TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Definisi
yang dihasilkan dari paparan berulang dan mempengaruhi fungsi normal dari jaringan.
Canadia and Center for Occupational Health and Safety, aktivitas kerja seperti
pekerjaan yang bersifat repetitif, atau pekerjaan dengan postur yang tidak normal
sakitnya dapat dirasakan selama bekerja atau pada saat tidak bekerja (Canada OH&S,
2005)
gangguan pada sistem muskuloskeletal, dan bukan merupakan suatu diagnosis tiap
bagian tubuh yang digunakan dalam bekerja memiliki risiko ergonomi dan gangguan
kinerja pekerja baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Bagian – bagian tubuh seperti
tangan, leher, bahu, punggung dan kaki merupakan bagian tubuh yang sering
digunakan pekerja maka akan berdampak timbulnya keluhan atau cedera pada bagian
– bagian tubuh tersebut. Dalam hal ini NIOSH menyatakan bahwa faktor risiko pada
pekerjaan termasuk manusia (postur tubuh, beban, durasi, dan frekuensi, genggaman),
faktor alat, dan lingkungan kerja merupakan faktor – faktor yang dapat menyebabkan
menjadi kelelahan. Ketika kelelahan melebihi dari kemampuan pemulihan dari tubuh,
hal ini dapat membuat ketidakseimbangan muskuloskeletal. Dari waktu ke waktu, saat
dan menyebabkan kelainan muskuloskeletal . Faktor resiko ini dapat dibagi menjadi 2
kategori: faktor resiko yang berhubungan dengan pekerjaan (ergonomi) dan faktor
Ketika pekerja diminta untuk melakukan pekerjaan di luar dari kemampuan dan
Pada situasi ini, evaluasi objektif pada desain tempat kerja menyatakan kepada kita
bahwa sistem pemulihan pekerja tidak dapat mengikuti keadaan kelelahan yang
biasanya dikendalikan dengan target produksi dan proses kerja tiap jam
atau tiap hari. Pengulangan tugas yang tinggi, ketika digabungkan dengan
manusia yang besar. Sehingga usaha otot meningkat akibat respon dari
membebani otot serta tendon di sekitar sendi yang terlibat. Sendi dari
tubuh paling efisien saat sendi bekerja berada pada gerakan mid-range
tidak benar lainnya akan menempatkan mereka bukan hanya pada resiko
yang cukup akan menempatkan mereka pada resiko yang lebih rentan.
(Middlesworth, 2006)
disebabkan oleh berbagai faktor risiko, baik berupa faktor tunggal maupun kombinasi
dari berbagai faktor risiko. Berikut ini adalah beberapa jenis cidera yang mungkin
Cedera pada bagian tangan, pergelangan tangan dan siku bisa disebabkan dari
pekerjaan tangan yang intensif sehingga memungkinkan terjadinya postur janggal pada
tangan dengan durasi yang lama, pergerakan yang berulang/repetitif, dan tekanan dari
peralatan/ material kerja. Sembilan belas studi menyatakan bahwa pekerjaan repetitif
berpengaruh pada cedera pada tangan dan pergelangan tangan misalnya Carpal
Penelitian dari Chiang (1993) pada tiga grup pekerjaan menyimpulkan bahwa
prevalensi CTS ditemukan sebesar 14,5% sebagai gejala awal dari pergerakan repetitif
a. Tendinitis.
masing – masing bagian ujung dari otot ke tulang. Keadaan tersebut akan semakin
berkembang ketika tendon terus menerus digunakan untuk mengerjakan hal – hal yang
tidak biasa seperti tekanan yang kuat pada tangan, membengkokkan pergelangan
tangan selama bekerja, atau menggerakkan pergelangan tangan secara berulang. Jika
ketegangan otot tangan ini terus berlangsung, akan menyebabkan tendinitis. Gejala
yang dirasakan antara lain pegal, sakit pada bagian tertentu khususnya ketika
bergerak aktif seperti pada siku dan lutut yang disertai dengan pembengkakan.
