Oleh :
Tim Pilot Plant
Gambar I. 1. Diagram aliran masuk dan keluar dalam single effect evaporator .. 8
Gambar I. 2. Flow sheet rangkaian peralatan falling film evaporator (FFE) ..... 13
Gambar II. 1. Diagram suhu – komposisi dari beberapa sistem kesetimbangan uap
cair ................................................................................................. 17
Gambar II. 2. Diagram komposisi fase uap – cair pada beberapa sistem
kesetimbangan uap cair ................................................................. 17
Gambar II. 3. Diagram suhu – komposisi untuk kesetimbangan benzene – toluene
....................................................................................................... 18
Gambar II. 4. Skema proses fraksinasi ................................................................ 20
Gambar II. 5. Panel pengendali unit Distilasi ...................................................... 26
Gambar II. 6. Flowsheet rangkaian peralatan distilasi ........................................ 27
Gambar II. 7. Penentuan jumlah plate dengan metode McCabe - Thiele ............ 29
Gambar VI. 1. Sketsa penukar panas shell and tube tipe 1-1 ................................ 59
Gambar VI. 2. Nilai faktor koreksi terhadap log mean temperature difference .... 61
I. 1. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat (1) mengerti dan
memahami proses evaporasi dalam Falling Film Evaporator (FFE), (2)
mengoperasikan peralatan FFE dengan benar, dan (3) dapat melakukan
perhitungan perpindahan massa dan panas pada proses evaporasi dengan FFE.
I. 2. Teori Percobaan
I. 2. 1. Pendahuluan
Evaporasi adalah salah satu proses pemisahan (separation process) yang
cukup penting dalam kelompok studi satuan operasi (unit operation) pada cabang
ilmu teknik / rekayasa kimia (chemical engineering).
Evaporasi didefinisikan sebagai proses penguapan pelarut dari campuran
atau larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Tetapi, pada sebagian
besar kasus, pengertian evaporasi dimaksudkan sebagai penguapan atau
penghilangan air dari larutan berpelarut air (aqueous solution).
Secara umum, tujuan evaporasi adalah untuk menaikkan konsentrasi atau
memekatkan larutan. Contohnya adalah evaporasi larutan gula (nira), sodium
chloride, sodium hydroxide, glycerol, susu, jus buah, lem, dll. Dalam hal ini,
produk yag diinginkan berupa larutan pekat, sedang uap hasil evaporasi dibuang.
Tetapi, pada beberapa kasus air dengan kandungan mineral (relatif kecil)
dievaporasi untuk mendapatkan air yang bebas mineral untuk keperluan air umpan
boiler, untuk pengencer reagen kimia, dll. Belakangan ini, evaporasi juga
dilakukan pada air laut untuk keperluan mendapatkan air minum. Juga ada
evaporasi bentuk khusus yang tujuannya untuk mendapatkan larutan dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi, yang bila dilakukan pendinginan akan terbentuk
Kristal padat yang mudah dipisahkan dari cairan induknya. Ini disebut kristalisasi.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan pada proses evaporasi meliputi (a)
konsentrasi larutan, (b) kelarutan (solubility), (c) sensitivitas bahan terhadap suhu,
Dimana :
q : jumlah panas yang berpindah dalam evaporator (W atau btu/h)
U : koefisien perpindahan panas overall (W/m2K atau btu/h ft2.ᵒF)
A : luas penampang perpindahan panas (m2 atau ft2)
ΔT : beda suhu antara steam jenuh dan cairan yang mendidih dalam
evaporator (K,ᵒC atau ᵒF)
Gambar I. 1. Diagram aliran masuk dan keluar dalam single effect evaporator
di mana :
F : umpan / feed (kg/h atau lbm/h)
TF : suhu umpan / feed (K atau ᵒC atau ᵒF)
xF : fraksi massa zat terlarut dalam umpan / feed
hF : entalpi dari umpan / feed (J/kg atau btu/lbm)
L : produk (concentrated liquid) (kg/h atau lbm/h)
T1 : suhu liquid dalam evaporator = suhu produk = suhu uap hasil evaporasi
(K atau ᵒC atau ᵒF)
xL : fraksi massa zat terlarut dalam produk
hL : entalpi dari produk (J/kg atau btu/lbm)
V : uap hasil evaporasi (kg/h atau lbm/h)
yV : fraksi massa zat terlarut dalam uap hasil evaporasi (yV = 0)
Hv : entalpi uap hasil evaporasi (J/kg atau btu/lbm)
S : steam jenuh masuk evaporator kondensat keluar (kg/h atau lbm/h)
Ts : suhu steam masuk suhu kondensat keluar (isotherm process) (K atau
ᵒC atau ᵒF)
Hs : entalpi steam masuk (J/kg atau btu/lbm)
hs : entalpi kondensat keluar (J/kg atau btu/lbm)
Dengan menganggap tidak ada panas hilang karena radiasi dan konveksi,
maka persamaan (7) dapat ditulis :
F.hF + S.Hs = L.hL + V.Hv + S.hs (8)
Substitusi persamaan (2) ke persamaan (8) sehingga diperoleh persamaan (9).
