Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (2010) kecemasan adalah respon terhadap

situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi

menyertai perubahan pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta

dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Namun cemas yang berlebihan,

apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam

kehidupannya.

Kecemasan tidak hanya mempengaruhi motorik dan viseral tetapi juga

mempengaruhi persepsi, belajar, dan berpikir. Kecemasan cenderung

menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut dapat

mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan

perhatian,menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu

hal dengan yang lain (Kaplan dan Sadock, 2010). Karena itu dengan adanya

kecemasan tentu akan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa.

Beberapa peristiwa dapat menyebabkan kecemasan meningkat, misalnya ketika

sedang menunngu pengunguman hasil tes, menunggu hasil diagnosis, menunggu

prosedur pemeriksaan medis, maupun ketika mengalami efek samping dari suatu

penangan medis (Sukamta dan Wirawan,2010).

Beberapa kasus kecemasan (5-42%), merupakan suatu perhatian terhadap

proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau
2

keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan

sekunder (Stuart dan Sunden, 2007).

Di negara berkembang yang padat penduduk seperti Pakistan, prevalensi

depresi dan kecemasan mencapai 33,62 %. Faktor-faktor sosiodemografi yang

berhubungan dengan timbulnya depresi dan kecemasan di negara tersebut

mencakup status pendidikan yang rendah, status pernikahan (bercerai, janda,

berpisah), dan status sebagai ibu rumah tangga (Khan et al, 2007).

Di Indonesia, Hasil penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa

diagnosis gangguan jiwa terbanyak yang dilakukan oleh dokter Puskesmas

berdasarkan Metode Dua Menit (M2M) adalah Neurosis sebesar 28,5% yang di

dalamnya terdiri dari keluhan kecemasan, depresi dan psikosomatik. Secara

keseluruhan jumlah pasien yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa

berdasarkan alat diagnostik M2M adalah sebesar 31,8% (Hidayat et all, 2010)

Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap

masalah kesehatan mental. Beberapa studi telah menunjukkan tingginya tingkat

morbiditas psikologis pada mahasiswa di seluruh dunia, terutama terkait depresi

dan kecemasan. Hal ini didukung dengan temuan yang menunjukkan bahwa

diantara seluruh mahasiswa yang mencari pelayanan konseling, masalah utama

yang paling sering dibawanya ialah kecemasan, kemudian disusul masalah terkait

akademik dan kerj ( Lallo et all, 2012).

Tuntutan akademis kuliah di masa sekarang tidak jarang begitu berat dan sangat

menyengsarakan mahasiswa. Mahasiswa merasa dituntut untuk meraih target yang


3

telah ditentukan, baik oleh pihak fakultas atau universitas maupun dari mahasiswa

itu sendiri (tuntutan orangtua misalnya). Tuntutan ini dapat memberi tekanan yang

melampaui batas kemampuan si mahasiswa itu sendiri (Dipoalam dan Uyun, 2009)

Mahasiswa kedokteran dilaporkan memiliki kedokteran memiliki stressor yang

tinggi atau penuh dengan stres, dan ketika dibandingkan dengan populasi umum,

mahasiswa kedokteran lebih banyak mengalami tekanan, depresi, dan kecemasan.

Berdasarkan masa pendidikannya, mahasiswa kedokteran tahun pertama beresiko

untuk lebih mengalami stres dan berdasarkan beberapa penelitian dilaporkan

bahwa masa ini memiliki angka kejadian kecemasan yang tinggi. Hal-hal yang

dapat menyebabkan masalah psikologis ini diantaranya adalah tekanan akademik,

belum familiar dengan lingkungan pendidikan yang baru dan ekspektasi yang tidak

realistis. Semua penemuan tersebut di atas mengindikasikan bahwa mahasiswa

kedokteran tahun pertama sangat rentan untuk mengalami masalah psikologis

( Lallo, et all, 2012).

