Anda di halaman 1dari 27

TUGAS AKHIR MAKALAH KIMIA FISIK TERAPAN

NANOCOMPOSITE HIDROGEL/CLINOPTILOLITE
YANG MELAPISI PUPUK : SWELLING, RETENSI AIR,
DAN SIFAT PELEPASAN PUPUK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Tugas Akhir Kimia Fisik Terapan
Tahun Ajaran 2016/2017

Disusun Oleh:

Aji Syarifudin 1306365820

Magun Surya 1306398812

Aulia Dyah Hutami 1406603200

Resi Annisaa Rubianti 1406557264

Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2016

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Makalah Kimia Fisik Terapan yang
berjudul “Nanocomposite Hidrogel/Clinoptilolite yang Melapisi Pupuk : Swelling,
Retensi Air, dan Sifat Pelepasan Pupuk”.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah syarat penilaian Kimia Fisik
Terapan. Kami menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan Tugas Akhir selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 24 November 2016

Kelompok 1 (Satu)

2
ABSTRAK
Preparasi dari formulasi pupuk slow release baru core-shell dilakukan melalui
pelapisan pupuk NPK komersial dengan nanokomposit hidrogel / Klinoptilolit (Hyd /
CL) . Nanokomposit Hyd / CL dibuat dari polimerisasi radikal bebas dari natrium
alginat, asam akrilik, akrilamida, dan zeolit Klinoptilolit. Keseragaman pelapisan
pada permukaan butiran pupuk telah diverifikasi oleh scanning electron microscopy
(SEM). Kinetika swelling sama baiknya dengan sifat retensi air dan tingkat
penyerapan air dari sampel yang disiapkan. Selanjutnya, pelepasan pupuk dari
nanokomposit Hyd / CL yang melapisi butiran pupuk ke dalam tanah menunjukkan
bahwa lapisan nanokomposit Hyd / CL sekitar butiran pupuk menyebabkan sistem
untuk membebaskan nutrisi dengan cara yang lebih terkontrol (lebih rendah dari 57%
muatan pupuk pada 30 hari) dibandingkan dengan pupuk yang tidak terlapisi. Hasil
keseluruhan akhirnya menyarankan bahwa nanokomposit hidrogel yang dirancang
dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai lapisan pada senyawa pupuk granular
untuk aplikasi di bidang pertanian karena sifat retensi air dan slow-release-nya.

Kata Kunci : Hidrogel, Nanokomposit, Klinoptilolit, Retensi Air, dan Slow-


release

3
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
ABSTRAK ................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 6
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 7
2. Bahan dan Metode ................................................................................................. 7
2.1 Bahan .......................................................................................................... 7
2.2 Metode ........................................................................................................ 7
2.2.1 Persiapan Sampel Hidrogel .......................................................... 7
2.2.2 Preparasi dari Formulasi Hyd/CL/NPK ....................................... 8
2.2.3 Pengukuran Absorbansi Air ......................................................... 8
2.2.4 Kemampuan Tanah Menyerap Air ............................................... 8
2.2.5 Rasio maksimum serap air tanah.................................................. 9
2.2.6 Perilaku slow-release formulasi Hyd/CL/NPK ............................ 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 6
3. Hasil dan Pembahasan ........................................................................................... 7
3.1 Investigasi Morfologi Permukaan .............................................................. 7
3.2 Studi Penyerapan Air ................................................................................. 8
3.3 Perilaku Retensi Air ................................................................................. 13
3.3 Rasio Maksimum Penahan Air (Water-holding) Pada Tanah .................. 15
3.3 Pelepasan Pupuk ...................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21
4. Kesimpulan .......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk merupakan salah satu material yang vilat untuk produksi pertanian.
Industri pupuk memiliki tantangan untuk terus mengembangkan produknya agar
efisiensinya meningkat, dan meminimalisasi kemungkinan kerusakan pada alam.
Penggunaan pupuk yang lambat pelepasannya (SRFs) akan menghilangkan
kekurangan lain pada pupuk yang telah ada sebelumnya. SRF didisain untuk
melepaskan nutrisinya kedalam tanaman secara betahap dengan laju sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh tanaman, sambil mengurangi kemungkinan hilangnya nutrisi.
Kelebihan lain dari SRFs ketimbang pupuk biasa adalah menurunkan frekuensi
penggunaan, meminimalkan potensi dari dampak negatif yang dikarenakan kelebihan
dosis. Tipe pupuk ini dapat dibuat dengan melapisi pupuk granular biasa dengan
membrane yang akan berfungsi sebagai penghalang difusi.

