Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemantauan persalinan dengan patograf


Untuk menjamin kelangsungan hidup ibu dan bayi, bidan harus menerapkan
Asuhan Persalinan Normal (APN) sebagai dasar dalam melakukan pertolongan
persalinan. Sebagai usaha mencegah terjadinya partus lama, APN mengandalkan
penggunaan partograf sebagai salah satu praktik pencegahan dan deteksi dini.
Partograf merupakan lembar berupa grafik yang digunakan untuk melakukan
pemantauan persalinan (Depkes, 2004).
Menurut WHO (1994) pengenalan partograf sebagai protokol dalam
manjemen persalinan terbukti dapat mengurangi persalinan lama dari 6,4% menjadi
3,4%. Kegawatan bedah sesaria turun dari 9,9% menjadi 8,3%, lahir mati intrapartum
– dari 0,5% menjadi (0,3%), kejadian bedah sesaria turun dari 6,2% menjadi 4,5%.
WHO sangat merekomendasikan penggunaan partograf dalam ruang bersalin.
Menurut Mochtar (1998), dengan menggunakan partograf jika diperlukan
dapat dengan tepat merujuk pasien ke tempat pelayanan dengan fasilitas yang lebih
lengkap. Sementara menurut Sumapraja (1993) partograf adalah catatan grafik
mengenai kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, untuk
menentukan adanya persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk tindakan
bedah kebidanan dan menemukan Disproporsi Kepala Panggul (DKP) jauh sebelum
persalinan menjadi macet.
Partograf digunakan antara lain untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam;
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, sehingga dapat
melakukan deteksi secara dini terhadap setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Dengan metode yang baik dapat diketahui lebih awal adanya persalinan yang
abnormal dan dapat dicegah persalinan lama, sehingga dapat menurunkan resiko
perdarahan pospartum dan sepsis, mencegah persalinan macet, pecah rahim, dan
infeksi bayi baru lahir.
Partograf digunakan untuk memonitor kemajuan atau penyimpangan yang
mungkin timbul selama proses persalinan, setiap memimpin persalinan bidan
diwajibkan menggunakan partograf (Depkes, 1996). Jika digunakan dengan tepat
partograf dapat membantu penolong persalinan untuk: a) mencatat kemajuan
persalinan; b) mencatat kondisi ibu dan janin Penurunan bagian terendah; c) mencatat
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran; d) menggunakan informasi
yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit; e) menggunakan
informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
(Depkes, 2004).
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf antara lain
meliputi:
1. Informasi tentang ibu: Bidan mencatat nama pasien, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, nomer register pasien, tanggal dan
waktu kedatangan dalam jam mulai dirawat, waktu pecahnya selaput
ketuban. Selain itu juga mencatat waktu terjadinya pecah ketuban,
pada bagian atas partograf secara teliti.
2. Kesehatan dan kenyamanan janin : Bidan mencatat pada kolom, lajur
dan skala angka pada partograf antara untuk pencatatan:
Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
Iainnya dengan garis tidak terputus;
Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai
di bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang seperti berikut:
(a) U jika ketuban utuh atau belum pecah; (b) J jika ketuban sudah
pecah dan air ketuban jernih; (c) M jika ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur mekonium; (d) D jika ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur darah; (e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak
ada air ketuban atau “kering”;
Molase atau penyusupan tulang kepala janin, menggunakan lambang-
lambang berikut ini: (a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah,
sutura dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulang-tulang kepala
janin hanya saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin
saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-
tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil
pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
3. Kemajuan persalinan, kolom dan lajur kedua pada partograf adalah
untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi
kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Setiap angka/kotak
menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan
kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan
dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh
penurunan kepala janin. Masing-masing kotak di bagian ini
menyatakan waktu 30 menit. Sedangkan kemajuan persalinan meliputi:
a) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks
dilakukan setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-
tanda penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat
pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan simbol
“X”. Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan
tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak
terputus;
b) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata “turunnya kepala”
dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan
angka pembukaan serviks. Berikan tanda “•” pada garis waktu
yang sesuai. Hubungkan tanda “•” dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus;
c) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaan lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada.
4. Pencatatan jam dan waktu meliputi:
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan
serviks dan penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase
aktif persalinan;
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, di bawah Iajur kotak
untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu
tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di
bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catat
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
c) Bidan mencatat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada
lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah
luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit
dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit menggunakan
symbol-simbul yaitu apabila kontraksi lamanya kurang dari 20
menit, 20 menit sampai dengan 40 menit; dan apabila lebih dari 40
menit.
5. Bidan mencatat obat-obatan dan cairan intravena (IV) yang diberikan
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktu. Untuk pemberian
oksitosin drip oksitosin sudah dimulai, bidan harus
mendokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitoksin yang
diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit
(atas kolaborasi dokter), catat semua pemberian obat-obatan tambahan
dan atau cairan IV.
6. Kesehatan dan kenyamanan ibu, bagian terakhir pada lembar depan
partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu, meliputi:
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri
bagian partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
atau lebih sering jika dicurigai adanya penyulit menggunakan
simbol titik (•). Pencatatan tekanan darah ibu dilakukan setiap 4
jam selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika dianggap
akan adanya penyulit menggunakan simbol (~). Pencatatan
temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih sering jika suhu tubuh
meningkat ataupun dianggap adanya infeksi dalam kotak yang
sesuai.
b) Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi
urin ibu sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih. Jika
memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
adanya aseton atau protein dalam urin.
7. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya, dengan mencatat
semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar
kolom partograf, atau membuat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup: 1)
jumlah cairan per oral yang diberikan; 2) keluhan sakit kepala atau
pengelihatan kabur; konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
(Obstetri ginekologi, bidan, dokter umum); 4) persiapan sebelum
melakukan rujukan; 5) upaya rujukan. Formulir partograf yang
digunakan untuk pemantauan persalinan di Kabupaten Purworejo
adalah partograf WHO yang sudah disederhanakan.