F.hF + S.λ = L.hL + V.Hv (9)
Panas yang berpindah dalam evaporator disajikan dalam persamaan (10).
q = S (Hs – hs) = S.λ (10)
Pada persamaan di atas, panas laten steam (λ) pada suhu jenuh Ts mudah
didapatkan dari steam table. Tetapi entalpi dari feed dan produk sulit dicari karena
memang sering datanya tidak tersedia. Untuk itu, maka kadang – kadang perlu
dilakukan aproksimasi untuk dapat menyelesaikan perhitungan di atas.
I. 4. Prosedur Percobaan
I. 4. 1. Persiapan
a. Larutan – larutan yang dibutuhkan untuk analisa kadar MgCl2
disiapkan.
b. Air yang berada di aliran perpipaan dikeluarkan dengan cara membuka
V5 dan V10.
c. Valve – valve diperiksa sesuai konfigurasi yang diinginkan
i. Untuk percobaan dengan pemanas steam (aliran co current)
1. Valve V2, V4, V5, V6, V7 dan V8 ditutup rapat
2. Valve V3 dibuka
ii. Untuk percobaan dengan pemanas air panas (aliran counter current)
1. Valve V3, V4 dan V10 ditutup rapat
2. Valve V2, V5, V6, V7 dan V8 dibuka penuh
iii. Valve air pendingin kondensor (V15) dibuka kira – kira setengahnya
(laju alir air diperiksa di FI…)
d. Tangki umpan diisi dengan air sebanyak + 60 L.
I. 5. Gambar Alat
Gambar alat berupa flow sheet rangkaian peralatan falling film evaprotor
disajikan di Gambar I.2.
TI-07 FI-9
FRESH
WATER
P-1
V-6
TI-04
KATUP
BUANGAN V-7 W-2
UDARA V-8
V-3
FI-5 TI-06 TI-08
W-3
V-5 TI-14
TI-01 V-4
FI-15
TI-10
V-10
V-2 V-15
W-1
PI-1
T-5 T-6
V-1
I. 7. Pustaka
(1) Coulson, JF & Richardson,JM, Chemical Engineering, Vol 2, Pergamon
Press, London, 1980.
(2) Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations, 3rd ed,
Allyn and Bacon, Inc, Boston,1988.
(3) Green, don, Perry’s Chemical Engineering Handbook, 6th ed, Mc Graw Hill,
New York, 1989.
II. 2. Teori:
Pemisahan campuran/larutan ke dalam beberapa komponennya dan
pemurnian produk merupakan proses atau operasi utama dalam industri kimia dan
minyak. Dan distillasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian yang paling
banyak digunakan. Distillasi adalah proses pemisahan atau pengeluaran uap dari
campuran/larutan yang berbentuk cair dengan menggunakan panas di dalam
bejana/kolom, dimana uap tersebut kemudian diembunkan dalam kondensor.
Distillasi merupakan cara untuk memisahkan komponen penyusun
campuran/larutan berdasarkan perbedaan titik didih komponen penyusun
campuran tersebut. Apabila suatu campuran terdiri dari 2 komponen, maka pada
tekanan yang sama salah satu komponen akan memiliki titik didih lebih rendah
daripada komponen lainnya. Atau pada suhu yang sama, maka salah satu
komponen memiliki tekanan parsial lebih besar/tinggi /tinggi daripada yang lain.