Pada mahasiswa kedokteran, penelitian di Amerika Serikat dan Kanada tahun 2006

menunjukkan 43% mahasiswa kedokteran mengalami anxietas.Lithuania tahun 2008

(43%), Republik Makedonia tahun 2008 (65,5%), Saudi Arabia tahun 2009 (29%),

Mesir tahun 2008 (33,6%), Pakistan tahun 2008 (43,7%), Indonesia tahun 2010 pada

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (45%) (Haryono,M., 2011).

Perbedaan jalur masuk antara SBMPTN dan SNMPTN sangat mencolok,baik

dari segi test maupun biaya masuk. SBMPTN di nilai lebih kompetitif karena

diikuti oleh ribuan peserta dan persaingan sangat ketat sehingga siapapun yang
4

lulus dari test tersebut akan mudah mengikuti kuliah di jurusan kedokteran. Lain

halnya dengan jalur SNMPTN yang diikuti oleh peserta yang tidak lulus

SBMPTN, kurang kompetitif dan biayanya mahal sehingga yang masuk lewat

jalur non sibsidi biasanya agak kesulitan mengikuti kuliah di jurusan kedokteran.

Berdarkan uraian di atas, terdapat perbedaan antara mahasiswa yang melewati

jalur SNMPTN dan SBMPTN baik dari aspek biologis, psikologis dan sosial.

Semua aspek ini akan memengaruhi perbedaan kecemasan antara mahasiswa yang

melewati jalur SNMPTN dan SBMPTN. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji

perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa yang melewati jalur SNMPTN dan

SBMPTN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat dirumuskan tiga

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur

SBMPTN?

2. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur

SNMPTN?

3. Bagaimana perbandingan tingkat kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang

Masuk Lewat Jalur SBMPTN dan SNMPTN?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
5

Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa yang masuk lewat jalur

SBMPTN dan SNMPTN

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa yang masuk lewat jalur

SBMPTN

b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa yang masuk lewat jalur

SNMPTN

c. Untuk mengetahui perbandingan tingkat kecemasan pada mahasiswa lewat jalur

SBMPTN dan SNMPTN

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan untuk memperluas wacana ilmu

pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Jiwa dan untuk memberikan data

ilmiah tentang perbedaan derajat kecemasan antara dua kelompok mahasiswa

fakultas kedokteran Universitas Haluoleo yang melewati jalur masuk berbeda

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tim

kemahasiswaan Fk Halu Oleo agar dapat dicari solusi untuk menekan tingkat

kecemasan mahasiswa agar prstasi belajar dapat meningkat.


6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecemasan

1. Definisi kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa

Latin“angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan

memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan

yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan ( Freud, 2005)

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang

memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon

perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas

(Sheila, 2008).

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh

setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-

hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang

merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun

wujudnya (Wiramihardja, 2005).


7

Kecemasan adalah perasaan takut dan ketakutan yang sangat mengenai sesuatu

yang akan terjadi tentang ancaman-ancaman ataupun kesulitan yabg sebenarnya

samar-samar dan tidak realistis yang akan muncul di masa depan tetapi tidak jelas,

dan dapat membahayakan kesejahteraan orang.

2. Teori gangguan kecemasan

Teori tentang gangguan kecemasan dibedakan menjadi dua (Sadock dan

Virginia, 2007) yaitu :

a. Teori Psikologis

Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:

1) Teori psikoanalitik

Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego

yang memberitahukan adanya suatu dorongan yang tidak dapat diterima dan

menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensive terhadap tekanan dari

dalam tersebut. Idealnya, penggunaan represi

Sudah cukup untuk memulihkan keseimbangan psikologis tanpa

menyebabkan gejala, karena represi yang efektif dapat menahan dorongan di

bawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai pertahanan, mekanisme

pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan, dan regresi) mungkin

menyebabkan pembentukan gejala dan menghasilkan gambaran gangguan

neurotik yang klasik (seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif).


8

2) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli

lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif

dapat mendahului atau menyertai perilaku maladaptive dan gangguan

emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih terhadap derajat

bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk

mengatasi ancaman.

3) Teori eksistensial

Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak

terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu

perasaan kecemasan yang kronis.

b. Teori Biologis

Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun dapat juga

sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.