B. Penatalaksaan BBL
1. Jaga Kehangatan
a) pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat bahkan
kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan
basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relative hangat. Bayi prematur atau berat badan lahir rendah
sangat rentan untuk mengalami hipotermia.
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
2) Letakan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
3) Selimuti ibu dan bayi , pakaikan topi di kepala bayi
4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
b) mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara berikut :
1) Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan air ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin.
4) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda –
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

2. Bersihkan jalan nafas


a) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut :
1) Letakan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong kain atau letakan lipatan kain pada bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
sedikit tengadah kebelakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsang ini biasanya bayi segera
menangis.
5) Keringkan dan tetap jaga kehangatan
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk/ kain basah dengan yang kering,
biarkan bayi diatas perut ibu.
6) Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun
Luka tali pusat dibalut kassa steril. Jangan mengoleskan cairan apapun ke
punting tali pusat, mengoleskan alcohol atau povidin iodine masih
diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tai pusat
basah/lembab.
7) Lakukan inisiasi menyusu dini dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit
ibu.
Prinsip menyusu/ pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakan
bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit
bayi ibu. Biarkan kontk kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam
atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.
8) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1 % pada kedua mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak
kulit ke kulit bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut
menggunakan antibiotika tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat
diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi
mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
9) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, pada paha kiri anterolateral
setelah inisiasi menyusu dini.
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuscular setelah 1 jam kontak kulit ke kulit bayi selesai menyusu
untuk mancegah pendarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian BBL.
Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 Ml intramuskular, di paha kanan
anterolateral diberikan kira – kira 1 – 2 jam setelah pemberian vitamin K1
10) Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu – bayi. Imunisasi Hepatitis B
pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi
berumur 2 jam.

