.
Kata kunci: perilaku kekerasan, kemampuan kognitif, afektif dan perilaku, cognitive behaviour therapy, rational
emotive behaviour therapy.
Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy Dan Rational Emotive Behaviour Therapy Terhadap Gejala Dan 1
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Perilaku Kekerasan
I Ketut Sudiatmika, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardan
PENDAHULUAN mengalami skizofrenia. Departemen
Penduduk di seluruh dunia diperkirakan Kesehatan Republik Indonesia (2003)
mengalami gangguan mental sekitar 450 mencatat bahwa 70% gangguan jiwa
juta orang, sekitar 10% orang dewasa terbesar di Indonesia adalah Skizofrenia.
mengalami gangguan jiwa saat ini dan Kelompok American Association
25% penduduk diperkirakan akan Psychiatric (APA) menyebutkan beberapa
mengalami gangguan jiwa pada usia penelitian telah melaporkan bahwa
tertentu selama hidupnya (WHO, 2009). skizofrenia mempunyai insiden lebih tinggi
Gangguan jiwa mencapai 13% dari untuk mengalami perilaku kekerasan
penyakit secara keseluruhan dan (APA, 2000 dalam Sadino, 2007).
kemungkinan akan berkembang menjadi Wahyuningsih (2009) menyatakan bahwa
25% di tahun 2030. National Institute of klien skizofrenia memiliki riwayat
Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil kekerasan baik sebagai pelaku, korban,
sensus penduduk Amerika Serikat tahun atau saksi sebanyak 62,5%.
2004, memperkirakan 26,2 % penduduk
yang berusia 18 tahun atau lebih Fauziah (2009) meneliti 13 orang klien
mengalami gangguan jiwa (NIMH, 2011). skizofrenia yang mengalami perilaku
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kekerasan dan didapatkan kemampuan
kasus gangguan jiwa yang ada di negara- kognitif dan perilaku klien meningkat
negara berkembang. Indonesia sebagai setelah diberikan cognitive behaviour
salah satu negara berkembang berdasarkan therapy. Kemampuan kognitif klien
hasil riset kesehatan dasar (Ris.Kes.Das, meningkat secara bermakna sebesar 66%
2008) yang dilakukan oleh Badan dan perilaku 66%. Putri (2010) dalam
Penelitian Pengembangan Kesehatan penelitiannya terhadap 28 klien skizofrenia
Departemen Kesehatan, menunjukkan yang mengalami perilaku kekerasan
prevalensi gangguan jiwa berat di menyatakan bahwa terapi Rational Emotif
Indonesia sebesar 4.6 permil, artinya dari Behaviour Therapy (REBT) mampu
1000 penduduk Indonesia, maka empat meningkatkan kemampuan kognitif sebesar
sampai lima orang diantaranya menderita 9.6% dan sosial 47%. REBT juga mampu
gangguan jiwa berat. menurunkan respon emosi 43%, fisiologis
76%, dan perilaku 47%. Penurunan gejala
Skizofrenia merupakan salah satu jenis perilaku kekerasan masih bisa
gangguan jiwa berat yang paling banyak dioptimalkan jika dipadukan dengan
ditemukan. Stuart (2009) menyebutkan di tindakan keperawatan spesialis.
Amerika Serikat sekitar 1 dari 100 orang
atas 30 orang menjadi kelompok kontrol mendapatkan CBT dan REBT lebih
t-Test, Chi-square serta regresi linier ganda mencapai 59.03 (66%) dalam
Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy Dan Rational Emotive Behaviour Therapy Terhadap Gejala Dan 3
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Perilaku Kekerasan
I Ketut Sudiatmika, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardan
sesudah pelaksanaan cognitive terutama klien yang menikah.
behaviour therapy dan rational Penelitian tidak menemukan
emotive behaviour therapy. karakteristik yang berpengaruh
250 terhadap peningkatan kemampuan
Kognitif
200 198,8
kognitif dan afektif klien.
