Anda di halaman 1dari 38

SKRIPSI

UJI FISIK PEMBUATAN ECOAQUATIC BLOCK


MENGGUNAKAN CAMPURAN LIMBAH PLASTIK JENIS PET
(POLYETHYLENE TEREPHTHALATE) DAN PASIR SEBAGAI
LAPISAN KONSTRUKSI TAMBAK

Disusun dan diajukan oleh

MUH. FACHRUL HAMKA


L221 16 314

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini ;


Nama : Muh. Fachrul Hamka
Nim : L221 16 314
Program Studi : Budidaya Perairan
Jenjang : S1

Menyatakan dengan ini bahwa karya tulisan saya berjudul

“Uji Fisik Pembuatan Ecoaquatic Block Menggunakan Campuran Limbah Plastik


Jenis PET (Polyethylene terephthalate) dan Pasir Sebagai Lapisan Konstruksi
Tambak”

Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan orang lain bahwa skripsi yang saya tulis ini benar benar merupakan hasil
karya saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

ii
ABSTRAK

MUH. FACHRUL HAMKA. L221 16 314. “Uji Fisik Pembuatan Ecoaquatic Block
Menggunakan Campuran Limbah Plastik Jenis PET (Polyethylene terephthalate)
dan Pasir Sebagai Lapisan Konstruksi Tambak” dibimbing oleh Dody Dh.
Trijuno sebagai Pembimbing Utama dan Marlina Achmad sebagai Pembimbing
Anggota.

Ecoaquatic adalah tambak yang terdiri dari campuran plastik dan pasir.
Untuk menghindari kebocoran air, konstruksi tambak dilengkapi dengan
ecoaquatic block dengan ketebalan 6 cm dan diatas plastik dilapisi pasir setebal
3-5 cm pada dasar tambak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis daya
menahan tekanan dan daya menahan air pembuatan ecoaquatic block
menggunakan campuran limbah plastik jenis PET (Polyethylene terephthalate)
dan pasir sebagai lapisan konstruksi tambak tanah berpasir. Ecoaquatic block
dibuat dari campuran bahan plastik jenis PET, pasir dan oli. Penelitian didesain
dengan rancangan acak lengkap dengan perlakuan empat yakni komposisi
perbandingan plastik dan pasir yaitu 50 : 50%, 60 : 40%, 70 : 30%, 80 : 20%,
kontrol dan tiga ulangan untuk masing-masing perlakuan. Pengujian ecoaquatic
block dilakukan pada umur 14 dan 28 hari. Ecoaquatic block dijemur hingga
masa pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil daya menahan
tekanan yang paling tinggi terdapat pada perbandingan 50:50% yaitu mencapai
20,42 ± 0,26 dan 21,25 ± 0,73 Mpa. Sedangkan, hasil pengujian daya menahan
air menunjukkan pada perbandingan 80:20% merupakan perbandingan yang
mempunyai nilai daya menahan air paling tinggi yaitu 94,49 ± 0,44 dan 95,78 ±
0,42%. Berdasarkan syarat mutu SNI 03-0691-1996 perbandingan 50:50%
memenuhi syarat dan masuk ke kategori mutu B.

Kata kunci: ecoaquatic block, plastik jenis PET, daya menahan tekanan, daya
menahan air

iii
ABSTRACT

MUH. FACHRUL HAMKA. L221 16 314. “Physical Test of Ecoaquatic block


Making Using a Mixture of PET Type Plastic Waste (Polyethylene terephthalate)
and Sand As a Layer of Pond Construction" supervised by Dody Dh. Trijuno as
the Primary supervisor and Marlina Achmad as the co-supervisor.

Ecoaquatic is a pond that consists of plastic and sand. To avoid water


leakage, the pond construction is equipped with ecoaquatic block with a
thickness of 6 cm and on top of plastic coated with sand 3-5 cm thick at the
bottom of the pond. the purpose of this research is to analyze the press strength
and water repellant of ecoaquatic block making using a mixture of PET Type
Plastic Waste (Polyethylene terephthalate) and sand as a layer of sandy soil
pond construction. Ecoaquatic blocks are made from a mixture of PET, plastics,
sand and oil. The research was designed with a randomized design complete
with the treatment of four compositions of plastic and sand comparison, namely
50: 50%, 60: 40%, 70: 30%, 80: 20%, controls and three repeats for each
treatment. Ecoaquatic block testing is carried out at the age of 14 and 28 days.
Ecoaquatic blocks are dried up to the testing period. The results showed that the
highest strong press yield was found in the ratio of 50:50% which reached 20.42
± 0.26 and 21.25 ± 0.73 Mpa. Meanwhile, water repellant test results showed in
the ratio of 80:20% is a comparison that has the highest water repellant values
were 94.49 ± 0.44 and 95.78 ± 0.42%. Based on the quality requirements of SNI
03-0691-1996 a ratio of 50:50% qualified and entered into the category of quality
B.