Hydrogel merupakan persilangan antara hidrofilik polimer yang dapat


mengabsorb air dalam jumlah yang banyak, larutan sline, dan larutan lainnya. Dengan
keunikan struktur tiga dimensinya dan banyaknya variasi gugus fungsinya dapat
diapplikasikan untuk berbagai bidang seperti agricultural. Baru-baru ini, penggunaan
hydrogel pada bidang agricultural sebagai material water management menarik
perhatian. Pupuk yang dilappisi hydrogel akan ideal untuk formulasi pupuk lepas
lambat. Berbasis alginat, hydrogel disiapkan dari polimerisasi graft dengan asam
akrilat dan monomer akrilamida telah digunakan secara luas. Namun, penggunaan
hydrogel pada bidang agrikultur terbatas karena harganya yang mahal. Baru-baru ini,
persiapan hydrogel/clay komposit menarik perhatian, karena harganya yang murah
dan juga bagus untuk menyimpan air dan dapat digunakan sebagai lambat lepas.
Nanokomposit dari hydrogel alginate-g-polyacrylicacid-co-acrylamida (NaAlg-co-
AAm) dengan clinoptilolite dan montmorillonite clay telah digunakan pada pupuk
NPK. Rashidzadeh et al. mengusulkan nanokomposit hydrogel didesain tidak hanya
mampu menyimpan dan melepaskan pupuk, namun juga memiliki kapasitas yang

5
bauj untuk mengadsorbsi air, yang akan mengurangi kehilangan pupuk dan
meningkatkan penggunaan air pada bidang agrikultur.

Pada pupuk lambat lepas dan hydrogel nanokomposit, penulis mencoba untuk
melapis pupuk NPK granular dengan hydrogel/clinoptilolite (Hyd/CL) nanokomposit/
Clioptilolit merupakan zeolite alam, karena memiliki sifat fisik yang unik dan sifat
kimia yang sering digunakan sebagai pupuk. Tujuan paper ini adalah untuk
menginvestigasi fungsi dari nanokomposit hydrogel Hyd/CL sebagai pelapis pupuk
NPK granules pada absorbensi air dan kemampuan untuk menampung air. Kemudian,
sifat pupul lambat lepas dari formulasi Hyd/CL/NPK didiskusikan lebih dalam.
Terakhir, kinetika dari formulasi pupuk lambat lepas yang dilapis.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara melakukan preparasi sampel hidrogel dan formulasi
Hyd/CL/NPK?
2. Bagaimanakah cara menghitung penyerapan air (Absorbency water)?
3. Bagaimanakah cara menganalisis perilaku retensi air baik pada tanah,
maupun tanpa formulasi core-shell?
4. Bagaimanakah cara menghitung rasio maksimum penahan air (water-
holding) pada tanah?
5. Bagaimanakah cara menentukan perilaku slow-release pada formulasi
Hyd/CL/NPK?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat melakukan preparasi sampel hidrogel dan formulasi Hyd/CL/NPK?
2. Dapat menghitung penyerapan air (Absorbency water)?
3. Dapat menganalisis perilaku retensi air baik pada tanah, maupun tanpa
formulasi core-shell?
4. Dapat menghitung rasio maksimum penahan air (water-holding) pada
tanah?
5. Dapat menentukan perilaku slow-release pada formulasi Hyd/CL/NPK?

6
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2. Bahan dan Metode

2.1 Bahan
Asam akrilat (AA), Akrilamida (A,Am),N,N’-metilen bisakrilamida
(MBA, sebagai penyilang), dan ammonium persulfat (APS, sebagai inisiator)
dibeli dari Merck dan digunakan sebagai purifikasi. Sodium alginate (NaAlg)
didapatkan dari sigma-aldrich (USA). Clinoptilolite (CL) didapatkan dari
tambang Meianah di ajazair, iran. Pupuk NPK granular digunakan sebagai
bahan pupuk. Semua larutan dipreparasi dengan air destilasi.

