Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “RESIKO PERILAKU KEKERASAN” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Jiwa di Jurusan Keperawatan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. BAPAK EDIYAR selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

SAMARINDA, 23 SEPTEMBER 2017

PENULIS

11
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan :
Latar Belakang………………………………………………………………………
Tujuan Permasalahan…………………………………………………………………..
Sistematika…………………………………………………………………………

BAB II Pembahasan :
Pengertian Marah………………………………………………………………………
Pengertian Perilaku Kekerasan……………………………………………………….
Rentang Respons Marah………………………………………………………………...
Faktor Predisposisi & Presipitasi………………………………………………………
Proses Marah……………………………………………………………………………
Gejala Marah………………………………………………………………………….
Mekanisme Koping…………………………………………………………………..
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………………………………..

BAB III Penutup


Kesimpulan……………………………………………………………………………..
Saran………………………………………………………………………………….

12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya
pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah
gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami
kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pembahasan dari perilaku kekerasan?
2. Bagaimana melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan?
3. Bagaimana merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan?
4. Bagaimana membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan?
5. Bagaimana melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan?
6. Bagaimana membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan keperawatan
pada pasien perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
b. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
c. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
d. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

13
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Marah
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Kemarahan yang ditekan atau pura-pura
tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi
positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise
yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi: sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika
ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise: Manusia pada umumnya mempunyai keinginan
untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

Tanda dan Gejala:


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)

14
B. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik
(Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Berkowitz, 1993).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
C. Rentang Respons Marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri.
Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

15
D. Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
1. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
2. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan
3. Frustasi.
4. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
E. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut.
1. . Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
Tanda dan gejala
a. Fisik
b. Mata melotot
c. Pandangan tajam
d. Tangan mengepal
e. Rahang mengatup
f. Wajah memerah
g. Postur tubuh kaku

Verbal :
a. Mengancam
b. Mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Suara keras
d. Bicara kasar, ketus

16
Perilaku
a. Menyerang orang
b. Melukai diri sendiri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/agresif

F. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.

G. Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan,
tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang
timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah:
1. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang
konstipasi, refleks tendon tinggi.
2. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak
tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
3. Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk,
nada suara keras dan kasar.

H. Perilaku Kekerasan
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

17
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk
menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

I. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan
benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

18
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan


yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi,
pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta
memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan
fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis, bertujuan,
interaksi, dinamis dan ilmiah. Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek emosional

19
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien
marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi,
dan diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
6. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab
sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan
diagnosa keperawatan.

7. Pohon Masalah

20
Resiko Mencederai diri sendiri dan Effect
orang lain

Perilaku Kekerasan

21
Halusinasi

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Faktor Predisposisi dan Prespitasi

Causa

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah


sebagai berikut (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain

2. Harga diri rendah kronik

22
C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Tujuan Umum

Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan


tanggung jawab
2. Tujuan Khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

1) Kriteria Evaluasi

a) Klien mau membalas salam

b) Kien mau berjabat tangan

c) Klien mau menyebutkan nama

d) Klien mau kontak mata

e) Klien mau mengetahui nama perawat

f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak

2) Intervensi

a) Beri salam dan panggil nama kien

23
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

c) Jelaskan maksud hubungan interaksi

d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

e) Beri rasa aman dan sikap empati

f) Lakukan kontak singkat tapi sering

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku


kekerasan
1) Kriteria Evauasi

a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya

b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan


jengkel/jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
2) Intervensi

a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya

b) Bantu klien mengungkap perasaannya

c. TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku


kekerasan
1) Kriteria Evaluasi

a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah


atau jengkel
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda
jengkel/kesal yang dialami
2) Intervensi

a) Anjurkan klien mengungkapkan yang


dialami saat marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien

c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda

24
klien saat jengkel/marah yang dialami
d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk
kekerasan yang biasa dilakukan
1) Kriteria Evaluasi

25
a) Klien dapatmengungkapkan perilaku
kekerasan yang dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku
kekerasan yang dilakukan
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesai
2) Intervensi

a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan


yang biasa dilakukan klien
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang
klien lakukan masalahnya selesai
e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan

1) Kriteria Evaluasi

a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari


cara yang dilakukan klien
2) Intervensi

a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan


klien

b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang


dilakukan oleh klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari
cara baru yang sehat
f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif
dalam berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
1) Kriteria Evaluasi

a) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap


kemarahan secara konstruktif

26
2) Intervensi

a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car


baru

b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat

c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain

27
g. TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

1) Kriteria Evaluasi

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

 Fisik : olahragadan menyiram tanaman

 Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak


menyakiti

 Spiritual : sembahyang, berdoa/ibdah yang lain

2) Intervensi

a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien

b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang


dipilih

c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut

d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan


klien menstimulasi cara tersebut
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah
dipilihnya jiak ia sedang kesal/jengkel
h. TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol perilaku kekerasan
1) Kriteria Evaluasi

a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat


klien yang berperikalu kekerasan
b) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien

2) Intervensi

a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien


dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga
terhadap klien selam ini

28
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien

c) Jelaskan cara merawat klien

d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat


kien

e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan


i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar
(sesuai program pengobatan)
1) Kriteria Evaluasi

29
a) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum
dan kegunaannya
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan
program pengobatan
2) Intervensi

a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien

b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian


berhenti minum obat tanpa izin dokter

D. Implementasi
Ada 5 prinsip utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien
khususnya, pada kien amuk/ kekerasan yaitu:
a. Psikoterapiutik
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu meningkatkan harga diri
3) Membantu koping klien
b. Lingkungan terapiutik
1) Lingkungan yang bersahabat
2) Pujian atas keberhasilan klien
c. Kegiatan hidup sehari-hari
1) Membantu memenuhi aktivitas sehari-hari
2) Membimbing klien dalam perawatan diri.
d. Somatik
Memberi obat sesuai ketentuan, membujuk klien untuk minum obat.
Pendidikan kesehatan :
1) Membantu klien mengenal penyakitnya.
2) Mengikutsertakan keluarga dalam mengatasi masalah klien.
E. Evaluasi

30
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah
tercapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut.
Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai brikut :

1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.


2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang
lain.
4. Buatlah komentar yang kritikal.
5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.
6. Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya.
7. Konsep diri klien sudah meningkat.
8. Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.

31
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua pertanyaan


2. Diagnosa
Keperawatan
Resiko perilaku
kekerasan
3. Tujuan Khusus

a. Klien mampu membina hubungan saling percaya

4. Tindakan Keperawatan

SP 1 : me mbina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi


penyebab marah
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya


perawat samsul , saya perawatn yang bertugas di ruang
perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang dipanggil apa ?

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan


marah, jengkel ?”
c. Kontrak

“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai

32
perasaan marah yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita
bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas ingin ke tempat lain
?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 15 menit ?”.

33
2. Kerja

“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa


yang dirasakan mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada
perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar
mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah
seperti,memukul,membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus
apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami
selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”. “
Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah
?”......ya ibu saya menangis dan kesakitan.......terus apalagi
?”........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang


tentang perasaan marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif

“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”

c. Kontrak

1) Topik

“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang


lagi tentang akibat dari perasaan marah yang mas
rasakan ?”
2) Tempat

“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau


disini saja?”
3) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau

34
15 menit ?”

35
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke II
(dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

a. Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya


dengan perawat
b. Klien dapat mengenal peyebab marah

2. Diagnosa
Keperawatan
Resiko perilaku
kekerasan
3. Tujuan Khusus

a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku


kekerasan

b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan

c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah

4. Tindakan Keperawatan

SP 2 : mengidentifikasi tanda gejala, perilaku kekerasan yang


bias dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi

36
a. Salam terapeutik

“Selamat pagi, mas arif? masih ingat nama saya ?”

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini? apakah ada


penyabab marah yang lain dan belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap


cakap tentang perasaan mas arif rasakan saat marah, yang
bisa dilakukan saat marah dan akibat dari tindakan yang
telah dilakukan ?. “Seperti kesepakatan kemarin kita
bercakap cakap di taman

37
ya !atau mungkin mas arif ingin tempat lain ?. “Mas arif
mau berapa lama kita bercakap cakap? 15 menit, baiklah”
2. Kerja

