Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG

LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Fungsi Ventilasi Tambang Bawah Tanah


Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi peningkatan
produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Meskipun tidak memberikan
kontribusi langsung ke tahap operasi produksi, ventilasi yang kurang tepat seringkali
akan menyebabkan efisiensi yang lebih rendah dan produktivitas pekerja menurun,
tingkat kecelakaan meningkat dan tingginya tingkat resiko kematian terhadap
pekerja tidak bisa terhindarkan.
Pada tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna
memenuhi kebutuhan pernapasan manusia (pekerja) dan juga untuk menetralkan
gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu yang berada di dalam udara
tambang dan untuk mengatur temperatur udara tambang sehingga kondisi kerja
yang aman dan nyaman.
Adapun fungsi ventilasi sistem ventilasi tambang bawah tanah ini memiliki
tiga fungsi umum, yaitu :
a. Sebagai kontrol kualitas dan kuantitas udara, yaitu menyediakan dan
mengalirkan udara segar ke dalam tambang untuk kebutuhan pernafasan
pekerja dan proses lain yang ada di dalamnya, termasuk debit dan tekanan.
b. Melarutkan dan membuang gas-gas pengotor hingga mencapai kondisi
balance (equilibrium) terutama setelah aktivitas peledakan dan memenuhi syarat
bagi aktivitas penambangan.
c. Menyingkirkan debu dan partikuler hingga berada di bawah nilai ambang
batas (NAB) dan aman untuk melaksanakan aktivitas tambang.

1.2 Prinsip Udara Tambang Bawah Tanah


Prinsip ventilasi tambang berkaitan dengan aliran udara pada sutau jaringan
ventilasi. Adapun berlaku prinsip aliran udara tambang, yaitu :
a. Aliran udara bergerak dari tekanan yang lebih tinggi ketekanan yang lebih
rendah untuk menyalurkan udara agar dapat berada pada ruang yang
bertekanan rendah agar para pekerja bisa dapat terus menghirup udara yang
segar agar dapat terus bernafas.

Nopita Sari Br Ginting 1-1


H1C115016
PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG
LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Udara akan mengalir dari tempat yang bertemperatur lebih rendah ke tempat
yang bertemperatur lebih tinggi.
c. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang memberikan
tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur yang bertahanan lebih
besar.
d. Tekanan ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfer, bila positif (blowing)
atau negatif (exhausting).
e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara jumlah dan
tekanan, bila jumlah udara diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan empat kali
lipat dari jumlah udara yang dialirkan.
(Bahan Ajar Ventilasi, 2018)

1.3 Sistem Ventilasi Tambang Bawah Tanah


Ventilasi tambang adalah segala bentuk pekerjaan pengaturan peredaran
udara pada jaringan jalan di tambang bawah tanah yang berhubungan dengan
persoalan kuantitas maupun kualitas udaranya. Ventilasi tambang ada 2 yaitu :
a. Ventilasi alami
1) Prinsip ventilasi alam ini adalah udara dari atmosfer dapat mengalir dengan
sendirinya ke dalam tambang.
2) Pengaliran udara tersebut disebabkan tekanan udara di luar lebih besar dari
pada udara di dalam tambang.
b. Ventilasi buatan
1) Prinsip ventilasi buatan ini, udara dari luar dapat mengalir ke dalam tambang
dengan bantuan fan atau mesin ventilasi.
2) Ventilasi buatan ini dilakukan dengan cara sistem tekan, yaitu dipasang fan
pada down cast shaft dan sistem hisap, yaitu dengan memasang fan pada
up cast shaft.
(Anomin, 2018).

1.4 Kualitas Udara Tambang Bawah Tanah

Nopita Sari Br Ginting 1-2


H1C115016
PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG
LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pada suatu tambang batubara bawah tanah (underground mine),
diasumsikan terjadi berbagai jenis kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan
pada industri lain dan ternyata pada masa lalu di Jepang juga pernah banyak terjadi
kecelakaan. Di antaranya yang paling mengerikan adalah ledakan gas dan debu
batubara. Sudah tentu penyebabnya adalah keberadaan gas metan yang mencapai
batas ledakan. Pada tambang bawah tanah yang paling penting dari segi
keselamatan adalah mengencerkan dan menyingkirkan gas metan yang timbul dari
lapisan batubara dengan ventilasi, oleh karena itu perencanaan ventilasi merupakan
masalah khas tambang batubara bawah tanah yang perlu ditentukan paling hati-hati
agar tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan kecelakaan adapun
pedoman kualitas udara tambang sesuai Kepmen 555 K/26/MPE/1995, yaitu:
Tabel 1.1
Kualitas Udara Segar
Unsur Persen Volume (%) Persen Berat (%)
Nitrogen (N2) 78,09 75,53
Oksigen (O2) 20,95 23,14
Karbondioksida CO2) 0,03 0,046
Argon (Ar), dll 0,93 1,284
(Hartman, 1982).
Di antara tujuan di atas, sudah pasti menyediakan udara yang diperlukan
untuk pernapasan pekerja adalah hal yang penting, namun pengaturan temperatur
di dalam tambang bawah tanah juga hal yang penting dilihat dari segi pelaksanaan
pekerjaan akan tetapi dengan melakukan ventilasi yang cukup untuk menyingkirkan
gas, tujuan tersebut biasanya dapat tercapai dengan sendirinya.

