1506721705
i
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia :
Nama : Muhammad Fauzi Hidayat
No. Pokok Mahasiswa : 1506721705
Jurusan : Kimia
Program Studi : Kimia
Menyatakan bahwa laporan kerja praktik yang saya buat dengan judul “PENGARUH
KONSENTRASI NaOH DENGAN VARIASI RASIO AKTIVATOR ALKALI
TERHADAP SETTING TIME DAN COMPRESSIVE STRENGTH
GEOPOLYMER” adalah:
1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kerja
praktek pada bulan juli-agustus 2018.
2. Bukan merupakan duplikat skripsi yang pernah dibuat oleh orang lain atau jiplakan karya
tulis orang lain dan bukan terjemahan karya tulis orang lain.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menanggung segala akibat
yang timbul jika pernyataan saya ini tidak benar.
ii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Tempat Praktik Kuliah Lapangan : Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK)
Waktu Praktik Kuliah Lapangan : 02 Juni-31 Agustus 2018
Nama : Muhammad Fauzi Hidayat
NPM : 1506721705
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
iii
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek dengan judul PENGARUH KONSENTRASI NaOH DENGAN VARIASI
RASIO AKTIVATOR ALKALI TERHADAP SETTING TIME DAN COMPRESSIVE STRENGTH
GEOPOLYMER dengan tepat waktu. Laporan Kerja praktek ini disusun sebagai laporan
tertulis hasil pembelajaran di PT SEMEN INDONESIA. TBK,. Tentunya Laporan Kerja ini,
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan wawasan baru untuk menambah ilmu pengetahuan.
Tentunya dalam Laporan Kerja praktek ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, dengan senang hati Penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan Laporan Kerja praktek ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu sehingga penulisan laporan praktik kuliah lapangan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kuliah lapangan ini tidak serta merta hadir tanpa
bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Roganda, selaku pembimbing penulis selama menimba ilmu di PT
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dan dorongan selama
masa PKL.
2. Ibu Dita, selaku dosen pembimbing kuliah lapangan yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu proses pelaksanaan PKL.
3. Ibu Ira, selaku Koor Lab Kimia yang telah menerima dan membimbing penulis
dengan baik.
4. Bapak Yudi, selaku perwakilan pimpinan BBKK yang telah mengizinkan penulis
untuk menimba ilmu di BBKK.
5. Analis-analis kimia Lab Instrumentasi yang sudah mengajarkan penulis dengan
penuh keceriaan mengenai teknis dan teori kepada penulis.
6. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan penuh kepada penulis.
7. Anak anak kukel yang selalu memberi semangat kepada penulis
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis selama pembuatan laporan praktik kuliah lapangan ini.
iv
Universitas Indonesia
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan Tugas Akhir Laporan Kerja praktek
selanjutnya. Penulis berharap laporan praktik kuliah lapangan ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir Laporan Kerja Praktek
ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
v
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
NPM : 1506721705
Departemen : Kimia
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Yang Menyatakan
vi
Universitas Indonesia
ABSTRAK
vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Cement is the second most consumed product in the world. It accounts for nearly 7%
of global carbon dioxide emissions. Cement production releases (CO2) in large quantities
into the atmosphere which significantly contributes to greenhouse gas emissions.
Considering this, it is necessary to develop sustainable alternatives to conventional cement
by utilising the properties of cement from industrial products such as fly ash. The abundance
and availability of fly ash and around the world create opportunities to utilise this by-product
as a geopolymer precursor. Geopolymer can be defined as material produced from polymeric
aluminosilicate and alkali silicate geosynthesis which produces tetrahedral-bound SiO2 and
AlO2 polymer frameworks (Davidovits in Septia, 2011). The characteristics of geopolymer
fly ash are influenced by parameters such as mixture composition, curing time, aggregate
used and others. In the mixture composition, there are alkaline modolus and activator levels.
Alkaline modolus is a comparison between Na2O and SiO2. Alkali modolus is obtained from
the calculation of mass ratio of Na2SiO3 and alkali activator. In the present work report,
research on variations in 4M, 6M and 8M NaOH concentrations and variations in alkali
activator 1.5 and 2.0 ratio have been conducted. The results obtained are the composition of
the NaOH concentration and the comparison value of the alkali activator with the
compressive strength and the optimal setting time.
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................... iv
ABSTRAK ..........................................................................................................................vii
ABSTRACT .......................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
ix
Universitas Indonesia
2.2 Jenis Jenis Semen .................................................................................................... 7
3.1.4. Lokasi............................................................................................................. 20
LAMPIRAN ................................................................................................................... 44
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR GRAFIK
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ...........................................................................................................................44
Lampiran 2 ...........................................................................................................................45
Lampiran 3 ...........................................................................................................................46
Lampiran 4 ...........................................................................................................................47
Lampiran 5 ...........................................................................................................................48
iii
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
Geopolimer dapat didefinisikan sebagai material yang dihasilkan dari
geosintesis aluminosilikat polimerik dan alkali silikat yang menghasilkan kerangka
polimer SiO4 dan AlO4 yang terikat secara tetrahedral (Davidovits dalam Septia,
2011).
