NANOCOMPOSITE HIDROGEL/CLINOPTILOLITE
YANG MELAPISI PUPUK : SWELLING, RETENSI AIR,
DAN SIFAT PELEPASAN PUPUK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penilaian Tugas Akhir Kimia Fisik Terapan
Tahun Ajaran 2016/2017
Disusun Oleh:
Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir Makalah Kimia Fisik Terapan yang
berjudul “Nanocomposite Hidrogel/Clinoptilolite yang Melapisi Pupuk : Swelling,
Retensi Air, dan Sifat Pelepasan Pupuk”.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah syarat penilaian Kimia Fisik
Terapan. Kami menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan Tugas Akhir selanjutnya.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Kelompok 1 (Satu)
2
ABSTRAK
Preparasi dari formulasi pupuk slow release baru core-shell dilakukan melalui
pelapisan pupuk NPK komersial dengan nanokomposit hidrogel / Klinoptilolit (Hyd /
CL) . Nanokomposit Hyd / CL dibuat dari polimerisasi radikal bebas dari natrium
alginat, asam akrilik, akrilamida, dan zeolit Klinoptilolit. Keseragaman pelapisan
pada permukaan butiran pupuk telah diverifikasi oleh scanning electron microscopy
(SEM). Kinetika swelling sama baiknya dengan sifat retensi air dan tingkat
penyerapan air dari sampel yang disiapkan. Selanjutnya, pelepasan pupuk dari
nanokomposit Hyd / CL yang melapisi butiran pupuk ke dalam tanah menunjukkan
bahwa lapisan nanokomposit Hyd / CL sekitar butiran pupuk menyebabkan sistem
untuk membebaskan nutrisi dengan cara yang lebih terkontrol (lebih rendah dari 57%
muatan pupuk pada 30 hari) dibandingkan dengan pupuk yang tidak terlapisi. Hasil
keseluruhan akhirnya menyarankan bahwa nanokomposit hidrogel yang dirancang
dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai lapisan pada senyawa pupuk granular
untuk aplikasi di bidang pertanian karena sifat retensi air dan slow-release-nya.
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk merupakan salah satu material yang vilat untuk produksi pertanian.
Industri pupuk memiliki tantangan untuk terus mengembangkan produknya agar
efisiensinya meningkat, dan meminimalisasi kemungkinan kerusakan pada alam.
Penggunaan pupuk yang lambat pelepasannya (SRFs) akan menghilangkan
kekurangan lain pada pupuk yang telah ada sebelumnya. SRF didisain untuk
melepaskan nutrisinya kedalam tanaman secara betahap dengan laju sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh tanaman, sambil mengurangi kemungkinan hilangnya nutrisi.
Kelebihan lain dari SRFs ketimbang pupuk biasa adalah menurunkan frekuensi
penggunaan, meminimalkan potensi dari dampak negatif yang dikarenakan kelebihan
dosis. Tipe pupuk ini dapat dibuat dengan melapisi pupuk granular biasa dengan
membrane yang akan berfungsi sebagai penghalang difusi.
5
bauj untuk mengadsorbsi air, yang akan mengurangi kehilangan pupuk dan
meningkatkan penggunaan air pada bidang agrikultur.
Pada pupuk lambat lepas dan hydrogel nanokomposit, penulis mencoba untuk
melapis pupuk NPK granular dengan hydrogel/clinoptilolite (Hyd/CL) nanokomposit/
Clioptilolit merupakan zeolite alam, karena memiliki sifat fisik yang unik dan sifat
kimia yang sering digunakan sebagai pupuk. Tujuan paper ini adalah untuk
menginvestigasi fungsi dari nanokomposit hydrogel Hyd/CL sebagai pelapis pupuk
NPK granules pada absorbensi air dan kemampuan untuk menampung air. Kemudian,
sifat pupul lambat lepas dari formulasi Hyd/CL/NPK didiskusikan lebih dalam.
Terakhir, kinetika dari formulasi pupuk lambat lepas yang dilapis.
6
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2. Bahan dan Metode
2.1 Bahan
Asam akrilat (AA), Akrilamida (A,Am),N,N’-metilen bisakrilamida
(MBA, sebagai penyilang), dan ammonium persulfat (APS, sebagai inisiator)
dibeli dari Merck dan digunakan sebagai purifikasi. Sodium alginate (NaAlg)
didapatkan dari sigma-aldrich (USA). Clinoptilolite (CL) didapatkan dari
tambang Meianah di ajazair, iran. Pupuk NPK granular digunakan sebagai
bahan pupuk. Semua larutan dipreparasi dengan air destilasi.
