Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Penyakit

Spinal Cord Injury (SCI) adalah kerusakan atau trauma sumsum tulang belakang yang
mengakibatkan kerugian atau gangguan fungsi menyebabkan mobilitas dikurangi atau
perasaan. Penyebab umum dari kerusakan adalah trauma (kecelakaan mobil, tembak, jatuh,
cedera olahraga, dll) atau penyakit (myelitis melintang, Polio, spina bifida, Ataksia Friedreich,
dll). Sumsum tulang belakang tidak harus dipotong agar hilangnya fungsi terjadi. Pada
kebanyakan orang dengan SCI, sumsum tulang belakang masih utuh, tetapi kerusakan selular
untuk itu mengakibatkan hilangnya fungsi. SCI sangat berbeda dari cedera punggung seperti
disk pecah, stenosis tulang belakang atau saraf terjepit.

1. Etiologi

Cedera tulang belakang yang paling sering traumatis, disebabkan oleh lateral yang lentur, rotasi
dislokasi, pemuatan aksial, dan hyperflexion atau hiperekstensi dari kabel atau cauda equina.
Kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab paling umum dari SCI, sedangkan
penyebab lain meliputi jatuh, kecelakaan kerja, cedera olahraga (menyelam, judo dll), dan
penetrasi seperti luka tusuk atau tembak, kecelakaan di rumah (jatuh dr ketinggian, bunuh diri
dll), dan bencana alam, misal gempa. SCI juga dapat menjadi asal non-traumatik,. Seperti dalam
kasus kanker, infeksi, penyakit cakram intervertebralis, cedera tulang belakang, penyakit
sumsum tulang belakang vascular, transverse myelitis, tumor dan multiple sclerosis.

2. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan apakah trauma
terjadi secara parsial atau total.(Gbr.9) Berikut ini adalah manifestasi berdasarkan lokasi
trauma :

· Antara C1 sampai C5

Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal.

· Antara C5 dan C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang lemah; kehilangan refleks
brachioradialis.

· Antara C6 dan C7

Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi siku masih bisa
dilakukan; kehilangan refleks bisep.

· Antara C7 dan C8

Paralisis kaki dan tangan

· C8 sampai T1

Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis kaki.

· Antara T11 dan T12

Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut.

· T12 sampai L1

Paralisis di bawah lutut.

· Cauda equine

Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan biasanya nyeri dan sangat
sensitive terhadap sensasi, kehilangan kontrol bowel dan bladder.

· S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1

Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total. (Sumber:www.jasper-sci.com)

1. Deskripsi patofisiologi (Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan)

Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak cedera spinal cord
mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi,
kompresi atau rotasi pada tulang belakang.

Fraktur pada cedera spinal cord dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif,
dan dislokasi. Sedangkan kerusakan pada cedera spinal cord dapat berupa memar, kontusio,
kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, dan perdarahan.
Kerusakan ini akan memblok syaraf parasimpatis untuk melepaskan mediator kimia,
kelumpuhan otot pernapasan, sehingga mengakibatkan respon nyeri hebat dan akut anestesi.
Iskemia dan hipoksemia syok spinal, gangguan fungsi rektum serta kandung kemih. Gangguan
kebutuhan gangguan rasa nyaman nyeri, oksigen dan potensial komplikasi, hipotensi,
bradikardia dan gangguan eliminasi.

Temuan fisik pada spinal cord injury sangat bergantung pada lokasi yang terkena: jika terjadi
cedera pada C-1 sampai C-3 pasien akan mengalami tetraplegia dengan kehilangan fungsi
pernapasan atau sistem muskular total; jika cedera mengenai saraf C-4 dan C-5 akan terjadi
tetraplegia dengan kerusakan, menurunnya kapasitas paru, ketergantungan total terhadap
aktivitas sehari-hari; jika terjadi cedera pada C-6 dan C-7 pasien akan mengalami tetraplegia
dengan beberapa gerakan lengan atau tangan yang memungkinkan untuk melakukan sebagian
aktivitas sehari-hari; jika terjadi kerusakan pada spinal C-7 sampai T-1 seseorang akan
mengalami tetraplegia dengan keterbatasan menggunakan jari tangan, meningkat
kemandiriannya; pada T-2 sampai L-1 akan terjadi paraplegia dengan fungsi tangan dan
berbagai fungsi dari otot interkostal dan abdomen masih baik; jika terjadi cedera pada L-1 dan
L-2 atau dibawahnya, maka orang tersebut akan kehilangan fungsi motorik dan sensorik,
kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.

2. Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit (contoh Gagal Jantung, Kanker, CKD, dll)

Cedera Medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan
ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.

Terdapat 5 sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplet. Menurut American Spinal Cord
Injury Association yaitu : (1) Central Cord Syndrome, (2) Anterior Cord Syndrome, (3) Brown
Sequard Syndrome, (4) Cauda Equina Syndrome, dan (5) Conus Medullaris Syndrome. Lee
menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi yaitu Posterior
Cord Syndrome Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi.
Sering terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis.
Predileksi lesi yang paling sering adalah medulla spinalis segmen servikal, terutama pada
vertebra C4-C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme
terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flavum di
posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medulla spinalis yang
paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada
Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat mengalami nekrosis
traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas sampai 1-2 segmen di
bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central Cord Syndrome
menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang mengindikasikan adanya
edema. Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen
pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah
biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat
sering dijumpai disabilitas neurologic permanen. Hal ini terutama disebabkan karena pusat
cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medulla
spinalis C6 dengan lesi LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa kasus dilaporkan
disabilitas permanen yang unilateral

Anda mungkin juga menyukai