Anda di halaman 1dari 6

The Effect of Corn Flavor on Consumer Acceptance of Catfish Macaroni

(Pangasius hyphopthalmus)

by:

Zulpikar 1), Suparmi 2), Sumarto 2)


1)
Student of Faculty of Fisheries and Marine Science University of Riau
2)
Lecturer of Faculty of Fisheries and Marine Science University of Riau

ABSTRACT

The research was intended to determine the effect of corn flavor on consumer acceptance of
catfish macaroni. The research was conducted at the Laboratory of Fish Processing Technology and
Food Chemistry Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau in Juli 2012. Catfish
weighing 500-700 gram each were taken from a fish market in Pekanbaru. The fish was ground and
made for macaroni by addition of 0%, 0.5%, 1% and 1.5% corn flavor. The final products were
evaluated for consumer acceptance, moisture, protein, fat and rehydration capacity. The results
indicated that the fish macaroni fortified with 1.5% corn flavor was the most acceptable by
consumer. The compotition of the product was moisture: 10.89%, protein: 10.71%, fat: 1.64% and
rehydration capacity: 41.04%.

Keywords: catfish, macaroni, corn flavor, consumer acceptance

PENDAHULUAN cukup baik, yaitu mencapai 7-8 mg per 100


Ikan Patin merupakan salah satu jenis gram. Niasin (vitamin B-3) merupakan bagian
ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di dari vitamin B-kompleks. Dalam metabolisme
daerah Provinsi Riau. Provinsi Riau adalah sehari-hari, angka kecukupan gizi niasin
salah satu daerah penghasil ikan patin dan sebenarnya sangat kecil, yaitu 13-18 mg per
sedang aktif dikembangkan dengan jumlah hari untuk orang dewasa (Astawan, 2009).
yang sangat pesat. Produksi ikan patin di Salah satu sebab makaroni menjadi
Provinsi Riau pada tahun 2010 sebesar 383 populer adalah bentuk makaroni dan ukuran
ribu ton (Dinas Kelautan dan Perikanan makaroninya tersedia dalam ratusan
Provinsi Riau, 2011). model/jenis dan cara memasak atau
Untuk meningkatkan pemanfaatan dan menggunakan produk sejenis ini tidak
konsumsi ikan patin perlu adanya diversifikasi terhitung jumlahnya. Meskipun sebagian
produk olahan perikanan yang bertujuan besar produk makaroni food hanya dibuat dari
untuk penganekaragaman produk olahan semolina dan air, tetapi produk food makaroni
perikanan guna menghindari kejenuhan dapat dibentuk dalam berbagai bentuk yang
konsumen dalam mengkonsumsi produk- menghasilkan berbagai variasi masakan
produk olahan hasil perikanan dan juga (Karpetitem, 2009).
diharapkan dapat meningkatkan mutu serta Untuk melengkapi nilai gizi dari
nilai ekonomis bagi produk olahan perikanan makaroni maka telah dikembangkan dengan
itu sendiri. Salah satu usaha yang dapat penambahan daging ikan salah satunya yaitu
dilakukan adalah pembuatan makaroni dari daging ikan patin. Penelitian pembuatan
ikan patin. makaroni dengan penambahan daging ikan
Keistimewaan produk makaroni antara patin telah dilakukan oleh Suparmi dan
lain: kaya akan karbohidrat kompleks Adrianus (2010), menyatakan bahwa
terutama (pati) dan kandungan proteinnya pembuatan makaroni dengan penambahan
yang cukup baik, Keunggulan lain dari daging ikan patin 20% adalah yang terbaik
makaroni adalah kandungan niasinnya yang dengan karakteristik produk berwarna kuning
pudar, aroma dan rasa ikan terasa, dan sebanyak tiga kali. Parameter yang digunakan
teksturnya keras gurih. Nilai gizinya adalah adalah uji penerimaan dilihat dari nilai
kadar air 12.29%, kadar protein 18.67%, kesukaan, skala hedonik (1 = tidak suka, 2 =
kadar lemak 1.84% dan daya rehidrasi suka dan 3 = sangat suka) terhadap rupa, rasa,
39.78%. tekstur dan aroma. Pengujian organoleptik
Untuk menambah pilihan rasa oleh dilakukan oleh panelis tidak terlatih sebanyak
konsumen, maka makaroni ikan patin dapat 80 orang dengan mengisi skorsheet, analisis
diberikan suatu flavor dengan aneka rasa. proksimat (analisis kadar air, lemak dan
