Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

Nama : Putri Annisa

NIPP : 2015 401 2 2006

Homebase : RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Pembimbing : dr. Nafiah Chusniyati, Sp.KK, M.Sc

A. Identitas
Nama : Tn. AY
Usia : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjann : Mahasiswa
Alamat : Yogyakarta
B. Rangkuman kasus
- Keluahan utama : Bintil-bintil berair diseluruh tubuh
- Riwayat penyakit Sekarang (RPS) :
Seorang laki-laki berusia 17 tahun datang ke poli klinik kulit RS PKU
Muhammadiyah Gamping dengan keluhan bintil-bintil berair sejak ±3 hari yang
lalu. Awalnya timbul bintil-bintil merah yang terasa gatal pada belakang telinga
dan punggung. 1 hari kemudian, bintil-bintil tersebut berubah menjadi gelembung
berisi cairan jernih. Sehari setelah itu menyebar dan timbul bintil-bintil baru dan
juga gelembung berisi cairan di wajah, leher, perut, belakang telinga, kedua
lengan dan kedua tungkai. Beberapa gelembung pecah hingga berbekas seperti
keropeng kehitaman. Pasien mengatakan keluhan disertai demam pada hari
pertama sampai hari kedua. Selama demam pasien mengatakan tidak mandi.
- Riwayat penyakit Dahulu (RPD) :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat asma, alergi obat, alergi makanan/minuman, alergi dingin/debu
disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Riwayat penyakit serupa pada anggota keluarga disangkal.
Riwayat diabetes mellitus, asma, alergi makanan/minuman/obat/cuaca
dingin/debu disangkal.

- Riwayat Personal Sosial (RPSos) :


Pekerjaan sehari-hari pasien sebagai mahasiswa

- Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Generalis :
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan
- Nadi : Tidak dilakukan
- Pernafasan : Tidak dilakukan
- Suhu : Tidak dilakukan
Status Dermatologiskus :
 Inspeksi & Palpasi :
Pada seluruh tubuh: papul eritem, vesikel, krusta multiple
- Diagnosis kerja
Varicela
- Diagnosis banding
Variola
Herpes Simplek
- Terapi
R/ Acyclovir tab 400mg No.LXXI (70)
ʃ 5 dd II

R/ Ceterizin tab No.X


ʃ 0-0-1

C. Analisis
- Bagaimana gejala klinis varicela?
- Bagaimana cara penegakkan diagnosis varicela?
- Serta penatalaksanaan pada kasus varicela ?
Gejala Klinis
Gejala prodormal seperti demam, malaise ringan, kedinginan, nyeri kepala, anoreksia,
nyeri punggung, dan nyeri tenggorok 2-3 hari sebelum timbul lesi biasanya ditemukan pada
anak yang lebih besar dan dewasa, pada anak yang lebih kecil jarang ditemukan. Kemudian
diikuti dengan munculnya lesi awal di muka dan kulit kepala dan menyebar dengan cepat ke
badan dan ekstremitas, sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Lalu lesi bertambah
banyak terutama pada kulit yang cekung dan terlindungi. Gambaran khas biasanya terdapat
semua stadium lesi secara bersamaan dalam satu saat dengan jumlah rata-rata 250-500 lesi.

Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat berkembang menjadi papul, vesikel,
pustul, dan krusta. Vesikel biasanya superfisial dan dindingnya tipis sehingga terlihat seperti
tetesan air di atas kulit berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar
dengan lipatan kulit. Mula-mula vesikel dikelilingi daerah eritematosa dan pada stadium
vesikular ini gejala yang paling mengganggu adalah gatal, kemudian cairan vesikel cepat
menjadi keruh karena masuknya sel radang sehingga menjadi pustul. Lesi kemudian
mengering mula-mula di tengah sehingga menyebabkan umbilikasi (delle), dan menjadi
krusta. Krusta lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas cekung kemerahan yang
berangsur menghilang, kadang meninggalkan bercak hipopigmentasi yang menetap beberapa
minggu/bulan. Pada varisela jarang terjadi parut, kecuali bila superinfeksi bakterial atau
krusta dilepaskan.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
- Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Varisela biasanya mudah untuk didiagnosis berdasarkan lesi kulit yang timbul, terutama bila
ada riwayat terpajan varisela 2-3 minggu sebelumnya. Diagnosis klinis dapat didasarkan atas
adanya :

1. Erupsi papulovesikular yang dapat disertai demam dan gejala konstitusi ringan
yang dapat didahului oleh gejala prodormal.
2. Lesi kulit timbul dalam jumlah banyak dan dengan distribusi sentral
3. Lesi kulit berkembang cepat, mulai dari makula menjadi papul, vesikel, pustul,
dan terakhir menjadi krusta
4. Terdapat semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat dalam suatu daerah
anatomik
5. Terdapat lesi di mukosa mulut.
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin tidak membantu dan tidak diperlukan untuk menegakkan
diagnosis varisela.