“Kemarin mas arif sudah menceritakan penyebab marah, nah


ceritakan apa yang dirasakan mas arif saat marah atau saat
memukul ibu !saat mas arif marah apakah ada perasaan tegang,
kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar mandir? atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”
“Apakah mas arif pernah melakukan tindakan lain selain
memukul ibu saat marah ? misalnya membanting piring
memecahkan kaca, atau mungkin merusak tanaman!
memecahkan kaca! terus apakah setelah melakukan tindakan
tadi (memukul ibu dan memecahkan kaca) masalah yang
dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas
arif?”
“Apakah mas arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di
rumah? ya tangan jadi sakit, jendela rusak terus apalagi? dan
akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa!”
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang


perasaan saat marah dan yang bisa dilakukan saat marah
dan akibatnya ?”
b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat


marah! “Bagus... lagi, kalau akibatnya apa ?”
c. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar

20
mengungkapkan rasa marah yang sehat ?”
2) Tempat

“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang


tamu baiklah”

20
3) Waktu

“Mas arif ingin berapa lama kita belajar marah yang


sehat? O… 15 menit baiklah!
d. Rencana Tindak Lanjut

“Nah karena mas arif sudah tau tindakan yang telah


dilakukan maukah mas arif belajar mengungkapkan rasa
marah yang sehat? nanti suster ajari, bagaimana, bersedia?”

21
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke III
(tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan


yang dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan


dengan isolasi sosial menarik diri
3. Tujuan Khusus

a. Memilih cara yang konstruktif

b. Mendemonstransikan satu cara marah yang konstruktif

4. Tindakan Keperawatan

SP 3 : membantu klien menemukan cara cara yang konstruktif


dalam merespon kemarahan
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi

a. Salam terapeutik
“Selamat pagi,
mas arif?”
b. Evaluasi/validasi

22
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini?”

c. Kontrak

“pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah


yang sehat, benar kan mas? “. “sesuai kesepakatan kemarin
kita akan beratih di runagn tamu kan, mas?”. “berapa lama
kita bercaka- cakap ?”bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja

“ Menurut mas arif, bagaimana cara mengungkapkan marah


yang benar, tertentunya tidak merugikan/ membahayakan
orang lain ?”......

23
yang terus, bagus!”.” Nah sekarang akan suster ajarkan satu
persatu cara marah yang sehat, langsung suster jelaskan!”
“yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang
membut kita kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan:
saya marah dengan kamu!” maka hati kita akan sedikit lega”.
“yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah/ jegkel
sehingga menjadi rileks.
“yang ketiga dengan mengambil air wudhu lalu sholat atau
berdoa agar diberi kesabaran, tujuanya agar kitamenjadi lebih
tenang”
“yang keempat dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita
dengan aktivitas, misalnya dengan olahraga, membersihkan rum
mas arif bisa coba memiliki salah satu cara untuk dipraktikkan
“.”O....mau yang menarik nafas dalam”baiklah ayo kita
mulai,coba ikuti suster ,tarik nafas melalui hidung,ya
bagus,tahan sebenter dan keluarkan /tiup melaui mulut,ulangi
sampai 5 kali”.” Nah kalau sudah merasa lega bisa mas arif
lanjutkan dengan olahraga, membersihkan rumah ata kegiatan
lain”
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang


sehat?”

b. Evaluasi Obyektif

“coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang


sudah kita pelajari tadi!”bagus!”
c. Kontrak

1) Topik

“bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap

24
cara marah yang sehat?”
2) Tempat

“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang


tamu”

25
3) Waktu

“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”

d. Rencana Tindak Lanjut

“tolong mas,nanti dicoba lagi cara yang sudah suster


ajarkan dan jangan lupa ikuti kegiatanya di ruangan ya!”

26
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke IV
(empat)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Pasien

a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat

b. Klien dapat mempraktikan cara marah yang sehat

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan


dengan isolasi sosial menarik diri
3. Tujuan Khusus

Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku


kekerasan

4. Tindakan Keperawatan

SP 4 : membantu keluarga tentang cara merawat klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN


TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi, Mas arif ?ini keluarganya ya ?”

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? baik baik saja kan,

27
ada yang ingin disampaikan ? O…saya adalah suster dani
yang merawat mas arif, bapak namanya siapa? pak eko. ada
hubungan apa dengan mas arif ? oooo ayah, naiklah,
kebetulan!?”
c. Kontrak

“Pada kesempatan ini kita akan berbincang bincang cara


tentang merawat mas arif dirumah, bagaimana pak eko
bersedia?”. “Bagaimana kalau kita bercakap cakap di ruang
tamu saja, biar lebih santai ?”. “Barapa lama kita
akan bercakap cakap ?bagaimana kalau 30 menit ?”.