Keywords: ecoaquatic block, plastic type PET (Polyethylene terephthalate),


strong press, water absorption

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Uji Fisik Pembuatan Ecoaquatic
Block Menggunakan Campuran Limbah Plastik Jenis PET (Polyethylene
terephthalate) Sebagai Lapisan Konstruksi Tambak”, dimana skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Budidaya Perairan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pelaksanaan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini disadari oleh
penulis akan banyaknya tantangan dan kesulitan yang dilalui, mulai dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan skripsi.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Selama penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dengan mendukung dan
membimbing penulis, khusunya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Kamaruddin dan Ibunda Halwati, serta
saudara-saudara tercinta Hamka Yudha, dan Fadhly Hamka yang tidak
henti-hentinya memanjatkan doa dan memberikan dukungan kepada
penulis.
2. Kepada Dr. Ir. Dody Dh. Trijuno, M.App. Sc selaku dosen pembimbing
utama penulis dan Ibu Dr. Marlina Achmad, S.Pi., M. Si selaku pembimbing
anggota yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
perkuliahan hingga proses akhir penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Siti Aslamyah, MP selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan studi.
4. Ibu Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si selaku Wakil Dekan I (Bidang
Akademik dan Pengembangan) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
6. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama, M. Sc selaku ketua Departemen Perikanan

v
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universutas Hasanuddin, Makassar.
7. Ibu Dr. Ir. Sriwulan, MP. selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan
yang telah membantu penulis dalam pengurusan pelaksanaan penelitian.
8. Bapak Prof. Dr. Ir. Rajuddin Syamsuddin, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Siti
Aslamyah, MP selaku penguji yang telah memberikan pengetahuan baru,
masukan, saran, dan kritik yang sangat membangun.
9. Bapak dan Ibu Dosen, serta Staf Pegawai Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin yang telah berbagi ilmu dan
pengalaman, serta membantu penulis.
10. Semua teman-teman Budidaya Perairan Angkatan 2016 dan LELE #16
atas kebersamaan dan kisah yang mewarnai hari-hari penulis serta
dukungan dan semangatnya selama perkuliahan.
Akhir kata dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi nilai untuk kepentingan ilmu
pengetahuan selanjutnya, serta segala amal baik serta jasa dari pihak yang
membantu penulis mendapat berkat dan karunia Allah SWT. Amin.

Makassar,25 Januari 2020

Muh. Fachrul Hamka

vi
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Muh. Fachrul Hamka, lahir pada 28


Desember 1998 di Ujung Pandang yang merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Kamaruddin dan Ibu Halwati. Bertempat tinggal di BTN
Jenetallasa D4/8, Gowa. Beragama Islam dan memiliki hobi
dalam bidang olahraga. Penulis memulai jenjang pendidikan
di Sekolah Dasar Negeri (SDN) pada tahun 2004 di SDN
TETEBATU I, Gowa dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun
yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pallangga dan lulus
pada tahun 2013. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di SMAIT AL-FITYAN
School, Gowa dan lulus pada tahun 2016. Kemudian, penulis melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa di
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin pada tahun 2016.
Penulis aktif berorganisasi menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS di SMAIT
AL- FITYAN (2015-2016), Koordinator bidang Keilmuan di Himpunan KMP
Budidaya Perairan (2018-2019) serta menjadi anggota bidang Advokasi di
Himpunan Mahasiswa Akuakultur Indonesia (HIMAKUAI) periode 2018-2019.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan .............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
A. Polimer...................................................................................................... 3
B. Plastik ....................................................................................................... 3
C. Plastik termoplast dan plastik termosting ................................................ 4
D. Sampah Plastik Jenis PET (Polyethylene terephthalate) ........................ 6
E. Tanah Sulfat Masam ................................................................................ 7
F. Ecoaquatic Pond ...................................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 10
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 10
B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 10
C. Rancangan Penelitian ............................................................................ 10
D. Prosedur Penilitian ................................................................................. 11
E. Parameter yang diamati ......................................................................... 12
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 14
IV. HASIL ......................................................................................................... 15
A. Daya menahan tekanan ......................................................................... 15
B. Daya Menahan air .................................................................................. 17
V. PEMBAHASAN ......................................................................................... 17
A. Analisa Hasil Pengujian Daya menahan tekanan Ecoaquatic block ..... 17
B. Analisa Hasil Pengujian Daya Serap Ecoaquatic block ........................ 18
C. Penentuan Mutu ..................................................................................... 19
D. Pemanfaatan Sampah Plastik ................................................................ 20
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 21
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22
LAMPIRAN ........................................................................................................... 25

viii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Bahan-Bahan Ecoaquatic Block Tanpa Penambahan Plastik


Jenis PET ....................................................................................................... 10
2. Perbandingan Bahan- Bahan Pada Ecoaquatic Block Dengan Campuran
Limbah Plastik Jenis PET .............................................................................. 11
3. Sifat Fisik Mutu Paving Block BSN SNI 03-0691-1996 ................................. 19

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Nomor Kode Plastik ......................................................................................... 5