2
Universitas Indonesia
para calon sarjana scientist mendapatkan pengalaman langsung di lapangan yang
mampu mendukung mahasiswa untuk melihat keselarasan antara ilmu pengetahuan
yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan aplikasi praktis di dunia kerja sehingga
mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap menghadapi
tantangan industri kedepannya.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi negeri dengan sasaran penggunaan dan
pengembangan proses industri kimia dimana bahan mengalami suata reksi kimia
tertentu. Mahasiswa Kimia FMIPA UI merupakan dari sumber daya manusia di
Indonesia yang secara khusus disiapkan untuk menjadi chemical analist, product
development, researcher, dan lecturer
Untuk menunjang hal tersebut maka jurusan Kimia FMIPA UI menganjurkan
mahasiswanya untuk melaksanakan KERJA PRAKTEK sebegai kelengkapan teori
(khususnya dalam bidang keahlian) yang dipelajari selama prosess kuliah berlangsung.
Sesuai dengan kurikulum jurusan Kimia FMIPA UI, yaitu adanya kerja prakterk (2
SKS) penulis berencana akan melaksanakan Kerja Praktik di PT SEMEN
INDONESIA (PERSERO) Tbk. Karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan
yang bergerak di industri semen yang tak luput daari proses proses kimia dan unit
operasi kimia yang mana sesuai dengan materi kuliah yang di pelajari di bangku
kuliah. Dengan demikian nantinya diharapkan dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan supaya dalam mempelajari proses-proses imdustri kimia, khususnya di
bidang semen.
1.6.1 Tujuan.
Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktik di PT SEMEN INDONESIA
(PERSERO) Tbk ini, adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang sistem kerja di
dunia industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.
2. Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan mendapat peluang
untuk berlatih menangani permasalahan dalam pabrik serta melaksanakan studi
perbandingan antara teori yang di dapat selama masa perkuliahan dengan
penerapannya di pabrik
3. Menumbuhkan dan menciptakan pola pikir konstruktif yang berwawasan bagi
mahasiswa dalam dunia kerja.
6. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Jurusan Kimia FMPA UI.
4
Universitas Indonesia
1.6.2 Manfaat
1.6.2.1 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri di
Indonesia maupun proses dan teknologi yang mutakhir, dan dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang memerlukan.
1.6.2.2 Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktik dapat
menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan
perusahaan di masa yang akan datang.
1.6.2.3 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan gambaran tentang kondisi real dunia industri dan memiliki
pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri.
2. Mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama
masa perkuliahan utuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai dunia
industri.
3. Dapat mengembangkan wawasan berpikir, bernalar, menganalisa dan menganalisis
suatu problema, dengan mengacu pada materi teoritis dan disiplin ilmu yang
ditempuh dan mengaitkannya dengan kondisi sesungguhnya, sehingga mahasiswa
dapat lebih sigap dan siap berbagai problema dilapangan.
4. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide-ide inovatif.
5
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Universitas Indonesia
2.2 Jenis Jenis Semen
Semen memiliki beberapa jenis sebagai berikut:
a. Semen Portland
Semen Portland dapat didefinisikan, sebuah produk dari penggilingan clinker
yang terdiri atas kalsium silikat, yang mana tanpa penambahan setelah kalsinasi selain
air dan kalsium sulfate. Semen Portland terdiri dari 5 tipe berdasarkan kandungan
clinker penyusunannya,
Tipe I, Regular Portland Cement
Merupakan semen yang biasanya diproduksi untuk konstruksi umum. Ada tipe
lain dari semen ini, antara lain : semen putih, yang mengandung sedikit ferric oxide,
Oil –well cement, Quick – setting cement, dan lainnya.
Tipe II, Moderate heat of hardening and sulfate resisting Portland
cements
Digunakan dalam situasi yang memerlukan kalor hidrasi yang tidak terlalu tinggi
atau untuk bangunan beton yang dapat terkena aksi sulfat yang sedang.
Tipe III, High – early – strength (HES) cements
Dibuat dari raw material dengan perbandingan batu kapur terhadap silika lebih
besar daripada semen tipe I.
Tipe IV, Low-heat portland cement
Mengandung sedikit C3S dan tricalcium aluminate (C3A), demikian perubahan
panas yang rendah. Akibatnya, tetracalsium aluminoferrite (C4AF) tinggi, karena
penambahan dari Fe2O3 untuk mereduksi jumlah C3A.
Tipe V, Sulfate-resisting portland cement
Yang mana, komposisi atau prosesnya menolak sulfate lebih baik daripada ke
empat tipe yang lain. Tipe V digunakan ketika hambatan sulfate tinggi.
(Shreve, 1977)
b. Pozzolan cement
Definisi semen Portland pozzolan, menurut SSI adalah suatu bahan pengikat
yang hidrolis yang dibuat dengan menggiling bersama-sama terak semen Portland dan
bahan yang mepunyai sifat pozzolan atau mencampur secara merata bubuk semen
Portland dan bubuk lain yang mempunyai sifat pozzolan.