Dalam teori, komponen yang mempunyai titik didih lebih rendah atau mempunyai
tekanan parsial lebih besar disebut sebagai komponen yang lebih volatil (MVC =
More Volatile Component).
Bagaimana proses penguapan dapat berlangsung? Sebaiknya kita tinjau
fenomena tersebut dari sudut molekuler komponen murni berfasa cair. Pada suhu
tertentu, setiap komponen murni memiliki satu tekanan uap yang berasal dari
energi dalam (U) atau entalpi (H) yang dikandungnya. Pada suhu tersebut partikel
komponen murni yang ada pada permukaan cairan memiliki energi yang cukup
besar untuk melawan tekanan yang ada di atasnya, sehingga partikel tersebut
mampu melepaskan diri dari fasa cair ke fasa uap. Peristiwa ini disebut evaporasi
Temperatur (K)
Temperatur (K)
370.00 D 332.00
T1
B
330
360.00 328.00 fasa cair
fasa uap
x1 y1 C 353 xA xA
350.00 324.00 325
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Fraksi mol komponen A di fasa cair (x) dan fasa uap (y) Fraksi mol komponen A di fasa cair (x) dan fasa uap (y) Fraksi mol komponen A di fasa cair (x) dan fasa uap (y)
(a) Benzene [A] - toluene (b) Chloroform [A] - methanol (c) Acetone [A] - Chloroform
Gambar II. 1. Diagram suhu – komposisi dari beberapa sistem kesetimbangan
uap cair
xA xA
0.0 0.0 0.0
0.0 0.5 1.0 0.0 0.5 1.0 0.0 0.5 1.0
Fraksi mol komponen A di fasa cair (x) Fraksi mol komponen A di fasa cair (x) Fraksi mol komponen A di fasa cair (x)
(a) Benzene [A] - toluene (b) Chloroform [A] - methanol (c) Acetone [A] - Chloroform
Gambar II. 2. Diagram komposisi fase uap – cair pada beberapa sistem
kesetimbangan uap cair
(d)
100 Vapor - liquid region
(c)
95
(b)
90
85 (a)
Liquid region
80
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Condensor
Accumulator
Reflux Pump
Pre - heater
Distilate
Feed COLUMN
Feed Pump
Reboiler
Residu
Pada bagian atas kolom, uap naik dari plate teratas (top tray) masuk ke
kondensor, lalu masuk ke akumulator (reflux drum & reflux devider), di mana
sebagian diambil sebagai produk atas (distilat) dan yang lain dikembalikan ke top
tray sebagai reflux.
Pada bagian dasar kolom, cairan dipanaskan dalam reboiler dengan steam
atau media pemanas lainnya, dimana uap akan naik melalui lubang-lubang pada
tray terbawah, berkontak dengan cairan tray di atasnya, menguapkan komponen
yang lebih volatile dan mengondensasikan yang kurang volatile. Demikian
seterusnya proses yang berlangsung pada tiap-tiap tray secara kontinu, akibatnya
TR1
2.1
W1
TRC 3
TR 7 TR 8
12
TI
2.2 PR 6
F1
4 11
10
V1 T2
LICA *11 K1
9
COLLING WATER TR9
8
6
A PIC 12
5
TI
22
TR 10
TR13
4
TR23
FI
24 V-3 V-4 STEAM
2 W2
TI
STEAM PR18 2
W5 1 5
KONDENSAT
A1 FI
TR26
A2 27
LIA * 19
PTFE T3
FI
17 HOSE
FI
TR21 28
W4 FI
15
FI
W3 P3
14
V-5
V2
DRAIN
P1
DRAIN
FEED
P2 SAMPEL
DRAIN
II. 8. Pustaka
Coulson, JM., & Richardson, JF., Chemical Engineering, Vol. 2, Pergamon
Press, London, 1980.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operation, Allyn &
Bacon, Inc., Boston, 1988.
Green, Don, Perry’s Chemical Engineering Handbook, 6th ed. McGraw-
Hill, New York, 1988.
