Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

PERILAKU PENATALAKSANAAN PERSONAL HYGIENE SAAT

MENSTRUASI PADA SISWI KELAS X DI SMA XAVERIUS 2

PALEMBANG 2017

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Putri Anisa

(30.01.13.0051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

PALEMBANG 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi pada remaja merupakan suatu kondisi sehat

yang lebih menyangkut pada sistem reproduksi meliputi komponen, fungsi

dan proses, yang dapat dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental,

emosional, maupun spiritual (BKKBN, 2012) dalam (Hutagaol, 2013).

Kesehatan reproduksi merupakan komponen yang sangat penting bagi

kesehatan pria dan wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita.

Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan pada

kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena masalah

gender, wanita juga memiliki kebutuhan kesehatan sebagai fungsi seksual

dan repsoduksi (Kusmiran, 2014).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan

reproduksi adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi,

tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal

yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta

prosesnya. Hampir seluruh negara menjadikan kesehatan reproduksi

remaja sebagai salah satu program negara (Yasnani, 2016).


Pemahaman remaja pada kesehatan reproduksi menjadi bekal

dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua

remaja yang mendapatkan informasi yang cukup dan benar tentang

kesehatan reproduksi (Andhyantoro, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) remaja berarti

“tumbuh menjadi dewasa” yaitu menginjak usia antara 10 sampai dengan

19 tahun, sedangkan pendapat dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)

usia antara 15 sampai dengan 24 tahun disebut kaum muda (youth). Selain

pendapat dari PBB, menurut The Health Resources and Services

Administration Guidelines Amerika Serikat mengungkapkan bahwa

berusia 11-12 tahun itu bisa dikatakan remaja. Remaja dibagi menjadi tiga

tahap, yaitu usia 11-12 tahun disebut remaja awal, 15-17 tahun disebut

remaja tengah, dan 18-21 tahun itu disebut dengan remaja akhir. Dalam

terminologi definisi tersebut disatukan menjadi kaum muda (young

people) usia antara 10-24 tahun (Kusmiran, 2014).

Masa remaja merupakan masa transisi pada remaja yang dikenal

sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat reproduksi remaja

mencapai suatu kematangan, yang secara anatomis alat-alat reproduksi

maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh suatu bentuk yang

sempurna (Dahro, 2012).

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan dari organ

fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak sama dengan perubahan
mental emosional, dengan adanya perubahan besar tersebut dapat

menimbulkan kebingungan bagi remaja yang sedang mengalaminya. Maka

dari itu perlu adanya pengertian, bimbingan, dan dukungan dari

lingkungan sekitarnya, agar perubahan tersebut dapat menjadi tumbuh dan

berkembang secara sehat sehingga remaja bisa menjadi manusia dewasa

yang sehat secara jasmani, rohani, dan sosial (Widyastuti et al., 2009).

Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk yang

ada di Dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara

berkembang. Sedangkan di Indonesia, jumlah remaja dengan kaum muda

berkembang sangatlah cepat. Berkisar antara 1970 sampai 2000, kelompok

dari umur 15-24 jumlahnya lebih meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta

atau dari 18% menjadi 21% dari jumlah total populasi di Indonesia

(Kusmiran, 2014).

Menurut Irianto (2014), seorang wanita yang normal telah

memasuki masa akil balig atau masa dewasa akan segera mengalami

menstruasi. Siklus menstruasi lebih mengacu pada perubahan yang muncul

pada uterus. Rata-rata siklus menstruasi pada seorang wanita yaitu sekitar

28 hari. Umumnya remaja yang mengalami menstruasi pertama kali

(menarche) adalah menginjak usia 12 sampai dengan 16 tahun. Pada

periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek misalnya masalah

psikologi yang akan dialami remaja. Perubahan psikologi yang terjadi

pada remaja saat menstruasi adalah sekitar 80% remaja mengalami sangat
sensitif, mudah marah, merasa pusing, serta sangat malas dalam

mengerjakan sesuatu (Syadzili, 2008) dalam (Winerungan, 2013).

Salah satu fenomena perilaku personal hygiene remaja pada saat

menstruasi masih sangat rendah, diperlihatkan oleh penelitian Widyantoro

mengenai personal hygiene saat menstruasi pada pengunjung rumah sakit

di Subang dan Tanggerang mengungkapkan bahwa sebagian besar 77,5%

di Subang dan 68,3% di Tanggerang mempunyai perilaku personal

hygiene saat menstruasi yang buruk (Kusumastuti, 2016).

Perilaku dalam merawat vulva hygiene saat menstruasi masih

sangat kurang seperti malas mengganti pembalut yang dapat menyebabkan

infeksi jamur dan bakteri yang terjadi saat menstruasi di karenakan bakteri

yang berkembang pada pembalut. Selain itu penatalaksanaan personal

hygiene saat menstruasi dapat dilakukan dengan mengganti pembalut

paling sedikit 2 kali dalam sehari atau bahkan bisa 4 kali dalam sehari jika

banyak mengeluarkan darah, tidak hanya itu saja saat mandi dan buang air

pun, vagina harus dikeringkan dengan tisue atau handuk agar tidak lembab

dan memudahkan jamur untuk berkembang, gunakanlah pembalut yang

lembut, dan menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan yang

mudah menyerap keringat (Lestari, 2015).