Berdasarkan hasil penelitian terkait yang protein) serta uji daya rehidrasi.
dilakukan dalam pengembangan flavor Data yang diperoleh dari hasil
keripik jamur dieng oleh Aryanto (2006), penelitian terlebih dahulu dilakukan uji
menyatakan bahwa penggunaan flavor jagung normalitas, apabila sebaran data normal maka
bakar paling disukai oleh konsumen dalam analisis dilanjutkan dengan analisis varians
pembuatan keripik jamur dieng jika (Anava), kemudian disajikan dalam bentuk
dibandingkan dengan penggunaan flavor tabel. Apabila sebaran tidak normal, maka
lainnya (flavor barbeque, keju dan pedas perlu ditransformasikan terlebih dahulu
manis), flavor yang digunakan sebanyak (Gasperz, 1991).
0.05%. Keunggulan produk kripik jamur Model matematis yang diajukan
dieng yang diberi flavor jagung bakar yaitu berdasarkan Gasperz (1991), adalah sebagai
dalam bentuk, warna dan aroma dimana berikut :
memiliki rasa yang paling pas antara asin, Yij = µ + τi + εij
manis dan gurihnya, disamping itu Keripik Keterangan :
Jamur dengan flavor jagung bakar memiliki Yij = Nilai pengamatan dari ulangan ke-j
penampakan dan warna yang paling menarik. yang memperoleh perlakuan ke-i
Berdasarkan hal tersebut penulis µ = Nilai tengah umum
tertarik untuk melakukan inovasi baru dalam τi = Pengaruh perlakuan ke-i
diversifikasi pada produk makaroni ikan patin εij = Pengaruh galat ke-j yang memperoleh
dengan pemberian flavor jagung guna perlakuan ke-i
mengantisipasi kejenuhan konsumen akan Berdasarkan hasil analisis varians, jika
produk makaroni ikan patin dan pemberian diperoleh Fhitung > Ftabel pada tingkat
flavor jagung ini diharapkan dapat kepercayaan 95%, maka hipotesis ditolak.
memberikan keunggulan pada makaroni ikan Apabila hipotesis ditolak, maka dilakukan uji
patin dari segi warna dan aroma selain itu lanjut untuk melihat perbedaan setiap
dipasaran belum dijumpai produk makaroni perlakuan.
ikan patin dengan pemberian flavor jagung.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui pengaruh pemberian flavor Uji Kesukaan
jagung dengan jumlah berbeda pada produk Untuk mengetahui tingkat penerimaan
makaroni ikan Patin terhadap penerimaan konsumen maka dilakukan uji kesukaan
konsumen. terhadap warna, rasa, tekstur, dan aroma
makaroni ikan patin.
METODE PENELITIAN Uji hedonik merupakan salah satu
Penelitian dilakukan dengan metode jenis uji penerimaan konsumen terhadap suatu
eksperimen yaitu melakukan percobaan produk. Dalam uji ini panelis diminta
dengan pembuatan makaroni ikan patin mengungkapkan tanggapannya tentang
dengan pemberian flavor jagung dengan kesukaan atau sebaliknya. Tingkat kesukaan
jumlah berbeda. Rancangan yang diterapkan disebut dengan skala hedonik misalnya sangat
adalah Rancangan Acak Lengkap nonfaktorial suka, suka, agak suka, dan tidak suka. Dalam
dengan empat taraf perlakuan yaitu M0 (tanpa analisisnya skala hedonik ditransformasikan
flavor jagung), M1 (0.5% flavor jagung), M2 menjadi skala numerik atau angka menurut
(1% flavor jagung) dan M3 (1.5% flavor tingkat kesukaan (Rahayu, 1998).
jagung), kemudian perlakuan diulang
Berdasarkan uji kesukaan dapat itu dipilih. Suatu bahan pangan yang dinilai
diketahui tingkat penerimaan konsumen bergizi dan teksturnya sangat baik tidak akan
terhadap makaroni ikan patin dengan dimakan apabila memiliki warna yang tidak
pemberian falvor jagung secara keseluruahan, sedap dipandang atau memberi kesan telah
dapat dilihat pada Tabel 1. menyimpang dari warna seharusnya.
Warna kuning cerah pada makaroni
Tabel 1. Tingkat penerimaan konsumen ikan patin disebabkan adanya kandungan
terhadap makaroni ikan patin dengan karotenoid yang ada pada jagung dengan
pemberian flavor jagung. jumlah 6.4 – 11.3 µg/g, 22% diantaranya
adalah beta-karoten dan 51% xantofil. Pigmen
Jumlah Panelis
Parameter xantofil yang utama adalah lutein dan
organoleptik zeaxanthin (Koswara, 2000).
M0 % M1 % M2 % M3 %