McCabe, Smith & Harirot, Unit Operation of Chemical Engineering, 4th
ed., McGraw-Hill Book, Co., New York, 1986
III. 2. Teori
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat terlarut (solute) dari suatu larutan
dengan menggunakan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarutkan dengan
pelarut larutan tadi. Jadi prinsip ekstraksi adalah proses pemisahan bedasar pada
kelarutan zat terlarut terhadap pelarutnya.
Ekstraksi bisa berlangsung pada keadaan/fasa cair-cair, yang disebut
ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction), ataupun pada fasa padat-cair, yang
disebut ekstraksi padat-cair (solid-liquid extraction) atau leaching. Khusus untuk
ekstraksi cair-cair yang menggunakan air sebagai pelarutnya disebut pencucian
(washing).
Pada leaching terjadi pelarutan/peluruhan zat terlarut yang ada di dalam
padatan oleh pelarut dari luar. Mekanisme perpindahan massa pada leaching
sebenarnya melalui tahapan proses yang kompleks. Namun secara umum proses
ini dapat dikategorikan menjadi 3 tahapan proses. Pertama, perubahan fasa zat
terlarut yang ada pada padatan karena adanya perubahan kondisi lingkungan
akibat adanya pelarut di sekitarnya. Kedua, proses difusi dari zat terlarut tsb ke
dalam pelarut di dalam pori-pori padatan. Dan ketiga, perpindahan zat terlarut
dalam larutan di dalam pori-pori padatan yang mempunyai konsentrasi relatif
tinggi ke pelarut di luar padatan yang konsentrasinya masih relatif lebih rendah.
Jika zat terlarut merata dalam padatan, maka zat terlarut yang posisinya
lebih dekat dengan permukaan padatan akan lebih dulu larut ke dalam pelarut.
Selanjutnya pelarut akan menembus pori-pori bagian dalam padatan untuk
mencapai zat terlarut pada lapisan berikutnya. Demikian selanjutnya proses
Untuk siklus/tahap I :
Atau
Di mana :
q : jumlah panas yang diperlukan/mengalir (W atau btu/h)
Ms : laju massa steam (kg/h atau lbm/h)
Hs : entalpi steam jenuh (J/kg atau btu/lbm)
hs : entalpi kondensat (J/kg atau btu/lbm)
λ : panas laten steam jenuh (J/kg atau btu/lbm)
V2
KONDEN
SOR
V1
AIR PENDINGIN
WADAH
SIFONE UMPAN
Termometer
UAP
PELARUT
SAMPEL
PELARUT PRE HEATER
EKSTRAK
LABU
UTAMA
SAMPEL
V3
KONDENSAT (Katub Utama
Steam)
III. 9. Pustaka
Coulson, JM., & Richardson, JF., Chemical Engineering, Vol. 2, Pergamon
Press, London, 1980.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations, Allyn &
Bacon, Inc., Boston, 1988.
Green, Don, Perry’s Chemical Engineering Handbook, 6th ed. McGraw-
Hill, New York, 1988.
McCabe, Smith & Harirot, Unit Operation of Chemical Engineering, 4th
ed., McGraw-Hill Book, Co., New York, 1986.
IV. 2. Teori
Perpindahan panas dalam tangki berjaket berpengaduk merupakan salah
satu contoh proses perpindahan panas secara tak mantap (unsteady state heat
transfer)
Perpindahan panas secar tak mantap terjadi bila panas yang mengalir atau
suhu pada suatu bagian atau keduanya (aliran panas dan suhu) tidak tetap atau
bervariasi terhadap waktu.
Perpindahan panas dimana perubahan panas yang terjadi tidak kontinu
biasa disebut sebagai proses perpindahan panas secara batch. Proses perpindahan
panas secara batch ini terbagi menjadi berbagai jenis berdasarkan berbagai variasi
variabel proses yang dipergunakan, antara lain: Prosesnya pemanasan atau
pendinginan, Pemanasnya/pendinginnya coil, jaket atau external exchanger, Jenis
pemanas/pendinginnya isotermal atau non-isotermal, Dengan pengadukan
(agitated) atau tidak (non-agitated)
Masing-masing jenis proses perpindahan panas secara batch di atas
perhitungan panasnya menggunakan persamaan dan rumus-rumus tersendiri
tergantung jenisnya.