150 Afektif
100 101,5
PEMBAHASAN
50 Perilaku
Cognitive behaviour therapy dan rational
0
Sebelum Sesudah behaviour therapy menurunkan gejala
perilaku kekerasan baik secara kognitif,
Kemampuan kognitif klien emosi, perilaku, sosial, dan fisik mencapai
meningkat secara bermakna 77% secara bermakna dari tingkat yang
mencapai 65.87 (74%), afektif sedang ke tingkat rendah. Penurunan gejala
66.03 (76%), dan perilaku 66.90 perilaku kekerasan secara kognitif
(77%) dengan p value < 0.05. mencapai 86%, sedangkan klien yang tidak
Komposit kemampuan kognitif, diberikan CBT dan REBT mencapai 76%.
afektif dan perilaku meningkat Kelompok klien yang tidak mendapatkan
mencapai 198.80 (75%) dengan p CBT dan REBT juga mengalami
value < 0.05. penurunan gejala perilaku kekerasan secara
Efektifitas CBT dan REBT dalam kognitif, namun penurunan gejala yang
meningkatkan kemampuan terjadi masih dalam tingkat sedang.
kognitif, afektif dan perilaku pada Penurunan gejala perilaku kekerasan pada
klien perilaku kekerasan adalah: kelompok yang tidak mendapatkan terapi
CBT dan REBT terjadi karena kelompok
E= 198.80-101.50 x 100% =
240 klien tersebut mendapatkan terapi generalis
41 % yang sesuai dengan standar asuhan
keperawatan (SAK). Rieckert (2000)
4. Penelitian ini tidak menemukan menyatakan bahwa terapi REBT secara
karakteristik klien yang berpengaruh signifikan dapat mengurangi kemarahan,
terhadap penurunan gejala perilaku perasaan bersalah dan harga diri yang
kekerasan. rendah. Aaron T. Beck tahun 1960an
5. Karakteristik yang berpengaruh menemukan bahwa kognisi klien memiliki
terhadap peningkatan kemampuan dampak yang luar biasa terhadap perasaan
perilaku klien adalah usia terutama dan perilakunya. Beck menyatakan
32 tahun dan status perkawinan kesulitan emosional dan perilaku seseorang
Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy Dan Rational Emotive Behaviour Therapy Terhadap Gejala Dan 5
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Perilaku Kekerasan
I Ketut Sudiatmika, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardan
diri dari hubungan sosial, mengasingkan perubahan interpretasi klien terhadap
diri, menolak kehadiran orang lain, kejadian atau peristiwa. Interpretasi yang
melakukan kekerasan kepada orang lain, tidak sesuai dengan kenyataan akan
mengejek, humor, serta mengabaikan hak menyebabkan perubahan emosi dan
orang lain (Keliat, 1996; Nihart, 1998; perilaku seseorang ke arah maladaptif.
Stuart, 2009). Pemberian CBT dan REBT Frogatt (2005) juga menegaskan bahwa
dapat mengajarkan klien berpikir positif REBT berdasar pada konsep bahwa emosi
terhadap lingkungan sosialnya sehingga dan perilaku merupakan hasil dari proses
hubungan interpersonalnya dengan orang pikir.
lain meningkat.
Cognitive behaviour therapy dan rational
Gejala fisik menurun mencapai 85%, emotive behaviour therapy meningkatkan
sedangkan klien yang tidak mendapatkan kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku
CBT dan REBT penurunan gejala fisik klien secara bermakna dari tingkat yang
mencapai 71%. Penelitian Putri (2010) rendah ke tinggi. Kemampuan kognitif
juga menemukan penurunan gejala fisik klien meningkat mencapai 74%, afektif
setelah klien diberikan terapi REBT 76%, dan perilaku 77%. Penelitian yang
mencapai 76%. Penurunan gejala fisik dilakukan Fauziah (2009) terhadap 13
terjadi paling besar dibandingkan gejala klien dengan perilaku kekerasan yang
yang lainnya karena seluruh klien menunjukkan bahwa CBT dapat
mendapatkan terapi psikofarmaka berupa meningkatkan kemampuan kognitif dan
obat antipsikotik yang bekerja efektif perilaku masing-masing mencapai 66%.