Sifat-sifat semen Portland pozzolan antara lain :
Panas hidrasi rendah
7
Universitas Indonesia
Tahan sulfat dan air laut
Kekuatan tekan awal kurang, tekanan akhir tinggi.
c. High-alumina cement
High Alumina Cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengerasan
yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam, namun tidak tahan terhadap
alkalis (NaOH). Semen ini mempunyai kecepatan pengerasan awal lebih baik dari
semen Portland tipe III. Semen tahan api dibuat dari High Alumina Cement.
d. Special, or corrosion-resisting, cements and mortar
e. Controlled cement
(RH Perry, 1984)
8
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Tipe polysialate
Geopolymer disintesiskan dari bahan – bahan produk sampingan seperti abu
terbang (fly ash) abu sekam padi (risk husk ash) dan lain – lain, yang banyak
mengandung silikon dan aluminium (Davidovits, 1997) Geopolimer merupakan
produk beton geosintetik dimana reaksi pengikatan yang terjadi adalah reaksi
polimerisasi. Dalam reaksi polimerisasi ini Alumunium (Al) dan Silika (Si)
mempunyai peranan penting dalam ikatan polimerisasi (Davidovits, 1994) Reaksi Al
dan Si dengan alkaline akan menghasilkan AlO4 dan SiO4.
9
Universitas Indonesia
tidak memiliki efek samping tersebut bahkan bisa dibuat dari fly ash, abu layang
batubara, yang termasuk limbah berat. sebagaimana penelitian
Ikeda et al. (1998), Xu dan van Deventer (2000), Swanepoel and Strydom
(2002), van Jaarsveld et al. (2002, 2003) dan Bakharev (2005) juga telah
mengembangkan geopolimer dari sumber aluminosilikat yang lain, seperti fly ash.
Beberapa riset juga menunjukkan bahwa geopolimer memiliki kinerja yang
cukup tinggi sebagai material bangunan (Palomo et al., 1992; Davidovits and
Davidovics, 1988). Bahkan memiliki ketahanan terhadap serangan asam (Bakharev,
2005). Dalam aplikasinya, geopolimer tidak hanya sebagai material bangunan, tetapi
juga immobilisasi logam berat (Van Jarsveld, 1998), material tahan api (Davidovits,
2002) bahkan sebagai material pelapis mesin F1 untuk menahan panas mesin agar
tidak sampai merusak bodi yang terbuat dari fiber.
Solid material adalah salah satu komponen sistem anorganik geopolymer. Solid
material untuk geopolymer dapat berupa mineral alami seperti kaolin, tanah liat, mika,
andalusit, spinel dan lain sebagainya. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah
material yang berasal dari produk sampingan seperti fly ash, silica fume, slag, rice-
husk ash, lumpur merah, dan lain-lain.
Fly ash adalah bahan yang berasal dari sisa pembakaran batu bara yang tidak
terpakai. Material ini mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat
pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat
proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur
normal dengan adanya air (Himawan dan Darma 25). Komposisi dari fly ash sebagian
besar terdiri dari silikat dioksida (SiO2), alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan
kalsium (CaO), serta magnesium, potassium, sodium, titanium, sulfur, dalam jumlah
yang kecil. Komposisinya tergantung dari tipe batu bara.
Penambahan fly ash pada beton normal menunjukan adanya peningkatan
kualitas beton. Peningkatan kualitas itu disebabkan karena kandungan unsur
sililkat dan aluminat pada fly ash yang reaktif bereaksi dengan kapur bebas pada
proses hidrasi antara fly ash dan air menjadi kalsium silikat. Keuntungan lain dari
10
Universitas Indonesia
pemakaian fly ash yang mutunya baik ialah dapat meningkatkan ketahanan atau
keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat menurunkan panas hidrasi semen.
Fly ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen.
Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus oksida silika yang
dikandung oleh fly ash akan bereaksi secara kimia dengan Sodium hidroksida dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat (Hardjito, 2001). Selain itu
secara mekanik, butiran fly ash yang lebih halus daripada semen ini akan mengisi
ruang kosong (rongga) diantara butiran – butiran agregat halus.
Klasifikasi fly ash menurut ASTM C 618 – 96 yaitu :
a. Fly ash Kelas C
• Fly ash yang mengandung CaO diatas 10%, dan abu terbang (fly ash) yang dihasilkan
dari pembakaran ligmit atau batu bara dengan kadar karbon ±60% atau sub bitumen.
• Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%
b. Fly ash Kelas F
• Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil 10%, dan abu terbang (fly ash) yang
dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis anthrchacite pada suhu 1560°C. Abu
terbang ini mempunyai sifat pozolan.
• Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%
c. Fly ash Kelas N
• Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah
diatomic, opaline chertz, dan shales, tuff, dan abu vulkanik, dimana biasa diproses
melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga mempunyai
sifat pozzolan yang baik.
Unsur utama dalam proses geopolimerisasi adalah Si dan Al. Oleh karena itu fly
ash yang bisa digunakan sebagai geopolimer adalah jenis fly ash yang memiliki
kandungan CaO rendah dan kandungan Si dan Al lebih dari 50%. Dari ketiga tipe fly
ash diatas, yang memenuhi persyaratan tersebut adalah fly ash tipe C dan tipe F.
Aktivator merupakan zat atau unsur yang menyebabkan zat atau unsur lain
bereaksi. Dalam pembuatan beton geopolimer, aktivator yang sering digunakan adalah
unsur akali yang terhidrasi yaitu sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silikat
(Na2SiO3). Sodium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur – unsur Al dan
11
Universitas Indonesia
Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer
yang kuat, sedangkan sodium silikat memiliki fungsi untuk mempercepat proses
polimerisasi. reaksi terjadi secara lebih cepat pada alkali yang banyak mengandung
larutan sodium silikat didandingkan dengan larutan alkali yang banyak mengandung
larutan sodium hidroksida.