1) Sistem saraf otonom

Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui

mekanisme berikut ini:

Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian

ke sistem limbik dan RAS (Reticular ActivatingSystem), lalu ke hipotalamus

dan hipofisis. Kemudian kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan

terjadilah stimulasi sarafotonom (Mudjaddid, 2006) Hiperaktivitas sistem saraf

otonom akan mempengaruhi berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala


9

tertentu, misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler (contohnya:

nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan (contohnya:

nafas cepat).

2) Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah

norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

a) Norepinefrin

Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki sistem

noradrenergik yang teregulasi secara buruk. Badan sel sistem noradrenergik

terutama berlokasi di lokus sereleus di pons rostral dan aksonnya keluar ke

korteks serebral, sistem limbik, batang otak, dan medula spinalis. Percobaan

pada primata menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus menghasilkan

suatu respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan

binatang untuk membentuk respon ketakutan. Pada pasien dengan gangguan

kecemasan, khususnya gangguan panik, memiliki kadar metabolit

noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) yang

meninggi dalam cairan serebrospinalis dan urin.

b) Serotonin

Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di

nukleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem

limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat serotonergik pada binatang

menyebabkan perilaku yang mengarah pada kecemasan. Beberapa laporan


10

menyatakan obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin,

menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan

kecemasan.

c) Gamma-aminobutyric acid (GABA)

Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh

manfaat benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa jenis gangguan

kecemasan. Benzodiazepine yang bekerja meningkatkan aktivitas GABA

pada reseptor GABAA terbukti dapat mengatasi gejala gangguan kecemasan

umum bahkan gangguan panik. Beberapa pasien dengan gangguan

kecemasan diduga memiliki fungsi reseptor GABA yang abnormal (Kaplan

dan Saddock, 2010).

3. Etiologi kecemasan

Beberapa penyebab dari kecemasan (Rochman, 2010) yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam

dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat

jelas didalam pikiran

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula

menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam

bentuk yang umum.


11

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan

dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang

mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena

adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena

lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun

penyebabnya.

4. Patofisiologi

a. Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari luar dan dari

dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik. Rangsangan tersebut

dipersepsi oleh panca indera, diteruskan dan direspon oleh sistem saraf pusat,

sesuai pola hidup tiap individu. Bila yang dipersepsi adalah ancaman, maka

responya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf

b. pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri-Limbic sistem RAS

(Reticular Activating System)-Hypothalamus yang memberikan impuls kepada

kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal terhadap target organ

yaitu kelenjar adrenal, yaitu memacu sistem saraf

c. otonom melalui mediator hormonal yang lain (catecholoamine). Hiperaktifitas

sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya kecemasan. Keluhannya sangat

beraneka ragam seperti sakit kepala, pusing, serasa mabuk, cenderung untuk
12

pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebardebar, sesak napas, dan lain

sebagainya.

d. Pada penderita dengan gangguan kecemasan terdapat petunjuk adanya

gangguan pada reseptor serotonin tertentu yaitu 5HT-1A, namun terbatas pada

penderita dengan hipersekresi kortisol atau yang menunjukkan manfistasi

berupa stress berat (Drevets et al., 2008).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Musfir Az-Zahrani (2005) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya

kecemasan yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh

dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-

anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat

berada didalam rumah

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak

baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan

menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata

c. masyarakat
13

Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Kecemasan timbul

karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi

pada diri individu serta adanya penolakan dari masyarakat menyebabkan

kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi (Gaol, 2004).

Sedangkan Page (Rufaidah, 2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan adalah :

a. Faktor fisik

Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga

memudahkan timbulnya kecemasan.

b. Trauma atau konflik

Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,

dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang

terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.

c. Lingkungan awal yang tidak baik.

Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi

kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi

pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.


14

6. Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam

dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir

Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,

misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur

pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

b. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan

spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

c. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,

untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan

ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental

bagi kehidupan manusia.

Kartono Kartini (2006) membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan,

yaitu :

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan

ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian


15

seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang

individu untuk mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah

suatu kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang

mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul

kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati

dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan

yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut

tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan

tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.

2. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara

mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan

semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini

mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian

seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang sebentar

dan lama.Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan

traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi

penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang berat tetapi

munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini akan berlangsung

terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisiindividu.

Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit

seperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).


16

7. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki cirri

kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat secara

intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty Widuri

(2007) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Fobia Spesifik

suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi

terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

b. Fobia Sosial

Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya

berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana

dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau

dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan

perilaku lain yang memalukan.

c. Gangguan Panik

Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang

spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan

panik antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit

didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa

gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan

pertanda datangnya kematian atau kecacatan.


17

d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang berlebihan

dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang

menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada

penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.

Sutardjo Wiramihardja (2005) membagi gangguan kecemasan yang terdiri dari :

a. Panic Disorder

Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panik

yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan

merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi

panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang kering) atau justru

kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.

b. Agrophobia

Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia

merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun

psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut

pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.

8. Gejala Klinis

Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat dibagi

menjadi gejala somatik dan psikologis.


18

a. Gejala somatic

1) Keringat berlebih.

2) Ketegangan pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada bagian belakang

leher atau dada, suara bergetar, nyeri punggung.

3) Sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi.

4) Gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak nafsu makan, mual,

diare, konstipasi.

5) Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi.

6) Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat berkemih,

impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu seksual.

b. Gejala psikologis

1) Gangguan mood: sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih.

2) Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yan berulangulang.

3) Kelelahan, mudah capek.

4) Kehilangan motivasi dan minat.

5) Perasaan-perasaan yang tidak nyata.

6) Sangat sensitif terhadap suara: merasa tak tahan terhadap suara-suara yang

sebelumnya biasa saja.

7) Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa.

8) Kikuk, canggung, koordinasi buruk.

9) Tidak bisa membuat keputusan: tidak bisa menentukan pilihan bahkan

untuk hal-hal kecil.


19

10) Gelisah, resah, tidak bisa diam.

11) Kehilangan kepercayaan diri.

12) Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulangulang.

13) Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.

14) Terus menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan (Conley,

2006).

Gejala awal sindrom kecemasan dapat dikenali dengan memperhatikan adanya

keluhan psikis dan somatis sebagai berikut (Mudjaddid, 2006):

a. Gejala psikis.

Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mood berubah, mudah marah, cepat

tersinggung, gelisah, tak bisa diam, timbul rasa takut.

b. Gejala somatis.

Sakit kepala, gangguan tidur, keluhan berbagai sistem, missal sistem

kardiovaskular, sistem pernafasan, gastrointestinal dan sebagainya (Maramis,

2005). Penderita dengan gangguan kecemasan umum dapatpula menunjukkan

disfungsi seksual atau berkurangnya rangsangan seksual (Kendurkar dan Kaur,

2008).

9. Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang

betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan

dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.
20

Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran

serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004).

Yustinus Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam

beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak

diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan

demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada

individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.

Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga

individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif dan akhirnya dia akan

menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,

kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-

ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom

motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan

merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
21

mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada

tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.

Menurut Savitri Ramaiah (2005) kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua

akibat, yaitu :

a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau

menyesuaikan diri pada situasi

b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan

pencegahan yang mencukupi. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat

mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan

bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan tersebut ditandai dengan

adanya beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap

sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk

berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah, kecemasan timbul karena

individu melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya, kecemasan juga

terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal

yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Dari beberapa gejala,

faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini termasuk dalam jenis kecemasan

rasional, karena kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya

objek yang memang mengancam. Adanya berbagai macam kecemasan yang

dialami individu dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan kecemasan


22

seperti gangguan kecemasan spesifik yaitu suatu ketakutan yang tidak

diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau situasi yang

spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak dari kecemasan yang

berupa simtom kognitif, yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang

mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real

yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan

akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

10. Penatalaksanaan

Pengobatan primer untuk gangguan kecemasan adalah mbegobati kondisi

medis dasarnya. Jika pasien memiliki gangguan penggunaan alkoholatau zat lainya,

gangguan tersebut juga harus dipusatkan secara terapeutik untuk mencapai

pengendalian gejala gangguan kecemasan. Jika menghilangkan kondisi medis primer

tidak membalikan gejala gangguan kecemasan, pengobatan gejala tersebut harus

mengikuti pedoman umum untuk gangguan mental spesifik. Pada umumnya, tehknik

modifikasi perilaku, obat ansiolitik dan antidepresan serotonergik adalah cara

pengobatan yang paling efektif ( Kaplan, 2010).