terhadap penurunan gejala fisik klien. Penelitian Putri (2010) terhadap 28 klien
Stuart (2009) menyatakan perilaku dengan perilaku kekerasan juga
kekerasan dapat dilihat dari wajah tegang, menunjukkan dengan pemberian REBT
tidak bisa diam, mengepalkan atau respon kognitif klien meningkat 9.6% dan
memukulkan tangan, rahang mengencang, kemampuan sosial 47%.
peningkatan pernafasan, dan kadang tiba-
tiba seperti kataton. Bloom (1956 dalam Kasan, 2005)
mengklasifikasikan tujuan pemberian
Stuart (2009) menyatakan terapi CBT pendidikan kedalam tiga domain, yaitu
bertujuan mengubah keyakinan yang tidak kognitif, afektif dan psikomotor. Teori
rasional, kesalahan penalaran dan bloom melandasi penilain terhadap
pernyataan negatif tentang keberadaan kemampuan klien dalam penelitian ini.
individu. REBT lebih memfokuskan pada Kemampuan kognitif mencakup aspek
Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy Dan Rational Emotive Behaviour Therapy Terhadap Gejala Dan 7
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Perilaku Kekerasan
I Ketut Sudiatmika, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardan
Rata-rata klien berusia 32 tahun dengan Status perkawinan berkontribusi dalam
usia termuda 18 tahun dan usia tertua 55 peningkatan kemampuan perilaku klien.
tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa klien Klien yang menikah peningkatan
yang berusia 32 tahun memiliki kontribusi kemampuan perilaku terhadap cognitive
dalam peningkatan kemampuan perilaku behaviour therapy dan rational emotive
terhadap cognitive behaviour therapy dan behaviour therapy lebih besar daripada
rational emotive behaviour therapy. Usia yang tidak menikah setelah dikontrol oleh
32 tahun tergolong usia dewasa yang usia. Individu yang sudah menikah
memiliki tugas-tugas perkembangan yang memiliki tuntutan untuk bertanggung
spesifik. terhadap keluarganya. Tanggung jawab
tersebut dapat memotivasi mereka untuk
Jean Peaget (1980 dalam Fontaine, 2003) meningkatkan hubungan dengan orang lain
dengan teori kognitifnya menyatakan termasuk mengerjakan sesuatu untuk
bahwa individu membangun kemampuan mencapai kesejahteraan keluarga. Terapi
kognitif melalui tindakan yang termotivasi CBT dan REBT salah satu cara bagi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. mereka untuk kembali melaksanakan
Usia dewasa dalam perkembangannya perannya dalam keluarga sehingga
termasuk periode operasional formal. kewajiban tersebut dapat dilaksanakan
Karakteristik periode ini adalah kembali.
diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan SIMPULAN
menarik kesimpulan dari informasi yang Karakterisitik klien yang menjadi
tersedia. Kemampuan pada periode responden dalam penelitian ini rata-rata
perkembangan ini yang membuat klien berusia 32 tahun dengan usia termuda 18
lebih memahami dan termotivasi dalam tahun dan tertua 55 tahun, jenis kelamin
melaksanakan terapi CBT dan REBT. lebih banyak laki-laki (85.9%), sebagian
Klien pada tahap perkembangan tersebut besar tidak bekerja (53.3%), memiliki
mampu menganalisis bahwa terapi CBT jenjang pendidikan SMA dan Perguruan
dan REBT yang diberikan jika Tinggi (60.0%), sebagian besar tidak
dilaksanakan dengan baik dalam kawin (75.0%), adanya riwayat gangguan
kehidupan sehari-hari akan membantu jiwa (58.3%) dan frekuensi dirawat di
dirinya dalam menghadapi setiap stresor rumah sakit 2 kali atau lebih (75.0%) .
yang dialami. Cognitive behaviour therapy dan rational
behaviour therapy efektif dalam
menurunkan gejala perilaku kekerasan dari
Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy Dan Rational Emotive Behaviour Therapy Terhadap Gejala Dan 9
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Perilaku Kekerasan
I Ketut Sudiatmika, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardan
Stuart, G.WT (2009). Principles and
practice of psychiatric nursing. (9th
edition). St Louis: Mosby.