Anda di halaman 1dari 18

Nama : Rahma Anindita C

Kelas :VA

Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran IPA

1. Tahapan perkembangan kurikulum yang pernah ada di Indonesia


Jawab :

Sejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di


Indonesia yakni kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013, kurikulum
tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti perkembangan
dunia pendidikan. Selama ini Indonesia telah berganti kurikulum sebanyak
11 kali, terhitung sejak Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2015.

Berikut ini sejarah perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia


sejak masa awal kemerdekaan:
1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama lahir pada masa kemerdekaan ini memakai


istilah bahasa Belanda Leerplan artinya rencana pelajaran. Istilah ini lebih
populer dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum ini sebutan Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan
pada 1950.

Karena masih dalam suasana perjuangan, pendidikan lebih


menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan
hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Asas pendidikan yang ditetapkan adalah Pancasila. Situasi


perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran
1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana
Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana
Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu
daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar
pengajarannya.

Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak,


kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani.

Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di


Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya
adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu
Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan
Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan,
Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran
agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga diajarkan
sejak kelas 1.

Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada


cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran
bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan
menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari,
bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa,
timbangan, manfaat bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa
sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa
nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel
listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap
pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai
1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar
satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat
yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke
SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke
jenjang SMP, bisa langsung bekerja
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya,


merinci setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Paling menonjol sekaligus ciri dari Kurikulum 1952
ini, yaitu setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar
satu mata pelajaran.

Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di


Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama
Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari.

Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana


Pendidikan 1964 atau Kurikulum1964 berfokus pada pengembangan
daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964

Setelah tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali


menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasaZ,
karsa, karya, dan moral.

Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:


moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.

Ciri-ciri kurikulum ini, pemerintah mempunyai keinginan agar


rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana,
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
4. Kurikulum 1968

Lahir pada masa Orde Baru, kurikulum ini bersifat politis dan
menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD
1945 secara murni.

Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak


mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik sehat dan kuat.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,


yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa


pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien.


Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan
Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang
manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski


mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 disempurnakan". Posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional.


Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada
siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-
benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan
apa yang harus dicapai siswa.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya memadukan kurikulum


kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Sayang,
perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak
kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu
berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa
daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Akhirnya, Kurikulum
1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984


dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Sebagai pengganti Kurikulum 1994 adalah Kurikulum 2004 disebut


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu
pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada
upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi
yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar dan keberagaman.

2. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode


bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:

1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta


didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.

2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan


kebutuhannya.
Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Tahun 2004
pemerintah mengeluarkan kurikulum baru dengan nama kurikulum
berbasis kompetensi.
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Kurikulum ini pada dasarnya sama dengan Kurikulum 2004. Awal


2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis
evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan
yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar
(KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan
pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem
penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota

Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan dalam


penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu
mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun
menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum 2013

Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013


memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan
materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.

Kurikulum ini bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa,


mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.

Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan


penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,
sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita
memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik.
Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya
mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Pelaksanaan Penyusunan Kurikulum 2013 adalah bagian dari


melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat
UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan
pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan
bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring
pendapat dan masukan dari masyarakat.5
11. Kurikulum 2015

Kurikulum tahun 2015 ini ternyata masih dalam tahap


penyempurnaan dari kurikulum 2013. Namun Ujian Nasional yang digelar
pada tahun 2015 ternyata menggunakan Kurikulum 2006 yaitu KTSP.
Karena, untuk saat ini, siswa yang sekolahnya sudah menggunakan
Kurikulum 2013 baru melaksanakan tiga semester.