2.2 Metode
2.2.1 Persiapan Sampel Hidrogel
Preparasi hydrogel NaAlg-g-Poly (AA-co-AAm) dan hydrogel
nanokomposit NaAlg-g-Poly (AA-co-AAm)/CL mirip dengan prosedur yang
telah dilakukan pada paper sebelumnya. Larutan NaAlg (3%, w/v) dalam
aquades dipreparasi dengan pangadukan konstan. Kemudian clinoptilolite
(10% w/w dengn Alg) didispersikan dalam aquades selama 24 jam dan di
berikan perlakuan dengan ultrasibucation (Bandelin D-12207, Jerman).
Setelah itu suspensi clinoptilolite ditambahkan beberapa tetes kedalam larutan
NaAlg sambil diagitasi selama 6 jam.
Kemudian, laruran dipindahkan kedalam tabung berleher 4 250ml
lengkap dengan pengaduk mekanik, kondensor refluks, thermometer, dan
selang nitrogen. Setelag di masukkan gas nitrogen selama 30menit untuk
menghilangkan oksigen terlarut, dan dipanaskan 60˚C dalam water bath, dan
ditambahkan larutan APS. Setelah 15 menit, sejumlah AAm ditambahkan.
Campuran larutan AA (sebagian dinetralisasi dengan NaOH 6ml L-1, 70%
derajat netralisasi) dan MBA sebagai penyilang dimasukkan kedalam tabung.
Suhu water bath ditingkatkan hingga 70˚C dan disimpan selama 4jam agar
polimerisasinya sempurna. Produk gel yang terbentuk ditumbuk dan digiling
7
menjadi partikel yang sangat kecil dan di saring dengan saringan berukuran
120 mesh. Kemudian digunakan untuk melapisi pupuk komersil.
8
setiap cangkir ditimbang (W). Kemudian 50 mL air suling ditambahkan ke
dalam setiap gelas dan cangkir itu ditimbang kembali (Wo). Kedua cangkir
yang disimpan di bawah kondisi yang sama pada suhu kamar dan ditimbang
setiap hari (Wt) selama 30 hari. retensi air (% WR) dari tanah dihitung
menggunakan yang Eq. (2):
9
menggunakan kurva kalibrasi dari konduktivitas digital meter. Semua
percobaan dilakukan triplicates dan yang digunakan adalah nilai rata-rata.
Konsentrasi pupuk itu dihitung menurut kurva standar, dan rilis kumulatif
diperoleh rumus berikut:
10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Hasil dan Pembahasan
Dari gambar terlihat, hasil SEM dari nanokomposit hidrogel memiliki lebih
banyak pori dengan ruang yang saling berhubungan karena peran klinoptilolit
sebagai agen ikat silang. Pengamatan ini konsisten dengan hasil pengujian
swelling dimana air lebih banyak terserap pada nanokomposit hidrogel. Hal
11
ini dapat dijelaskan dengan adanya klinoptilolit dalam nanokomposit hidrogel
yang memberikan lebih banyak struktur berpori. Dengan penambahan
klinoptilolit, homogenitas kopolimer menurun, namun jumlah pori meningkat.
Hasil SEM dari pupuk yang dilapisi dengan nanokomposit
menunjukkan bentuknya sferik dan struktur berupa core-shell. Diameter dari
partikel pupuk yang terlapis adalah sekitar 1600 um dan ketebalan lapisannya
sekitar 250 um. Shell dari pupuk terlapis ini merupakan hidrogel
nanokomposit yang berpori, dan sifat ini meningkatkan luas permukaan dari
formulasi ini. Ketika pupuk terlapis ini ditaruh di air, maka shellnya dapat
menyerap air dan mempertahankan kelembaban tanah.
Dari gambar diperoleh kesetimbangan absorbsi dari Hyd/CL sebesar 34 g/g dan
untuk Hyd/CL/NPK sebesar 22,24 g/g dalam ∞ jam. Absorbsi air ini terjadi pada
shell klinoptilolit. Gaya tolakan antara gaya karboksil dari hidrogel dengan
permukaan klinoptilolit bermuatan negatif meningkatkan ekspansi dari
12
nanokomposit hidrogel. Muatan negatif dari klinoptilolit dialibatkan oleh
karakteristik unit SiO4 dan AlO4.
Jika proses swelling dari hidrogel diasumsikan mengikuti orde pertama. Plot dari
variasi ln (W∞/W∞-W) sebagai fungsi dari waktu akan memberikan garis lurus.
Untuk menyelidiki kinetika swelling dari formulasi Hyd/CL/NPK, digunakan
persamaan kinetika orde kedua yang diusulkan oleh Schott.
13
dimana B adalah invers dari kesetimbangan swelling maksimal, A adalah
resiprokal dari laju swelling awal dari hidrogel, ks adalah konstanta laju swelling.