2. Plastik Jenis Pet ............................................................................................... 6
3. Tanah Sulfat Masam ........................................................................................ 8
4. Desain Tambak Ecoaquatic ............................................................................. 8
5. Model Produk Ecoaquatic Block .................................................................... 12
6. Daya menahan tekanan rata-rata pada semua umur uji dan perlakuan ...... 15
7. Daya menahan air rata-rata pada semua umur uji dan perlakuan ............... 16

x
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini perkembangan budidaya tambak di Indonesia secara intensif


terus meningkat. Menurut data KKP (2015), luas budidaya tambak mengalami
peningkatan 2,55% dari tahun 2013-2014 yaitu tercatat sebesar 667.083 hektar
luas tahun 2014. Akan tetapi potensi lahan tambak tersebut terkendala beberapa
permasalahan seperti: tanah masam yang disebabkan kandungan pirit serta
bahan organik yang tinggi dan tanah berpasir yang memiliki tingkat porositas dan
permeabilitas tanah yang tinggi. Menurut Riset Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2010) menyatakan bahwa potensi tanah sulfat masam di Indonesia
sekitar 6,6 juta hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 612.000 hektar. Untuk itu
perlu teknologi konstruksi tambak yang tepat dan dapat dilakukan di tanah sulfat
masam dan tekstur tanah berpasir
Ecoaquatic merupakan tambak yang dibuat yang terdiri dari campuran
plastik dan pasir. Ecoaquatic berasal dari kata eco (kata inggris ekologi) dan
aquatic (kata inggris akuatik). Istilah ecoaquatic ini dimaksudkan sebagai penciri
penggunaan antara limbah plastik dan pasir untuk dijadikan pelapis tambak
budidaya di daratan pesisir. Untuk menghindari kebocoran air dan porositas
pematang, maka konstruksi tambak dilengkapi dengan campuran plastik pada
dasar tambak dan campuran antara pasir, plastik dan kerikil untuk dinding
pematang tambak. Ada beberapa keuntungan dengan metode ini, bagian bawah
tambak dengan campuran plastik ini bertujuan untuk menghindari kerugian
karena akumulasi lapisan lumpur di permukaan bawah tambak yang
menciptakan media untuk membiakkan virus dan gangguan lain yang merusak
budidaya. Dalam hal sanitasi, tambak ecoaquatic lebih steril dari tambak tanah,
karena di bawah sinar matahari tambak pasir bisa mencapai 80-90 Celcius
sehingga jika dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3-4 hari dapat
membunuh bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Selain itu,
penggunaan material plastik juga diharapkan mampu menekan biaya pembuatan
tambak dibandingkan dengan tambak semi plastik. Material plastik yang
digunakan dalam pembuatan Ecoaquatic block adalah plastik jenis PET
(Polyethylene terephthalate).

1
Plastik jenis PET (Polyethylene terephthalate) merupakan jenis plastik
banyak dipakai untuk membuat tempat makanan sekali pakai, plastik kemasan,
botol-botol yang lembek, tutup plastik, dan plastik tipis lainnya. Luasnya
penggunaan ini mengakibatkan jumlah limbah jenis plastik PET sangat besar
sehingga potensial digunakan sebagai bahan baku konstruksi, seperti untuk
pembuatan paving blok beton (bata beton). Menurut Amos (2015), Plastik PET
mempunyai sifat fleksibilitas yang baik, kuat, serta memiliki resistensi yang baik
terhadap reaksi kimia. Penggunaan plastik untuk bahan konstruksi dapat
meningkatkan elastisitas dan daya tahan serta menurunkan densitas sehingga
bahan menjadi lebih ringan. Selain itu penggunaan limbah plastik juga
diharapkan dapat menghasilkan bahan konstruksi dengan harga yang lebih
murah, serta yang penting lainnya adalah adanya alternatif solusi dalam
penangan dan pemanfaatan limbah plastik guna mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini penting untuk memanfaatkan
sampah plastik menjadi bahan alternatif dalam pembuatan lapisan tambak tanah
berpasir serta sebagai upaya mereduksi limbah plastik menjadi produk lain yang
bermanfaat

B. Tujuan dan Kegunaan


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis uji daya menahan tekanan dan
daya menahan air pembuatan ecoaquatic block menggunakan campuran limbah
plastik jenis PET (Polyethylene terephthalate) sebagai lapisan konstruksi tambak.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi tentang
sumber bahan alternatif pembuatan lapisan konstruksi tambak dan sebagai
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Polimer

Polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari
pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun
biasanya merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer
inorganik. Contoh terkenal dari polimer adalah plastik (Setyaningsih, 2010).
Polimer adalah bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika
monomernya sejenis disebut homopolimer dan jika monomernya berbeda akan
menghasilkan kopolimer (Mujiarto. 2005).
Polimer ada 2 jenis alami (biopolymer) dan buatan (sintetik). Pada mulanya
manusia menggunakan polimer alam hanya untuk membuat perkakas dan
senjata, tetapi keadaan ini hanya bertahan hingga akhir abad 19 dan selanjutnya
manusia mulai memodifikasi polimer menjadi plastik. Plastik yang pertama kali
dibuat secara komersial adalah nitroselulosa. Material plastik telah berkembang
pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dibidang
elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan
kosmetik, mainan anak - anak dan produk -produk industri lainnya (Setyaningsih.
2010).
Polimer alami adalah polimer yang dihasilkan dari monomer organik seperti
pati, karet, kitosan, selulosa, protein dan lignin. Biopolimer banyak diminati oleh
industri karena berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui,
biodegradable (dapat diuraikan), mempunyai sifat mekanis yang baik dan
ekonomis. Saat ini, biopolimer banyak diteliti untuk menghasilkan film (plastik)
yang dapat menggantikan keberadaan plastik sintetik (Coniwanti dkk. 2014).