Karena penelitian yang adekaut membandingakan cara pengobatan untuk untuk

gangguan kecemasan sekarang ini belum tersedia, klinisi kemungkinan besar

mengobati pasien atas dasar gejala yang tampak, tingkat keparahannya dan tingakat

kesenangan serta pengalaman klinisi sendiri terhadap berbagai modalitas pengobatan.


23

Pendekatan psikoterapeutik mungkin melibatkan pendekatan yang terbatas waktu,

seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku walaupun beberapa klinisi

menggunakan pendekatan psikoterapeutik yang kurang terstruktur seperti psikoterapi

berorientasi-tilikan ( Kaplan, 2010).

Farmakoterapi untuk gangguan kecemasan mungkin termasuk obat antiansietas

dan obat anti depresan atau keduanya. Diantara obat ansiolitik, beberapa data

menyatakan bahwa penggunaan triazoloben-zodiazepines (contoh alprazolam)

mungkin diindikasikan karena efektifitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang

disertai dengan kecemasan. Suatu obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe1A

(5-HT1A) seperti busiprone, mungkin juga diindikasikan. Diantara antidepresan,

walaupun teori noradrenergic menghubungkan gangguan kecemasan dan g ngguan

depresif, antidepresan serotonergik (contoh fluoxetine) mungkin yang paling efektif

di dalam mengobati gangguan kecemasan, walaupun data yang mendukung tidak ada

( Kaplan, 2010).

B. Jalur Masuk Perguruan Tinggi

1. SBMPTN

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah salah

satu cara untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Seperti kita tahu, perguruan

tinggi negeri selalu mengadakan tes seleksi untuk calon mahasiswanya. Secara

serentak, berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia yang terbagi dalam

berbagai rayon menyelenggarakan SNMPTN ini. Soal-soal SNMPTN berupa


24

pilihan ganda, dengan nilai 4 untuk setiap jawaban benar, -1 untuk setiap jawaban

salah, dan 0 untuk tidak menjawab. Jawaban dikerjakan di LJK (Lembar Jawab

Komputer) dan dikoreksi dengan komputer. Untuk mencegah bocoran soal

SNMPTN, biasanya para pemuat soal dikarantina satu atau dua hari menjelang

waktu pelaksanaan SNMPTN (Pulangasih, 2008)

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ini merupakan satu-

satunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan

Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dengan menggunakan soal yang

sama atau setara dan diselenggarakan secara serentak

2. SNMPTN

Jalur SNMPTN adalah progam penerimaan mahasiswa baru pendidikan

tingkat Strata 1 yang diperuntukkan bagi mereka yang memenuhi syarat untuk

menjadi mahasiswa S-1. Merupakan progam reguler yang kurikulum, proses

belajar mengajar, staf pengajar dan sarana/prasarana lainnya adalah sama dengan

mahasiswa yang diterima melalui progam Jalur Undangan maupun SBMPTN,

hanya sumber pembiayaanya bersifat swadana (tanpa subsidi).

Peserta JNS adalah peserta SNMPTN dan Jalur Undangan yang memenuhi

syarat yang telah ditentukan. Penentuan calon mahasiswa JNS dilaksanakan

dengan mengolah data skor nilai PMDK atau skor nilai SNMPTN dengan hasil

skor yang memenuhi angka kewajaran diterima (Anonim, 2006)


25

C. HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Untuk mengetahui tingkat kecemasan dengan dengan menggunaka parameter