28
2. Kerja

“Nah tolong ceritakan apa yang membuat mas arif dibawa


ke RSJ ?terus apa yang dilakukan keluarga saat mas arif
mondar mandir dan marah marah ? terus apa lagi pak ?”.
“Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain
yang lebih menolong agar mas arif tidak melakukan tindakan
mencedarai orang lain dan merusak kaca lagi”.
Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar
dilakukan mas arif, misalnya dengan olahraga, membaca al-
Quran, sholat, membersihkan kamar mandi, membersihkan
rumah, memukul bantal/ kasur, membantu orang tua bekerja”.
“Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan
melatih klien bersikap terbuka, juga penting untuk klien yang
sedang marah, melakukan relaksasi dengan menarik nafas
dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan
perasaan klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih ada
yang akan ditanyakan ?”.
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan setelah tahu cara merawat mas arif ?

b. Evaluasi Obyektif

“coba sebutkan kembali berapa acara yang dapat


dilakukan saat marah ? terus apa lagi ?.... Bagus”
c. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita


akan bercakap cakap lagi tentang cara minum obat dan
manfaaatnya bagi mas arif?”
2) Tempat

29
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?

3) Waktu

“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”

30
d. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa besok kalau mas arif sudah pulang dan


seperti akan marah marah tolong ingatkan cara cara yang
sudah diajarkan tadi ya!”.

31
STRATEGI
PELAKSANAAN
TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku
Kekerasan Pertemuan ke V
(lima)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien

a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat

b. Keluarga klien dapat mempraktikan cara merawat pasien yang


sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan


dengan isolasi sosial menarik diri
3. Tujuan Khusus

Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program


pengobatan)
4. Tindakan Keperawatan

SP 5 : membantu klien minum obat secara teratur disertai


penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi, Mas Arifdan Pak Eko ?”

b. Evaluasi/validasi

32
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? apakah sudah
lebih rileks?”.
c. Kontrak

“Seperti keseppakatan kemarin, pagi ini kita akan


bercakap-cakap tentang penggunaan obat dan manfaatnya
bagi mas arif”.
2. Kerja

“Berapa jenis obat yang mas Arif minum ttadi pagi ?”. “ya,
bagus”.

33
“jadi begini ya mas, obat yang dimum tadi ada tiga macam, ini
batnya saya bawakan”.
“saya jelaskan satu persatu ya mas. Yang warna oranye ini
namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya agar mas arif mdah
untuk tidur sehngga mas arif bisa istirahat, minumnya 2 x sehari
pagi dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30. nanti ada
efek sampingnya, efeknyya mas arif mudah lemas dan keluar
ludah terus menerus”.
“nah, yang ini namanya PHD, karena mas arif dapat yang 5
mg, maka warnanya pink, cara minumnya sama dengan CPZ, 2
x sehari”. “gunanya untuk menenangkan mas arif sehingga
dapat mengontrol perilakunya saat marah, sehingga lebih
rileks, santai dan mengontrol emosi. Efek sampingnya badan
jadi kaku, terutam pada kaki dan tangan, mulut kering dan dada
berdebar-debar.
“tapi mas jangan khawatir karena ada penangkalnya makanya
diberikan obat yang putih ini yang agak besar. Namanya
triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan efek
samping dari obtat yang tadi”.
“Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau
obat ini hampir habis segera kontrol ya!”.
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan setelah tahu tentang jenis


dan manfaat obat yang diminum mas arif ?
b. Evaluasi Obyektif

“coba sebutkan kembali jenis obat yang sama mas


arif, dan ambilkan yang namanya obat HPD, dan
seterusnya, dans ebutkan manfaatnya juga”.
c. Kontrak

34
1. Topik

“Bagaimana kalau kapan-kaoan kita berbincang lagi


tentang masalah mas arif yang lain ?”.

35
2. Tempat

“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?

3. Waktu

“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”

b. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu


yang tepat

30
BAB III
PENUTUPAN
1. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan
marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih
memperdalam lagi tentang asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan dan
perilaku kekerasan karena dalam makalah kami tentunya masih banyak
kekurangannya.

30
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik
diri”. Jakarta : FKUI
Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit
Buku Kedokteran,EGC, Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai