Anda di halaman 1dari 31

Anita Widita A.

Ginanjar S.
Nur Aina S.
Widya Sari N.
Pengertian

 Sindrom nephrotic adalah gangguan


pada ginjal yang menyebabkan tubuh
anda mengeluarkan terlalu banyak
protein melalui urin Sindrom nephrotic
biasanya disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah kecil di dalam ginjal
anda yang menyaring kotoran dan
cairan berlebih dari darah anda(Donna L.
Wong, 2004).
ETIOLOGI
Sebab yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini di anggap
suatu penyakit auto immune. Jadi
merupakan suatu reaksi antigen-anti bodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:

a. Sindroma nefrotik bawaan


 Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternotetal.
 resisten terhadap semua pengobatan ,gejalanya adalah
edema pada masa neonatus
 Pengcangkokan ginjal dalam masa neonatus telah dicoba
tetapi tidak berhasil.
 Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam
bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindroma nefrotik sekunder
 Malaria kuartana atau parasit lain
 Penyakit kolagen seperti lupus
eritematosus diseminata, purpura
anafilaktoid
 Glomerulonefritis akut, glumerulonefritis
kronis, thrombosis vena renalis.
 Bahan kimia seperti trimetadion,
paradion, penisilamain, garam, emas ,
sengatan lebah, racun oak, air raksa.
 Amilodosis, penyakit sel sabit,
hiperprolinemia, nefritis membrano
proliferative hipokomplementemik.

b. Sindrom nefrotik idiopatik


KLASIFIKASI

Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi


tipe-tipe sindrom nefrotik:

a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS :


minimal change nephrotic syndrome)
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
c. Sindrom Nefrotik Kongenital
Dari segi usia, sindrom nefrotik yang menyerang anak
dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik infantil diartikan sebagai sindrom
nefrotik yang terjadi setelah umur 3 bulan sampai
12 bulan.
b. Sindrom nefrotik congenital (SNK) adalah sindrom
nefrotik yang terjadi dalam 3 bulan pertama
kehidupan yang didasari kelainan genetik.
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Sindrom nefrotik primer (Idiopatik)

Dikatakan sindrom nefrotik primer karena sindrom


nefrotik ini secara primer terjadi akibat kelainan
pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab
lain.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindrom Nefrotik Sekunder Timbul sebagai akibat
dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat
dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya
efek samping obat.
TANDA DAN GEJALA

 Tandadan gejala sindrom nephrotic


antara lain:
a. Pembengkakan (edema), terutama di
sekitar mata dan pada pergelangan kaki
dan kaki
b. Busa pada urin, yang dapat disebabkan
oleh kelebihan protein yang terbuang
melalui urin
c. Berat badan meningkat karena tubuh
terlalu banyak menyerap cairan
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan Diagnostik
A. Uji urine
• Protein urin – meningkat
 Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
 Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
 Berat jenis urin – meningkat
B. Uji darah
 Albumin serum – menurun
 Kolesterol serum – meningkat
 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
 Laju endap darah (LED) – meningkat
 Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit
perorangan.
Komplikasi

 Meningkatnya risiko infeksi dan


penggumpalan darah.
 Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah.
 Anemia.
 Kekurangan gizi, misalnya defisiensi
vitamin D.
 Hipertensi.
 Gagal ginjal akut.
 Penyakit ginjal kronis.
Penatalaksanaan
 Pengobatan dengan prednison diberikan dengan dosis
awal 60 mg/m2/hari atau 2 mg/ kgBB/hari (maksimal 80
mg/hari) dalam dosis terbagi tiga, selama 4 minggu,
dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (40 mg/m2/hari,
maksimum 60 mg/hari) dosis tunggal pagi selang sehari
(dosis alternating) selama 4-8 minggu (lihat lampiran)
(ISKDC 1982)
 Bila terjadi relaps, maka diberikan prednison 60 mg/m2/hari
sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), dilanjutkan 2/3
dosis awal (40 mg/m2/hari) secara alternating selama 4
minggu. Pada sindrom nefrotik resisten steroid atau toksik
steroid, diberikan obat imunosupresan lain seperti
siklofosfamid per oral dengan dosis 2-3 mg/kgbb/hari
dalam dosis tunggal di bawah pengawasan dokter
nefrologi anak. Dosis dihitung berdasarkan berat badan
tanpa edema
Pengkajian
 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Dasar data pengkajian pasien:
1. Aktivitas / Istirahat
 Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise
 Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus

2. Sirkulasi
 Tanda: Hipotensi/ hipertensi( termasuk hipertensi
malignan, hipertensi akibat kehamilan/ eklampsia)
Disritmia jantung Nadi lemah/halus, hipotensi
ortostatik( hipovolemia) Nadi kuat( hipervolemia)
Edema jaringan umum( termasuk area periorbital,
mata kaki, sakrum) Pucat, kecenderungan
perdarahan
3. Eliminasi
 Gejala: Perubahan pola berkemih biasanya :
peningkatan frekuensi, polyuria (kegagalan
dini), atau penurunan frekuensi/ oliguria(fase
akhir) Disuria, ragu- ragu, dorongan, dan retensi(
inflamasi,/ obstruksi, infeksi). Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.
 Tanda : Perubahan warna urine contoh kuning
pekat, merah, coklat, berawan Oliguria(
biasanya 12-21 hari); poliuria(2-6 L/hari)
4. Makananan/ Cairan
 Gejala : Peningkatan berat badan(edema),
penurunan berat badan( dehidrasi), mual,
muntah, anoreksia, nyeri ulu hati.
 Tanda : Perubahan turgor kulit,/ kelembaban
Edema( umum, bagian bawah)
5. Neurosensori
 Gejala : Sakit kepala, pengelihatan kabur, Kram
otot/ kejang; sindrom” kaki gelisah”
 Tanda : Gangguan status mental, contoh
penurunan lapang perhatian, ketidak mampuan
berkonsentrasi,hilang memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran( azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/ asam/ basa) Kejang, aktivitas kejang,
faskikulasi otot.
6. Nyeri/ kenyamanan
 Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala.
 Tanda : Perilaku berhati- hati, gelisah
7. Pernafasan
 Gejala : Nafas pendek
 Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi,
kedalaman (pernafasan Kussmaul); nafas amonia.
Batuk produktif dengan sputum kental merah muda
( edema paru).
8. Keamanan
 Gejala : Adanya reaksi transfusi
 Tanda : Demam(sepsis, dehidrasi) Pretekie, area
kulit ekimosis Pruritus, kulit kering

9. Penyuluhan/ Pembelajaran
 Gejala : Riwayat penyakit polikistik keluarga,
nefritis herediter, batu urinarius, malignansi
Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
Sindrom Nefroti yaitu:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan protein sekunder akibat peningkatan
permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien
mengalami edema
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap
kehilangan protein dan kurangnya intake nutrisi
c. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi
energi metabolik.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
sumber informasi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang
menurun.
Intervensi Keperawatan

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan protein sekunder akibat peningkatan
permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien
mengalami edema
Tujuan: Menunjukan keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil:
1. Menunjukan haluaran urine tepat dengan berat
jenis/ hasil laboratorium mendekati normal
2. Berat badan stabil
3. TTV dalam batas normal
4. Tidak ada edema
No
Intervensi Rasionalisasi
1.1
Monitor denyut jantung, TD, dan CVP Takikardi dan hipertensi terjadi karena : Kegagalan ginjal
dalam mengeluarkan urine, pembatasan cairan
berlebihan selama mengobati hipovolemia/ hipotensi ,
perubahan pada sistem renin- angiotensin.
1.2
Catat pemasukan dan pengeluaran Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan
akurat.Termasuk cairan” tersembunyi” seperti penggantian cairan, dan penurunan risiko kelebihan
aditif antibiotik. Ukur kehilangan GI dan cairan
perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh
berkeringat. Awasi berat jenis urine.
1.3
Rencanakan penggantian cairan pada pasien, Membantu menghindari periode tanpa cairan,
dalam pembatasan multipel. Berikan minuman meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan
yang disukai sepanjang 24 jam. Berikan menurunkan rasa kekurangan dan haus.
bervariasi panas, dingin, beku.
1.4
Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema. Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung
Evaluasi derajat edema( pada skala +1 sampai pada tubuh, contoh tangan, kaki, area lumbosakral.
+4)
1.5
Kolaborasi: siapkan untuk dialisis sesuai indikasi Dilakukan untuk memperbaiki kelebihan volume,
ketidakseimbangan elektrolit, asam/basa, dan untuk
menghilangkan toksin.
1.6
Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai Diuretik diberikan untuk meningkatkan volume urine
indikasi( msl diuretik, antihipertensif) adekuat.
Antihipertensif diberikan untuk mengatasi hipertensi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan malnutrisi sekunder
terhadap kehilangan protein dan kurangnya intake
nutrisi
Tujuan: Nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil:
 Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
seperti yang diindikasikan oleh situasi individu,
bebas edema.
No Intervensi Rasionalisasi
2.1 Berikan makanan sedikit tapi sering Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan
status uremik/ menurunnya peristaltic