2. Karakteristik masing-masing kurikulum tersebut


Jawab :
Karakteristik dari masing-masing kurikulum yaitu sebagai berikut :
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih
popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi - kisi
pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya
pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran
1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan
sekolah - sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
b. Garis - garis besar pengajaran (GBP) Rencana Pelajaran 1947
mengurangi pendidikan pikira dalam arti kognitif, namun yang
diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude),
meliputi :
c. Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
d. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari – hari
e. Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
2. Kurikulum Tahun 1952 (Rencana Pelajaran Terurai)
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini
bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut
Rencana Pelajaran Terurai 1952. Di penghujung era Presiden Soekarno,
muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada
pengembangan Pancawardhana, yaitu :
a. Daya cipta
b. Rasa
c. Karsa
d. Karya
e. Moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.
1. Moral
2. Kecerdasan
3. Emosional/artistik
4. Keprigelan (keterampilan)
5. Jasmaniah.
Pada perkembangannya rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap
pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah
khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas
masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang
Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai
berikut :
1. Bahasa Indonesia 9. Menulis
2. Bahasa Daerah 10. Seni Suara
3. Berhitung 11. Pekerjaan Tangan
4. Ilmu Alam 12. Pekerjaan Kepurtian
5. Ilmu Hayat 13. Gerak Badan
6. Ilmu Bumi 14. Kebersihan dan Kesehatan
7. Sejarah 15. Didikan Budi Pekerti
8. Menggambar 16. Pendidikan Agama
3. Kurikulum Tahun 1968
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya
materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan
kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan
pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya
mata pelajaran pokok saja.
Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi
mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar.
Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah
teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah
metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata
pelajaran lain, “anak belajar melalui unsur-unsurnya dulu”.
Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
I. Pembinaan Jiwa Pancasila
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Daerah
5. Pendidikan olahraga
II. Pengembangan pengetahuan dasar
6. Berhitung
7. IPA
8. Pendidikan kesenian
9. Pendidikan kesejahteraan keluarga
III. Pembinaan kecakapan khusus
10. Pendidikan kejuruan
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah
merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa
yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang
meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional
khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap
pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya
dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal
dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan
yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan
kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill).
Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme,
yakni memandang keberhasilan dalam
6. belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar,
dalam hal ini sekolah dan guru.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
4. Kurikulum Tahun 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif)
Ciri-ciri kurikulum CBSA
a. Berorientasi pada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar- benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus di rumuskan adalah
tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat
secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Materi pelajaran dikemas dengan melalui pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin
tinggi dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi yang
diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep- konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk
membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
5. Kurikulum 1994
Cirinya adalah
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru
dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir
siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara
pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang
komplek.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
8. Materi pelajaran disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau
kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat
kematangan mental siswa dan penyajian pada sekolah dasar harus
melalui pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan
abstrak dengan mengunakan pendekatan induktif dari contoh-
contoh kekesimpulan. Dari yang mudah menujuk yang sukar dan
dari yang sederhana menujuk ke yang kompleks.
9. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar- mengajar yang memberi
tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehanya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan pelajaran.
Kelebihan Kurikulum 1994
1. Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan social.
2. Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks.
Kekurangan Kurikulum 1994
1. Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.
2. Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.
3. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran
dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
4. Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna
karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
5. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
6. KURIKULUM 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Karakteristik Kurikulum 2004
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kelebihan Kurikulum 2004
1. Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan
siswa.
2. Pembelajaran berpusat pada siswa.
3. Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar yang bervariasi.
Kekurangan Kurikulum 2004
1. Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan
KBK dengan kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru,
karena dalam KBK seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menjalankan pendidikan.
7. KURIKULUM 2006 (KTSP)
Karakteristik KTSP
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara
individual, maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan
keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsure edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kelebihan KTSP
1. Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan
siswa.
2. Pembelajaran berpusat pada siswa.
3. Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar yang bervariasi
5. Seorang guru benar-benar digerakkan menjadi manusia yang
professional yang menuntut kekereatifitasan.
Kekurangan KTSP
1. Minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana
pendukung pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan
sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
8. KURIKULUM 2013
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi
dasar mata pelajaran;
5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur
pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua
Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti;
6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).

3. Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 dari sisi perangkat dan penilaian
Jawab :

No Kurikulum 2013 KTSP

SKL (Standar Kompetensi Standar Isi ditentukan terlebih


1 Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, dahulu melaui Permendiknas No
melalui Permendikbud No 54 22 Tahun 2006. Setelah itu
Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan SKL (Standar
ditentukan Standar Isi, yang Kompetensi Lulusan) melalui
bebentuk Kerangka Dasar Permendiknas No 23 Tahun
Kurikulum, yang dituangkan dalam 2006
Permendikbud No 67, 68, 69, dan
70 Tahun 2013

Aspek kompetensi lulusan ada


keseimbangan soft skills dan hard
lebih menekankan pada aspek
2 skills yang meliputi aspek
pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan

di jenjang SD Tematik Terpadu di jenjang SD Tematik Terpadu


3
untuk kelas I-VI untuk kelas I-III

Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih


lebih banyak dan jumlah mata sedikit dan jumlah mata pelajaran
4
pelajaran lebih sedikit dibanding lebih banyak dibanding
KTSP Kurikulum 2013

Proses pembelajaran setiap tema


di jenjang SD dan semua mata
pelajaran di jenjang
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan Standar proses dalam
pendekatan ilmiah (saintific pembelajaran terdiri dari
5
approach), yaitu standar proses Eksplorasi, Elaborasi, dan
dalam pembelajaran terdiri dari Konfirmasi
Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta.