2.2 Metode
2.2.1 Persiapan Sampel Hidrogel
Preparasi hydrogel NaAlg-g-Poly (AA-co-AAm) dan hydrogel
nanokomposit NaAlg-g-Poly (AA-co-AAm)/CL mirip dengan prosedur yang
telah dilakukan pada paper sebelumnya. Larutan NaAlg (3%, w/v) dalam
aquades dipreparasi dengan pangadukan konstan. Kemudian clinoptilolite
(10% w/w dengn Alg) didispersikan dalam aquades selama 24 jam dan di
berikan perlakuan dengan ultrasibucation (Bandelin D-12207, Jerman).
Setelah itu suspensi clinoptilolite ditambahkan beberapa tetes kedalam larutan
NaAlg sambil diagitasi selama 6 jam.
Kemudian, laruran dipindahkan kedalam tabung berleher 4 250ml
lengkap dengan pengaduk mekanik, kondensor refluks, thermometer, dan
selang nitrogen. Setelag di masukkan gas nitrogen selama 30menit untuk
menghilangkan oksigen terlarut, dan dipanaskan 60˚C dalam water bath, dan
ditambahkan larutan APS. Setelah 15 menit, sejumlah AAm ditambahkan.
Campuran larutan AA (sebagian dinetralisasi dengan NaOH 6ml L-1, 70%
derajat netralisasi) dan MBA sebagai penyilang dimasukkan kedalam tabung.
Suhu water bath ditingkatkan hingga 70˚C dan disimpan selama 4jam agar
polimerisasinya sempurna. Produk gel yang terbentuk ditumbuk dan digiling

7
menjadi partikel yang sangat kecil dan di saring dengan saringan berukuran
120 mesh. Kemudian digunakan untuk melapisi pupuk komersil.

2.2.2 Preparasi dari Formulasi Hyd/CL/NPK


Sampel hydrogel kering yang telah dibuat ditempatkan dalam pan. Pan
mengandung pupuk NPK komersil dengan aquades yang kemudian dikocok.
Sampel hydrogel dapat menepel dengan permukaan pupuk NPK sampai
melapis pupuk NPK. Terakhir, pupuk NPK yang telah dipapisi, dikeringkan
dalam oven dengan suhu 70 ˚C.

2.2.3 Pengukuran Absorbansi Air


Untuk menyelidiki daya serap air, sampel pelapis yang kering
direndam dalam air sulang pada suhu kamar. Sampel yang mengembang
dipisahkan dari larutan pada interval waktu tertentu dan beratnya diukur
setelah permukaannya diseka untuk menghilangkan air berlebih menggunakan
kertas saring. Setiap percobaan dilakukan 3 kali pengulangan. Kesetimbangan
saat mengembang (g/g) dapat dihitung dengan persamaan:

Dimana Ws (g) adalah berat sampel yang mengembang, dan Wd (g)


merupakan berat sampel kering.

2.2.4 Kemampuan Tanah Menyerap Air dengan dan Tanpa Formulasi


Pelapisan
Untuk mempelajari retensi air tanah yang mengandung pelapis, sampel
kering dari pelapis dicampur dengan 100 g tanah pasir kering (Di bawah 25
mesh), yang ditempatkan di sebuah cangkir plastik. 100 g pasir kering lain,
tanpa formulasi pelapis, ditempatkan di sebuah cangkir plastik identik (B),

8
setiap cangkir ditimbang (W). Kemudian 50 mL air suling ditambahkan ke
dalam setiap gelas dan cangkir itu ditimbang kembali (Wo). Kedua cangkir
yang disimpan di bawah kondisi yang sama pada suhu kamar dan ditimbang
setiap hari (Wt) selama 30 hari. retensi air (% WR) dari tanah dihitung
menggunakan yang Eq. (2):

2.2.5 Rasio maksimum serap air tanah


Sekitar 1 g sampel formulasi pelapis dicampur dengan 100 g tanah
kering (Di bawah 25 mesh) dan ditempatkan dalam tabung gelas berdiameter
4,5 cm yang dilengkapi dengan membran keramik dan ditimbang (W1).
Kemudian sampel tanah perlahan-lahan dibasahkan oleh suling air dari atas
tabung sampai air merembes keluar dari bawah. Setelah tidak ada air
merembes di bagian bawah, tabung ditimbang lagi (W2). Sebuah percobaan
kontrol, yaitu, dengan tidak ada formulasi core-shell, juga dilakukan di luar.
Rasio resap air maksimum (W%) dari tanah dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

2.2.6 Perilaku slow-release formulasi Hyd/CL/NPK


Untuk percobaan pelepasan formulasi Hyd / CL / NPK, sampel kering
direndam menjadi 100 mL air suling. Pada interval waktu tertentu, 10 mL
larutan sampel untuk penentuan pupuk, dan ditambakan 10 mL air suling,
ditambahkan ke dalam gelas kimia untuk mempertahankan jumlah pelarut.
Jumlah pupuk dibebaskan dari sampel dilapisi ditentukan dengan

9
menggunakan kurva kalibrasi dari konduktivitas digital meter. Semua
percobaan dilakukan triplicates dan yang digunakan adalah nilai rata-rata.
Konsentrasi pupuk itu dihitung menurut kurva standar, dan rilis kumulatif
diperoleh rumus berikut:

Dimana E adalah Pelepasan Akumulatif (%) dari pupuk, VE adalah


volume sample, V0 adalah volume awal media rilis, Ci dan Cn adalah
konsentrasi pupuk (Mg / mL), i dan n adalah kali sampling, dan m0 adalah
massa sampel pupuk formulasi (mg). Untuk mempelajari pelepasan Pupuk
NPK dari formulasi Hyd / CL / NPK, sampel kering dari Hyd / CL / formulasi
campuran NPK dengan 100 g tanah berpasir kering (di bawah 25 mesh).
Kemudian campuran tanah diisi ke dalam kolom gelas buatan sendiri
dilengkapi dengan membran keramik dan katup.
Selanjutnya, 45 mL air ditambahkan ke kolom tanah sampai mencapai
titik jenuh tanah-air. Kadar air dalam kolom dipertahankan mendekati konstan
selama periode studi dengan menambahkan air (25 ml). Pada interval waktu
tertentu (setiap 24 jam sampai 30 hari), 10 mL air dari tanah dikumpulkan.
Pupuk kemudian diuji menggunakan digital meter konduktivitas (WTW
cond7110, Jerman) untuk mempelajari perilaku rilis pupuk dari sistem.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Investigasi Morfologi Permukaan


Morfologi permukaan dari hidrogel, nanokomposit hidrogel, dan
pupuk NPK yang dicoating dianalisis dengan SEM (LEO 1430 VP, Jerman).
Sampel yang disintesis disayat dengan silet. Tiap hasil sayatan dilapisi dengan
layer tipis Au-Pd dengan sputter coater(Polaron SC7620) dan dianalisis pada
15 kV. Hasil pencitraan dengan SEM ditampilkan pada gambar.

Dari gambar terlihat, hasil SEM dari nanokomposit hidrogel memiliki lebih
banyak pori dengan ruang yang saling berhubungan karena peran klinoptilolit
sebagai agen ikat silang. Pengamatan ini konsisten dengan hasil pengujian
swelling dimana air lebih banyak terserap pada nanokomposit hidrogel. Hal

11
ini dapat dijelaskan dengan adanya klinoptilolit dalam nanokomposit hidrogel
yang memberikan lebih banyak struktur berpori. Dengan penambahan
klinoptilolit, homogenitas kopolimer menurun, namun jumlah pori meningkat.
Hasil SEM dari pupuk yang dilapisi dengan nanokomposit
menunjukkan bentuknya sferik dan struktur berupa core-shell. Diameter dari
partikel pupuk yang terlapis adalah sekitar 1600 um dan ketebalan lapisannya
sekitar 250 um. Shell dari pupuk terlapis ini merupakan hidrogel
nanokomposit yang berpori, dan sifat ini meningkatkan luas permukaan dari
formulasi ini. Ketika pupuk terlapis ini ditaruh di air, maka shellnya dapat
menyerap air dan mempertahankan kelembaban tanah.

3.2 Studi Penyerapan Air


Perilaku absorbsi air dari Hyd/CL/NPK merupakan parameter yang penting
yang dalam pertanian. Hasil ini ditampilkan dalam gambar di bawah.

Dari gambar diperoleh kesetimbangan absorbsi dari Hyd/CL sebesar 34 g/g dan
untuk Hyd/CL/NPK sebesar 22,24 g/g dalam ∞ jam. Absorbsi air ini terjadi pada
shell klinoptilolit. Gaya tolakan antara gaya karboksil dari hidrogel dengan
permukaan klinoptilolit bermuatan negatif meningkatkan ekspansi dari

12
nanokomposit hidrogel. Muatan negatif dari klinoptilolit dialibatkan oleh
karakteristik unit SiO4 dan AlO4.

Kinetika swelling dianalisis untuk menyelidiki orede dari swelling. Untuk


orde pertama, laju swelling berbanding lurus dengan kapasitas swelling tersisa.