Kemerah - merahan, terasa terbakar, sakit dan membengkak ketika bagian tubuh
tersebut beristirahat. Pekerjaan yang berpotensi antara lain adalah Industri perakitan
ketegangan otot tangan ini terus berlangsung, akan menyebabkan tendinitis. Gejala
yang dirasakan antara lain pegal, sakit pada bagian tertentu khususnya ketika bergerak
aktif seperti pada siku dan lutut yang disertai dengan pembengkakan. Kemerah -
merahan, terasa terbakar, sakit dan membengkak ketika bagian tubuh tersebut
beristirahat.
tekanan/pemampatan pada syaraf yang mempengaruhi syaraf tengah, salah satu dari
tiga syaraf yang menyuplai tangan dengan kemampuan sensorik dan motorik. CTS
pada pergelangan tangan merupakan terowongan yang terbentuk oleh carpal tulang
rasa pada jari khususnya di malam hari, sakit seperti terbakar, mati rasa yang
c. Trigger finger
Tekanan yang berulang pada jari – jari, dimana menekan tendon secara terus
menerus hingga ke jari – jari dan mengakibatkan rasa sakit dan tidak nyaman pada
d. Epicondylitis
Merupakan rasa nyeri atau sakit pada bagian siku. Rasa sakit ini berhubungan
dengan perputaran ekstrim pada lengan bawah dan pembengkokan pada pergelangan
tangan. Kondisi ini juga biasa disebut tennis elbow atau golfer’s elbow.
Gangguan pada pembuluh darah dan syaraf pada jari yang disebabkan oleh
getaran alat atau bagian / permukaan benda yang bergetar dan menyebar langsung ke
tangan. Dikenal juga sebagai getaran yang menyebabkan white finger, traumatic
vasospastic diseases. Gejala dari HAVS adalah mati rasa, gatal – gatal, dan putih
pucat pada jari, lebih lanjut dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap
penyebabkan cedera pada bagian tubuh tersebut. Beberapa postur bahu seperti
yang lama dan gerakan yang berulang juga mempengaruhi kesakitan pada bahu.
Terdapat hubungan yang positif antara pekerjaan repetitif dan MSDs pada bahu dan
leher, studi lainnya menyatakan bahwa kejadian cedera bahu juga disebabkan karena
eksposur dengan postur janggal dan beban yang diangkat (Bernard et al, 1997).
a. Bursitis
Peradangan (pembengkakan) atau iritasi yang terjadi pada jaringan ikat yang
berada pada sekitar persendian. Penyakit ini akibat posisi bahu yang janggal
seperti mengangkat bahu di atas kepala dan bekerja dalam waktu yang lama
Gejala ini terjadi pada leher yang mengalami ketegangan pada otot – ototnya
disebabkan postur leher menengadah ke atas dalam waktu yang lama. Sindroma
ini mengakibatkan kekakuan pada otot leher, kejang otot, dan rasa sakit yang
beban menyebabkan postur punggung tidak netral. Posisi berlutut, membungkuk, atau
jongkok bisa menyebabkan sakit pada punggung bagian bawah atau pada lutut, jika
dilakukan dalam waktu yang lama dan kontinyu mengakibatkan masalah yang serius
bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab dan kejadian back pain ini
intervertebral dari lumbar spine (tulang belakang). Cedera pada punggung dikarenakan
otot – otot tulang belakang mengalami peregangan jika postur punggung membungkuk.