Warna 63 78.75 76 95.00 75 93.75 78 97.50 Rasa


Rasa 72 90.00 73 91.25 75 93.75 75 93.75 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
bahwa tingkat penerimaan konsumen terhadap
Tekstur 64 80.00 72 90.00 71 88.75 75 93.75 rasa makaroni ikan patin pada kategori suka
Aroma 72 90.00 74 92.50 75 93.75 77 96.25 (sangat suka dan suka) yang tertinggi yaitu
pada perlakuan M2 dan M3 adalah sama yaitu
Ket: M0: Tanpa flavor jagung, M1: Flavor jagung 0.5%,
M2: Flavor jagung 1%, M3: Flavor jagung 1.5%. sebanyak 75 orang (93.75%) dan yang
terendah pada perlakuan M0 sebanyak 72
Warna orang (90.00%). Berdasarkan hasil tersebut
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rasa yang terbaik disukai oleh konsumen
tingkat penerimaan konsumen terhadap warna adalah pada perlakuan M2 dan M3 yaitu
makaroni ikan patin pada kategori suka makaroni ikan patin dengan pemberian flavor
(sangat suka dan suka) yang tertinggi yaitu jagung 1% dan 1.5%. Hal ini dikarenakan
pada perlakuan M3 dengan jumlah 78 orang pada perlakuan M2 dan M3 flavor jagung yang
(97.50%) dan yang terendah pada perlakuan diberikan pada makaroni ikan patin lebih
M0 dengan jumlah 63 orang (78.75%). terasa di bandingkan pada perlakuan M0 dan
Berdasarkan hasil tersebut di dapat perlakuan M1.
terbaik pada perlakuan M3 yaitu makaroni Rasa merupakan faktor penting untuk
ikan patin dengan pemberian flavor jagung menentukan diterima atau tidaknya suatu
1.5% hal ini disebabkan pada perlakuan produk makanan. Walaupun semua parameter
tersebut memiliki warna kuning cerah di normal, tetapi tidak diikuti oleh rasa yang
bandingkan dengan perlakuan lainnya seperti enak maka makanan tersebut tidak akan
perlakuan M0, M1 dan M2. diterima oleh konsumen. Rasa lebih banyak
Secara keseluruhan warna makaroni melibatkan indera pengecap(Winarno, 1997).
ikan patin dengan pemberian flavor jagung Walaupun warna, aroma, dan tekstur baik,
dari tiap perlakuan yaitu (M0) memiliki warna jika rasanya tidak enak, maka makanan
putih kekuningan, (M1) memiliki warna tersebut tidak akan diterima. Oleh karena itu,
kuning pucat, (M2) dan (M3) memiliki warna rasa merupakan faktor penting lainnya dalam
kuning cerah. Warna kuning cerah ini disukai keputusan terakhir konsumen untuk menerima
oleh konsumen karena menurut (Winarno, atau menolak suatu makanan.
1997) Mutu bahan pangan pada umumnya
bergantung pada beberapa faktor. Faktor- Tekstur
faktor tersebut antara lain cita rasa, tekstur, Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
nilai gizi, mikrobiologis dan warna. Sebelum tingkat penerimaan konsumen terhadap
faktor lain dipertimbangkan, secara visual tekstur makaroni ikan patin pada kategori
faktor warna akan tampil lebih dulu. suka (sangat suka dan suka) yang tertinggi
Selanjutnya menurut (Soekarto, 1985) bahwa yaitu pada perlakuan M3 dengan jumlah 75
Faktor warna tersebut akan menjadi orang (93.75%) dan yang terendah pada
pertimbangan pertama ketika bahan makanan perlakuan M0 dengan jumlah 64 orang
(80.00%). Berdasarkan hasil tersebut di ANALISIS KIMIA
dapatkan tekstur terbaik yaitu pada perlakuan Analisis kimia yang dilakaukan dalam
M3 yaitu makaroni ikan patin dengan penelitian adalah: analisis kadar air, analisis
pemberian flavor jagung 1.5% karena kadar protein, analisis kadar lemak dan uji