Karakteristik fly ash geopolimer dipengaruhi oleh parameter – parameter seperti
komposisi campuran, waktu curing, agregat yang digunakan dan lain – lain. Didalam
komposisi campuran, diantaranya terdapat modolus alkali dan kadar aktivator.
Modolus alkali merupkan perbandingan antara Na2O dan SiO2 . Modolus alkali
diperoleh dari perhitungan perbandingan massa Na2SiO3 dan NaOH malalui
persamaan reaksi kimia. Sedangkan kadar aktivator merupakan jumlah larutan alkali
aktivator (NaOH + Na2SiO3 + air), berapa persen terhadap fly ash.
Sodium hidroksida (NaOH) berfungsi untuk mereaksikan unsur – unsur Al dan
Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkanikan ikatan
polimer yang kuat. Sodium hidroksida yang tersedia umumnya berupa serpihan
dengan kadar 98 %. Sebagai aktivator, Sodium hidroksida harus dilarutkan
terlebih dahulu dengan air sesuai dengan molaritas yang diinginkan. Larutan ini harus
dibuat dan didiamkan setidaknya satu malam sebelum pemakaiaan. Campuran antara
fly ash dengan sodium hidroksida jika diamati dalam ukuran mikroskopis terlihat
bahwa campuran antara fly ash dengan sodium hidroksida membentuk ikatan yang
kurang kuat tetapi menghasilkan ikatan yang lebih padat dan tidak retakan – retakan
antar mikrostrukturnya.
2.5.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Agregat menempati sebanyak 70% volume beton.
Menurut Silvia Sukirman (2012) agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil,
pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk
mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen Agregat yang
dikelompokan berdasarkan besar butiran yaitu :
• Agregat Halus
Agregat ini biasanya disebut pasir dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 sampai
0,075 mm. Partikel dengan ukuran lebih kecil dari 0,075 mm disebut Lumpur.
• Agregat Kasar
12
Universitas Indonesia
Agregat ini mempunyai ukuran lebih besar dari 4,75 mm dan ukuran maksimumnya
sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan betonnya. Pada umumnya ukuran
maksimum agregat kasar adalah 10 mm, 20 mm, 30 mm, 40 mm, 80 mm, dan 100 mm.
15
Universitas Indonesia
BAB III
PROFIL ORGANISASI
16
Universitas Indonesia
meningkatkan kapasitas produksi menjadi 500.000 ton/tahun dengan menambah
tanur pembakaran beserta perangkat lainnya. Perluasan ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972.
Pada awal 1976 pabrik ini mengalami perluasan ketiga. Berbeda dengan
unit pabrik lama yang menggunakan proses basah, perluasan ketiga ini membangun
unit pabrik baru yang menggunakan proses kering. Perluasan ini dengan
menambahkan dua buah tanur pembakaran beserta perlengkapannya. Setiap tanur
pembakaran unit yang baru ini mempunyai kapasitas produksi 500000 ton/tahun
sehingga total kapasitas Pabrik Semen Indonesia menjadi 1.500.000 ton/tahun.
Pelaksanaan perluasan ketiga ini terselesaikan pada akhir tahun 1978. Pabrik proses
kering diresmikan pada tanggal 2 Agustus 1979 oleh menteri perindustrian AR.
Soehot.
18
Universitas Indonesia
Lokasi pabrik berada di Gresik dan Tuban, Jawa Timur, Indarung di Sumatera Barat
serta Pangkep di Sulawesi Selatan. Hasil produksi Perseroan dan anak perusahaan
dipasarkan di dalam dan ke luar negeri.
19
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Semen Gresik (Persero), Tbk
3.1.4. Lokasi
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk berlokasi di:
1. Kantor Pusat
Gedung Utama Semen Indonesia, Jalan Veteran Gresik 6122.
2. Kantor perwakilan
Graha Irama Lantai 9,Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta 12950.
21
Universitas Indonesia
2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 140001:2004.
ISO 14001:2004 adalah sistem manajemen yang dinamis, dimana dapat
diterapkan bersama system manajemen mutu ISO 9001:2000 dan dapat
disesuaikan dengan dengan perubahan organisasi dan industri, perubahan peraturan /
perundangan yang berlaku maupun perubahan ilmu dan teknologi.
22
Universitas Indonesia
dapat dipungkiri untuk mengantisipasi terhadap era perdangan bebas yang untuk
AFTA sudah dimulai pada tahun 2001 Kajian ini bertujuan untuk melihat kepastian
mutu yang diberikan oleh laboratorium pengujian BBIA kepada pelanggannya melalui
penerapan (peragaan) SNI 1 9-1 7025-2000 dengan menggunakan metode evaluasi.
Metode evaluasi ini dipakai untuk mengetahui seberapa jauh konsistensi penerapan
SNI 19-
17025-2000 dengan mengevaluasi (memeriksa) terhadap dokumen-dokumen
mutu, laporan hasil audit sistem mutu, laporan hasil kaji ulang manajemen,
laporan pengaduan pelanggan, dan hasil penilaian dari lembaga sertifikasi. Kemudian
diperiksa apakah ada korelasi antara kepastian mutu dengan kepuasan pelanggan
berdasarkan penilaian dan persepsi pelanggan dengan menggunakan eksplanatif.
Pada kajian ini teknik sampling yang dipakai adalah acak sederhana dan populasi
yang dipilih merupakan pelanggan dari wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang dan
Bekasi (Jabotabek), Pada kajian ini juga dipakai antara lain teori manajemen stratejik,
pemasaran, dan sistem manajemen mutu. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa
Laboratorium Pengujian BBIA konsisten dalam penerapan SNI 19-17025-2000,
yang secara langsung memberikan kepastian mutu pada sistem manajemen mutunya.
Berdasarkan data dan informasi dari hasil print out dari program SPSS 11,0
diperoleh kesimpulan bahwa pelanggan puas terhadap mutu yang diberikan
oleh laboratorium pengujian BBIA dengan penerapan SNI 19-17025-2000. Juga
diperoleh hasil dari kuesioner terhadap pendapat atau persepsi dari para ahli eksternal
dan internal dibidang laboratorium pengujian BBIA bahwa keberadaan dan
kemampuan laboratorium pengujian BBIA sesuai dengan out put dari penerapan SNI
19-17025 secara konsisten. Disarankan, agar dalam upaya meningkatkan
kepuasan pelanggan, laboratorium pengujian BBIA perlu memberikan perhatian serius
terhadap faktor-faktor lain diluar jaminan mutu antara lain: faktor-faktor pelayanan,
sistem informasi pelanggan (bulletin, leaflet, web site, dll), sistem pemesanan/order,
sistem pengambilan contoh yang diuji ke perusahaan, seminar, pelatihan-pelatihan,
harga dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh kepada kepuasan pelanggan.
Hasil kajian ini belum dapat disimpulkan secara umum dan menyeluruh
disebabkan masih memiliki kekurangan (keterbatasan) antara lain: ruang lingkup
kajian, sampel, populasi, dart hanya bersifat pada satu studi kasus laboratorium
pengujian. Oleh karena itu untuk dikemudian hari dapat diharapkan terlaksananya
23
Universitas Indonesia
kajian lanjutan yang lebih solid, utuh, dan terpadu, dimana outputnya dapat
memberikan manfaat dan dampak yang luas terhadap daya saing laboratorium-
laboratorium uji.
Sistem manajemen tersebut mempersyaratkan continuous improvement. Untuk
menjamin terlaksananya continuous improvement, Semen Indonesia menerapkan Sub
Sistem: Gugus Kendali Mutu (GKM), Sistem Saran (SS), 5R dan Total Productive
Maintenance (TPM). Selanjutnya Perseroan akan mengembangkan Sistem Informasi
Manajemen Risiko yangterintegrasi dengan sistem-sistem informasi yang sudah
berjalan sehingga dapat memberikan suatu peringatan dini terhadap risiko-risiko yang
ada. Sistem informasi ini merupakan wujud dari pemantauan terhadap perkembangan
status risiko Perseroan yang sudah teridentifikasi dan berada di dalam proses
pengendalian.
Pada tahun 2003 dilakukan penyempurnaan dan integrasi system manajemen
yang ada. Hasil integrasi sisitem manajemen tersebut, dinamakan Sistem Manajemen
Semen Indonesia (SMSG) yang meliputi:
• Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
• Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
• Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
• Sistem Manajemen Laboratorium
• API Monogram
Semua Sistem Manajemen di atas diimplementasikan dengan mempersyaratkan
Management Continuous Improvement dan penerapan Sub Sistem Manajemen yang
meliputi:
• Gugus Kendali Mutu (GKM)
• 5R
• Sistem Saran (SS)
• Total Productive Maintenance (TPM)
24
Universitas Indonesia
BAB IV
METODELOGI KERJA
Dalam penelitian kali ini metode yang digunakan adalah studi literature
dan studi experimental. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan studi
literature dengan mempelajari dan mereview dari jurnal atau bahan-bahan yang
berhubungan dengan penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan studi
experimental di laboratorium Kimia dan Fisika di Pabrik Gresik PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Selanjutnya dilakukan dengan pengujian terkait kuat tekan
pada beton geopolimer dengan variasi NaOH yang telah ditetapkan (8M, 6M, 4M)
dan melakukan pengujian setting time dengan melakukan test glimore pada variasi
pencampuran aktivator NaOH dan Na2SiO3 (6, 5, 4, 3, dan 0 hari) Setelah dilakukan
pengujian, data yang didapatkan dari pengujian tersebut diolah dan dianalisa untuk
ditarik kesimpulan dari hasil pengujian atau penelitian ini.
26
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Mekanisme instrumen XRD
pada tabung juga terdapat filter. Sampel uji dalam XRD yang digunkan
biasanya dalam bentuk serbuk agar hasil difraksi lebih homogen dan representatif.
Sinar X-ray ditembakan pada sampel akan terhambur dan kemudian akan ditangkap
oleh detektor germanium. sinar yang terukur kemundian mengunkan hokum Bragg
dengan mengukur lebaran celah. Pengukuran dilakukan setiap langkah pada dengan
perpindahan sudut dari 100 – 900 dengan perpindahan setiap langkah sebesar 2θ. Nilai
2θ diambil dari persamaan difraksi yaitu :
2θ d = m λ
27
Universitas Indonesia
4.6 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kerja praktik adalah sebagai berikut.