Hamilton Anxiety Rating Scale. Dalam Hamilton Anxiety Rating Scale

mempunyai lima penilaian yaitu: 0: tidak ada gejala (keluhan); 1: gejala ringan

(satu gejala dari pilihan yang ada); 2: gejala sedang (separuh dari gejala yang

ada); 3: gejala berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada); 4: gejala sangat

berat (semua gejala ada). Hasil penilaian tersebut digunakan untuk menentukan

tingkat atau derajat kecemasan pasien sebagai berikut: (1) Tidak ada kecemasan,

bila skor penilaian < 14; (2) Kecemasan ringan, bila hasil skor penilaian antara

14-20; (3) Kecemasan sedang, bila hasil skor penilaian antara 21-27; (4)

Kecemasan berat, bila hasil skor penilaian antara 28-41; dan (5) Kecemasan berat

sekali, bila skor penilaian antara 42-56. (Hawari, 2007).

D. Alur Penelitian

Mahasiswa FK UHO

Mahasiswa SBMPTN dan SNMPTN

SNMPTN SBMPTN

Tanpa Tes Tes Tertulis

Kuisioner Kuisioner

Cemas
26

E. Kerangka Konsep

- Peserta dari berbagai latar belakang


ekonomi mulai dari kalangan atas,
menengah dan bawah.
SNMPTN
- Biaya kuliah agak lebih rendah karena
Lebih cemas
sebagian ditanggung oleh pemerintah

- Peserta tes sangat banyak

- Tes sangat ketat

Jalur masuk ke
FK UHO
- Peserta banyak berlatar belakang
ekonomi atas dan menengah

- Biaya kuliah tinggi karena seluruhnya


ditanggung oleh mahasiswa Cemas

JNS - Peserta tes kurang

- Tes kurang ketat

F. Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang antara mahasiswa yang lewat

jalur SBNMPTN dan SNMPTN.

Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan yang antara mahasiswa yang lewat jalur

SBNMPTN dan SNMPTN


27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional yaitu pengukuran cariabel bebasdan terikat dalam waktu

bersamaan ( Notoadmojo, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran UHO

2. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember - Januari 2013

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diambil adalah semua mahasiswa FK UHO angkatan 2013 yang

masuk melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN.

Tabel 3.1. Populasi


Jalur Masuk JUMLAH MAHASISWA

SNMPTN 69

SBMPTN 41

Total 110

2. Sampel
28

Sampel penelitian adalah sebagian dari objek yang diteliti atau dianggap dapat

mewakili populasi (Notoatmodjo, 2007). Di dalam usaha menentukan individu

dari anggota populasi yang akan menjadi sample, peneliti menggunakan teknik

Stratified Random Sampling. Teknik ini dilakukan agar perimbangan sampel

dari masing-masing strata itu memadai, dalam teknik ini sering pula dilakukan

perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing

strata.

Untuk menghitung besarnya sampel yang dibutuhkan digunakan rumus sebagai

berikut (Riyanto, 2011) :

N Z2 α P(1−P)
1−
2
n=
N d2 + Z2 α P(1−P)
1−
2

Keterangan :

n= Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

Z1−α/2 = Nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α

P= Proporsi kejadian

d= Besarnya penyimpangan (absolut) yang bisa diterima

Dimana diketahui,

N = 110

Interval kepercayaan (1-α) = 95%, maka

α= 5%, sehingga Z1−α/2 = 1,96


29

d= 0,05

P = 0,5

Maka besarnya sampel adalah:

(110)(1,96)2 (0,5)(1 − 0,5)


n=
(110)(0,05)2 + (1,96)2 (0,5)(1 − 0,5)

(110)(3,84)(0,5)(0,5)
n=
(110)(0,0025) + (3,84)(0,5)(0,5)

(105,6)
n=
(0,275) + (0,96)

105,6
n=
1,235

n = 85,50

n = 86

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, maka

diperoleh total sampel sebanyak 86. Agar setiap kelas memiliki keterwakilan yang

sama, maka sampel harus diambil secara Simple Stratified Random Sampling

dengan rumus:

Jumlah populasi tiap jalur masuk


Jumlah Sampel Jalur Masuk = × total sampel
Jumlah populasi keseluruhan

Berdasarkan rumus tersebut, persetaraan sampel dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 3.2. Distribusi Sampel Penelitian di Setiap Jalur Masuk

Jalur Masuk N %
30

SNMPTN 54 63

SBMPTN 32 37

Total 86 100

Sumber: Data Primer dan Data Sekunder, diolah November 2013

Cara yang digunakan dalam penarikan sampel dari keseluruhan sampel yaitu

simple random sampling.