2.2 Timbang berat badan tiap hari Pasien puasa / katabolik akan segera normal kehilangan
0,2 – 0,5 kg dapat menunjukan perpindahan
keseimbangan cairan
2.3 Berikan pasien/ orang terdekat daftar makanan/ Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan
cairan yang diizinkan dan dorong terlibat pada diet. Makanan dari rumah dapat meningkatkan nafsu
pilihan menu makan
2.4 Kaji / catat pemasukan diet Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gejala uremik( mual,
muntah, anoreksia), dan pembatasan diet multipel
mempengaruhi pemasukan makanan
2.5 Kolaborasi: Konsul dengan ahli gizi/ tim Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam
pendukung nutrisi pembatasan, dan
mengidentifikasi rute paling efektif dan produknya,
contoh tambahan oral, makanan selang.
2.6 Kolaborasi: Berikan kalori tinggi, diet rendah/ Jumlah protein eksogen yang dibutuhkan kurang dari
sedang protein. Termasuk kompleks karbohidrat normal, kecuali pada pasien dialisis . Karbohidrat
dan sumber lemak untuk memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan energi dan membatasi jaringan
kalori( hindari sumber gula pekat) katabolisme, mencegah pembentukan asam keto dari
oksidasi protein dan lemak.Intoleran karbohidrat
menunjukan DM dapat terjadi gagal ginjal berat. Asam
amino esensial memperbaiki keseimbangan dan status
Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi
energi metabolik
Tujuan : Menunjukan kemampuan untuk
mempertahankan aktivitas yang biasa/ normal
Kriteria hasil:
1. Melaporkan perbaikan rasa berenergi
2. Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
Intervensi Rasionalisasi
3.1 Kaji kemampuan untuk Mengidentifikasi kebutuhan
berpartisipasi pada aktivitas yang individual dan membantu pemilihan intervensi
diinginkan/ dibutuhkan

3.2 Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebih dan menyimpan
energi untuk
penyembuhan, regenerasi jaringan

3.3 Berikan bantuan dalam aktivitas sehari – hari Mengubah energi, memungkinkan berkelanjutnya
dan ambulasi aktivitas yang dibutuhkan/ normal , memberikan
keamanan pada pasien

3.4 Tingkatkan tingkat partisipasi sesuai toleransi Meningkatkan rasa membaik/ meningkatkan
pasien kesehatan, dan
membatasi frustasi

3.5 Kolaborasi: awasi kadar elektroli termasuk Ketidakseimbangan dapat


kalsium, magnesium, dan kalium mengganggu fungsi neuromuskular yang
memerlukan peningkatan penggunaan energi
untuk
menyelesaikan tugas dan potensial perasaan
lelah.
Implementasi

 a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


protein sekunder akibat peningkatan permiabilitas glomerulus
ditandai dengan pasien mengalami edema
 Memonitor denyut jantung, TD, dan CVP
 Mencatat pemasukan dan pengeluaran akurat.Termasuk cairan”
tersembunyi” seperti aditif antibiotik. Ukur kehilangan GI dan
perkirakan kehilangan tak kasat mata, contoh berkeringat. Awasi
berat jenis urine.
 Merencanakan penggantian cairan pada pasien, dalam
pembatasan multipel. Berikan minuman yang disukai sepanjang 24
jam. Berikan bervariasi panas, dingin, beku.
 Mengkaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema. Evaluasi
derajat edema( pada skala +1 sampai +4)
 Kolaborasi: siapkan untuk dialisis sesuai indikasi
 Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi( msl diuretik,
antihipertensif
 b. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap
kehilangan protein dan kurangnya intake nutrisi
 Memberikan makanan sedikit tapi sering
 Mengukur berat badan tiap hari
 Memberikan pasien/ orang terdekat daftar makanan/ cairan
yang diizinkan dan dorong terlibat pada pilihan menu
 Mengkaji / catat pemasukan diet
 Kolaborasi: Konsul dengan ahli gizi/ tim pendukung nutrisi
 Kolaborasi: Berikan kalori tinggi, diet rendah/ sedang protein.
Termasuk kompleks karbohidrat dan sumber lemak untuk
memenuhi kebutuhan kalori( hindari sumber gula pekat)
 c.Keletihan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik
 Mengkaji kemampuan untuk
 berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan/
dibutuhkan
 Merencanakan periode istirahat adekuat
 Memberikan bantuan dalam aktivitas sehari – hari dan
ambulasi
 Meningkatkan tingkat partisipasi sesuai toleransi
pasien
 Kolaborasi: awasi kadar elektroli termasuk kalsium,
magnesium, dan kalium

Anda mungkin juga menyukai