Jika proses swelling dari hidrogel diasumsikan mengikuti orde pertama. Plot dari
variasi ln (W∞/W∞-W) sebagai fungsi dari waktu akan memberikan garis lurus.
Untuk menyelidiki kinetika swelling dari formulasi Hyd/CL/NPK, digunakan
persamaan kinetika orde kedua yang diusulkan oleh Schott.

13
dimana B adalah invers dari kesetimbangan swelling maksimal, A adalah
resiprokal dari laju swelling awal dari hidrogel, ks adalah konstanta laju swelling.
Gambar di bawah menunjukkan hasil regresi linear dari swelling. Hasil yang
didapat menunjukkan kinetika orde pertama dengan nilai K. Kemudian nilai
kesetimbangan swelling (W∞) untuk Hyd/CL/NPK diperoleh 27,85 g/g, dimana
dekat dengan nilai eksperimental 22,24 g/g.

Mekanise dari pengambilan air dan koefisien difusi

Untuk menentukan sifat alami difusi air ke dalam struktur core-shell


Hyd/CL/NPK, digunakan persamaan berikut untuk 60% pengambilan fraksi
cairan

dimana Wt dan W∞ adalah jumlah kesetimbangan pengambilan air pada


pengambilan air maksimum dan k adalah konstanta yang mendeskripsikan tipe
dari mekanisme difusi. Untuk difusi FIckian, nilai n adalah =< 0,5 dan untuk non-

14
Fickian adalah sebesar 0,5-1,0. Plot ln(Wt/W∞) vs ln t digunakan untuk
memperoleh nilai n dan k dari gradien dan intersect dengan sumbu vertikal.
Swelling exponent dan konstanta swelling dihitung dari gradien dan intersect dari
kurva, diberikan pada tabel. Nilai n yang diperoleh adalah sebesar 0,105
menunjukkan distribusi Fickian.

Parameter lain yang diselidiki dalam swelling adalah koefisien difusi. Untuk
mencari nilai ini, digunakan metode "pendekatan waktu singkat". Koefisien difusi
diperoleh pada persamaan berikut.

15
dimana D dalam cm2 min-1, t dalam min, dan r adalah ketebalan shell. Jika n =
0,5 dan dengan membandingkan persamaan di atas dengan persamaan
sebelumnya maka

Maka dari plot ln Wt/W∞ vs t1/2 dari grafik di atas, nilai D dapat diperoleh,
sebesar 2,61x10-7 cm2 min-1 yang menunjukkan difusi yang terjadi sangat
lambat.

Laju penyerapan air

Parameter difusi lain dari hidrogel adalah laju difusi air, kw. Parameter ini
dapat dihitung dengan persamaan

Dari plot -ln(1-W-Wt/W∞), nilai kw dapat diperoleh, nilainya sekitar 0,349.

16
Tabel berikut merupakan tabel yang berisi parameter hasil perhitungan.

3.3 Perilaku Retensi Air


Salah satu aplikasi yang paling penting dari hidrogel adalah di bidang
pertanian, terutama untuk menyimpan air di daerah kering dan gurun. Jadi,
penyelidikan kemampuan air-retensi sampel inti-shell Hyd / CL / NPK di dalam
tanah sangat diperlukan. Gambar 7 menunjukkan perilaku air retensi tanah
dengan dan tanpa formulasi Hyd / CL / NPK. Dari Gambar. 7, kita menemukan
bahwa tingkat air retensi tanah dengan formulasi Hyd / CL / NPK jelas lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah tanpa itu. Rasio waterretention tanah tanpa
formulasi / CL / NPK Hyd mencapai 71,64 dan 53,27% berat pada hari-hari 15

17
dan 30, masing-masing, sedangkan tanah dengan formulasi Hyd / CL / NPK
adalah 85,75 dan 69,42% berat, masing-masing.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa formulasi Hyd / CL /


NPK memiliki kapasitas retensi air yang baik di tanah dan dengan penggunaan
Hyd / CL / NPK, formulasi air dapat disimpan untuk digunakan dalam
pertumbuhan tanaman. Alasannya adalah bahwa kerangka hidrogel

18
nanokomposit bisa menyerap sejumlah besar air dalam tanah karena sifat
swelling yang menambahkan lebih banyak ruang untuk penyerapan air dan
memungkinkan penyerapan air menjadi perlahan-lahan dilepaskannya karena
modifikasi permukaan dan porositas yang meningkatkan retensi air.

3.4 Rasio Maksimum Penahan Air (Water-holding) Pada Tanah


Sifat penahan air adalah salah satu keuntungan dari pupuk hyrdrogel
berlapis diatas pupuk komersial normal. Untuk menyelidiki perilaku ini,
percobaan penahan air untuk formulasi Hyd / CL / NPK dilakukan. Hasil rasio
maksimum penahan air menunjukkan bahwa rasio maksimum penahan air tanah
tanpa formulasi Hyd / CL / NPK adalah 20% sedangkan tanah dengan
formulasi Hyd / CL / NPK adalah 25,93% (rasio massa formulasi Hyd / CL /
NPK untuk tanah adalah 1: 100), 5,93% lebih tinggi dari perlakuan sebelumnya
yang tanpa Hyd / CL / NPK. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel Hyd / CL /
NPK memiliki sifat penyerapan air dalam tanah, yang dapat meningkatkan
kapasitas penahan air pada tanah.

3.5 Pelepasan Pupuk

Pada gambar 8, disajikan pengukuran konduktivitas sebagai fungsi waktu


untuk menyelidiki pelepasan pupuk dari Hyd/CL/NPK. Pola pelepasan pada
pupuk yang tidak dilapisi berbeda dengan pupuk yang dilapisi. Pelepasan awal
pupuk dari granular NPK relatif cepat dan selesai pada jangka waktu 20 hari.
Untuk pupuk yang dilapisi, pada jurnal ini dikatakan bahwa laju pelepasannya
yang lambat dan tidak dapat di ukur hingga akhir percobaan.

19
Pelepasan pupuk kedalam tanah lebih lambat dibandingkan kedalam air.
Hal ini terlihat pada gambar 8, pelepasan pupuk ke dalam air secara berturut
turut pada hari pertama, hari ketiga, dan hari ke tiga puluh adalah 16.58%,
18.94% dan 76.08 %. Sedangkan untuk pelepasan pupuk ke dalam tanah adalah
13.85 % pada hari pertama, 17.53 % pada hari ketiga, dan 56.42 % pada hari
ketiga puluh. Pupuk NPK dapat larut dalam air. Setelah proses pencelupan dari
produk yang telah dilapisi, karena terjadinya penyerapan banyak air oleh
hydrogel lapisan nanocomposite, air yang diserap perlahan-lahan akan berdifusi
ke dalam pupuk inti dan melarutkan pupuk.

Oleh karena itu pupuk secara pelahan-lahan dapat dibebaskan keluar.


Formulasi yang dikembangkan menampilkan beberapa kelebihan dari pupuk
granular NPK. Formulasi ini tidak hanya lambat melepaskan pupuk, tetapi juga
memiliki kapasitas absorbsi air yang baik, yang dapat mengurangi kehilangan
pupuk dan pemanfaatan air dalam bidang pertanian. Di bidang pertanian,
sangatlah penting untuk menemukan material pelapis yang biodegedable yang
dapat dikendalikan untuk melepaskan pupuk. Karena akumulasi polimer non-
degredable dalam tanah akan menyebabkan rusaknya struktur tanah, yang
bertentangan dengan tujuan dalam bidang pertanian.

20
Kinetika dari data pelepasan pupuk dari formulasi yang disiapkan telah
dianalisis oleh Korsmeyer dan Peppas:

Dimana (Mt/M∞) adalah fraksi dari pupuk yang dibebaskan pada waktu t,
kKP adalah konstanta penggabungan dari molekul makromolekular dan pupuk, n
adalah eksponen diffusional yang menunjukkan mekanisme perpindahan. Jika
nilai n ≤ 0.5, mengartikan bahwa mekanisme pelepasan pupuk mendekati difusi
fickian yang diatur pengeluarannya. Sedangkan untuk nilai n = 1 menunjukkan
bahwa mekanisme pelepasan pupuk mendekati Case II Transport (Orde Nol)
dan nilai n berada di antara 0.5 sampai 1.0 menunjukkan mekanisme pelepasan
pupuk anomalous (difusi non-Fickian). Untuk perbandingan, presentasi yang
sama akan dilakukan untuk semua models berikut.

Higuchi model mendeskripsikan pelepasan pupuk dalam akar kuadrat


pada waktu.

Dimana Mt adalah jumlah pupuk yang dibebaskan ketika waktu pelepasan


sama dengan t, dan M∞ adalah total pupuk yang dilepaskan, dan kH adalah
konstanta pembubaran Higuchi.