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Penelitian ini populasinya heterogen (mahasiswa), maka penelitian ini adalah

penelitian sampel (Nugraha, 2007).

a. Kriteria Inklusi :

1) Semua mahasiswa aktif kuliah yang masuk melalui jalur SNMPTN

2) Semua mahasiswa aktif kuliah yang masuk melalui jalur SNMPTN

b. Kriteria Eksklusi :

1) Mahasiswa yang drop out

2) Mahasiswa dengan stresor psikososial yang tinggi

D. Tekhnik Pengambilan Data

1. Dilakukan staratified random sampling untuk memperoleh sampel tiap

kelompok SNMPTN dan SBMPTN.

2. Responden mengisi biodata


31

3. Responden mengisi kuisioner HARS untuk mengetahui skor

kecemasan.Masing-masing kelompok gejala diberi skor antara 0-4 dengan

interpretasi :

a) Nilai 0 = tidak ada gejala

b) Nilai 1 = gejala ringan

c) Nilai 2 = gejala sedang

d) Nilai 3 = Gejala berat

e) Nilai 4 = gejala sangat berat

Kemudian skor didapat akan dijumlahkan secara total dan dikategorikan

menjadi :

a) <14 = tidak ada kecemasan

b) 14 – 20 = kecemasan ringan

c) 21 - 27 = kecemasan sedang

d) 28 - 41 = kecemasan berat

e) 42- 56 = kecemasan berat sekali

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Variabel Bebas

a. Mahasiswa SNMPTN

Definisi operasional :

Mahasiswa SNMPTN adalah mahasiswa yang masuk ke FK UHO melalui

jalur bebas tes dengan mempertimbangkan akreditasi dan nilai raort

sekolah.
32

Kriteria objektif :

Mahasiswa FK UHO yang masuk melalui penilaian nilai rapor sekolah SMA

Alat ukur : 1) akreditasi sekolah (A dan B)

2) Nilai raport SMA

b. Mahasiswa SNMPTN

Definisi operasional :

Mahasiswa SBMPTN adalah mahasiswa yang masuk ke suatu

lembaga pendidikan tinggi negeri melalui jalur tes yang diadakan oleh

seluruh universitas negeri tapi dan biaya pendidikan disubsidi oleh

pemerintah

Kriteria Objektif :

Mahasiswa FK UHO yang masuk melalui tes tertulis secara nasional

2. Variabel Terikat

Definisi operasional :

Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan

ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif

(Kaplan dan Saddock, 1997).

Kriteria objektif :
33

Alat Ukur : Dengan menggunakan chek list yang diadaptasi dar

HARS(Hamilton Anxiety Rating Scale).

Hasil ukur : Skor tertinggi 56 dan skor terendah 14. Untuk kepentingan

deskripsi tingkat kecemasan dikelompokkan sebagai berikut :

1) Skor < 14 (tidak ada kecemasan)

2) skor 14-20 (kecemasan ringan)

3) skor 21-27 (kecemasan sedang)

4) skor 28-41 (kecemasan berat)

5) skor 42-56 (kecemasan berat sekali)

F. Tehnik Analisis Data

a) Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan tingkat kecemasan pada

berbagai tingkatan kecemasan mahasiswa FK UHO angkatan 2013 yang

masuk melalui jalur SBMPTN dan SNMPTN dengan menggunakan tabel

distribusi frekwensi.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji bagaimana perbedaan tingkat

kecemasan antara mahasiswa FK UHO yang lewat jalur masuk SBMPTN

dan SNMPTN dengan menggunakan uji non parametrik dengan analisis uji
34

peringkat Wilcoxon. H0 diterima dan H1 ditolak apabila nilai probabilitas >

0,05. H0 ditolak dan H1 diterima apabila nilai probabilitas < 0,05.

Anda mungkin juga menyukai