C. Perdarahan Post Partum


Pengertian
Perdarahan postpartum adalah perdarahan berlebihan yang terjadi setelah
melahirkan. Kondisi ini sangat serius dan dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Ada dua jenis perdarahan pasca persalinan:
1. Perdarahan postpartum primer terjadi saat Anda kehilangan lebih dari 500 ml
darah dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Kondisi ini umum, terjadi pada 5
dari 100 wanita. Perdarahan parah (lebih dari 2 liter) lebih jarang terjadi, hanya
menyerang 6 dari 1000 wanita.
2. Perdarahan postpartum sekunder terjadi saat Anda memiliki perdarahan berat
melalui vagina di antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. Kondisi ini
menyerang kurang dari 2 dari 100 wanita.
Kondisi ini sangat umum ditemui dan dapat biasanya terjadi pada wanita di
atas usia 35 tahun. Perdarahan postpartum dapat ditangani dengan mengurangi
faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Tanda-tanda & gejala
Gejala umum dari perdarahan postpartum adalah:
1. Kehilangan darah berwarna merah terang secara berlebih melalui vagina setelah
persalinan.
2. Nyeri pada perut bawah.
3. Demam.
Perdarahan postpartum adalah suatu keadaan gawat darurat. Jika Anda memiliki
tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, segera ke instalasi
gawat darurat terdekat dan konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-
masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi
kesehatan Anda.
Penyebab
Pada kebanyakan kasus, perdarahan postpartum awal terjadi karena rahim
tidak dapat cukup berkontraksi untuk mengencangkan pembuluh darah di dinding
rahim. Hal ini dapat disebabkan oleh kelelahan otot rahim setelah persalinan yang
berkepanjangan, rahim yang merenggang sebagai akibat kehamilan ganda, kelebihan
cairan ketuban, atau ukuran bayi yang besar.
Kontraksi rahim juga dapat terganggu oleh pertumbuhan non kanker pada rahim atau
jika beberapa atau semua plasenta tetap berada di rahim setelah persalinan.
Faktor-faktor risiko
Ada banyak faktor risiko untuk perdarahan postpartum, yaitu:
1. Pernah mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan sebelumnya
2. Memiliki IMT (indeks massa tubuh) lebih dari 35
3. Pernah memiliki 4 bayi atau lebih
4. Mengandung kembar dua atau kembar tiga
5. Etnis Asia Tenggara (termasuk Indonesia)
6. Memiliki plasenta yang terletak rendah (placenta previa)
7. Plasenta keluar lebih awal (placental abruption)
8. Pre-eklampsia dan/atau tekanan darah tinggi
9. Anemia
10. Persalinan dengan operasi caesar
11. Induksi persalinan
12. Plasenta yang tertahan
13. Episiotomi (gunting vagina untuk membantu persalinan)
14. Forcep atau persalinan ventouse
15. Persalinan lebih dari 12 jam
16. Memiliki bayi berukuran besar (lebih dari 4 kg)
17. Memiliki bayi pertama saat Anda berusia di atas 40 tahun.
Obat & Pengobatan
Bagaimana perdarahan postpartum didiagnosis?
Denyut jantung dan tekanan darah akan diawasi untuk melihat adanya shock. Jika
perdarahan postpartum dini telah terjadi, dokter akan merasakan perut bawah untuk
melihat apakah rahim berkontraksi. Plasenta akan diperiksa untuk melihat apakah
sudah komplit. Jika rahim terlihat berkontraksi namun perdarahan berlanjut, serviks
dan vagina akan diperiksa. Hal ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum atau
anestesi epidural.
Apabila memiliki perdarahan postpartum akhir, dokter dapat melakukan scan
ultrasonik, menggunakan pemindai pada vagina untuk melihat sisa plasenta pada
virus. Vaginal swab dapat dilakukan untuk melihat adanya infeksi.
Apabila perdarahan postpartum dini disebabkan oleh buruknya kontraksi
rahim, akan diberikan suntikan untuk membantu kontraksi rahim. Dokter juga dapat
memijat perut Anda. Apabila langkah-langkah tersebut tidak bekerja, obat-obatan
dapat diberikan untuk membantu rahim berkontraksi.
Apabila perdarahan berlanjut, operasi dapat diperlukan. Perdarahan akibat
plasenta yang tertahan diatasi dengan mengangkat sisa plasenta secara manual melalui
vagina.
1. Apabila kehilangan darah disebabkan oleh robekan pada serviks atau vagina, akan
dilakukan penjahitan.
2. Apabila perdarahan postpartum akhir merupakan akibat infeksi, antibiotik akan
diberikan.
3. Apabila perdarahan berlanjut, operasi dapat diperlukan untuk memeriksa rahim
dan mengangkat sisa plasenta. Kehilangan darah akibat perdarahan postpartum
akan harus diganti dengan transfusi darah.
Bukti berkualitas tinggi menunjukkan bahwa penanganan aktif pada tahap ketiga
persalinan mengurangi insidensi dan keparahan perdarahan postpartum. Penanganan
aktif merupakan kombinasi dari pemberian uterotonik (utamanya oksitosin) segera
setelah persalinan, penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini dan traksi tali
pusat secara lembut dengan teknik peregangan tali pusat terkendali saat uterus sedang
berkontraksi.
Pengobatan di rumah
Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi perdarahan postpartum
Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi perdarahan
postpartum:
1. Suplemen zat besi. Mengonsumsi suplemen zat besi dapat mengurangi
kemungkinan perlunya tranfusi darah jika Anda memiliki PPH. Beberapa wanita
juga dapat diberikan suplemen zat besi jika berisiko terhadap anemia.
2. Apabila pernah melakukan operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, penting
untuk memeriksa bahwa plasenta tidak menempel pada area luka sebelumnya.