Gambar di bawah menunjukkan hasil regresi linear dari swelling. Hasil yang
didapat menunjukkan kinetika orde pertama dengan nilai K. Kemudian nilai
kesetimbangan swelling (W∞) untuk Hyd/CL/NPK diperoleh 27,85 g/g, dimana
dekat dengan nilai eksperimental 22,24 g/g.
14
Fickian adalah sebesar 0,5-1,0. Plot ln(Wt/W∞) vs ln t digunakan untuk
memperoleh nilai n dan k dari gradien dan intersect dengan sumbu vertikal.
Swelling exponent dan konstanta swelling dihitung dari gradien dan intersect dari
kurva, diberikan pada tabel. Nilai n yang diperoleh adalah sebesar 0,105
menunjukkan distribusi Fickian.
Parameter lain yang diselidiki dalam swelling adalah koefisien difusi. Untuk
mencari nilai ini, digunakan metode "pendekatan waktu singkat". Koefisien difusi
diperoleh pada persamaan berikut.
15
dimana D dalam cm2 min-1, t dalam min, dan r adalah ketebalan shell. Jika n =
0,5 dan dengan membandingkan persamaan di atas dengan persamaan
sebelumnya maka
Maka dari plot ln Wt/W∞ vs t1/2 dari grafik di atas, nilai D dapat diperoleh,
sebesar 2,61x10-7 cm2 min-1 yang menunjukkan difusi yang terjadi sangat
lambat.
Parameter difusi lain dari hidrogel adalah laju difusi air, kw. Parameter ini
dapat dihitung dengan persamaan
16
Tabel berikut merupakan tabel yang berisi parameter hasil perhitungan.
17
dan 30, masing-masing, sedangkan tanah dengan formulasi Hyd / CL / NPK
adalah 85,75 dan 69,42% berat, masing-masing.
18
nanokomposit bisa menyerap sejumlah besar air dalam tanah karena sifat
swelling yang menambahkan lebih banyak ruang untuk penyerapan air dan
memungkinkan penyerapan air menjadi perlahan-lahan dilepaskannya karena
modifikasi permukaan dan porositas yang meningkatkan retensi air.
19
Pelepasan pupuk kedalam tanah lebih lambat dibandingkan kedalam air.
Hal ini terlihat pada gambar 8, pelepasan pupuk ke dalam air secara berturut
turut pada hari pertama, hari ketiga, dan hari ke tiga puluh adalah 16.58%,
18.94% dan 76.08 %. Sedangkan untuk pelepasan pupuk ke dalam tanah adalah
13.85 % pada hari pertama, 17.53 % pada hari ketiga, dan 56.42 % pada hari
ketiga puluh. Pupuk NPK dapat larut dalam air. Setelah proses pencelupan dari
produk yang telah dilapisi, karena terjadinya penyerapan banyak air oleh
hydrogel lapisan nanocomposite, air yang diserap perlahan-lahan akan berdifusi
ke dalam pupuk inti dan melarutkan pupuk.
20
Kinetika dari data pelepasan pupuk dari formulasi yang disiapkan telah
dianalisis oleh Korsmeyer dan Peppas:
Dimana (Mt/M∞) adalah fraksi dari pupuk yang dibebaskan pada waktu t,
kKP adalah konstanta penggabungan dari molekul makromolekular dan pupuk, n
adalah eksponen diffusional yang menunjukkan mekanisme perpindahan. Jika
nilai n ≤ 0.5, mengartikan bahwa mekanisme pelepasan pupuk mendekati difusi
fickian yang diatur pengeluarannya. Sedangkan untuk nilai n = 1 menunjukkan
bahwa mekanisme pelepasan pupuk mendekati Case II Transport (Orde Nol)
dan nilai n berada di antara 0.5 sampai 1.0 menunjukkan mekanisme pelepasan
pupuk anomalous (difusi non-Fickian). Untuk perbandingan, presentasi yang
sama akan dilakukan untuk semua models berikut.
21
Dimana (Mt/M∞) adalah fraksi pupuk yang dilepaskan, t adalah waktu
pelepasan (menit) dan k0 adalah konstanta pelepasan pada zero order.
Sedangkan untuk persamaan pada orde satu:
22
23
Pada gambar 9, ditunjukkan pelepasan pupuk NPK dalam air dan tanah
dengan model yang berbeda. Tabel 2 menunjukkan parameter dari
Hyd/CL/NPK dalam air dan tanah. Dari gambar 9 dan table 2, jelas bahwa data
pelepasan pupuk ke dalam air memperlihatkan yang cocok dengan model
model kinetika orde satu. Tetapi dari model Korsmeyer-Peppas, nilai n dan R2
didapatkan sekitar 0.33 dn 0.9 untuk pelepasan pupuk dalam air, yang
mengindikasikan diidusi Fickian. Pelepasan pupuk kedalam tanah mengikuti
model Higuchi. Model ini menunjukkan korelasi dengan Fickian diffusion.
