Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan
rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan,
melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan
kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian
ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa
kita. Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar
belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai
fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan
ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu,
kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam
mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk
merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam
melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan kasus ginekologi ?
2. Bagaimana sistem rujukan ginekologi ?
3. Bagaimana rujukan ginekologi ?
4. Bagaimana cara merujuk kasus-kasus ginekologi ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sistem rujukan kasus ginekologi
2. Untuk mengetahui bagaiamana sistem rujukan ginekologi
3. Untuk mengatahui bagaimana rujukan ginekologi
4. Untuk mengetahui bagaimana cara merujuk kasus-kasus ginekologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Rujukan


Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas masalah yang timbul, baik vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani) maupun horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya) secara rasional kepada yang lebih mampu.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,
pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat
yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka
berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada.
(Depkes RI, 2006).
Sistem rujukan merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas
kasus atau masalah penyakit kandungan yang timbul baik secara vertikal
maupun horizontal (Mochtar, 1998).

B. Sistem Rujukan Kasus Ginekologi


1. Stabilisasi klien
a. Pengertian Stabilisasi
Proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar
tetap stabil selama pertolongan pertama.
b. Prinsip Stabilisasi

1) Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan


keadaan yang dialami
2) Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil
3) Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak
berubah

3
4) Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
5) Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan
yang lebih buruk lagi

Dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang akan dirujuk,


beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu :
a. Stabilisasi penderita
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian cairan infus intravena dan transfusi darah
d. Pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetika, tetanus toksoid)
Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat
sangat penting (esensial) dalam menyelamatkan kasus gawat darurat,
tidak peduli jenjang atau tingkat pelayanan kesehatan itu. Kemampuan
tempat pelayanan kesehatan untuk dengan segera memperoleh
transportasi bagi pasien untuk dirujuk ke jenjang yang lebih tinggi amat
menentukan keselamatan kehidupan kasus yang gawat. Tata cara untuk
memperoleh transportasi yang cepat bagi kasus gawat darurat harus ada di
setiap tingkat pelayanan kesehatan. Untuk ini dibutuhkan koordinasi
dengan sumber-sumber dalam masyarakat seperti kepolisisn, militer,
institusi pemerintah, dians pertanian, dinas kesehatan, dan sebagainya.
Apabila dimungkinkan dalam perjalanan merujuk, harus diberitahi
institusi yang dituju bahwa pasien sedang dalam perjalanan ke situ.
Unsur-unsur pokok dalam stabilisasi penderita untuk dirujuk:
a. Penanganan pernafasan dan pembebasan jalan nafas
b. Kontrol perdarahan
c. Pemberian cairan infus intravena
d. Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Penanganan untuk stabilisasi pasien dapat disebut juga TINDAKAN
ABCD (AIRWAY, BLOOD, CIRCULATION, DRUGS). Prinsip umum
dalam merujuk kasus adalah pasien harus didampingi oleh tenaga yang
terlatih, sehingga cairan intravena dan oksigen dapat terus diberikan.
Apabila pasien tidak dapat didampingi oleh tenaga yang terlatih, maka
pendamping harus diberi petunjuk bagaimana menangani cairan intravena

4
dlam perjalanan. Dalam perjalanan ke tempat rujukan , pasien harus
dijaga agar tetap dalam kondisi hangat dan kakinya harus dala posisi yang
lebih tingi, khusunya pada kasus syok hipovolemi. Gunakanlah selimut
dan jangan memakai sumebr panas yang lan oleh karena mungkin kulit
pasien bisa terbakar.

2. Persiapan Adminstrasi
Ringkasan kasus yang harus disertakan pada saat merujuk meliputi :
a. Riwayat penyakit,
b. Penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima leh perujuk
c. Tindakan/pengbatan yang telah diberikan
d. Keterangan yang lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan
dengan kondisi pasien pada saat pasien masih dalam penanganan
perujuk.
Surat ini disampaikan pada petugas penerima dan ditandatangani
oleh petugas yang merujuk. Surat ini harus berisi identifikasi mengenai
Klien. Cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan
atau obat-obatan yang diterima klien tersebut. Sertakan juga kartu klien
atau status yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.

