Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hizatul Fauziah (1113015000060)

Kelas : 2B/P.IPS

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Indonesia menggunakan system otonomi dearah untuk setiap daerah maka daerah-
daerah yang ada di indonesia memerlukan penerimaan yang bisa diandalkan dapat
mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Dalam pengumungutannya sudah lama
mengeluarkan ketentuan-ketentuan hukum yang sangat kuat bahkan masih ada yang
menggunakan undang-undng pemerintahan zaman Belanda sampai tahun 1997.

Masyarakat sendiri dalam pengutan pajak daerah sama dengan retribusi daerah
namun sebenarnya ada perbedaan untuk itu sebagai masyarakat harus bisa membedakan
mana antara pajak daerah dengan retribusi daerah. Diindonesia sendiri dalam system pajak
daerah harus sesuai dengan hukum yang jelas, dengan peraturan daerah dan keputusan
kepala daerah sehingga dapat diterapkan sbagai pendapatan daerah.

Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat, S.H., pajak ialah rakyat kepada negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat diajukan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran. Dalam hal ini adalah masyarakat tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban
menbayar pajak dan bisa dilakuakan dengan cara paksaan.

Pajak dibedakan menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pemerintahan
daerah dibagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

1. Teori Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Dalam praktik di masyarakat, pungutan pajak daerah sering kali disamakan dengan
retribusi daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya merupakan pembayaran
kepada pemerimtahan. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena pada dasarnya terdapat
perbedaan yang besar antara pajak dan retribusi daerah. Oleh sebab itu, sebelum membahas
pajak daerah dan retribusi daerah yang dipungut di Indonesia, perlu kiranya diketahui
pengertian kedua jenis pungutan ini secara lebih jelas lagi. Dari pengertiannnya saja sudah
berbeda antara pajak daerah dengan retribusi daerah.
Retrubusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adanya
jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut
dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati
balas jasa dari Negara. Sedangkan,
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau jasa.
Dan untuk pajak daerah memilki pengertian sendiri yaitu, secara umum pajak adalah
pungutan dari rakyat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat
dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayaranya dengan tidak mendapat
prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yaitu hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan dan pembangunan.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemrintah daerah dan pembangunan
daerah.
Pungutan yang berlaku oleh pemerintah merupakan penarikan sumber daya ekonomi
(secara umum dalam bentuk uang) oleh pemerintah kepada masyarakat guna membiayai
pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk melakukan tugas pemerintahan atau melayani
kepentingan masyarakat, harus memenuhui syarat, yaitu harus ditetapkan dengan undang-
undanga atau peraturan lainnya, dapat dipaksakan, mempunyai kepastian hukum, dan adanya
jaminan kejujuran dan integritas pemungut yang ditunjuk oleh pemerintah, serta jaminan
bahwa pungutan tersebut akan dikembalikan lagi kepada masyarakat. Dengan adanya
jaminan tersebut pungutan dapat dilaksanakan kepada masyarkat.
Saat ini di Indonesia, khususnya di daerah, penarikan sumber daya ekonomi melalui
pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan dengan aturan hukum yang jelas, yaitu dengan
peraturan daerah dan keputusan kepala daerah sehingga dapat diterapkan sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah dan retribusi, yaitu pungutan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat yang didasarkan pada aturan hukum yang jelas dan kuat.
Masyarakat Indonesia dalam pemungutan pajak daerah dan retribusi sering dianggap
sama, padahal memiliki perbedaan. Untuk bisa membedakan antara pajak daerah dan
retribusi daerah inilah perbedaannya.
a. Kontra Prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk secara
lansung baik secara individu dan golongan tertentu sedangkan pada pajak kontra
prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung.
b. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran, yaitu
pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum; seluruh rakyat menikmati balas
jasa, baik yang membayar pajak maupun yang dibebaskan dari pajak. Sebaliknya,
retribusi balas jasa Negara/pemerintah berlaku khusus, hanya dinikmati oleh
pihak yang telah melakukan pembayaran retribusi.
c. Sifat pemungutannya. Pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk setiap
orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara itu, retribusi
hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah yang
dapat ditunjuk
2. Tarif Pajak Daerah.
Pada dasarnya penetapan tarif paling tinggi. Terdapat pengaturan yang berbedaan
tentang penetapan tarif pajak oleh pemerintah daerah antara pajak provinsi dengan pajak
kabupaten/kota.
Pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 telah ditentukan besarnya tarif pajak yang
dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk masing-masing jenis pajak daerah. Tarif
pajak yang diatur adalah tarif paling tinggi, sebagaimana dibawah ini :
1. Tarif PKB ditetapkan paling tinggi 10% dengan perincian :
a. Tarif PKB untuk kendaraan bermotor pribadi kepemilikan pertama ditetapkan
paling tinggi sebesar 2%.
b. Tarif PKB untuk kendaraan bermotor pribadi kepemilikan kedua dan
seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling tinggi sebesar 10%.
c. Tarif PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, pemerintah
/TNI/POLRI, pemerintah daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan
peraturan daerah ditetapkan paling tinggi sebesar 2%.
d. Tarif PKB untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan paling tinggi 0,2%
2. Tarif BBNKB ditetapkan paling tinggi 20% dengan perincian :
a. Tarif BBNKB untuk penyerahan pertama ditetapkan paling tinggi sebesar
20%
b. Tarif BBNKB untuk penyerahan kedua dan seterusnya ditetapkan 1%.
3. Tarif PBBKB ditetapkan paling tinggi 10%
4. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10%
5. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10%
6. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10%
7. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%
8. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35%
9. Tarif pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25%
10. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10%
11. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi 25%
12. Tarif Pajak Parkir ditetapkan palimg tinggi 30%
13. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi 20%
14. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi 10%
15. Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi 0,3%
16. Tarif BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar 5%.
Jadi dengan adanya pajak daerah, setidakya pemerintah daerah mempunyai
pendapatan yang bisa diandalkan untuk daerahnya. Penentuan tariff pajak besarnya tarif
pajak akan diberlakukan pada setiap jenis pajak daerah memiliki peranan yang cukup
penting. Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi namun tetap berbeda
antara pajak provinsi dengan pajak kabupaten/kota. Tetapi tarif pajak provinsi ditetapkan
seragam di seluruh Indonesia dan diatur dengan peraturan pemerintah. Penetapan tariff
seragam dimaksudkan untuk bersifat netral dan tidak ada perbedaan antara provinsi satui
dengan provinsi lainnya yang ada diindonesia
3. Dasar Hukum Pajak dan Retribusi Daerah
Setiap jenis pajak dan retribusi daerah yang diberlakukan di Indonesia harus
berdasarkan dasar hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan
pemungutannya
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah,
yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 23 Mei
1997.
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang diundangkan di Jakarta
dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 20 Desember 2000.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah, yang
diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 4 Juli 1997.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah, yang
diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 4 Juli 1997.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang
diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 13 September
2001.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang
diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 13 September
2001.
7. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Dalam Negeri, keputusan Menteri
Keuangan, peraturan daerah provinsi , dan peraturan daerah kabupaten /kota di bidang
pajak daerah.
8. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Dalam Negeri, keputusan Menteri
Keuangan, peraturan daerah provinsi, dan peraturan daerah kabupaten /kota di bidang
retribusi daerah.

Referensi
Siahaan, Marihot Pahala. Pajak dan Retribusi daerah. Jakarta: Rajawali Pres: 2010
www.google.co.id/pajak daerah dan retribusi daerah.

Anda mungkin juga menyukai