Diskus (discs) mengalami tekanan yang kuat dan menekan juga bagian dari tulang
belakang termasuk syaraf. Apabila postur membungkuk ini berlangsung terus menerus,
maka diskus akan melemah yang pada akhirnya menyebabkan putusnya diskus (disc
rupture) atau biasa disebut herniation. Gejala yang dirasakan adalah sakit di bagian
tertentu yang dapat mengurangi tingkat pergerakan tulang belakang yang ditandai oleh
kejang otot. Sakit dari tingkat menengah sampai yang parah dan menjalar sampai ke
kaki. Sulit berjalan normal dan pergerakan tulang belakang menjadi berkurang. Sakit
b. Lutut
pada cairan di antara tulang dan tendon. Tekanan yang berlangsung terus – menerus
meradang atau biasa disebut bursitis. Tekanan dari luar ini juga menyebabkan tendon
pada lutut meradang yang akhirnya menyebabkan sakit (tendinitis) Santoso (2004)
II.2.1. Defenisi
Berdasarkan kriteria WHO (World Health Organization) kadar glukosa darah yang
normal adalah jika kadar glukosa darah puasa 70-110 mg/dl, glukosa darah terganggu
jika kadar glukosa darah puasa antara 110 -125 mg/dl, sedangkan toleransi glukosa
konvensional dari pemeriksaan alat Thermo® kadar glukosa darah puasa normal
adalah 55 - 115 mg/dl. Kadar glukosa darah puasa rendah adalah < 55 mg/dl. Kadar
glukosa darah puasa tinggi adalah 115-125 mg/dl. Kadar glukosa darah puasa ≥
disebut diabetes melitus jika kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, atau bila kadar
(PERKENI, 2011)
dengan gejala yang sama berupa hiperglikemia. Beberapa jenis DM yang telah
diketahui, disebabkan oleh interaksi yang kompleks dari faktor genetik, faktor
lingkungan dan gaya hidup. Berdasarkan etiologi dari DM, faktor-faktor yang berperan
berbagai sistem organ yang menimbulkan beban berat bagi individu penderita DM dan
II.2.3 Epidemiologi
didapatkan prevalensi DM antara 0.8% di Tanah Toraja sampai 6.1% yang didapatkan
di Manado. Hasil penelitian pada era 2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang
sangat tajam. Sebagai contoh penelitian di Jakarta (daerah urban) dari prevalensi DM
1,7 % pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8%
Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM
pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7.2%, maka diperkirakan
pada tahun 2003 terdapat diabetisi sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,4 juta di
tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan
dengan asumsi prevalensi DM pada urban 14,7% dan rural 7,2% maka diperkirakan
terdapat 12 juta diabetisi di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (PERKENI, 2011).
darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu sebagai patokan penyaring dan diagnosa
melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes melitus. Keluhan klasik
diabetes melitus berupa: poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
(PERKENI, 2011)
Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika
keluhan klasik ditemukan maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu >= 200 mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Kedua, dengan TTGO.
Ketiga dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah
II.3 LIPID
Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Untuk memberikan defenisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang
termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Para ahli
biokimia sepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika
seperti lemak, dimasukkan kedalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat
fisika yang dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih
dari satu pelarut organik misalnya ester, aseton, kloroform, benzena yang sering
disebut “pelarut organik”; (2) ada hubungan dengan asam lemak atau esternya; (3)
mempunyai kemungkinan digunakan oleh mahluk hidup. Jadi berdasarkan sifat fisika
tersebut, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut lemak tersebut. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan
jaringan otak atau dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30%
(Poedjiadi, 2006).
II.3.1. Kolesterol
hewani / minyak, empedu, susu, kuning telur. Kolesterol sebagian besar disintesiskan
oleh hati dan sebagian kecil diserap dari diet. Keberadaan kolesterol dalam pembuluh
darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal lempengan yang
Kadar kolesterol di dalam darah adalah di bawah 200 mg/dl. Apabila melampaui
kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia
atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi lipid dalam darah atau
lebih dikenal dengan dislipidemia. Pada dislipidemia terdapat kenaikan kadar Low
Density Lipoprotein (LDL) dan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL),
sedangkan pada hiperlipidemia hanya terdapat kenaikan LDL tanpa penurunan kadar
dislipidemia di Indonesia pada usia 25 sampai usia 34 tahun sebesar 9,3% dan pada
usia 55 sampai usia 64 tahun sekitar 15,5%.11 Jumlah kolesterol LDL dan HDL serum
untuk evaluasi faktor risiko insidensi penyakit jantung koroner (Fernandez dkk, 2008).