B. Plastik

Menurut Mujiarto (2005), plastik adalah suatu polimer yang mempunyai


sifat-sifat unik dan luar biasa. Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui
proses yang disebut polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah
monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk
polimer. Dalam plastik juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang
ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa

3
anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif dapat
berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih
banyak lagi (Gincel. 2004).
Sampah plastik menjadi masalah lingkungan berskala global. Plastik banyak
dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena mempunyai keunggulan-keunggulan
seperti kuat, ringan dan stabil. Namun plastik yang beredar di pasaran saat ini
merupakan polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulit terurai di
alam. Akibatnya semakin banyak yang menggunakan plastik, akan semakin
meningkat pula pencemaran lingkungan seperti pencemaran tanah. Oleh karena
itu, diperlukan solusi untuk mengatasi masalah lingkungan ini. Pengembangan
bahan plastik biodegradable menggunakan bahan alam yang terbaharui
(renewable resources) sangat diharapkan (Herawan. 2015).

C. Plastik termoplast dan plastik termosting

Menurut Hadi (2018) secara garis besar plastik dapat dikelompokkan


menjadi dua golongan berdasarkan ketahanan plastik terhadap suhu, yaitu :
plastik thermoplast dan plastik thermoset.
a. Thermoplastik
Sampah dengan bahan ini jika dipanaskan sampai suhu tertentu,
akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang
diinginkan. maka thermoplastik adalah jenis yang memungkinkan untuk
didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa
nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya.
Jenis plastik ini meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan
suhu, bersifat reversible (dapat kembali ke bentuk semula atau mengeras
bila didingin kan). Contoh: Polyethylene(PE), Polypropylen (PP),
Polyethylene terephthalate (PET), Poliviniclorida(PVC), Polistirena(PS).
b. Thermoset atau Thermodursisabel
Thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk
padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan Jenis
plastik ini tidak dapat mengikuti perubahan suhu (tidak reversible)
sehingga bila pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
dilunakkan kembali. pemanasan dengan suhu tinggi tidak akan
melunakkan jenis plastik ini melainkan akan membentuk arang dan
terurai.

4
Menurut Irvan (2016) empat jenis limbah plastik yang popular dan laku di
pasaran yaitu Polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), Polipropilena
(PP). Berikut merupakan jenis plastik yang sering dipakai :
1. Polyethylene terephthalate (PET, PETE) PET transparan, jernih, dan
kuat. Biasanya dipergunakan sebagai botol minuman tetapi tidak untuk air
hangat atau panas
2. High Density Polyethylene (HDPE). HDPE dapat digunakan untuk
membuat berbagai macam tipe botol. Hasil daur ulangnya dapat
digunakan sebagai kemasan produk non-pangan seperti shampo,
kondisioner, pipa, ember, dll.
3. Polyvinyl Chloride (PVC) memiliki karakter fisik yang stabil dan tahan
terhadap bahan kimia, pengaruh cuaca, aliran, dan sifat elektrik. Bahan
ini paling sulit untuk didaur ulang dan biasa digunakan untuk pipa dan
kontruksi bangunan.
4. Low Density Polyethylene (LDPE) biasa disebut kantong gula pasir
banyak dipakai untuk tutup plastik, kantong/tas kresek dan plastik tipis
lainnya. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus pandang biasa
dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek (madu,
mustard).
5. Polystyrene (PS) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,
tempat minum yang sekali pakai, tempat kaset CD, karton tempat telor,
dll.
6. PP (Polypropylene) yaitu jenis plastik memiliki logo daur ulang dengan
angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP di bawah segitiga. Karakteristik
adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawang.
7. Other Plastik yang menggunakan kode ini terbuat dari resin yang tidak
termasuk enam golongan yang lainnya, atau terbuat dari lebih dari satu
jenis resin dan digunakan dalam kombinasi multi-layer.

Gambar 1. Nomor kode plastik

5
D. Sampah Plastik Jenis PET (Polyethylene terephthalate)

Bahan Plastik Botol plastik adalah termasuk golongan Polyethylene


terephthalate (PET), merupakan resin polyester yang tahan lama, kuat, ringan
dan mudah dibentuk ketika panas. Kepekatannya adalah sekitar 1,35 – 1,38
gram/cc, ini membuatnya kokoh, rumus molekulnya adalah (- C O - - C O – O - C
- C – O -) n (Djamaan. 2002).
Polyethylene Terephthalate (PET) bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan
pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu dan mencair dengan sempurna
pada suhu. Tidak untuk air hangat apalagi panas, Untuk jenis ini, disarankan
hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan
suhu kurang dari 160 derajat. Plastik PET memiliki kekuatan mekanik yang tinggi,
transparan, bersifat tidak beracun, dan tidak pengaruh pada rasa dan
permeabilitas yang dapat diabaikan untuk karbon dioksida. Plastik PET memiliki
kekuatan tarik dan kekuatan impak yang sangat baik, begitu juga dengan
ketahanan kimia clarity, processability, kemampuan warna dan stabilitas
termalnya. Selain itu plastik PET juga sering digunakan sebagai botol air minum
kemasan. Pada kemasan botol air minum terdapat simbol (logo) di bagian bawah
botol seperti di bawah ini (Wibowo. 2017).