Kinetika dari model Zero Order disebutkan sebagai berikut

21
Dimana (Mt/M∞) adalah fraksi pupuk yang dilepaskan, t adalah waktu
pelepasan (menit) dan k0 adalah konstanta pelepasan pada zero order.
Sedangkan untuk persamaan pada orde satu:

Dimana k1 adalah konstanta pelepasan orde satu.

22
23
Pada gambar 9, ditunjukkan pelepasan pupuk NPK dalam air dan tanah
dengan model yang berbeda. Tabel 2 menunjukkan parameter dari
Hyd/CL/NPK dalam air dan tanah. Dari gambar 9 dan table 2, jelas bahwa data
pelepasan pupuk ke dalam air memperlihatkan yang cocok dengan model
model kinetika orde satu. Tetapi dari model Korsmeyer-Peppas, nilai n dan R2
didapatkan sekitar 0.33 dn 0.9 untuk pelepasan pupuk dalam air, yang
mengindikasikan diidusi Fickian. Pelepasan pupuk kedalam tanah mengikuti
model Higuchi. Model ini menunjukkan korelasi dengan Fickian diffusion.
Menurut model Korsmeyer-Peppas, nilai n diantara 0.5 dan 1.0 menunjukkan
difusi anomalous dan mekanisme dari pelepasan pupuk adalah campuran dari
difusi dan rantai relaksasi. Fenomena ini terjadi ketika pergerakan dari rantai
polimer yang didominasi oleh zat terlarut pindah sebagai releasing agent
memasuki medium. Mekanisme Fickian diffusion menunjukkan bahwa pupuk
berdifusi sebagian melalui swollen matrix dan pori pada sampel. Seperti yang
telah diketahui pada literatur, ketika active agent dikelilingi dengan lapisan
polimer, mekanisme pelepasan yang terjadi yaitu mekanisme difusi yang
terkendali dan active agent akan keluar menuju lingkungan dengan berdifusi
melalui micro-pori pada kapsul dinding.

Pada penelitian sebelumnya, Wu dan Liu menyiapkan pelepasan pupuk


NPK yang terkendali dengan lapisan dalam dari chitosan dan lapisan luar dari
poly(acrylic acid-co-acrylamide) Super Absorben Polimer. Formulasi yang
disiapkan terdiri dari poly(acrylic acid-co-acrylamide) atau diatomite yang
mengandung urea (lapisan luar), chitosan (lapisan dalam), dan pupuk granular
NPK yang larut dalam air (inti). Penulis memeriksa pelepasan nitrogen,
pottasium dan fosfor dalam tanah, secara individu. Namun, berbeda dengan
formulasi pada jurnal ini yang memiliki satu lapis dan melepaskan semua
elemen dari nitrogen, pottasium dan fosfor bersamaan. Selain itu, dalam studi
ini, pelepasan pupuk di lakukan padan air dan tanah. Juga, dalam studi ini
diselidiki morfologi dari formulasi dengan SEM.

24
BAB IV

PENUTUP
4. Kesimpulan
Alginate-g-poly (acrylic acid-co-acrylamide ) atau clinoptilolite
nanocomposite hydrogel berhasil disiapkan .Pupuk yang umumnya digunakan
adalah butiran NPK yang kemudian dilapisi dengan sampel hidrogel yang telah
diberi perlakuan. Gambar hasil SEM menunjukkan bahwa lapisan homogen
dibentuk pada permukaan pupuk. Sifat penyerapan air dan retensi air dari
penyiapan sampel telah diinvestigasi . Hasilnya menunjukkan bahwa daya serap
dari 22.24 g / g untuk hyd / cl / npk terjadi pada 8 jam. Kemudian, pupuk
dilepaskan dari hidrogel yang dilapisi butiran pupuk dalam air suling dan tanah
yang terpantau oleh pengukuran konduktivitas. Hasilnya secara keseluruhan
menunjukkan bahwa pupuk terlepas pada tanah lebih lambat bila dibandingkan
pada air suling dan tidak di atas 75 % pada hari yang ke-30. Akhirnya ,
investigasi dalam mekanisme pelepasan pupuk dari sampel yang terlapisi
hidrogel menunjukkan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada data difusi
sederhana pelepasan pupuk.