1.5 Gas Beracun dan Berbahaya


Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah
tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang
maupun dari batuan. Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam
tambang bawah tanah tersebut, ada yang bersifat gas racun, yakni;
a. Karbondioksida (CO2)
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan
bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu
terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal
kandungan CO2 adalah 0,03 %. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul

Nopita Sari Br Ginting 1-3


H1C115016
PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG
LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pada bagian bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran
ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua.
Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari
lapisan batuan dan dari hasil pernafasan manusia.
b. Metana (CH4)
Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara
dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran gas
metana dengan udara disebut ‘tiredamp’. Apabila kandungan metana dalam udara
tambang bawah tanah mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus
dimatikan. Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan
karenanya selalu berada pada bagian atas dari jalan udara. Metana merupakan gas
yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
c. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan pada
saat terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat
kematian yang tinggi.
c. Hidrogen Sulfida (H2S).
Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau
telur busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak, merupakan hasil
dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit
lebih berat dari udara.
d. Sulfur ioksida (SO2)
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa terbakar.
Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata, hidung dan tenggorokan.
Nilai ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada
waktu terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
e. Nitrogen Oksida (NOX)
Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’, namun pada
keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang
sangat beracun. Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil
peledakan dan gas buang dari motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm.
Oksida nitrogen yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan

Nopita Sari Br Ginting 1-4


H1C115016
PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG
LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-paru
apabila terhirup oleh manusia.
f. Gas Pengotor Lain
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas
Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang
biasa terdapat pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu
merupakan pengotor udara tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya
cukup tinggi, karena dapat mengganggu lingkungan kerja dan merusak kesehatan.
(Bambang H., 2002).

1.6 Debu Tambang Bawah Tanah


Debu merupakan pengotor udara tambang yang juga berbahaya bila
konsentrasinya cukup tinggi, karena dapat mengganggu lingkungan kerja dan
merusak kesehatan. Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah
berasal dari aktivitas penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan,
pemuatan, dan pengangkutan bijih atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan
berdasarkan kandungan material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.
Debu pulmonary adalah debu-debu tambang yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit gangguan pernafasan dan penyakit paru-paru berdebu.
Adapun jenis jenis debu yang terdapat pada tambang bawah tanah yaitu
sebagai berikut:
a. Debu pulmonary yang berukuran 0,25 – 5 mikron adalah yang paling berbahaya,
karena debu-debu dengan butiran sedemikian kecil itu mengambang di udara
dan mudah terhisap ketika bernafas.
b. Debu beracun (Toxic dust) Debu beracun dapat menyebabkan keracunan akut
dan kerusakan kulit.
c. Debu yang dapat meledak (Explosive dust) Debu tambang ini dapat
menimbulkan ledakan pada tambang bawah tanah seperti debu bijih sulfid dan
debu pyrite (FeS) batubara.
d. Debu radioaktif ini dapat menyebabkan radiasi, yang menimbulkan kanker kulit,
dan keracunan akut.

1.7 Kelembapan Relatif

Nopita Sari Br Ginting 1-5


H1C115016
PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG
LABORATORIUM TEKNOLOGI
PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara tekanan uap dari udara
pada suatu keadaan tidak jenuh dengan tekanan uap udara pada keadaan jenuh,
pada keadaan temperatur yang sama. Adapun kelembaban relative yang dimaksud
dalam tambang bawah tanah yang dimaksud adalah:
a. Jumlah kandungan uap air yang ada di udara tambang
b. Relative Humidity Kenyamanan
c. Temperatur Efektif (Te)
d. Diagram Psikometrik Sling Psychrometer
e. Kelembaban Relatif : 65 – 85 %
f. Te dipengaruhi oleh : Tw – Td - V

1.8 Kondisi Aliran


Kuantitas udara adalah jumlah udara yang masuk kedalam tambang dengan
luas dan kecepatan tertentu yang diukur setiap satuan waktu. Pengendalian
kuantitas udara tambang merupakan pengaturan terhadap jumlah alirannya agar
cukup untuk pernafasan dan mengurangi konsentrasi gas serta debu yang terbawa
dalam udara, termasuk didalamnya adalah pengaturan arah aliran udara agar
memenuhi ketentuan-ketentuan kecepatan. Kuantitas udara yang diukur adalah
kuantitas udara tambang bawah tanah, dimana udara yang masuk adalah udara
bertekanan, dengan dioperasikannya mesin angin hembus maupun hisap, yang
mempunyai arah aliran dan kecepatan.
(Anonim, 2018).

Nopita Sari Br Ginting 1-6


H1C115016

Anda mungkin juga menyukai