Menurut Komalasari (2015), perilaku personal hygiene saat

menstruasi merupakan bagian dari kebersihan seseorang yang memegang

peranan penting dalam status kesehatannya, termasuk menghindari adanya


gangguan pada alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah

dalam rahim sangat rentan terkena infeksi. Maka dari itu, kebersihan alat

reproduksi harus dijaga dengan baik karena kuman sangat mudah sekali

masuk dan menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). ISR adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman yang masuk dan

berkembang di dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi

tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit. Kemudian masalah

yang dapat timbul akibat kurangnya pengetahuan dalam menjaga

kebersihan pada alat reproduksi yaitu kanker serviks, keputihan, iritasi

kulit genetalia, alergi, peradangan atau Infeksi Saluran Kemih (ISK)

(Yasnani, 2016).

Menurut Soekanto (2002) dalam Lestari (2015) mengatakan

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, merupakan domain yang penting

dalam membentuk tindakan sesorang (overt behavior). Proses kognitif

meliputi ingatan, pikiran, persepsi, simbol-simbol penalaran dan

pemecahan persoalan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Yusuf, 2016) menunjukkan dari 46

siswi di dapatkan pengetahuan baik dengan praktik menstruasi hygiene

genetalia baik sebanyak 13 orang (68,4%), pengetahuan baik dengan

praktik menstruasi hygiene genetalia kurang baik sebanyak 6 orang

(31,6%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan

praktik menstruasi hygiene genetalia baik sebanyak 8 orang (29,6%), dan


pengetahuan kurang baik dengan praktik menstruasi hygiene genetalia

kurang baik sebanyak 19 orang (70,4%).

Pengetahuan remaja putri tentang hygiene menstruasi cenderung

belum adekuat, terlebih berhubungan dengan genetalia. Penanganan

kebersihan diri yang tidak benar dan hygiene yang kurang baik juga dapat

mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme secara berlebihan dan

akhirnya mengganggu fungsi alat reproduksi. Kebersihan perorangan atau

personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis.

Salah satu dampak kurang menjaga personal hygiene adalah terjadinya

keputihan (Lestari, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh dari wawancara

dengan menanyakan langsung kepada 12 orang siswi SMA Xaverius 2

Palembang terdapat 9 siswi yang memiliki pengetahuan dan perilaku

personal hygiene yang kurang saat menstruasi seperti mengganti pembalut

hanya 2 kali sehari, lebih memilih pembalut yang bermerk ketimbang

memakai pembalut tradisional/kain, dan menggunakan pembalut seharian

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik ingin

mengetahui tentang bagaimana hubungan pengetahuan remaja putri

terhadap perilaku penatalaksanaan personal hygiene saat menstruasi pada

siswi kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang 2017.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah penelitian “Apakah

ada hubungan pengetahuan remaja putri terhadap perilaku penatalaksanaan

personal hygiene saat menstruasi pada siswi kelas X dan XI di SMA

Xaverius 2 Palembang 2017?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap

perilaku penatalaksanaan personal hygiene saat menstruasi pada siswi

kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang personal

hygiene pada siswi kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang

2017.

b. Untuk mengetahui perilaku penatalaksanaan personal hygiene saat

menstruasi pada siswi kelas X dan XI di SMA Xaverius 2

Palembang 2017.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap

perilaku penatalaksanaan personal hygiene saat menstruasi pada

siswi kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi SMA Xaverius 2 Palembang

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswi

untuk mengembangkan ilmu keperawatan maternitas sehingga dapat


meningkatkan mutu asuhan keperawatan terutama untuk mengetahui

hubungan pengetahuan remaja putri terhadap perilaku penatalaksanaan

personal hygiene saat menstruasi pada siswi kelas X dan XI di SMA

Xaverius 2 Palembang.

2. Bagi Seluruh Siswi Kelas X dan XI SMA Xaverius 2 Palembang

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk

mengembangkan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai

penatalaksanaan personal hygiene saat menstruasi bagi pihat sekolah

yang bersangkutan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan dan pengalaman secara langsung dalam melakukan penelitian

dengan tata cara yang baik dan benar. Selain itu dapat melaksanakan

penelitian ini, peneliti juga dapat mengetahui pengetahuan remaja putri

terhadap perilaku penatalaksanaan personal hyigene saat menstruasi pada

siswi kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang 2017.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk kedalam area Keperawatan Maternitas dan

penelitian ini dilakukan dengan cara kuantitatif, metode yang digunakan

adalah survey analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan maret 2017 dengan sasaran siswi kelas X dan XI

di SMA Xaverius 2 Palembang. Masalah dalam penelitian ini adalah

hubungan pengetahuan remaja putri tentang perilaku penatalaksanaan


personal hygiene pada kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang

2017.
F. Penelitian Terkait

Tabel 1.1 Penelitian Terkait

No Judul Penelitian Nama Perbedaan Persamaan

Penelitian dengan penelitian dengan teori

1. Hubungan Pengetahuan dan Diah Variabel yang diteliti, Metode

karakteristik remaja putri tentang Andriani jumlah sampel, jenis penelitian

menstruasi dengan perilaku hygiene Kusumastuti penelitian, teknik

saat menstruasi pondok Nurul pengambilan sampel, dan

Alimah di Lemah Gunung waktu penelitian

Kabupaten Kudus

2. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Ester Maria Variabel yang diteliti, Metode

Reproduksi dengan kejadian iritasi Winerungan jumlah sampel, jenis penelitian

vagina saat menstruasi pada remaja penelitian, teknik

di SMP Negeri 8 Manado 2013


pengambilan sampel, dan

waktu penelitian

3. Faktor yang berhubungan dengan Dina Variabel yang diteliti, jenis Metode

praktik imenstruasl hygiene genetalia Fikriyana penelitian, jumlah sampel, penelitian dan

pada siswi SMPLB Tunagrahita di Yusuf dan waktu penelitian teknik

Semarang Irwan pengambilan

Budiono sampel

Anda mungkin juga menyukai