Gambar 2. Plastik jenis PET

Tanda ini merupakan logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya terus
ada tulisan PETE atau PET (Polyethylene terephthalate) di bawah segitiga.
Dipakai untuk botol plastik, berwarna jernih / transparan / tembus pandang
contohnya botol air mineral , botol jus dan hampir semua botol minuman lainnya.
Perlu ditekankan untuk botol jenis PET atau PETE dipakai hanya sekali saja,
karena bila terlalu sering dipakai terlebih sering digunakan untuk menyimpan air
hangat maupun panas dapat mengakibatkan lapisan polimer pada botol akan
meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dalam jangka panjang dapat

6
menyebabkan kanker. Bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan
PET ataupun daur ulang plastik PET harus waspada karena di dalam membuat
PET terdapat bahan yang disebut antimoni trioksida, bahan Antimoni Trioksida
yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan yaitu akibat
menghirup debu yang mengandung senyawa ini. Dalam jangka waktu lama akan
mengakibatkan iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita senyawa
ini dapat meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, bila melahirkan,
anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat
hingga usia 12 bulan. Di dunia mayoritas bahan plastik PET untuk serat sintetis
(sekitar 60%), di tekstil PET biasa digunakan dengan polyester, bahan dasar
botol kemasan 30% (Hadi. 2018),

E. Tanah Sulfat Masam


Tanah sulfat masam (TSM) adalah tanah atau sedimen yang mengandung
pirit atau besi sulfide. Potensi tanah sulfat masam (TSM) di Indonesia cukup luas
yaitu 6,70 hektar yang tersebar di beberapa pulau besar seperti : Sumatera,
Jawa, Sulawesi Kalimantan dan Papua (Noor.2004). Seiring dengan
perkembangan budidaya udang, maka pembangunan lahan untuk tambak terus
mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat berimplikasi pada pemanfaatan
sumber daya lahan yang tersedia (Hanafi. 1997). Sementara itu, pengembangan
perikanan budidaya tambah dilahan pesisir yang terjangkau pasang surut air laut
umumnya jenis tanahnya didominasi TSM (Pantjara dkk. 2010).
Masalah yang sering dijumpai pada budidaya tambak di TSM antara lain
kemasaman tanah yang disebabkan kandungan pirit, besi, alumunium dan sulfat
serta bahan organik yang cukup tinggi (Mustafa dan Pantjara. 2009). Bahan
organik yang tinggi kurang baik untuk dijadikan pematang karena terjadi
rembesan yang tinggi dan beraikbat penurunan kualitas tambak. Rembesan yang
tinggi juga mempercepat terjadinya erosi pematang yang membawa senyawa
toksik sehingga menyebabkan kemasaman dan kelarutan senyawa toksik yang
tinggi di tambak. Demikian pula dengan pirit dan jarosit yang sering terlihat pada
permukaan dasar tambak, pinggiran caren dan lereng pematang. Kemunculan
pirit ditunjukkan dengan warna merah karat dipermukaan pematang bagian
dalam, sedangkan jarosit ditunjukkan dengan warna kuning pucat yang terlihat
diratakan permukaaan pematang dan kadang di tanah dasar. Keberadaan pirit

7
dan jarosit berpotensi untuk memasamkan air tambak terutama pada kondisi
hujan (Pantjara dkk. 2007)
Pemecahan pirit (FeS2) di tambak akibat pengaruh oksidasi sangat
berbahaya , karena bila pirit tersebut terhidrolisis dapat melarutkan Fe 2 dan S
menjadi Fe2 dan So42 biasanya air dalam tambak berwarna kemerahan dan pH
air rendah (Cook dkk. 2000). Sebagai asam kuat, H2SO4 dapat membunuh udang
atau ikan yang dibudidaya (Pantjara. 2004). Kasus kematian udang atau ikan
sering terjadi pada saat hujan pertama setelah musim kemarau. Kandungan
Fe2,Al3+,H+ dan SO42 yang tinggi pada tambak TSM juga menyebabkan
ketersediaan hara dalam tanah berkurang terutama fosfor (P) yang diperlukan
untuk pertumbuhan makanan alami (Pantjara dkk. 2007).

Gambar 3. Tanah Sulfat Masam

F. Ecoaquatic Pond

Ecoaquatic berasal dari kata eco (kata inggris ekologi) dan aquatic (kata
inggris akuatik). Istilah ecoaquatic ini dimaksudkan sebagai penciri penggunaan
antara limbah plastik dan pasir untuk dijadikan pelapis tambak budidaya di
daratan pantai. Untuk menghindari kebocoran air, maka konstruksi tambak
dilengkapi dengan campuran plastik (ketebalan plastic 6 cm) dan diatas plastik
dilapisi pasir setebal 3-5 cm pada dasar tambak, sedangkan untuk memperkuat
dinding tambak dibuat dari campuran antara pasir, plastik dan kerikil.

Gambar 4. Desain Tambak Ecoaquatic

8
Sistem Ecoaquatic pada tanah berpasir ini dikembangkan atas dasar
beberapa pertimbangan, antara lain :
1. Intensifikasi lahan di areal hutan mangrove yang kurang baik dalam
menunjang kelestarian/kepastian sistem produksi lahan budidaya karena
adanya penurunan kualitas tanah dasar tambak.
2. Tanah pasir yang didominasi oleh partikel pasir, pada dasarnya miskin
akan bahan organic serta bukan merupakan habitat mikroba pathogen
sehingga baik menjadi substrat dasar tambak.
3. Lahan tanah pasir umumnya tidak produktif bagi usaha tanaman pangan
maka apabila dapat dimanfaatkan menjadi lahan tambak budidaya akan
meningkatkan nilai guna lahan.
4. Pengembangan tambak budidaya di lahan tanah pasir akan membantu
dalam mengurangi kemungkinan tekanan ekologi hutan mangrove akibat
dikonversikan menjadi lahan tambak (Widigdo dan Praptokardiyo. 1996).