Bahan :
NaOH pelet 99%
Na2SiO3
Pasir
Fly Ash tipe F
Air
Alat :
Glimore
XRD instrument
Instrumen uji kuat tekan
Gelas ukur, Beaker Glass, Erlenmeyer, Batang Pengaduk
Timbangan Digital
Cetakan geopolimer 5 cm x 5 cm x 5 cm
Mixer
28
Universitas Indonesia
2. Tambahkan Fly Ash sebesar 850 gram, kedalam wadah mixer yang sudah
berisi Aktivator.
3. Nyalakan mixer dan aduk dengan kecepatan rendah selama 30 detik.
4. Masukkan Pasir perlahan lahan sampai 1 menit.
5. Tingkatkan kecepatan menjadi sedang.
6. Biarkan pengadukan sampai 2 menit 30 deitk.
7. Setelah selesai, masukkan mortar ke dalam cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm.
Lakukan prosedur yang sama pada konsentrasi 8M, 6M, dan 4M.
29
Universitas Indonesia
11. Jika sudah tidak terdapat bekas jarum, catat waktu yang terjadi (dari awal
prosedur no. 3 waktu tetap berjalan).
12. Lalu selanjutnya lakukan uji setting time akhir, dengan prosedur yang sama
seperti prosedur setting time awal, dan catat waktunya.
13. Lakukan hal yang sama pada usia pencampuran aktivator 6, 5, 4, 3 , dan 0
hari.
30
Universitas Indonesia
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISIS MASALAH
1. Kesesuaian Produk
Produk semen geopolimer dapat bersaing dengan portland cement dalam segi kualitas
yang dihasikan.
2. Keekonomisan Harga
Harga biaya produksi geopolimer lebih rendah daripada portland cement.
3. Kemudahan dalam Aplikasi
Produk geopolimer harus mudah saat pengaplikasian.
31
Universitas Indonesia
Sodium silikat (Na2SiO3) berfungsi untuk mempercepat reaksi polimer.
Campuran antara fly ash dan sodium silikat membentuk ikatan yang sangat kuat namun
banyak terjadi retakan-retakan antar mikrostruktur. Sodium hidroksida (NaOH)
berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si dengan menambah ion Na+.
Campuran fly ash dan sodium hidroksida membentuk ikatan yang kurang kuat tetapi
menghasilkan ikatan yang lebih padat dan tidak ada retakan. Peningkatan rasio berat
Na2SiO3:NaOH menurunkan porositas geopolimer yang dihasilkan, (Fansuri Hamzah
,2008). Ion Na dalam larutan alkali juga berperan menjaga koordinasi tetrahedral
monomer Al.
(Glukhovsky VD, 1959) mendisain mekanisme geopolimerasi dari aktivator
alkali pada material yang terutama mengandung alumina dan silika. Model
Glukhovsky membagi proses menjadi 3 tahap: (a) destruksi-koaguasi; (b) koagulasi –
kondensasi; (c) kondensasi – kristalisasi.
32
Universitas Indonesia
Gambar 5.1 Model konseptual pada geopolimerisasi
Geopolimerisasi melibatkan reaksi kimia dari alumina-silikat oksida (Si2O5,
Al2O2) dengan alkali polisilikat yang menghasilkan ikatan polimer Si-O-Al. Polisilikat
umumnya berupa natrium atau kalium silikat yang disuplai oleh industria kimia atau
bubuk silika halus sebagai produk sampingan dari proses ferro-silicon metallurgy.
Proses polikondensasi oleh alkali menjadi poly(sialate-siloxo) adalah sebagai berikut.
33
Universitas Indonesia
rasio 2 221,5 325,4 445,3
rasio 1,5 399,6 532,1 620,033
NaOH 6M
rasio 2 356,7 472,1 622,2
rasio 1,5 423,8 420,3 598,2
NaOH 8M
rasio 2 437,2 458,6 499
620.033
622.2
598.2
532.1
472.1
458.6
499
445.3
409.35
437.2
423.8
420.3
399.6
356.7
325.4
299.5
235.25
221.5
Data diatas merupakan data rata rata hasil uji kuat tekan dengan 3 variasi
konsentrasi NaOH yaitu 4M, 6M, dan 8M dan variasi perbandingan aktivator alkali
1,5 dengan 2,0. Dari data diatas dapat kita amati bahwa kuat tekan rasio aktivator 1,5
lebih baik daripada rasio aktivator 2,0 Dapat diamati pula bahwa kuat tekan
optimalnya berada pada konsentrasi NaOH 6M. Uji kuat tekan dipengaruhi oleh luas
permukaan yang dikenai beban
Diperkirakan, hal ini terjadi karena jumlah Sodium Silikat semakin banyak jika
dibandingkan dengan Sodium Hidroksida. Jika terdapat jumlah Sodium Silikat yang
banyak dalam campuran, maka proses pengkristalan juga berjalan relatif lebih cepat.
Hal ini membuktikan bahwa pada umur yang sama, kuat tekan masing – masing
geopolimer bisa berbeda – beda.
