Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “RESIKO PERILAKU KEKERASAN” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Jiwa di Jurusan Keperawatan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. BAPAK EDIYAR selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
PENULIS
11
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan :
Latar Belakang………………………………………………………………………
Tujuan Permasalahan…………………………………………………………………..
Sistematika…………………………………………………………………………
BAB II Pembahasan :
Pengertian Marah………………………………………………………………………
Pengertian Perilaku Kekerasan……………………………………………………….
Rentang Respons Marah………………………………………………………………...
Faktor Predisposisi & Presipitasi………………………………………………………
Proses Marah……………………………………………………………………………
Gejala Marah………………………………………………………………………….
Mekanisme Koping…………………………………………………………………..
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………………………………..
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya
pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah
gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami
kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pembahasan dari perilaku kekerasan?
2. Bagaimana melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan?
4. Bagaimana membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan?
5. Bagaimana melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan?
6. Bagaimana membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan keperawatan
pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
13
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Marah
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Kemarahan yang ditekan atau pura-pura
tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi
positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise
yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi: sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika
ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise: Manusia pada umumnya mempunyai keinginan
untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
14
B. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik
(Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Berkowitz, 1993).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
C. Rentang Respons Marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri.
Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
15
D. Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
1. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
2. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan
3. Frustasi.
4. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
E. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut.
1. . Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
Tanda dan gejala
a. Fisik
b. Mata melotot
c. Pandangan tajam
d. Tangan mengepal
e. Rahang mengatup
f. Wajah memerah
g. Postur tubuh kaku
Verbal :
a. Mengancam
b. Mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Suara keras
d. Bicara kasar, ketus
16
Perilaku
a. Menyerang orang
b. Melukai diri sendiri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/agresif
F. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
G. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan,
tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang
timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah:
1. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang
konstipasi, refleks tendon tinggi.
2. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak
tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
3. Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk,
nada suara keras dan kasar.
H. Perilaku Kekerasan
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
17
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk
menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
I. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan
benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
18
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
19
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi,
dan diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
6. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab
sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan
diagnosa keperawatan.
7. Pohon Masalah
20
Resiko Mencederai diri sendiri dan Effect
orang lain
Perilaku Kekerasan
21
Halusinasi
Causa
B. Diagnosa Keperawatan
22
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Tujuan Umum
1) Kriteria Evaluasi
2) Intervensi
23
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
24
klien saat jengkel/marah yang dialami
d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk
kekerasan yang biasa dilakukan
1) Kriteria Evaluasi
25
a) Klien dapatmengungkapkan perilaku
kekerasan yang dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku
kekerasan yang dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesai
2) Intervensi
1) Kriteria Evaluasi
26
2) Intervensi
27
g. TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
1) Kriteria Evaluasi
2) Intervensi
2) Intervensi
28
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
29
a) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum
dan kegunaannya
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan
program pengobatan
2) Intervensi
D. Implementasi
Ada 5 prinsip utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien
khususnya, pada kien amuk/ kekerasan yaitu:
a. Psikoterapiutik
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu meningkatkan harga diri
3) Membantu koping klien
b. Lingkungan terapiutik
1) Lingkungan yang bersahabat
2) Pujian atas keberhasilan klien
c. Kegiatan hidup sehari-hari
1) Membantu memenuhi aktivitas sehari-hari
2) Membimbing klien dalam perawatan diri.
d. Somatik
Memberi obat sesuai ketentuan, membujuk klien untuk minum obat.
Pendidikan kesehatan :
1) Membantu klien mengenal penyakitnya.
2) Mengikutsertakan keluarga dalam mengatasi masalah klien.
E. Evaluasi
30
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah
tercapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut.
Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai brikut :
31
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Salam terapeutik
32
perasaan marah yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita
bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas ingin ke tempat lain
?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 15 menit ?”.
33
2. Kerja
a. Evaluasi Subyektif
c. Kontrak
1) Topik
34
15 menit ?”