Pada proses pemanasan atau pendinginan fluida dalam tangki berjaket
berpengaduk, perhitungan perpindahan panasnya biasanya diarahkan untuk
mendapatkan beberapa variabel penting, di antaranya : waktu proses, luas
penampang/kontak perpindahan panas, koefisien perpindahan panas overall,
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Di mana:
(9)
(10)
(11)
Sehingga:
Di mana :
dQ‟ : perubahan panas t1 : suhu fluida masuk jaket
: perubahan/selang waktu U : koefisien perpindahan panas
overall
M : massa fluida panas dalam
A : luas permukaan kontak antara
tangki
fluida panas dan dingin
C : kapasitas panas fluida panas
: beda suhu rata-rata logaritmik
dalam tangki
dT : perubahan suhu fluida panas (deltatlmtd)
w : laju alir fluida dingin dalam T1 : suhu fluida panas awal dalam
jaket tangki
c : kapasitas panas fluida dingin T2 : suhu fluida panas akhir dalam
dalam jaket tangki
t2 :suhu fluida dingin keluar jaket : selang waktu proses
pada selang waktu
Steam
V1
K TI 8
T2 O
N
V2 D
A2 E
MOTOR N
PENGADUK S
E
TI 10 FI 12
R
TIC 6
T1
V3
AIR
TIC 7
DISTILAT
V. 1. Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat (1) mengamati proses
pengeringan dengan fluidized bed dryer, (2) mengoperasikan peralatan fluidized
bed dryer dengan benar dan aman, dan (3) menghitung koefisien perpindahan
panas dan massa yang terjadi di dalam pengering serta efisiensi pengeringan.
V. 2. Teori
Separasi atau pemisahan komponen yang memiliki perbedaan sifat fisik
ataupun kimiawi merupakan salah satu proses yang sering dijumpai pada proses
teknik kimia selain pencampuran, reformasi, dll. Pengering sistem fluidisasi
unggun (fluidized bed dryer) atau juga dikenal dengan istilah penguap unggun
terfluidisasi merupakan salah satu proses yang bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi atau kemurnian suatu komponen yang berbentuk padatan dengan
menghilangkan cairan yang terkandung di dalamnya (biasanya pelarut air) yang
bertitik didih lebih rendah. Sedang padatan yang lebih tinggi titik didihnya akan
didapatkan sebagai produk akhir yang diharapkan kering, ringan tetapi
mempunyai karakteristik awal. Penggunaan media pemanas, biasanya steam,
sangat besar pengaruhnya, selain rancang bangun dari peralatan itu sendiri. Proses
ini banyak digunakan pada produk farmasi yang mementingkan sterilitas. Sedang
untuk produk bahan bangunan, misalnya semen, bijih plastik,dll. Biasanya yang
menjadi alasan digunakan proses ini adalah kapasitas. Penggunaan reaktor dengan
unggun terfluidisasi banyak digunakan pada proses reforming produk nafta
dengan penggunaan berbagai katalis (biasanya berupa campuran logam).
Perhitungan perpindahan kalor dan massa memerlukan pengetahuan
tentang luas area kontak fluida (udara) dengan partikel unggun, laju massa dan
juga kekuatan penyebab (driving force) yang biasanya berupa temperatur dan
konsentrasi. Masalah yang paling sering dijumpai adalah penentuan titik fluidisasi
yang dikategorikan optimum (dikenai fluidisasi partikulat/homogen) di mana laju
(1)
(2)
Atau (3)
(5)
(6)
(7)
(9)
Gambar V.1 menunjukkan grafik yang menunjukkan hubungan –ΔP dengan Uc Comment [V1]: CARI
GAMBARNYA!!
pada proses fluidisasi.
di mana U1 dan U2 adalah laju alir udara masuk dan keluar (dari anemometer, m/s)
dikalikan luas permukaan/lubang masuk maupun keluar dikalikan v volume jenis
sehingga didapatkan dari laju massa (kg/s)
(11)
di mana hD = koefisien perpindahan massa unggun basah dan udara
ρ1 = massa jenis (densitas) udara sebelum masuk kolom unggun.
Sedang bahan yang digunakan adalah biji wijen, ketumbar, Silica gel dll
(ditentukan kemudian).