Pengaruh selanjutnya yaitu molaritas. Semakin tinggi molaritas, jumlah total
pori semakin sedikit tetapi jumlah pori tertutup semakin banyak. Pada saat proses
34
Universitas Indonesia
curing dilakukan, air yang berada dalam binder akan menguap sehingga rongga yang
dulunya ditempati oleh air menjadi kosong.
Karena jumlah air yang berada dalam rongga binder 8M lebih sedikit jika
dibandingkan dengan binder yang menggunakan larutan NaOH 4M dan 6M hal itu
menyebabkan jumlah total pori binder 4M dan 6M relatif banyak jika dibandingkan
dengan binder 8M sehingga secara kecepatan pengerasan kuat tekan paling tinggi
berada pada konsentrasi NaOH 8M pada umur geopolimer 3 hari.
35
Universitas Indonesia
Dari data waktu setting awal dan akhir yang penulis dapatkan terlihat bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia pencampuran NaOH dan Na2SiO3
dengan setting time. Terlihat bahwa rata rata waktu setting awal yang terjadi pada
masing masing usia pencampuran selama 20-23 menit dihitung dari awal
pemcampuran dengan Fly Ash, dan waktu setting akhir terjadi selama 28-34 menit
setelah pencampuran dengan Fly Ash.
G RA FI K UJI SE T T I NG T I ME G EO PO LI ME R
setting awal setting akhir
41
40
37
35
34
30
30
30
29
27
27
27
26
25
25
24
24
23
22
22
22
22
21
21
21
20
20
20
20
20
18
18
17
17
16
16
14
14
14
13
8M 8M 6M 6M 8M 8M 6M 6M 8M 8M 6M 6M 8M 8M 6M 6M 8M 8M 6M 6M
1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2 1,5 2
6 HARI 5 HARI 4 HARI 3 HARI 0 HARI
Dari tabel diatas dapat kita olah menjadi grafik agar lebih mudah dalam
menganalisanya. Jika dilihat secara garis besar, hasilnya adalah semakin tinggi
perbandingan massa larutan maka semakin lama waktu pengikatan awal
berlangsung. Hal ini disebabkan oleh karena sedikitnya jumlah Na+ dan OH–
yang ada dalam campuran binder sehingga proses polimerisasi menjadi lambat.
Sehingga diperkirakan, semakin tinggi kepekatan NaOH dalam campuran, maka
proses pengikatan awal akan berjalan lebih cepat. Hal ini juga membuktikan bahwa
pada umur yang sama, waktu untuk pengikatan awal masing – masing komposisi
binder bisa berbeda – beda, tergantung dari jumlah kandungan ion Na + yang
terkandung dalam campuran.
Diperkirakan, Semakin tinggi perbandingan rasio masa Sodium Silikat
dengan Sodium Hidroksida, maka semakin cepat waktu pengikatan akhir
berlangsung. Hal ini disebabkan karena jumlah Na2SiO3 yang ada dalam campuran
binder lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah NaOH sehingga
36
Universitas Indonesia
mempercepat reaksi polimerisasi (Djwantoro,2005). Hasil tes setting time ini juga
mendukung pernyataan peneliti – peneliti sebelumnya bahwa Na2SiO3 yang
digunakan dalam pasta geopolimer berfungsi untuk mempercepat reaksi
polimerisasi, sehingga jika kadarnya banyak, maka proses pengkristalan juga akan
berlangsung lebih cepat.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa karakteristik beton geopolimer muda
sangat berbeda dengan karakteristik beton portland semen muda. Pasta geopolimer
yang sangat cepat mengeras menyebabkan beton geopolimer muda memiliki
workability yang rendah sehingga dibutuhkan kecepatan kerja yang tinggi dan
penambahan admixture superplasticizer untuk meningkatkan workability dari beton
geopolimer. Tanpa penambahan superplasticizer nilai slump dari beton geopolimer
bahkan dapat sama dengan nol.
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi karakteristik beton geopolimer
antara lain suhu curing dan waktu curing, jenis prekursor, konsentrasi NaOH dan
rasio massa NaOH:Na2SiO3, dan rasio air/prekursor
Hipotesis awal saya menduga bahwa terdapat pengaruh pada waktu seting
dengan usia pencampuran aktivator. Namun yang terjadi ternyata menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun terdapat perbedaan waktu
seting yang jauh antara pencampuran saat 0 hari dan yang sudah disiapkan 6,5,4,3
hari sebelumnya. Pada usia 0 hari waktu setting awal adalah selama 14 menit menit
dan waktu setting akhir adalah 20 menit. Ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi
antara Natrium silikat dan Natrium hidroksida membutuhkan waktu reaksi yang
lama. Sehingga pada saat dicampur dengan fly ash natrium silikat yang belum
sempurna bereaksi dengan natrium hidroksida bereaksi dengan fly ash yang
menyebabkan mempercepat proses hardening.
Dari data waktu seting yang penulis dapat, penulis simpulkan bahwa larutan
aktivator harus terlebih daulu direaksikan sebelum pengerjaan. Usia optimal sekitar
2-3 hari sebelum pengerjaan, karena tidak terdapat perbedaan waktu setting yang
signifikan jika lebih dari 2-3 hari.
37
Universitas Indonesia
5.4 Pembahasan Uji Xrd
TEST
RESULT PT.SG
PARAMETER Methode
(XRF REQUIREMENT
Uniquant)
PHYSICAL &
I.