D. Infeksi
Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme ke
dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit), yang saat dalam keadaan
normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat di dalam tubuh. Sebenarnya, di
beberapa tempat dalam tubuh kita pun, seperti di dalam mulut atau usus, terdapat
banyak mikroorganisme yang hidup secara alamiah dan biasanya tidak menyebabkan
infeksi. Namun, dalam beberapa kondisi, beberapa mikroorganisme tersebut juga
dapat menyebabkan penyakit. Bakteri, virus, jamur, dan parasit memiliki berbagai
cara untuk masuk ke dalam tubuh. Cara penularannya dibagi menjadi kontak langsung
dan tidak langsung. Kontak langsung terdiri atas penyebaran orang ke orang
(misalnya dari bersin, kontak seksual, atau semacamnya), hewan ke orang (gigitan
atau cakaran binatang, kutu dari binatang peliharaan), atau dari ibu hamil ke anaknya
yang belum lahir melalui plasenta. Kontak tidak langsung terdiri atas gigitan serangga
yang hanya menjadi pembawa dari mikroorganisme atau vektor (seperti nyamuk,
lalat, kutu, tungau) dan kontaminasi air atau makanan.
Setelah masuk ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut mengakibatkan beberapa
perubahan. Mikroorganisme tersebut memperbanyak diri dengan caranya masing-
masing dan menyebabkan cedera jaringan dengan berbagai mekanisme yang mereka
punya, seperti mengeluarkan toksin, mengganggu DNA sel normal, dan sebagainya.
Gejala
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi tersebut
tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan kadang bersifat
lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik (menyebar ke seluruh
tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang yang terkena infeksi adalah demam.
Berikut adalah beberapa gejala yang timbul berdasarkan penyebabnya.
1. Bakteri: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung
bagian tubuh mana yang diinfeksi. Namun, gejala paling umum adalah
demam. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia akan
merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika mengalami infeksi
bakteri di pencernaan, maka ia akan merasakan gangguan pencernaan seperti
diare, konstipasi, mual, atau muntah. Dan jika mengalami infeksi pada saluran
kemih, maka ia akan merasakan keinginan buang air kecil (BAK) yang terus
menerus, BAK tidak puas, atau bahkan nyeri saat BAK.
2. Virus: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus, bagian
tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit pasien, dan faktor lainnya.
Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir seluruh bagian tubuh.
Gejala yang biasanya ditimbulkan antara lain gejala seperti flu (demam,
mudah lelah, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, batuk, pegal-pegal, dan
sebagainya), gangguan pencernaan (diare, mual, muntah, dsb), rash
(kemerahan di kulit), bersin-bersin, malaise, hidung berair dan tersumbat,
pembesaran kelanjar getah bening (KGB), pembengkakan tonsil, atau bahkan
turunnya berat badan.
3. Jamur: Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian tubuh lain
yang dapat terinfeksi seperti paru-paru dan otak. Gejala infeksi kulit yang
disebabkan oleh jamur antara lain gatal, kemerahan, kadang terdapat rasa terbakar,
kulit bersisik, dan sebagainya. Gejala lainnya tergantung dari tempat yang
terinfeksi.
4. Parasit: Kebanyakan dari infeksi parasit menyebabkan gejala pencernaan. Gejala
spesifik berdasarkan jenis infeksinya antara lain:
5. Malaria: penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan diperantarai oleh
nyamuk. Gejala yang sering muncul antara lain demam, menggigil, dan penyakit
seperti flu.
6. Trichomoniasis: penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual. Gejala yang
sering muncul antara lain gatal, kemerahan, iritasi, atau cairan tidak wajar yang
terdapat dari area genital.
7. Giardiasis: infeksi saluran pencernaan. Gejala yang sering muncul antara lain
diare, gas, gangguan lambung, feses yang berlendir, dan dehidrasi.
8. Toksoplasmosis: gejala yang sering muncul seperti flu, kelenjar getah bening yang
membengkak dan nyeri, nyeri otot yang berlangusng selama lebih dari sebulan.