Menurut model Korsmeyer-Peppas, nilai n diantara 0.5 dan 1.0 menunjukkan
difusi anomalous dan mekanisme dari pelepasan pupuk adalah campuran dari
difusi dan rantai relaksasi. Fenomena ini terjadi ketika pergerakan dari rantai
polimer yang didominasi oleh zat terlarut pindah sebagai releasing agent
memasuki medium. Mekanisme Fickian diffusion menunjukkan bahwa pupuk
berdifusi sebagian melalui swollen matrix dan pori pada sampel. Seperti yang
telah diketahui pada literatur, ketika active agent dikelilingi dengan lapisan
polimer, mekanisme pelepasan yang terjadi yaitu mekanisme difusi yang
terkendali dan active agent akan keluar menuju lingkungan dengan berdifusi
melalui micro-pori pada kapsul dinding.
24
BAB IV
PENUTUP
4. Kesimpulan
Alginate-g-poly (acrylic acid-co-acrylamide ) atau clinoptilolite
nanocomposite hydrogel berhasil disiapkan .Pupuk yang umumnya digunakan
adalah butiran NPK yang kemudian dilapisi dengan sampel hidrogel yang telah
diberi perlakuan. Gambar hasil SEM menunjukkan bahwa lapisan homogen
dibentuk pada permukaan pupuk. Sifat penyerapan air dan retensi air dari
penyiapan sampel telah diinvestigasi . Hasilnya menunjukkan bahwa daya serap
dari 22.24 g / g untuk hyd / cl / npk terjadi pada 8 jam. Kemudian, pupuk
dilepaskan dari hidrogel yang dilapisi butiran pupuk dalam air suling dan tanah
yang terpantau oleh pengukuran konduktivitas. Hasilnya secara keseluruhan
menunjukkan bahwa pupuk terlepas pada tanah lebih lambat bila dibandingkan
pada air suling dan tidak di atas 75 % pada hari yang ke-30. Akhirnya ,
investigasi dalam mekanisme pelepasan pupuk dari sampel yang terlapisi
hidrogel menunjukkan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada data difusi
sederhana pelepasan pupuk.
25
DAFTAR PUSTAKA
Fernando, I., Porfírio, M., Neto, C., Delage, P., & Caicedo, B. (2016). Relationship
between soil structure and water retention properties in a residual compacted
soil. Engineering Geology, 205, 73–80.
http://doi.org/10.1016/j.enggeo.2016.02.016
Ekmi, N., Hashim, S., & Abdul, R. (2016). Effect of Different Monomers on Water
Retention Properties of Slow Release Fertilizer Hydrogel. Procedia
Engineering, 148, 201–207. http://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.06.573
Jamnongkan, T., & Kaewpirom, S. (2010). Potassium Release Kinetics and Water
Retention of Controlled-Release Fertilizers Based on Chitosan Hydrogels, 413–
421. http://doi.org/10.1007/s10924-010-0228-6
Olad, A., Gharekhani, H., Mirmohseni, A., & Bybordi, A. (2016). Study on the
synergistic effect of clinoptilolite on the swelling kinetic and slow release
behavior of maize bran-based superabsorbent nanocomposite. Journal of
Polymer Research, 1–14. http://doi.org/10.1007/s10965-016-1140-0
Mukerabigwi, J. F., Wang, Q., Ma, X., & Liu, M. (2015). Urea fertilizer coated with
biodegradable polymers and diatomite for slow release and water retention.
Journal of Coatings Technology and Research, 12(6), 1085–1094.
http://doi.org/10.1007/s11998-015-9703-2
Yang, Y., Tong, Z., Geng, Y., Li, Y., & Zhang, M. (2013). Biobased Polymer
Composites Derived from Corn Stover and Feather Meals as Double-Coating
Materials for Controlled-Release and Water-Retention Urea Fertilizers.
Xie, L., Liu, M., Ni, B., & Wang, Y. (2012). Utilization of Wheat Straw for the
Preparation of Coated Controlled- Release Fertilizer with the Function of Water
Retention.
Liang R, Liu M (2006) Preparation and properties of coated nitrogen fertilizer with
slow release and water retention. Ind Eng Chem Res 45(25):8610–8616
26
Liu M, Liang R, Zhan F, Liu Z, Niu A (2006) Synthesis of a slow-release and
superabsorbent nitrogen fertilizer and its properties. Polym Adv Technol
17(6):430–438
Guilherme MR, Reis AV, Paulino AT, Moia TA, Mattoso LH, Tambourgi EB (2010)
Pectin-based polymer hydrogel as a carrier for release of agricultural nutrients
and removal of heavy metals from wastewater. J Appl Polym Sci 117(6):3146–
3154
27