Pemeriksaan dengan pulasan tzanck test terhadap kerokan dasar vesikel menunjukkan
sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan inklusi intarnuklear yang
asidofilik (efek sitopatik VVZ). Tetapi hasil tersebut juga ditemukan pada pada infeksi virus
herpes simpleks (VHS). Gambaran histopatologik maupun pemeriksaan dengan mikroskop
elektron juga tidak bebeda dengan infeksi VHS.

Diagnosis pasti adalah dengan mengisolasi VVZ(Virus Varicela Zooster) pada kultur sel
yang diinokulasi dengan cairan vesikel, darah, cairan serebrospinal, atau jaringan yang
terinfeksi, waalupun hanya 30-60 % positif. Selain itu dapat juga mengidentifikasi antigen
VVZ dari jaringan tersebut, antara lain dengan pemeriksaan imunofluoresen, pewarnaan
imunoperoksidase, countercurren imunoelektroforesis (CIE), enzyme immunoassay, atau
antibodi monoklonal

Prinsip penatalaksanaan
1. Asiklovir.
Pengobatan dini varisela (dalam 24 jam setelah timbul erupsi kulit) pada anak
imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4 x 20 mg / kg BB/ hari selama 5 hari,
memperpendek masa sakit, meringankan derajat varisela, dan menurunkan demam
lebih cepat. Hal yang sama juga didapatkan pada pengobatan varisela pada pubertas
dengan dosis 5x800mg / hari selama 5 hari. Pada orang dewasa imunokompeten,
pengobatan dini (dalam 24 jam setelah timbul erupsi kulit) dengan dosis 5x800mg / hari
selama 7 hari, mengurangi masa krustasi lesi kulit, luas penyakit, lamanya gejala, dan
demam.

Pada anak pubertas imunokompeten, varisela relatif ringan sehingga umumnya


tidak memerlukan pengobatan antivirus, sedangkan pada orang dewasa yang
imunokompeten anti virus sebaiknya diberikan karena gejala varisela lebih berat dan
komplikasi lebih sering terjadi.

2. Valasiklovir dan Famsiklovir


Merupakan prodrug asiklovir yang mempunyai bioavailability oral lebih baik
daripada asiklovir sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat
berkurang.

Pada valasiklofir kadar plasma yang tinggi dapat dicapai dengan dosis 3x1 g/ hari,
mendekati kadar asiklovir secara intravena 5 mg/kg BB setiap jam. Famsiklofir 3x
500mg / hari juga dapat mencapai kadar yang tinggi dalam plasma. Oleh karena itu
Valasiklofir dan famsiklofir dapat dipertimbangkan digunakan utuk varisela pada orang
dewasa, namun kedua obat tersebut belum ada formulasinya untuk anak-anak.

3. Vidarabin

Suatu analog nukleosida purin, difosforilasi oleh kinase seluler menjadi vidarabin
trifosfat yang menghambat polimerase DNA virus lebih banyak daripada polimerase DNA
selular. Tetapi vidarabin bukan inhibitor selektif terhadap replikasi virus sehingga berpotensi
untuk menjadi sitotoksik, karena itu sekarang jarang digunakan.

4. Foskarnet

VVZ mutan yang resisten terhadap Asiklovir biasanya terdapat pada pasien
imunokompromais, dapat diberikan Foskarnet 40 mg / kg BB intravena setiap 8 jam sampai
sembuh. Infeksi dengan VVZ mutan yang resisten terhadap asiklovir

Rejimen pengobatan varisela pada pasien imunokompeten berdasarkan kelompok pasien.

Kelompok pasien Rejimen pengobatan

Neonatus Asiklovir 500 mg / m2 setiap 8 jam selama 10 hari

Anak Hanya simptomatik atau dengan Asiklovir 4x20 mg / kg BB


per oral selama 5 hari

Pubertas, dewasa Asiklovir 5x800 mg / hari per oral selama 7 hari, atau
Valasiklovir 3x1 g/ hari per oral selama 7 hari, atau famsiklofir
3x500mg / hari per oral selama 7 hari

Kehamilan, pneumonia Asiklovir 5x800 mg /hari per oral selama 7 hari atau Asiklovir
10 mg / kg BB intravena setiap 8 jam selama 7 hari.
D. Daftar pustaka

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Dalam: Varisela. Budimulja,

Unandar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.

2. Harahap, Marwali. Varisela. Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Hipokrates : 2000.

3. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua. Jakarta: EGC, 2003.

4. https://www.scribd.com/doc/285737096/jurnal-varicela

Anda mungkin juga menyukai