TIK (Teknologi Informasi dan


Komunikasi) bukan sebagai mata
6 TIK sebagai mata pelajaran
pelajaran, melainkan sebagai
media pembelajaran

Standar penilaian menggunakan


penilaian otentik, yaitu mengukur
Penilaiannya lebih dominan pada
7 semua kompetensi sikap,
aspek pengetahuan
keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.

Pramuka bukan ekstrakurikuler


8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
wajib

Pemintan (Penjurusan) mulai kelas


9 Penjurusan mulai kelas XI
X untuk jenjang SMA/MA
BK lebih menekankan BK lebih pada menyelesaikan
10
mengembangkan potensi siswa masalah siswa

4. Keefektifan pelaksanaan Kurikulum 2013 di Indonesia


Jawab :
Dalam kurikulum 2013 yang terdapat pada beberapa sumber
jurnal pembelajaran scientific dikenal adanya kegiatan mengamati,
menanya, menalar, mengasosiasi dan menkomunikasikan (membangun
jejaring sosial), kesimpulannya bahwa dalam pembelajaran kurikulum
2013 ini guru tidak langsung menjelaskan materi pelajaran kepada siswa
tetapi memancing siswa untuk menggali dengan cara mengamati dan
siswa disuruh membaca terlebih dahulum bahan materi yang
dipelajari, guru menanyakan point-point materi yang ingin dibahas, siswa
dibagibeberapa kelompok diskusi atau disuruh menggali materi bersama-
sama teman, tukar pikiran dan siswa mempersentasikan materi tersebut
ke depan kelas, guru meluruskan jawaban dan mulai membuat
penjelasan singkat dan menyimpulkan hasil diskus siswa yang
mempersentasikan tersebut, kemudian guru dan siswa menugaskan
siswa membentuk jejaring sosial sehingga pembelajaran kelihatan aktif
dan guru tidak terlalu capek karena hanya sekedar menyimpulkan dan
tanya jawab kepada siswa.
Namun demikian terdapat kendala dalam melakukan
penilaian Autentic katena dalam kurikulum 2013 ini menyimpulkan bahwa
penilain sikap itu adalah yang pertama dan utama, baru disusul dengan
penilai ketrampilan dan pengetahuan, terbalik dengan kurikulum 2006
yang mengutamakan kognitif. Dalam hal ini tugas guru agak sedikit berat
dan perlu ketelitian dalam mengenal siswa satu pesatu, tidak bisa secara
clasical. Banyak hal yang membuat kita mengalami hambatan yaitu
aspek-aspek penilaian sikap itu memiliki beberapa unsur misalnya, nilai
kedisiplinan, kerjasama dan sikap menghargai pendapat orang lain
dll. Selain itu dalam hal ketrampilan juga, guru harus melakukan
penilainan observasi dan portopolio kegiatan dan aspek pengetahuan
penilainnya dilakukan dengan mengerti, memahami dan mampu
mempresentasikan, ada nilai persentasi dan penilain tugas-tugas.
Penilaian ini akan mengakibatkan penilaian sikap yang rekayasa, siswa
yang baik dan siswa yang buruk saja yang menjadi patokan perbedaan
nilai, sementara nilai yang lainnya standar umum saja.
Berdasarkan cerita di atas, kesimpulan terhadap kurikulum 2013
ini masih sangat perlu pelatihan- pelatihan intensif terhadap guru atau
semua guru dan pemerintah harus berani mengeluarkan dana yang
besar untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan ini.
Pada tahun ini, tepatnya bulan juli 2013 yang lalu, buku yang
mengacu kepada pelajaran kurikulum 2013 baru 3 buku matapelajaran
yaitu Bahasa Indonesia, Matemarika dan Sejarah. Ketiga buku ini sudah
terbit dan sudah dicetak sebanyak sekolah-sekolah yang sudah
ditugaskan menggunakan kurikulum 2013.
Mendengar cerita dari para guru, kurikulum 2013 ini bukannya
meringankan tugas guru, malah lebih merepotkan guru, sebagian besar
guru mengatakan seperti itu. Tuntutan mengenal siswa lebih mendalam
dalam mengajar tidak diimbangi keterbatasan jumlah siswa yang
diajarkan dikelas melebihi kuaota jumlah kelas biasa. Penurunan nilai
kualitas pendidikan yang dulunya terkenal mantan RSBI lebih menurun
dibanding saat dianugrahi istilah RSBI, Rintisan sekolah bertaraf
Internasional.
Awalnya guru-guru mencoba melakukan pembelajaran Sxientific,
namun belakangan ini guru mula kembali cara-cara lama, kurikuum 2013
ini masih belum jelas dan belum siap dilaksanakan karena keterbatasan
dana, waktu, tenaga instruktur ahli, dan pengetahuan terhadap hakekat
kurikulum 2013 itu sendiri.