memiliki tekstur kompak dengan permukaan daya rehidrasi, nilai rata-rata analisis kimia
halus. Secara keseluruhan tekstur makaroni makaroni ikan patin dengan pemberian flavor
ikan patin dengan pemberian flavor jagung jagung dapat dilihat pada Tabel 2.
bertekstur kompak hal ini sesuai dengan
pendapat (Purnomo, 1995) banyak hal yang Tabel 2. Nilai rata-rata analisis kimia (%)
mempengaruhi tekstur pada bahan pangan, makaroni ikan patin dengan
antara lain rasio kandungan protein, lemak, pemberian flavor jagung.
suhu pengolahan, kandungan air, dan aktifitas
Parameter Perlakuan
air. Tekstur merupakan suatu kelompok sifat
fisik yang ditimbulkan oleh elemen struktural Kimia M0 M1 M2 M3
bahan pangan yang dapat dirasa oleh sifat Kadar air 9.71 10.23 9.72 10.89
peraba.
Kadar protein 10.82 11.13 12.80 10.71
Tekstur merupakan parameter
organoleptik yang penting karena sifat sensori Kadar lemak 1.96 1.96 1.64 2.00
yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Daya rehidrasi 39.14 38.75 40.86 41.04
Pada umumnya konsumen memilih makanan
yang memiliki tekstur menarik (Soekarto, Kadar Air
1985). Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
kadar air rata –rata makaroni ikan patin
Aroma dengan pemberian flavor jagung berkisar
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat antara 9.71% - 10.89%. Kadar air rata-rata
bahwa tingkat penerimaan konsumen terhadap yang tertinggi pada perlakuan M3 (10.89%),
aroma makaroni ikan patin pada kategori suka sedangkan kadar air rata-rata yang terendah
(sangat suka dan suka) yang tertinggi pada adalah pada perlakuan M0 (9.71%).
perlakuan M3 dengan jumlah 77 orang Kandungan air dalam bahan makanan
(96.25%) dan yang terendah pada perlakuan mempengaruhi daya tahan bahan makanan
M0 dengan jumlah 72 orang (90.00%). terhadap serangan mikroba yang dinyatakan
Berdasarkan hasil tersebut aroma yang terbaik dengan aw, yaitu jumlah air bebas yang dapat
yang disukai konsumen adalah pada perlakuan digunakan oleh mikroorganisme untuk
M3 dimana pada perlakuan tersebut aroma pertumbuhannya (Winarno, 1997).
jagung lebih terasa dibandingkan pada Berdasarkan SNI 01-3777-1995, kadar
perlakuan M0, M1 dan M2 hal ini disebabkan air makaroni maksimal yaitu 12.5%, dapat
pada perlakuan M3 konsentrasi flavor jagung disimpulkan bahwa kadar air makaroni ikan
yang diberikan lebih banyak yaitu 1.5% patin dengan pemberian flavor jagung
sedangkan pada perlakuan M0 tanpa memenuhi SNI. Kadar air pada makaroni ikan
pemberian flavor jagung, M1 dan M2 patin dengan pemberian flavor jagung di
pemberian flavor jagung 0.5% dan 1%. pengaruhi oleh lama pengeriangan di dalam
Aroma lebih banyak berhubungan oven dan kandungan air di dalam bahan-
dengan panca indera pembau. Baubauan baru bahan pembuatan makaroni seperti pada telur,
dapat dikenali, bila terbentuk uap dan bawang merah dan bawang putih, daging ikan
molekul-molekul komponen bau yang patin serta penambahan air pada adonan.
menyentuh silia sel olfaktori. Pada umumnya Kadar air merupakan parameter yang
bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih umum, namun sangat penting bagi suatu
banyak merupakan campuran empat bau produk karena kadar air memungkinkan
utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus terjadinya reaksi biokimia yang dapat
(Winarno, 1997). menurunkan mutu suatu bahan pangan