V. 4. Prosedur Percobaan
Persiapan Bahan
Timbang biji wijen, silica gel atau bahan laindalm keadaan kering.
V. 5. Keselamatan Kerja
Untuk menghentikan mesin secara mendadak, karena adanya suatu
kecelakaan atau yang dapat mengakibatkan kecelakaan, tekan “EMERGENCY
PIC
GS
KS SC
PIC
PIC
M
TI2
M
UDARA KELUAR
PI 1 KIPAS ISAP
HS
PI 2
BS
PI4
F2
PI3 TI1
PENYARING
UDARA HE
VI. 2. Teori
VI. 2. 1. Pendahuluan
Pada sebagian besar proses kimia, panas diberikan atau diserap , dan pada
kebanyakan pabrik/industri kimia, fluida seringkali harus dipanaskan atau
didinginkan. Seperti pada furnace, evaporator, unit distilasi, dryer, benjana
reaktor, dll. Persoalan utama yang dihadapi adalah perpindahan panas pada
kecepatan/ laju yang ditentukan atau dikehendaki. Di pihak lain, seperti pada pipa
steam, benjana/kolom pemanas,dll diperlukan cara untuk mencegah atau
mengurangi kehilangan panas. Di sini tampak bahwa pengendalian aliran panas
pada berbagai bentuk peralatan merupakan salah satu bagian penting dalam
teknologi proses di teknik kimia.
Perpindahan panas akan terjadi apabila terdapat 2 bagian dalam sistem
yang mempunyai suhu berbeda. Panas akan mengalir dari bagian yang suhunya
relatif lebih tinggi ke bagian lain yang suhunya relatif lebih rendah.
Secara garis besar terdapat 3 bentuk/mekanisme perpindahan panas, yaitu :
a. Konduksi
Pada padatan, aliran panas secara konduksi adalah hasil dari perpindahan
energi vibrasi dari satu molekul ke molekul yang lain, dan pada fluida terjadi
sebagai hasil perpindahan energi kinetik. Perpindahan panas secara konduksi juga
Sisi tube biasa digunakan untuk cairan yang lebih mengotori dinding, atau
lebih korosif, atau untuk fluida dengan tekanan yang lebih tinggi. Pembersihan
bagian dalam tube lebih mudah dilakukan daripada membersihkan bagian luar.
Ketika gas atau uap digunakan sebagai cairan pertukaran panas, biasanya
diletakkan di sisi shell. Cairan dengan viskositas tinggi, di mana penurunan
tekanan untuk mengalir melalui tabung mungkin besar, juga diletakkan pada sisi
shell.
Bahan yang paling umum dari penukar panas tipe shell and tube adalah
baja karbon. Bahan lain seperti stainless steel atau tembaga dapat digunakan
ketika diperlukan, dan pilihan ini ditentukan oleh potensi korosi serta persyaratan
kekuatan mekanik.
Perhitungan perpindahan panas dalam alat penukar panas shell and tube
selalu melibatkan faktor koreksi untuk menghitung log mean temperature
difference (LMTD) dari penukar panas counter current. Hal ini untuk
Gambar VI. 1. Sketsa penukar panas shell and tube tipe 1-1
Perhitungan pada penukar panas tipe shell and tube dilakukan dengan cara
yang sama seperti pada penukar panas tipe plate and frame, yaitu menggunakan
Nilai faktor koreksi tergantung pada tipe dari penukar panas shell and
tube. Nilai faktor koreksi untuk beberapa tipe shell and tube disajikan dalam
Gambar VI.2.
(a)
(b)
VI. 6. Tugas
1) Baca pustaka yang mendukung teori tentang dua alat penukar panas selain
Plate and Frame Heat Exchanger dan tuliskan cara menghitung koefisien
perpindahan panas overall untuk kedua alat tersebut!
2) Hitung efisiensi perpindahan panas pada masing – masing alat penukar
panas tersebut beserta koefisien perpindahan panas overall-nya!
3) Hitung jumlah plate dalam unit Plate and Frame Heat Exchanger yang
anda pakai dan tentukan konfigurasi arah alirannya (sertakan sketsa /
gambar arah aliran).