Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah besar dan
memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya. Salah satu bentuk perhatian Khusus
pemerintah dalam menanggulangi angka kelahiran yang tinggi tersebut, adalah dengan
melaksanakan pembangunan dan keluarga berencana secara komprehensif (Sarifuddin, 2006).
Gerakan Keluarga Berencana Nasional disiapkan untuk membangun sumber daya
manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatkan peran serta masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pembangunan keluarga sejahtera dalam rangka
pelayanan KB.
Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun
1970 terbentuk Badan Koordinasasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini
salah satu tujuannya adalah menjarangkan kehamilan menggunakan metode Kontrasepsi dan
menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyrakat melalui usaha-usaha
perencanaan dan pengendalian penduduk. Gerakna KB Nasional selama ini telah berhasil
mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin
mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan, bahkan terus ditingkatkan karena
pencapaian tersebut belum rata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya
dalam penggunaan metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara
pemakaian alat Kontrasepsi dapat dikatakan bahwa 55,46% akseptor KB memiliki suntikan
sebagai alat Kontrasepsi, 16,58% memilih pil, 3,45% memilih implant, 7,02% memiliki IUD
dan lainnya 7,32%. Pada umumnya masyarakat memilih metode non MKJP. Sehingga metode
KB MKJP seperti Intra Uterine Device (IUD)(http://manajemenpk.bkkbn.go.id, 2018).
Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Tanjungsari bahwa pengguna alat kontrasepsi
Metode Kontrasespsi Jangka Panjang (MKJP) khususnya IUD dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor. Misalnya, faktor tingkat ekonomi, usia, paritas, dan pendidikan. Pada umumnya
PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak menggunakan suntik
dan pil. Akseptor dianjurkan untuk menggunakan program metode Kontrasespsi Jangka
Panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi IUD.
Intra Uterine Device (IUD) metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap lebih
efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi suntik, pil, maupun kondom
(www.nkkbn.go.id,1998). Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan
penelitian mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB IUD di
Puskesmas Tanjungsari”.

B. Rumusan Masalah
Dari hasil survey yang dilakukan BKKBN bahwa dari 7.458.452 jiwa akseptor KB
ditemukan hanya 523.543 jiwa (7,02%) yang menggunakna metode kontrasepsi IUD. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat ekonomi, usia, paritas, dan pendidikan.
Dengan demikian rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa besar faktor-faktor tersebut
mempengaruhi akseptor KB tidak memilih metode kontrasepsi IUD.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor KB IUD di
Puskesmas Tanjungsari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat ekonomi yang mempengaruhi akseptor KB di Puskesmas
Tanjungsari
b. Mengetahui tingkat usia akseptor KB di Puskesmas Tanjungsari.
c. Mengetahui tingkat paritas akseptor KB di Puskesmas Tanjungsari.
d. Mengetahui tingkat pendidikan akseptor KB di Puskesmas Tanjungsari.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dalam hal Keluarga Berencana, khususnya Intra Uterine
Device (IUD) dan merupakan syarat memenuhi menyelesaikan studi di Bhakti Pertiwi Husada
(BPH).
2. Bagi Tempat Penelitian
Puskesmas lebih mengpromosikan tentang pemakaian IUD dan menambah wawasan
aseptor tentang manfaat dan keunggulan menggunakan Intra Uterine Device (IUD).
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan strategi, pengembangan dan penelitian
tentang pengetahuan Intra Uterine Device (IUD) yang lebih efektif di masa yang akan datang.
4. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan, untuk melakukan penelitian
ditempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
5 Bagi Akseptor KB
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang bertujuan untuk menambah wawasan
akseptor KB.

Anda mungkin juga menyukai