25
DAFTAR PUSTAKA

Fernando, I., Porfírio, M., Neto, C., Delage, P., & Caicedo, B. (2016). Relationship
between soil structure and water retention properties in a residual compacted
soil. Engineering Geology, 205, 73–80.
http://doi.org/10.1016/j.enggeo.2016.02.016

Wu L, Liu M, Liang R (2008) Preparation and properties of a double-coated slow-


release NPK compound fertilizer with superabsorbent and water-retention.
Bioresour Technol 99(3):547–554

Ekmi, N., Hashim, S., & Abdul, R. (2016). Effect of Different Monomers on Water
Retention Properties of Slow Release Fertilizer Hydrogel. Procedia
Engineering, 148, 201–207. http://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.573

Jamnongkan, T., & Kaewpirom, S. (2010). Potassium Release Kinetics and Water
Retention of Controlled-Release Fertilizers Based on Chitosan Hydrogels, 413–
421. http://doi.org/10.1007/s10924-010-0228-6

Olad, A., Gharekhani, H., Mirmohseni, A., & Bybordi, A. (2016). Study on the
synergistic effect of clinoptilolite on the swelling kinetic and slow release
behavior of maize bran-based superabsorbent nanocomposite. Journal of
Polymer Research, 1–14. http://doi.org/10.1007/s10965-016-1140-0

Mukerabigwi, J. F., Wang, Q., Ma, X., & Liu, M. (2015). Urea fertilizer coated with
biodegradable polymers and diatomite for slow release and water retention.
Journal of Coatings Technology and Research, 12(6), 1085–1094.
http://doi.org/10.1007/s11998-015-9703-2

Yang, Y., Tong, Z., Geng, Y., Li, Y., & Zhang, M. (2013). Biobased Polymer
Composites Derived from Corn Stover and Feather Meals as Double-Coating
Materials for Controlled-Release and Water-Retention Urea Fertilizers.

Xie, L., Liu, M., Ni, B., & Wang, Y. (2012). Utilization of Wheat Straw for the
Preparation of Coated Controlled- Release Fertilizer with the Function of Water
Retention.

Teodorescu M, Lungu A, Stanescu PO (2009) Preparation and properties of novel


slow-release NPK agrochemical formulations based on poly (acrylic acid)
hydrogels and liquid fertilizers. Ind Eng Chem Res 48(14):6527–6534 Polym.
Bull. 123

Liang R, Liu M (2006) Preparation and properties of coated nitrogen fertilizer with
slow release and water retention. Ind Eng Chem Res 45(25):8610–8616

26
Liu M, Liang R, Zhan F, Liu Z, Niu A (2006) Synthesis of a slow-release and
superabsorbent nitrogen fertilizer and its properties. Polym Adv Technol
17(6):430–438

Hanafi M, Eltaib S, Ahmad M (2000) Physical and chemical characteristics of


controlled release compound fertiliser. Eur Polymer J 36(10):2081–2088

Seetapan N, Wongsawaeng J, Kiatkamjornwong S (2011) Gel strength and swelling


of acrylamideprotic acid superabsorbent copolymers. Polym Adv Technol
22(12):1685–1695

Zohuriaan-Mehr M, Omidian H, Doroudiani S, Kabiri K (2010) Advances in non-


hygienic applications of superabsorbent hydrogel materials. J Mater Sci
45(21):5711–5735

Guilherme MR, Reis AV, Paulino AT, Moia TA, Mattoso LH, Tambourgi EB (2010)
Pectin-based polymer hydrogel as a carrier for release of agricultural nutrients
and removal of heavy metals from wastewater. J Appl Polym Sci 117(6):3146–
3154

Saraydın D, Karadag˘ E, Gu¨ven O (2000) Relationship between the swelling process


and the releases of water soluble agrochemicals from radiation crosslinked
acrylamide/itaconic acid copolymers. Polym Bull 45(3):287–294

Bouranis D, Theodoropoulos A, Drossopoulos J (1995) Designing synthetic polymers


as soil conditioners. Commun Soil Sci Plant Anal 26(9–10):1455–1480

El-Rehim H, Hegazy ESA, El-Mohdy H (2004) Radiation synthesis of hydrogels to


enhance sandy soils water retention and increase plant performance. J Appl
Polym Sci 93(3):1360–1371

El-Rehim A, Hassan A (2006) Characterization and possible agricultural application


of polyacrylamide/sodium alginate crosslinked hydrogels prepared by ionizing
radiation. J Appl Polym Sci 101(6):3572–3580

27

Anda mungkin juga menyukai