Penyebab

Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus, jamur, hingga parasit.
Berikut adalah penjelasan macam-macam infeksi yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme.
1. Bakteri: Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah satu cara bakteri
untuk menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan toksin (racun) yand dapat
merusak jaringan tubuh. Bakteri dapat menyebabkan infeksi tenggorokan, infeksi
saluran pencernaan, infeksi pernapasan (seperti TBC), infeksi saluran kemih, hingga
infeksi genital. Terdapat empat kelompok bakteri yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci, spirochaetes, dan vibrio.
2. Bacilli berbentuk batang dengan panjang sekitar 0,03 mm. Penyakit yang biasanya
disebabkan oleh bakteri berbentuk bacilli antara lain tifoid dan sistitis.
3. Cocci berbentuk bulatan dengan diameter sekitar 0,001 mm. Bakteri berbentuk cocci
biasanya membentuk kelompok-kelompok seperti berpasangan, membentuk garis
panjang, atau berkumpul seperti anggur. Penyakit yang biasanya disebabkan oleh
bakteri cocci antara lain infeksi stafilokokus dan gonorrhea.
4. Spirochaetes berbentuk seperti spiral. Bakteri ini menyebabkan penyakit sifilis.
5. Vibrio berbentuk seperti koma. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera.
6. Virus: Virus berukuran lebih kecil dari bakteri dan membutuhkan host, seperti orang,
tanaman, atau hewan, untuk bermultiplikasi. Saat virus masuk ke dalam tubuh,
biasanya ia menginvasi sel tubuh yang normal dan mengambil alih sel untuk
memproduksi virus lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang paling ringan
seperti common cold hingga sangat berat seperti AIDS. Seperti bakteri, terdapat
berbagai bentuk virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Bentuk-bentuk
virus tersebut antara lain:
7. Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar yang memberikan bentuk seperti
bola. Icosahedral merupakan bentuk yang dimiliki oleh kebanyakan virus.
8. Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,
9. Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran yang longgar, yang dapat
berubah-ubah bentuk namun biasanya sering terlihat seperti bola.
10. Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya terlapisi.
11. Jamur: Jamur merupakan organisme primitif yang dapat hidup di udara, tanah,
tanaman, atau di dalam air. Beberapa jamur juga hidup di dalam tubuh manusia.
Infeksi jamur biasanya tidak bahaya, namun beberapa dapat mengancam kehidupan.
Jamur merupakan penyebab banyak penyakit kulit. Penyakit lain yang disebabkan
oleh jamur antara lain infeksi di paru-paru dan sistem saraf. Jamur dapat menyebar
jika seseorang menghirup spora atau menempel langsung di kulit. Seseorang juga
akan lebih mudah terkena jamur jika sistem imunnya sedang lemah atau sedang
meminum antibiotik.
12. Parasit: Parasit merupakan mikroorganisme yang membutuhkan organisme atau host
lainnya untuk bertahan. Beberapa parasit tidak mempengaruhi host yang ia tinggali,
sedangkan beberapa lainnya mengalami pertumbuhan, reproduksi, dan bahkan
mengelurkan toksin (racun) yang menybabkan host mengalami infeksi parasit. Infeksi
parasit disebabkan oleh 3 jenis organisme: protozoa, helminth (cacing), dan
ektoparasit.
13. Protozoa merupakan organisme yang hanya mempunyai satu sel yang dapat hidup dan
bermultiplikasi di dalam tubuh manusia. Infeksi yang disebabkan oleh protozoa antara
lain giardiasis, yaitu infeksi pencernaan yang dapat terjadi akibat meminum air yang
terinfeksi oleh protozoa,
14. Helminth marupakan organisme yang memiliki banyak sel (multi sel) yang biasanya
dikenal dengan nama cacing. Terdapat berbagai jenis cacing yang dapat menginfeksi
manusia, seperti flatworm, tapeworm, ringworm, dan roundworm.
15. Ektoparasit merupakan organisme yang juga memilikibanuak sel yang biasanya
hidup atau makan dari kulit manusia, seperti nyamuk, lalat, kutu, atau tungau.