Sisa pakan dan kotoran kultivan yang terkumpul dibagian tengah dari dasar
tambak karena adanya perputaran air oleh kincir akan mengalir keluar apabila
pipa paralon dicabut. Sistem pembuangan dibuat di bagian tengah tambak,
sehingga pemasukan air dapat ditempatkan disegala sisi tambak. (Widigdo dan
Hariyadi. 1992).

9
III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2020. Uji


pembuatan ecoaquatic block menggunakan campuran limbah plastik jenis PET
bertempat di Laboratorium Bahan Dan Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil.
Politeknik Negeri Ujung Pandang.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu, gunting, pisau, panci besar, kompor
gas, sutil, baskom, cetakan, ember, timbangan digital, termometer, camera,
alat tulis, sarung tangan, masker dan stopwatch

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: plastik jenis


PET (botol), oli, pasir ukuran 0,0625 milimeter.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5


perlakuan dan 3 kali pengulangan sehingga didapat 15 satuan percobaan.
Perlakuan yang diuji adalah berbagai perbandingan plastik dan pasir untuk
membuat ecoaquatic block. Perlakuan tersebut adalah :
A. Kontrol tanpa plastik
B. Perbandingan 50:50% dari total berat plastik dan pasir.
C. Perbandingan 60:40% dari total berat plastik dan pasir.
D. Perbandingan 70:30% dari total berat plastik dan pasir.
E. Perbandingan 80:20% dari total berat plastik dan pasir.

Tabel 1 Perbandingan Bahan-Bahan Ecoaquatic Block Tanpa Penambahan


Plastik Jenis PET
Perlakuan Pasir (gr) Semen (gr) Air (mL) Batu Kerikil (gr)

Kontrol 1200 500 300 300

10
Tabel 2. Perbandingan Bahan- Bahan Pada Ecoaquatic Block Dengan Campuran
Limbah Plastik Jenis PET
Perbandingan
Plastik (gr) Pasir (gr) Oli (mL)
Plastik & Pasir
50 : 50 % 800 800 200

60 : 40 % 960 640 200

70 : 30 % 1120 480 200

80 : 20 % 1280 320 200

D. Prosedur Penilitian

Adapun cara kerja dari penelitian ini modifikasi dari metode Handayasari
dkk (2019 ) pembuatan eco paving berbahan dasar plastik jenis PET, semen, air
dan cangkang kerang. Peneliti melakukan modifikasi cara kerja dengan
menghilangkan semen, mengganti air menjadi oli untuk mempercepat proses
leleh dari plastik jenis PET. Adapun cara kerja diantaranya :
1. Tahapan persiapan alat dan bahan
Tahapan ini meliputi persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada
saat proses pembuatan ecoaquatic block yang berbahan dasar sampah plastik
jenis PET
2. Tahapan pengambilan sampah PET
Sebelum melakukan penelitian dilakukan mengambilan sampah jenis PET
bekerjasama dengan mall sampah makasssar. Sampah jenis PET meliputi botol
air mineral maupun minuman yang lainnya.
3. Tahapan pemotongan
Langkah selanjutnya adalah dilakukan tahapan pemotongan dari ukuran
yang besar diubah menjadi ukuran yang kecil menggunakan mesin pencacah.
4. Tahapan pemanasan
Oli yang di dapat dari bengkel motor dipanaskan menggunakan kompor gas
dengan suhu 160-200°C sampai mencair
5. Tahapan pencampuran
Bahan bahan yang telah didapat seperti plastik jenis PET dicampurkan ke
dalam oli panas 200 mL (1/7 dari total berat plastic dan pasir) dan lakukan proses
pengadukan, sehingga plastik yang ukurannya kecil berubah menjadi cair.
Setelah mencair masukan pula bahan tambahan seperti plastik dan pasir dengan

11
perbandingan 800 gram sampah plastik dan 800 gram pasir sehingga hasil
keseluruhan dari ecoaquatic block 1800 gram dan diaduk hingga tercampur rata.
Plastik PET berfungsi sebagai pengganti semen untuk menggantikan pelekat
sedangkan penambahan oli sebagai mempercepat terjadinya proses pelelehan
pelastik dan pasir sebagai bahan tambahan dalam pembuatan ecoaquatic.
6. Tahapan pencetakan
Tahapan pencetakan ini peneliti menyiapkan alat cetak ecoaquatic block
berukuran 20 cm x 10 cm x 6 cm.dan dilakukan proses penuangan plastik yang
telah tercampur bahan-bahan seperti: oli, plastik, batu krikil dan pasir. Lalu
tuangkan bahan-bahan ke dalam alat cetak dan ratakan setiap permukannya
hingga padat.

Gambar 5. Model produk ecoaquatic block

7. Tahapan pelepasan
Setelah mulai kering segera lepaskan eco aquatic dari cetakan fungsi
pelepasan ini bertujuan agar ecoaquatic block tidak melekat pada cetakan.
8. Tahapan pengeringan
Setelah dilepaskan dari alat cetak masuk ketahapan pengeringan. Proses
ini bertujuan untuk memperkuat ecoaquatic block agar tidak mudah pecah dan
lebih tahan terhadap gesekan. Proses penjemuran ini berlangsung 3-4 hari.