sehingga sebagian air harus dikeluarkan dari
bahaan pangan (Buckle et al., 1987).
Kadar Protein menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat dan protein menghasilkan 4 kkal/gram
bahwa kadar protein rata-rata makaroni ikan (Winarno, 1997).
patin dengan pemberina flavor jagung Menurut Sayuti et al., (2005), Lemak
berkisar antara 10.71% - 12.80%. Kadar merupakan bahan penghasil energy terbesar
protein rata-rata yang tertinggi pada perlakuan dibandingkan bahan makanan lainnya.
M2 (12.80%), sedangkan kadar protein rata- Memang tidak semua ikan memiliki
rata yang terendah adalah pada perlakuan M3 kandungan lemak yang tinggi, sebagian ikan
(10.71%). ada juga yang mengandung kadar lemak
Protein merupakan suatu zat makanan rendah. Pada ikan yang memiliki kadar lemak
yang sangat penting bagi tubuh manusia. rendah rata-rata mengandung protein dalam
Protein dalam tubuh berfungsi sebagai bahan jumlah yang besar (Hadiwiyoto, 1993).
bakar, bahan pengatur dan pembangun.
Selama proses pencernaan, protein akan Daya Rehidrasi
diubah menjadi asam-asam amino (unit Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
penyusun protein) yang kemudian akan bahwa daya rehidrasi rata-rata makaroni ikan
diserap oleh tubuh. Pada umumnya kadar patin dengan pemberian flavor jagung
protein dalam pangan menetuakan mutu berkisar antara 38.75% - 41.04%. Daya
bahan pangan tersebut (Winarno, 1997). rehidrasi rata-rata yang tertinggi pada
Berdasarkan SNI 01-3777-1995, kadar perlakuan M3 (41.04%), sedangkan daya
protein makaroni maksimal yaitu 10%, dapat rehidrasi rata-rata yang terendah adalah
disimpulkan bahwa kadar protein makaroni perlakuan M1 (38.75%).
ikan patin dengan pemberian flavor jagung Menurut (Budiyah,2004) daya serap
belum memenuhi SNI. Kadar protein air berhubungan dengan kecepatan rehidrasi.
makaroni ikan patin dengan pemberian flavor Semakin tinggi daya serap air maka rehidrasi
jagung terbesar bersumber dari daging ikan akan semakin singkat begitu juga sebaliknya.
patin dan sebagian kecil dari bahan-bahan lain Rehidrasi pati adalah proses
seperti tepung trigu dan telur. penyerapan air kembali ke dalam bahan
kering atau pati yang sebelumnya telah
Kadar Lemak mengalami gelatinisasi. Pati yang telah
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa mengalami gelatinisasi tersebut dapat di
kadar lemak rata-rata makaroni ikan patin keringkan, tetapi pati tersebut tidak memiliki
dengan pemberian flavor jagung berkisar sifat-sifat sebelum mengalami gelatinisasi dan
antara 1.64% - 2.00%. Kadar lemak rata-rata masih mampu menyerap air dalam jumlah
yang tertinggi pada perlakuan M3 (2.00%), yang besar (Ridwan, 2008).
sedangkan kadar lemak rata-rata yang
terendah pada perlakuan M2 (1.64%). KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan SNI 01-3777-1995, kadar Kesimpulan
lemak makaroni maksimal yaitu 1.5%, dapat Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat bahwa kadar lemak makaroni ikan disimpulkan bahwa perlakuan dengan
patin dengan pemberian flavor jagung belum pemberian flavor jagung pada makaroni ikan
memenuhi SNI. Kadar lemak makaroni ikan patin berpengaruh sangat nyata terhadap
patin dengan pemberian flavor jagung tingkat penerimaan konsumen. Makaroni ikan
sebagian besar bersumber dari daging ikan patin dengan pemberian flavor jagung secara