CHEMICAL TEST :
Moisture Content ,% N/A Gravimetri Max. 1.00
Mesh ,% N/A Gravimetri Max. 10.00
Loss On
00.18 Gravimetri Max. 1.00
Ignition (LOI) ,%
XRF
II.
OXIDA MAYOR : Uniquant
Silicon
33.67
Dioxide (SiO2) ,%
Aluminium
0,60138889
Oxide (Al2O3) ,%
Ferric
16.06
Oxide (Fe2O3) ,%
Calcium
0,85555556
Oxide (CaO) ,%
Magnesium
10.21
Oxide (MgO) ,%
Total Si+Al+Fe 63.59.00 Min. 75.00
XRF
III.
OXIDA MINOR : Uniquant
Sodium
0,08333333
Oxide Na2O ,%
Phosphorus 00.24
Penta-oxide P2O5 ,%
Sulfur
01.54
Trioxide SO3 ,%
Potassium
0,05972222
Oxide K2O ,%
Titanium
01.29
Oxide TiO2 ,%
Vanadium 00.03
Pentaoxide V2O5 ,%
Chromium
00.03
(III) Oxide Cr2O3 ,%
Manganesse 00.15
(II) Oxide MnO ,%
Nickel (II)
00.01
Oxide NiO ,%
Cuprix
00.01
Oxide CuO ,%
38
Universitas Indonesia
Zinc Oxide ZnO ,% 00.02
Gallium
00.00
(III) Oxide Ga2O3 ,%
Rubidium
00.00
Oxide Rb2O ,%
Strontium
00.10
Oxide SrO ,%
Yttrium
00.00
Oxide Y2O3 ,%
Zirconium
00.02
Dioxide ZrO2 ,%
Barium
00.18
Oxide BaO ,%
Lathanum
<
(III) Oxide La2O3 ,%
Neodymium 0.0034
(III) Oxide Nd2O3 ,%
Lead (II)
0.0015
Monoxide PbO ,%
Total Oxida + LOI 99.99
Tabel 5.3 Komposisi Fly ash yang digunakan dalam kerja praktik
39
Universitas Indonesia
8M 140,5 369 Rp. 2455
40
Universitas Indonesia
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Perbandingan massa larutan Sodium Silikat dan Sodiuma Hidroksida = 1.5
merupakan titik puncak optimum untuk kuat tekan.
2. Semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin tinggi pula kuat tekan
dan kuat tarik belah yang dihasilkan.
3. Rata rata waktu setting pada usia pencampuran aktivator pada 6, 5, 4, 3 hari tidak
mengalami perbedaan yang signifikan, namun terdapat perbedaan -+10 menit
pada usia 0 hari pencampuran, ini menandakan bahwa campuran NaOH dan
Na2SiO3 harus di reaksikan terlebih dahulu minimal 1-2 hari sebelum
pengerjaan.
4. Pada analisis harga terlihat bahwa harga per 1kg geopolimer untuk konsentrasi
terendah (4M) adalah Rp. 2455/kg (1.5) dan Rp. 2582/kg (2.0), sedangkan harga
1kg semen sekitar Rp. 1000.
5. Mortar Geopolimer unggul dalam hal kualitas, namun masih tertinggal pada
aspek pengaplikasiannya, dan ke ekonomisannya.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kuat tekan dari variasi lama
pencampuran aktivator
41
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
42
Universitas Indonesia
Olivia, M., P.Sarker & H.Nikraz. 2008. Water Penetrability of Low Calcium Fly Ash Ash
Geopolymer Concrete. International Conference On Construction and Building
Technology : Australia.
Rangan, B.V. 2008. Fly Ash-Based Geopolymer Concrete. Research Report GC 2 Faculty
of Engineering Curtin University of Technology Perth: Australia.
Wallah, S.E. & B.V. Rangan. 2006. Low-Calcium Fly Ash-Based Geopolymer Concrete:
Long-Term Properties. Research Report GC 2 Faculty of Engineering Curtin
University of Technology Perth: Australia
Sutanto,Erik,dkk.2005.”Beton geopolimer dan fly ash untuk beton struktural”. Surabaya :
UK.Petra
Rowles,M. and O’Connor,B, Chemical Optimisation of the Compressive Strength of
Aluminosilicate Geopolymers
P. Nath and P.K. Sarker, “ Effect of GGBS on setting, workability and early strength
properties of fly ash geopolymer concrete cured in ambient condition”, Construction
Building Materials Vol. 66, 2014, pp. 163 171
Palomo, A.; Grutzeck, M.W.; Blanco, M.T. (1999). Alkali-activated fly ashes – cement for
the future. Cement and Concrete Research, 29(8), 1323-1329.
IS 383 (1970). Specification for coarse and fine aggregates from natural sources for concrete.
Bureau of Indian Standards, New Delhi.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/sodium_hydroxide diakses pada tanggal 31
agustus 2018 pukul 20.00 WIB
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium_metasilicate diakses pada tanggal 31
agustus 2018 pukul 20.00 WIB
43
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 1
Absesi Bulan Agustus
44
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 2
45
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 3
Fly ash yang digunakan
46
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 4
47
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 5
48
Universitas Indonesia