Kadar kolesterol LDL yang tinggi (>160 mg/dl atau 4,2 mmol/l) dan dengan kadar
kolesterol total yang tinggi (>240 mg/dl atau 6,2 mmol/l) merupakan factor risiko yang
sangat signifikan untuk insidensi PJK. Selain itu, lipoprotein lain yaitu HDL, memiliki
fungsi untuk mengangkut kolesterol yang menempel di dinding arteri. Kadar kolesterol
HDL yang tinggi (>60 mg/dl atau 1,6 mmol/l) menjadi faktor protektif untuk insidensi PJK
Kadar kolesterol LDL dan HDL serum dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a) Usia
b) Genetik
c) Jenis kelamin
d) Diet
e) Aktifitas fisik
f) Obesitas
g) Stres
i) Penyakit metabolik
Lipid merupakan senyawa organik yang kaya energi dan dipergunakan untuk
metabolisme tubuh. Lipid yang penting seperti kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
berikatan dengan protein agar dapat diangkut ke dalam sirkulasi. Kolesterol bebas
maupun ester, trigliserida, dan fosfolipid berikatan dengan protein tertentu yang disebut
Low Density Lipoprotein), IDL (Intermediate Density Lipoprotein), LDL (Low Density
Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein). Lipoprotein tersebut dapat berubah
dari jenis lipoprotein yang satu menjadi jenis lipoprotein yang lain dengan bantuan
enzim seperti LPL (Lipoprotein Lipase), LCAT (Lecithin Cholesterol Acyl Transferase),
dalam tubuh manusia. LDL dibentuk sebagian besar oleh VLDL. Partikel LDL
mengandung TG sebanyak 10% dan kolesterol sebanyak 50% dengan lipid inti
Pada pembuluh darah, LDL dapat menembus dinding arteri. Kolesterol yang
terkandung di dalamnya akan teroksidasi dan berikatan dengan trigliserida, fibrin, dan
platelet membentuk plak ateroma yang merupakan awal dari proses aterosklerosis.
(Kusmiyati, 2002)
High Density Lipoprotein (HDL) memiliki berbagai macam fungsi. Salah satunya
adalah ateroprotektif, dimana peran HDL dalam mengangkut kolesterol dari makrofag
dan sel-sel lain ke hati untuk diekskresi melalui empedu. Selain itu HDL dapat berfungsi
HDL terutama diproduksi di dalam hepar. HDL juga berasal dari proses
katabolisme kilomikron dan VLDL sebagai pemberi Apo C dan Apo E sehingga
A-I yang kemudian berinteraksi dengan Hepatic ATP – binding cassette transporter I
dan disekresikan ke dalam plasma dalam bentuk Lipid-poor Apo A-I. Kemudian Lipid-
poor Apo A-I akan berinteraksi dengan Hepatic ATP – binding cassette transporter I
pada jaringan ekstra hepatik dan makrofag sehingga terjadi pengambilan kolesterol
yang berlebih dari dalam sel dan membentuk pre-β-HDL (nascent). Kolesterol bebas
yang didapat HDL kemudian diesterifikasi oleh enzim LCAT sehingga pre-β-HDL
(nascent) berubah menjadi α-HDL yang merupakan HDL matur dan berbentuk sferis
cara, yaitu :
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit
jantung. Kolesterol LDL dapat menembus dinding arteri kemudian membentuk suatu
plak yang menghambat aliran darah. Kolesterol HDL menurunkan resiko penyakit
Indonesia 2011
II.4. Hubungan antara kadar gula darah dan kadar lipid serum dengan nyeri
muskuloskeletal kronik
mempengaruhi struktural matriks dan sifat fisik dari jaringan dengan mempercepat
glikosilasi non-enzimatik dan penumpukan kolagen yang abnormal pada jaringan ikat
periartikular yang menyebabkan perluasan artrofibrosis (Barki dkk, 2013, Aydeniz dkk,
2008)
tetap belum jelas, walau bagaimanapun kelainan jaringan ikat, neuropati, atau
mikrovaskular dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf, dan akumulasi kolagen
pada kulit dan struktur periartikular menyebabkan perubahan pada jaringan ikat (Kim
dkk, 2001)
Pada individu obesitas, peningkatan berat badan, Body Mass Index, lingkar
Adiposopathy, atau sindroma "sick fat”, adalah istilah yang mengacu pada BMI
yang tinggi berhubungan dengan kondisi inflamasi sistemik kronis yang paling sering
Namun, HDL juga memainkan peran penting dalam mengikat diserap endotoksin,
apabila kadar HDL menurun akan dapat menyebabkan endotoksemia kronis dan
inflamasi sistemik. Ketika HDL dibebani oleh endotoksin, ada beberapa konsekuensi
2013)
Tingkat abnormal kadar trigliserida dan HDL dianggap sebagai penyebab faktor
ARTHOFIBROS
IS
SITOKIN : IL-
Magit dkk, 2007 1,IL-6, TNFα
arthofibrosis menybbkan Hansson, 2005 Aterosklerosis
pelepasan sitokin mybbkan pelepasan mediator
inflamsi
NYERI
MUSKULOSKELETAL
KRONIK