35
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke II
(dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
2. Diagnosa
Keperawatan
Resiko perilaku
kekerasan
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
36
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
37
ya !atau mungkin mas arif ingin tempat lain ?. “Mas arif
mau berapa lama kita bercakap cakap? 15 menit, baiklah”
2. Kerja
a. Evaluasi Subyektif
1) Topik
20
mengungkapkan rasa marah yang sehat ?”
2) Tempat
20
3) Waktu
21
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke III
(tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
4. Tindakan Keperawatan
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi,
mas arif?”
b. Evaluasi/validasi
22
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini?”
c. Kontrak
23
yang terus, bagus!”.” Nah sekarang akan suster ajarkan satu
persatu cara marah yang sehat, langsung suster jelaskan!”
“yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang
membut kita kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan:
saya marah dengan kamu!” maka hati kita akan sedikit lega”.
“yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah/ jegkel
sehingga menjadi rileks.
“yang ketiga dengan mengambil air wudhu lalu sholat atau
berdoa agar diberi kesabaran, tujuanya agar kitamenjadi lebih
tenang”
“yang keempat dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita
dengan aktivitas, misalnya dengan olahraga, membersihkan rum
mas arif bisa coba memiliki salah satu cara untuk dipraktikkan
“.”O....mau yang menarik nafas dalam”baiklah ayo kita
mulai,coba ikuti suster ,tarik nafas melalui hidung,ya
bagus,tahan sebenter dan keluarkan /tiup melaui mulut,ulangi
sampai 5 kali”.” Nah kalau sudah merasa lega bisa mas arif
lanjutkan dengan olahraga, membersihkan rumah ata kegiatan
lain”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
b. Evaluasi Obyektif
1) Topik
24
cara marah yang sehat?”
2) Tempat
25
3) Waktu
26
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke IV
(empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
2. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? baik baik saja kan,
27
ada yang ingin disampaikan ? O…saya adalah suster dani
yang merawat mas arif, bapak namanya siapa? pak eko. ada
hubungan apa dengan mas arif ? oooo ayah, naiklah,
kebetulan!?”
c. Kontrak
28
2. Kerja
a. Evaluasi Subyektif
b. Evaluasi Obyektif
1) Topik
29
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?
3) Waktu
30
d. Rencana Tindak Lanjut
31
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke V
(lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
32
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? apakah sudah
lebih rileks?”.
c. Kontrak
“Berapa jenis obat yang mas Arif minum ttadi pagi ?”. “ya,
bagus”.
33
“jadi begini ya mas, obat yang dimum tadi ada tiga macam, ini
batnya saya bawakan”.
“saya jelaskan satu persatu ya mas. Yang warna oranye ini
namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya agar mas arif mdah
untuk tidur sehngga mas arif bisa istirahat, minumnya 2 x sehari
pagi dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30. nanti ada
efek sampingnya, efeknyya mas arif mudah lemas dan keluar
ludah terus menerus”.
“nah, yang ini namanya PHD, karena mas arif dapat yang 5
mg, maka warnanya pink, cara minumnya sama dengan CPZ, 2
x sehari”. “gunanya untuk menenangkan mas arif sehingga
dapat mengontrol perilakunya saat marah, sehingga lebih
rileks, santai dan mengontrol emosi. Efek sampingnya badan
jadi kaku, terutam pada kaki dan tangan, mulut kering dan dada
berdebar-debar.
“tapi mas jangan khawatir karena ada penangkalnya makanya
diberikan obat yang putih ini yang agak besar. Namanya
triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan efek
samping dari obtat yang tadi”.
“Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau
obat ini hampir habis segera kontrol ya!”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
34
1. Topik
35
2. Tempat
3. Waktu
30
BAB III
PENUTUPAN
1. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan
marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih
memperdalam lagi tentang asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan dan
perilaku kekerasan karena dalam makalah kami tentunya masih banyak
kekurangannya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik
diri”. Jakarta : FKUI
Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit
Buku Kedokteran,EGC, Jakarta
30