3. Melibatkan Keluarga
Beritahui keluarga kondisi terakhir klien dan jelaskan pada mereka alasan
atau tujuan merujuk klien dirujuk ke fasilitas rujukan tersebut. Anggota
keluarga harus menemani klien ke tempat rujukan.

4. Persiapan Keuangan
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan
lain yang diperlukan selama klien tersebut tinggal di fasilitas rujukan.

5
5. Kerjasama antara pengirim dan penerima rujukan
Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di
tempat rujukan. Petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di
tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi klien.
Dengan adanya informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai
cukup waktu untuk menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus
rujukan langsung dapat ditangani. Setiap tempat rujukan harus selalu
siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan.
Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pasca rujukan.
Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan klien beserta
anjuran tindak lanjut pasca rujukan terhadap klien ke petugas yang
merujuk (puskesmas/polindes).

C. Rujukan Ginekologi
Dalam rujukan terhadap kelainan ginekologi, asuhan yang diberikan oleh
Bidan, antara lain :
1. Anamnesa
Pada anamnesa hal-hal yang perlu ditanyakan :
a. Riwayat Kesehatan
Ini berhubungan dengan kebudayaan, ras, dan umur, ini
berguna untuk membantu perawat mengkaji kelompok resiko
terjadinya penyakit-penyakit gangguan system reproduksi.
Kebudayaan kepercayaan/agama sangat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam hal seksualitas,jumlah pasangan.
Penggunaan kontrasepsi dan prosedur spesifik terhadap
mengakhiri kehamilan.
Kebiasaan sehat pasien seperti : diet, tidur dan latihan penting
untuk dikaji. Pentingnya juga ditentukan apakah pasien
peminum alcohol, perokok dan menggunakan obat-obatan.
b. Status Sosial Ekonomi
Yang perlu dikajin : tempat lahir, lingkungan, posisi dalam
keluar, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, situasi

6
financial, sumber stress, agama, aktivitas-aktivitas yang
menyenangkan akan mempengaruhi kesehatan reproduksi.

c. Riwayat kesehatan Sekarang


Meliputi keluhan utama, misalnya : nyeri, perdarahan,
pengeluaran cairan/secret melalui vagina, ada masa keluhan.
d. Fungsi Reproduksi
e. Nyeri yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi
hampir sama dengan nyeri pada gangguan pada system
gastrointestinal dan perkemihan pasien harus menguraikan
tentang : nyeri, intensitas kapan dan dimana kesediannya,
durasi dan menyebabkan nyeri bertambah dan berkurang,
hubungan nyeri dan menstruasi, seksual fungsi urinaris dan
gastrointestinal.
Perdarahan perlu dikaji ke dalam perdarahan abnormal seperti :
perdarahan pada saat kehamilan dan setelah menopause,
karakteristik perdarahan abnormal harus dikaji mencakup :
terjadinya durasi, interval, dan faktor-faktor pencetus
perdarahan. Kapan Kejadiannya : pada siklus menstruasi atau
menopause, setelah berhubungan seksual, trauma atau setelah
aktivitas juga dikaji jumlah darah, warna konsistensi dan
perubahan-perubahan yang terjadi. Pengeluaran cairan melalui
vagina dapat menyebabkan infeksi berair di sekitarnya
jaringan, gatal, nyeri, selanjutnya timbul rasa malu dan cemas.
Perawat harus menanyakan tentang jumlah, warna, konsiskensi,
baud an pengeluaran terus menerus. Gejalanya seperti luka,
perdarahan, gatal, dan nyeri pada genital.

7
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini mencakup :
a. Pemeriksaan fisik umum yaitu : tinggi badan, berat badan,
bentuk/postur tubuh, system pernafasan, kardiovaskuler,
tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan spesifik yaitu :
1) Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan insfeksi payudara dilakukan pada pasien
dengan posisi duduk. Hal yang diperiksa : ukuran, simetris,
apakah ada pembengkakan, masa retraksi, jaringan
perut/bekas luka,kondisi putting susu.
2) Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya masa
abdominopelvic. Massa yang dapat ditemukan pada organ
reproduksi, sehingga perlu dikombinasikan riwayat
kesehatan.
3) Pemeriksaan Genetalia Eksternal
Bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan
perkembangan system reproduksi. Posisi pasien saat
pemeriksaan genetalia
eksternal adalah litotomi. Kaji kondisi rambut pada simpisis
pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva dari anterior ke
posterior hal yang dikaji mencakup adanya tanda-tanda
peradangan, bengkak, lesi dan pengeluarn cairan dari
vagina.
4) Pemeriksaan Pelvic
Pemeriksaan dalam pada vagina dan serviks, pertama kali
dilakukan secara manual dengan jari telunjuk, untuk
menentukan lokasi serviks. Lakukan inspeksi serviks, erosi,
nodul, massa, cairan pervaginam dan perdarahan, juga lesi
atau luka.