patin dan telur. umum disukai oleh konsumen yang
Lemak dan minyak merupakan zat jumlahnya berkisar antara 71 – 78 orang
makanan yang penting untuk menjaga (88.75% – 97.50%).
kekebalan dan kesehatan tubuh manusia. Makaroni yang sangat disukai oleh
Selain itu, lemak dan minyak merupakan konsumen adalah makaroni ikan patin pada
sumber energi yang lebih efektif perlakuan M3 yaitu dengan pemberian flavor
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. jagung 1.5% yang memiliki tingkat
Satu gram minyak atau lemak dapat penerimaan 95.31% dengan karakteristik
sebagai berikut: berwarna kuning cerah, Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan
aroma dan rasa jagung lebih nyata serta Percobaan. Penerbit CV., Armico.
teksturnya lebih kompak, sedangkan nilai Bandung.
proksimatnya (kadar air 10.89%, kadar Hadiwiyoto, S., 1993. Teknologi Pengolahan
protein 10.71%, kadar lemak 1.64%) dan Hasil Perikanan Jilid I. Yogyakarta :
memiliki daya rehidrasi 41.04%. Liberty. 275 hal.
Karpetiten, 2009. Bentuk makaroni yang
Saran memikat. http://kamissore.blogspot.com
Berdasarkan hasil penelitian diakses pada tanggal 14 mei 2012.
disarankan untuk membuat makaroni ikan Purnomo, H., 1995. Aktivitas Air dan
patin dengan pemberian flavor jagung 1.5% Peranannya dalam Pengawetan Pangan.
(M3) yang merupakan perlakuan terbaik. UI Press. Jakarta.
Untuk penelitian lanjutan dapat disarankan Rahayu, E dan N. Berlian., 1984. Bawang
untuk menentukan kemasan yang baik dan Merah. Penebar Swadaya. Jakarta 94
menentukan masa kedaluasa makaroni ikan hal.
patin dengan pemberian flavor jagung. Ridwan, 2008. mie basah.
hppt://www.ubb.ac.id. Kamis, 31 Juli
Ucapan Terima Kasih 2012, Pasca panen.
Ucapan terima kasih disampaikan Sayuti , Ani., Erliza Hambali dan Encep
kepada dosen pembimbing yang telah Hidayat 2005. Aneka Produk Olahan
memberikan dukungan pembiayaan penelitian Limbah Ikan dan Udang. Penebar
dari bagian skim penelitian Strategi Nasional Swadaya. Jakarta. 104 hal.
Tahun 2012, dan proses pembimbingan Soekarto, ST., 1985. Penilaian Organoleptik
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir untuk Industri Pangan dan Hasil
tepat pada waktunya. Pertanian. Bhatara Karya Aksara,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Standar nasional Indonesia 01-3777-1995.
Adrianus, Suparmi., 2010. Pengaruh Makaroni, Dewan Standarisasi
Penambahan Daging Ikan Patin Nasional, Jakarta.
(Pangasius hypopthalmus) pada Winarno, F. G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Pembuatan Makaroni Terhadap Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Penerimaan Konsumen. Jurusan
Teknologi Hasil Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau.
Aryanto, A., 2006. Mempelajari
Pengembangan Flavor Produk Keripik
Jamur Dieng di Wonosobo. IPB, Bogor.
89 halaman.
Astawan., 2009. Makaroni santapan ibu
hamil. http://portal.cbn.net.id/ diakses
pada tanggal 14 mei 2012.,
Buckle et, al., 1987. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia (UI Press), Jakarta. 365 hal.
Budiyah, 2004. Pemanfaatan Pati dan Protein
Jagung (Corn Gluten Meal) dalam
Pembuatan Mie Jagung Instan. Skripsi,
Departemen Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian,
Bogor.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau,.
2011. Laporan Tahunan Dinas
perikanan Provinsi Riau.

Anda mungkin juga menyukai