Pengobatan

1. Bakteri: pengobatan bakteri adalah antibiotik. Namun, antibiotik tidak dapat


digunakan begitu saja. Saat seseorang meminum antibiotik, maka ia harus mengikuti
petunjuk yang diberikan dengan sangat hati-hati. Karena jika kita tidak memiliki
perilaku minum antibiotik yang baik, suatu saat bakteri yang ingin kita hancurkan
sudah terlanjur resisten dengan antibiotik yang kita minum.
2. Virus: Beberapa infeksi virus biasanya dapat dicegah dengan vaksinasi (seperti
campak, hepatitis, dan sebagainya). Antivirus juga biasanya digunakan dalam
mengobati infeksi virus, namun antivirus biasanya hanya efektif digunakan untuk
beberapa infeksi, seperti herpes, hepatitis B dan C, dan HIV. Infeksi virus ringan
sebenarnya bersifat self-limited, atau dapat sembuh dengan sendirinya. Hanya saja
seseorang harus memiliki daya tahan tubuh yang kuat untuk melawan virus-virus
tersebut. Antibiotik tidak pernah efektif untuk melawan virus.
3. Jamur: Jamur biasanya sulit untuk dibunuh. Untuk infeksi kulit dan kuku, terdapat
pengobatan anti jamur topikal yang dapat digunakan dengan cara dioleskan ke bagian
tubuh yang terinfeksi. Namun, jika infeksi jamur meluas atau serius, maka terdapat
pengobatan anti jamur yang bisa diminum.
4. Parasit: Tidak semua parasit memiliki pengobatan. Pengobatan yang biasanya
diberikan untuk orang-orang yang terinfeksi parasit antara lain antiparasit, seperti
antiamuba dan antimalaria.

E. Pre Eklamsi Dan Eklamsia


1. Pengertian
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul
bukan akibat kelainan neurologi.
2. EtiologI
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
2) Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4) Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
3. Manifestasi klinik

Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu
pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan proteinuri.Penambahan
berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema
terlihat sebagai peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan
darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik >
15 mmHg yang di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.

Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai
sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein> 1g /l
dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 x dengan
jarak waktu 6 jam.

Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut

1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria +>5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
4. Nyeri epigastrium dan ikterus
5. Edema paru atau sianosis
6. Trombositopenia
7. Pertumbuhan janin terhambat

Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang


atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah satu atau
beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium
dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending
preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia.

4. Patofisiologi

Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi


kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance
(SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid Pada
preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan
peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun,
termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan
perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen
maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang
menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap
tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara
prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin
(suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan
mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan
profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume
intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita
edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi
dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar
darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme
protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas
untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa
faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia.
keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut.

5. Klasifikasi Pre eklampsia

Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat
dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

1. Pre eklampsia Ringan


1) Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pmeriksaan 6 jam
2) Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pmeriksaan 6 jam
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari
tangan dan muka.
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter
atau urin aliran pertengahan.
2. Pre eklampsia Berat

Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih
gejala/tanda di bawah ini:

1) Tekanan darah 160/110 mmHg


2) Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah
istirahat 10 menit)
3) Ibu hamil tidak dalam keadaan his.
4) Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
5) Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
6) Terdapat edema paru dan sianosis.
7) Gangguan visus dan serebral.
8) Keluhan subjektif
9) Nyeri epigastrium
10) Gangguan penglihatan
11) Nyeri kepala
12) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.

6. Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia

Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan


dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah
kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:

1. Diet-makanan

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat
lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap
hari.

2. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga
aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3, Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat
pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:

Uji kemungkinan Pre eklampsia:

1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya


2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
4) Pemeriksaan protein dalam urin
5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum dan pemeriksaan retina mata.

Penilaian kondisi janin dalam rahim.

1) Pemantauan tinggi fundus uteri


2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air
ketuban
7. Penanganan Pre eklampsia
Penanganan Pre eklampsia Ringan

Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia


dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk
pertolongan dengan trauma minimal. Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup
menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika
perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus
berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin.

Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan
memberikan

1) Sedativa ringan
2) Obat penunjang
3) Nasehat

Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri
sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung
berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.

Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema
mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri ulu hati, kesadaran makin
berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran urin berkurang.

1) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.


2) Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita
3) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
4) Protein dalam urin 1 plus atau lebih
5) Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
6) Edema bertambah dengan mendadak

Terdapat gejala dan keluhan subjektif.

Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100
mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan
memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis optimal. Bila
tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih
dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat
pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria. Pada
kehamilan >37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat
dilakukan spontan atau dipercepat dengan ekstraksi.

Penanganan Pre eklampsia Berat

Penderita diusahakan agar:

1) Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.