E. Parameter yang diamati

Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi:

1. Pengujian Daya menahan tekanan


Pengujian Daya menahan tekanan dilakukan pada umur 14 dan 28 hari.
Pengujian daya menahan tekanan pada penelitian ini merujuk pada pengujian
kuat tekan paving (SNI 03-0691-1996). Daya menahan tekanan merupakan
besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji paving hancur

12
dibebani dengan gaya tekan tertentu. Benda uji yang di uji yaitu 15 buah
ecoaquatic block dimana pengujian dilakukan di Laboratorium Struktur dan
Bahan Laboratorium Bahan Dan Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil. Politeknik
Negeri Ujung Pandang. Pengujian menggunakan alat Compression Strength
Machine. Cara pengujian berdasarkan standarisasi uji tekan, yaitu :
a. Meletakkan benda uji secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan
berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik;
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji retak atau hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selama benda diuji.
d. Lalu melakukan kalkulasi Daya menahan tekanan dengan rumus

Keterangan
P = beban tekan (N)
L = Luas bidang tekan (mm2)

e. Catat hasil daya menahan tekanan benda uji

2. Pengujian Daya Menahan Air

Pengujian daya menahan air dimana ecoaquatic block yang telah umur 14
dan 28 hari diukur daya serapnya terlebih dahulu. Pengujian daya serap air pada
penelitiian ini merujuk pada pengujian daya serap air paving (SNI 03-0691-1996).
Pengujian daya menahan air bertujuan guna mengetahui seberapa besar
ecoaquatic block dengan serat PET mampu menahan air tambak. Uji daya
menahan air dapat dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain :
a. Merendam benda uji dalam air selama 24 jam.
b. Lalu mengeringkan benda uji dalam oven dengan suhu 105ºC selama
24 jam
c. Membandingkan berat basah dan berat kering dengan kalkulasi

Keterangan:
A = berat ecoaquatic block basah
B = berat ecoaquatic block kerin

d. Melakukan kalkulasi daya menahan air dengan rumus

13
e. Mencatat hasil.

F. Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap daya menahan tekanan dan daya menahan


air dianalisis menggunakan analisis ragam atau Analisis of Varians (ANOVA).
Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter maka dilanjutkan
dengan uji W-Tukey digunakan paket perangkat lunak komputer program SPSS
versi 22,0 untuk menganalisis perlakuan mana yang berbeda.

14
IV. HASIL

A. Daya Menahan Tekanan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai uji fisik


pembuatan ecoaquatic block menggunakan campuran limbah plastik jenis PET
(Polyethylene terephthalate) sebagai lapisan konstruksi, dimana ecoaquatic block
yang diuji sudah berumur 14 dan 28 hari. Pengujian ini dilakukan berdasarkan
SNI 03-0691-1996 Bata Beton. Hasil pengamatan uji daya menahan tekanan dari
ecoaquatic block dapat dilihat pada gambar 6 berikut :

25
Daya Menahan Tekanan (Mpa)

21,25
20,42 20,27
19,82
20 18,8 19,44
18,05
17,45

15

10
9,73 9,97 14 Hari
28 Hari
5

0
Kontrol 50:50% 60:40% 70:30% 80:20%
Perlakuan

Gambar 6. Daya menahan tekanan rata-rata pada semua umur uji dan perlakuan

Hasil analisis ragam (ANOVA) membuktikan bahwa perlakuan dengan


penambahan cacahan plastik jenis PET (Polyethylene terephthalate) dalam
pembuatan ecoaquatic block memberi pengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya
menahan tekananan pada hari 14 dan 28 (Lampiran 1). Hasil uji lanjut W-Tuckey
pada hari 14 menunjukkan bahwa daya menahan tekanan tertinggi pada
perbandingan 50:50% mencapai nilai 20,42 ± 0,26 namun tidak berbeda dengan
perbandingan 60:40%. Sedangkan antara perbandingan 80:20% dan 70:30%
berbeda dengan semua perlakuan (P<0,05) Selanjutnya, hasil uji lanjut W-
Tuckey pada hari 28 menunjukkan bahwa daya menahan tekanan tertinggi pada
perbandingan 50:50% mencapai nilai 21,25 ± 0,73 namun tidak berbeda dengan
perlakuan kontrol dan perbandingan 60:40%. Sedangkan antara perbandingan
80:20% dan 70:30% berbeda dengan semua perlakuan (P<0,05).

15
B. Daya Menahan Air

Hasil uji daya menahan air pada pembuatan ecoaquatic block berbahan
dasar limbah sampah jenis PET (Polyethylene tetraphalate) pada umur 14 dan
28 hari menunjukkan setiap perlakuan memiliki nilai daya serap yang bervariasi
dari setiap perbandingan. Berikut ini adalah data hasil uji penyerapan sampel
ecoaquatic block.