5. Uraian pendapat anda tentang pentingnya perencanaan pembelajaran untuk: (a)


pendidik, (b) peserta didik, (c) sekolah
Jawab :
a. Pendidik
Untuk pendidik di indonesia harus bisa dengan berbagai model
pembelajaran yang akan di ajarkan ke para siswa supaya dalam sistem
pembelajaran dimulai siswa tidak mengalami kebosanan dan bisa untuk
menjdaikan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai sistem pengajaran
yang di berikan pendidik.
b. Peserta Didik
Untuk para siswa sendiri harus bisa kreatif dalam hal apapun
yang akan di ajarkan dengan berbagai sistem pembelajaran yang
berbeda yang akan diberikan oleh pendidik, dan tidak berpacu hanya
pada guru saja dalam mencari pengetahuan melainkan harus mencari
pengetahuan yang lain melalui perangkat modern yang dimanakan
internet
c. Sekolah
Dalam sekolah ssendiri sebagai wadah semuanya harus
memenuhi kebutuhan sistem pembelajaran supaya para pendidik dan
siswa sendiri bisa lebih nyaman dan maju dalam pembelajaran, dan
kualitas pengajar sendiri yang mengajar di sekolah tersebut harus
berkualitas supaya siswanya sendiri berkualitas.

6. Uraian perangkat apa saja yang dibutuhkan dalam perencanaan pembelajaran


Jawab :
Perangkat yang harus dibutuhkan dalam perencanaan
pembelajaran adalah
1. Silabus
Silabus merupakan ringkasan dari kurikulum, dengan bergantinya
kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013 atau lebih familier disebut kurtilas
maka guru-guru juga berbondong-bondong berhijrah kekurtilas, dalam
silabus disebutkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tiap-
tiap tingkat satuan pendididkan serta indikator pencapaiannya. Guru
tidak perlu bersusah payah menyusun silabus dari kurikulum yang
sudah ada karena banyak sekali file-file silabus yang bisa didapatkan
melalui browsing di internet.
2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Mencakup hal-hal yang akan dilakukan dalam proses belajar
mengajar, mulai dari pembukaan, masuk ke materi inti, evaluasi dan
penutup. Metode yang digunakan juga disebutkan dalam RPP. Sukses
atau tidaknya pembelajaran di kelas sangat di tentukan dari persiapan
guru dalam menyusun RPP, sangat miris ketika guru sibuk menyusun
RPP hanya untuk keperluan monev saja dan setelah monev selesai
RPP hanya menumpuk di lemari-lemari guru dan tidak digunakan.
3. Prosem (Program Smester)
Program smester adalah daftar materi-materi yang akan
direalisasikan dalam satu smester, distribusi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar terurai dengan jelas dan rinci dalam satu smester,
sehingga ada batasan pencapaian yang harus di tempuh dalam satu
smester dan pada smester berikutnya.
4. Prota (Program Tahunan)
Program Tahunan merupakan ringkasan dari program smester
satu dan smester 2 terdapat target pencapaian materi yang harus
dicapai dalam satu tahun pelajaran.
5. Jurnal Guru
Jurnal guru berfungsi sebagai bukti bahwa guru telah melakukan
tugasnya dengan baik sesuai yang ada pada kalender pendidikan,
setiap guru melakukan tatap muka dengan muridnya maka dia harus
mengisi jurnal yang dimilki.
6. Kalender Pendidikan
Dalam membuat kalender pendidiakan adalah pihak sekolah
dalam hal ini adalah kepala sekolah, kalender pendidikan sekolah
mengacu pada kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh kemdikbud
dan disesuaikan dengan Dinas Pendidikan Provinsi masing-masing,
dari dasar itulah dirumuskan kalender pendidiakan sekolah. Dalam
kalender pendidikan tercantum berapakah minggu efektif dan minggu
tidak efektif dalam satu tahun pelajaran, kepala sekolah juga dapat
menuangkan program-program sekolah yang mana pelaksanaannya
sudah di tuntukan dalam kalender tersebut, sehingga agenda-agenda
dapat terprogram dengan baik.
7. Lembar Penilaian Siswa
Lembar penilaian siswa atau sering disebut leger nilai berfungsi
sebagai dokumentasi hasil evaluasi murid, sehingga seorang guru
dapat menganalisa perkembangan muridnya dari hasil evaluasi yang
telah dilakukan, lembar penilaian siswa mencakup nilai-nilai sebagai
berikut
a. UH (Ulangan Harian)
b. Tugas
c. UTS (Ulangan Tengah Smester)
d. US ( Ulangan Smester)

Anda mungkin juga menyukai