8
D. Cara Merujuk Kasus-Kasus Ginekologi
Dalam merujuk kasus-kasus ginekologi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraaan, dan
Uang(BAKSOKU).
Yang dimaksud dengan BAKSOKU yaitu :
1. B (Bidan)
Pastikan ibu/klien/bayi didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan.
2. A ( Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit,
infuse set, tensimeter, dan stetoskop.
3. K (Keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga lain harus menemani
ibu (klien) ketempat rujukan.
4. S (Surat)
Beri surat ketempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alas an
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat-obatan yang telah
diterima oleh ibu (klien).
5. O (Obat)
Bawa obat-obat esensial diperlukan selama perjalan merujuk.
6. K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu
yang cepat.
7. U (Uang)
3. Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat
rujukan.

9
Langkah Langkah Rujukan Dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita


a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita
yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun
bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke
tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus
yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya,
mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri
dan kasus mana yang harus dirujuk.

2. Menentukan Tempat Rujukan


Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas
pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan
kemampuan penderita.

3. Memberikan Informasi Kepada Penderita dan Keluarga


Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah
dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan
rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarga tentang rencana
tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal
persalinan.

10
4. Mengirimkan Informasi pada Tempat Rujukan yang Dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada tempat rujukan yang dituju
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat tujuan.
c. Menerima petunjuk dan cara penanganan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.

5. Persiapan Penderita
6. Pengiriman Penderita
7. Tindakan lanjut Penderita
Jika upaya penanggulangan di berikan di tempat rujukan dan kondisi
ibu telah memungkinkan, segera kembalikan klien ke tempat fasilitas
pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu member hal-hal berikut :
a) Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya
penanggulangannya.
b) Nasihat yang di perlukan.
c) Pengantar tertulis ke fasilitas pelayanan kesehatan mengenai
kondisi pasien, upaya penanggulangan yang telah di berikan dan
saran-saran.
Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan). Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan
rumah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas
kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu
unit ke unit yang lebih lengkap/rumah sakit) untuk horisontal (dari satu
bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1997)
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan khusus
sistem rujukan adalah : setiap penderita mendapat perawatan dan
pertolongan yang sebaik-baiknya, menjalin kerjasama dengan cara
pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang
lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya, menjalin pelimpahan
pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) melalui
pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah.
Keuntungan sistem rujukan, antara lain : pelayanan yang diberikan
sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat
diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis memberi rasa aman
pada pasien dan keluarganya, dengan adanya penataran yang teratur
diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin
meningkat sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di daerah
masing-masing, masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.
Dalam merujuk kasus-kasus ginekologi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraaan, dan
Uang(BAKSOKU).

12
B. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan agar lebih giat membaca atau mencari
wawasan yang luas tentang ilmu kebidanan terutama tentang sistem
rujukan dalam kasus-kasus ginekologi serta selalu berlatih baik secara
mandiri maupun dengan bimbingan dosen serta bidan khususnya dalam
sistem rujukan, sehingga mahasiswa dapat lebih baik dalam menolong
persalinan dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

13
Daftar Pustaka

1. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba


Medika; 2009.
2. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2009.
3. Luti I, Hasanbasri M, Lazuardi L. Kebijakan pemerintah daerah dalam
meningktkan sistem rujukan kesehatan daerah kepulauan di kabupaten Lingga
provinsi Kepulauan Riau. Kebijakan Kesehatan. 2012.
4. Nien M. Kebidanan komunitas. Salemba Medika: Yogyakarta; 2009.
5. Bari SA. Buku Panduan Praktis Keluarga Berencana. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2003.
6. Syahlan. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Kesehatan;
1996.
7. Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

8. Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. __. Kebidanan Komunitas.
Jakarta: EGC

14
15

Anda mungkin juga menyukai