Disusun Oleh
dr. Siti Mirza Hana Anggraini
Pendamping Internsip:
dr.Sahata Parhusip
1
BERITA ACARA DISKUSI/PRESENTASI LAPORAN KASUS
Pada hari ini, tanggal Oktober 2018, telah dipresentasikan sebuah laporan kasus
oleh :
Nama : dr. Siti Mirza Hana Anggraini
Judul : Unstable Angina Pectoris
Nama Wahana : RSUD Ahmad Ripin
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya :
Pendamping I Pendamping II
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang “Unstable
Angina Pectoris” dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menjalani
program internsip di RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
3
Penyakit jantung yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah
koroner disebut penyakit jantung koroner yang lebih dikenal dengan sindroma
koroner akut. Penyakit ini menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke
jantung sehingga terjadi penyempitan pada arteri koroner. Penyempitan arteri
koroner ini terjadi akibat proses aterosklerosis atau spasme ataupun kombinasi
dari keduanya.1,2
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tercatat bahwa
lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002,
angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020.
American Heart Association (AHA) pada tahun 2004 memperkirakan prevalensi
PJK di Amerika Serikat sekitar 13 juta. Angka kematian karena PJK di seluruh
dunia tiap tahun didapatkan 50 juta, sedangkan di negara berkembang terdapat 39
juta.3 Survei dari Badan Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari
1000 penduduk Indonesia menderita PJK, pada tahun 2007 terdapat sekitar 400
ribu penderita PJK dan pada saat ini penyakit jantung koroner menjadi pembunuh
nomor satu di dalam negeri dengan tingkat kematian mencapai 26%.3
Sindrom koroner akut berkaitan dengan patofisiologi secara umum yang
diketahui berhubungan dengan kebanyakan kasus Unstable Angina Pectoris
(UAP), infark miokard tanpa ST elevasi (NSTEMI) dan infark miokard dengan ST
elevasi (STEMI). 2
Di Amerika Serikat setiap tahun 1 juta pasien dirawat dirumah sakit karena
angina pectoris tidak stabil, dimana 6 sampai 8 persen kemudian mendapat
serangan infark jantung yang tak fatal atau meninggal dalam satu tahun setelah
diagnosis ditegakan.2
BAB II
4
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 45 Tahun
Alamat : Penyengat olak
Pekerjaan : Honorer BKD
Masuk RS : 16 oktober 2018
No. MR : 007305
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri dada sebelah kiri
Keluhan tambahan : sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak ± 1
jam yang lalu. Nyeri dirasakan ± 25 menit, neri menjalar ke punggung
sebelah kiri, nyeri dada dirasakan seperti tertekan benda berat, nyeri muncul
saat aktivitas, tidak hilang dengan istirahat, pingsan (-) nyeri ulu hati (+)
Mual (-) muntah (-) demam (-) sesak nafas (-) sebelumnya pasien berobat ke
poli interna terlebih dahulu dan disarankan oleh dokter spesialis untuk
observasi ke IGD sampai jam 2 siang. Jika keadaan membaik pasien
diperbolehkan dipulangkan, namun bila keadaan pasien tidak ada perubahan
pasien disarankan untuk dirujuk. Dan pasien telah diberikan resep dari poli
penyakit dalam, yaitu ISDN 1x5mg SL, clopidogrel 1x300mg , aspilet 1x4
tab, alprazolam 1x0,5 mg dan lansoprazol caps 1x30mg, untuk diberikan di
IGD.
5
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+) 1 bungkus sehari
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, skar (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Perkusi : Timpani di seluruh region abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-),
splenomegal(-)
- Ekstremitas : akral hangat (+/+), udem (-), CRT <2 detik
6
Darah rutin
Hb : 12,7 g/dl
Ht : 36,5 %
Eritrosit : 4,75 juta/µL
Leukosit : 8,07 ribu/ uL
Trombosit : 180.000/uL
Gula darah sewaktu : 109 Mg/dl
EKG
EKG POLI
Intepretasi :
- Ritme : sinus rhyme
- Frekuensi : 97 x/ menit
- Axis : normoaxis
- Morfologi gelombang normal
7
EKG IGD
Intepretasi :
- Ritme : sinus rhyme
- Frekuensi : 94 x/ menit
- Axis : normoaxis
- Morfologi gelombang normal
V. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis: chest pain ec susp Unstable Angina Pectoris
Diagnosis Banding
Nstemi
STEMI
8
CKMB
Troponin
VII.PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Tirah baring
Medikamentosa
- O2 3 liter /menit
- ISDN SL 1x5mg
- Lansoprazol 1x30mg
- Aspilet 1x4 tab
- Clopidogrel tab 1x300 mg
- Alprazolam tab 1 x 0,5 mg
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
9
BAB III
ANALIA KASUS
10
Dari anamnesis di ketahui bahwa pasien memiliki riwayat merokok dan
memiliki riwayat hipertensi tak terkontrol dimana hal ini merupakan factor
resiko dari sindroma koroner akut. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
hasil darah rutin dan EKG dalam batas normal. Diagnosis STEMI pada pasien
ini telah di singkirkan dengan tidak ada nya ST elevasi yang persisten di dua
sadapan yang bersebrangan. Sehingga kemungkinan diagnosa pada pasien ini
menjadi NSTEMI dan Unstable angina pectoris. Hasil EKG yang normal atau
berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T, atau gelombang T yang
datar, mengarahkan Diagnosa ke Unstable angina pectoris dan NSTEMI.
Diagnosa baru dapat ditegakkan berdasarkan kejadian infark miokard yang
ditandai dengan peningkatan enzim jantung. Marker jantung yang biasa
digunakan adalah troponin I/T atau CK-MB. Bila Hasil pemeriksaan biokimia
marker jantung normal maka diagnosis menjadi Unstable angina perctoris.
Untuk penatalaksanaan awal kemungkinan Sindrom coroner akut atas
dasar keluhan angina di ruang kegawat darurat, sebelum ada pemeriksaan
EGK atau bio marker jantung terapi awal yang dimaksud adalah oksigen,
nitrat, aspirin, clopidogrel, morfin.
11
DAFTAR PUSTAKA
12