2) Dipasang infus glukosa 5%

Dilakukan pemeriksaan:

1) Pemeriksaan umum: pemeriksaan TTV tiap jam


2) Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan
dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).

Pemasangan dower kateter

Evaluasi keseimbangan cairan

1) Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit

Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan
berdasarkan:

1) Kehamilan cukup bulan


2) Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
3) Kegagalan pengobatan, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
4) Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
5) Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan
Pre eklampsia menjadi eklampsia.

6) Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia

Tujuan Diet

1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal


2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3) Mencapai keseimbangan nitrogen
4) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
5) Mengurangi/mencegah timbulnya penyulit baru saat khamilan /setelah melahirkan

Syarat Diet

1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan < 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4) Lemak sedang, sebagian berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda
5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien

F. Pengelolaan Obat Sederhana


1. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Tujuan perencanaan adalah adalah untuk mendapatkan :
a) Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan
b) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
c) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
2. Permintaan atau pengadaan dan penerimaan
Tujuan permintaan obat adalah Memenuhi kebutuhan sesuai dengan pola penyakit
yang ada di wilayah kerjanya
Penerimaan Obat
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya.
Tujuan : Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan
yang diajukan

Dalam penerimaan obat, Bidan wajib melakukan pengecekan terhadap obat-


obat yang diterima, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk
obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas
penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat bidan dapat
mengajukan keberatan. Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain - lain). Setiap
penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan
kartu stok
3. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin.
Tujuan penyimpanan adalah Agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan
mutunya dapat dipertahankan.
Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat.
a) Pengaturan penyimpanan obat.
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara
alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh kelompok sediaan tablet,
kelompok sediaan sirup dan lain-lain.
b) Penerapan Sistem FIFO dan FEFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-
masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih
dahulu dari obat yang datang kemudian dan First Expired First Out (FEFO) untuk
masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan
lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian. Hal ini sangat penting karena
Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya berkuran.
Beberapa obat seperti antibiotic mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas
waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya .
c) Obat yang sudah diterima disusun sesuai dengan pengelompokan untuk
memudahkan pencarian, pengawsan dan pengendalian stok obat.
d) Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
e) Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya matahari , disimpan di tempat kering.
f) Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya
dan disimpan dalam lemari es. Kartu temperatur yang terdapat dalam lemari es
harus selalu diisi.
g) Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari.
h) Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
pengambilannya menggunakan sendok.
i) Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu kadaluwarsanya
dituliskan pada doos luar dengan menggunakan spidol.
j) Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup
rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.
k) Cairan diletakkan di rak bagian bawah.

l. Kondisi penyimpanan beberapa obat


Beri tanda / kode pada wadah obat :
a) Beri tanda semua wadah obat dengan jelas. Apabila ditemukan obat dengan
wadah tanpa etiket, jangan digunakan.
b) Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum :
1) Jumlah isi dus, misalnya: 20 kaleng @ 500 tablet
2) kode lokasi
3) anggal diterima
4) tanggal kadaluwarsa (kalau ada)
5) nama produk/obat
6) Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun
tersebut.
7) Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan kesehatan
(Puskesmas).
8) Informasi tambahan untuk menyusun/mengatur obat :
9) Susunan obat yang berjumlah besar di atas papan atau diganjal dengan kayu
rapi dan teratur.
10) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obat yang
berjumlah sedikit tetapi harganya mahal.
11) Susunan obat dalam rak dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
12) Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan
obat luar.
13) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi, atau letakkan
bagian etiket yang berisi nama obat yang jelas terbaca.
14) Barang yang mempunyai volume besar seperti kapas disimpan dalam dus.
15) Letakkan kartu stok di dekat obatnya
4. Penggunaan
5. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaanobat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan . Puskesmas bertanggung jawab atas
terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu
untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
Sarana pencatatan dan pelaporan :
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas
adalah LPLPO dan kartu stok. LPLPO adalah Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat yaitu formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan kesehatan
dasar milik pemerintah. LPLPO yang dibuat harus tepat data, tepat isi dan dikirim
tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan
untuk analis is penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan
dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
Untuk Di Posyandu / Polindes / Bidan desa : laporan yang digunakan Laporan
pemakaian obat dan sisa stok . Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti
bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan
dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga
bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah
dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat Narkotika,
Psikotropika ataupun bukan jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing-
masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik per hari, minggu
ataupun perbulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan pada waktu
barang masuk

6. Pembiayaan

Format

1. Pendataan Keluarga

Anda mungkin juga menyukai