98
95,78
Daya menahan air (%)

96
94,49
93,94
94
92,05 92,37
92 91,44 91,43

90 89,57 14 Hari
88,55 88,5
88 28 Hari
86
84
Kontrol 50:50% 60:40% 70:30% 80:20%
Perlakuan

Gambar 7. Daya menahan air rata-rata pada semua umur uji dan perlakuan

Hasil analisis ragam (ANOVA) membuktikan bahwa perlakuan dengan


penambahan cacahan plastik jenis PET (Polyethylene terephthalate) dalam
pembuatan ecoaquatic block memberi pengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya
menahan air pada hari 14 dan 28 (Lampiran 2). Hasil uji lanjut W-Tuckey pada
hari 14 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol yang memiliki nilai daya menahan
air 88,50% berbeda dengan perbandingan 70:30% dan perbandingan 80:20%
sedangkan pada perbandingan 60:40% tidak berbeda dengan semua perlakuan
(P>0,05). Selanjutnya, hasil uji lanjut W-Tuckey pada hari 28 menunjukkan
perlakuan kontrol berbeda dengan semua perlakuan (P>0,05) sedangkan pada
perbandingan 70:30% tidak berbeda dengan perbandingan 50:50 %,
perbandingan 60:40% dan perbandingan 80:20% (P>0,05).

16
V. PEMBAHASAN

A. Analisa Hasil Pengujian Daya Menahan Tekanan

Hasil pengujian daya menahan tekanan ecoaquatic block dengan


penambahan cacahan plastik PET memperlihatkan bahwa daya menahan
tekanan ecoaquatic block terjadi peningkatan maksimum pada perbandingan
50:50% mencapai nilai 20,42 ± 0,26 Mpa kemudian peningkatan daya menahan
tekanan ecoaquatic block minimum pada perbandingan 80:20% mencapai nilai
9,73 ± 0,17 Mpa. Hal ini diduga pada perbandingan 50:50% merupakan
perbandingan paling optimal hal ini dikarenakan campuran plastik dan pasir
dalam jumlah yang sama banyak mempengaruhi daya lekat dan daya kuat
ecoaquatic block . Plastik PET mempunyai serat yang kuat sama seperti semen,
Menurut Murdiyoto (2011) adanya serat yang terdapat pada plastik jenis PET
yang disebut serat fiber, dimana serat ini mampu menambah nilai kuat takan
pada ecoaquatic block yang dibuat peneliti. Serat PET (polyethylene
terephthalate) melekat sempurna pada komponen block dan serat tidak
mengalami tumpang tindih dengan serat yang lain sehingga tidak mengurangi
daya lekat dari bahan campuran yang lain dimana akan mempengaruhi daya
menahan tekanan paving.
Serat PET mempunyai fungsi sebagai tulangan mikro yang tersebar
merata di dalam paving, dimana serat PET ini menyalurkan tekanan-tekanan
yang diterima keseluruh bagian dari paving. Dengan adanya penyaluran tekanan
ini dapat memaksimalkan daya menahan tekanan dari paving. Sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi,(2018) menunjukkan bahwa
penggunaan serat PET dengan proporsi 0,4% dapat meningkatkan daya
menahan tekanan dari paving block sebesar 32,05% terhadap paving block
normal.
Perbandingan yang tidak seimbang seperti halnya campuran plastik yang
terlalu banyak atau bahkan pasir yang digunakan terlalu sedikit dapat
menyebabkan penurunan pada nilai daya menahan tekanan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Amran (2015), penurunan daya menahan tekanan
paving block diakibatkan lekatan antara bahan-bahan penyusun paving block
kurang bekerja maksimal karena jumlah konsentrasi serat plastik yang tidak
sesuai mengakibatkan volume pasta berkurang, sehingga banyak rongga atau

17
celah kosong yang membuat struktur tatanan paving block tidak padat waktu
diuji.
Faktor lain yang mempengaruhi terhadap nilai daya menahan tekanan
yang naik turun ini yaitu ukuran agregat. Menurut Purwati dkk (2014) salah satu
cara meningkatkan daya menahan tekanan beton dengan pembuatan beton
ekstra padat yang menggunakan gradasi agregat yang baik. Apabila agregat
mempunyai ukuran butiran yang lebih halus dan dengan ukuran yang bervariasi,
maka volume pori beton menjadi lebih kecil. Bisa ditarik kesimpulan bahwa
agregat yang bervariasi dapat mengisi satu sama lain sehingga paving block
menjadi lebih padat.

B. Analisa Hasil Pengujian Daya Menahan Air

Hasil pada pengujian daya menahan air ecoaquatic block menunjukkan


bahwa pada perbandingan 80:20% merupakan perbandingan paling optimal
karena mempunyai nilai daya menahan air yang tinggi yakni mencapai 95,78%
sedangkan perbandingan nilai daya menahan air terendah pada kontrol yaitu
88,50%. Hal ini terlihat semakin besar bahan substitusi yang digunakan yaitu
sampah plastik jenis PET maka semakin tinggi persentase daya menahan air dari
Ecoaquatic block. Menurut Larasati (2016) besar atau kecil nilai daya menahan
air yang dihasilkan tergantung dari kepadatan dan jumlah rongga yang terdapat
pada paving block. Sehingga perbandingan 50:50% sampai 80:20% mengalami
peningkatan karena Ecoaquatic block yang padat dan jumlah rongga nya kecil
sehingga nilai menahan air nya juga tinggi.
Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya yang dilakukan oleh Indah
Handayasari (2019) memperoleh hasil bahwa paving block dengan campuran
plastik dan limbah cangkang kerang pada perbandingan 10% didapatkan nilai
presentase penyerapan sebesar 2,24%. Penurunan nilai absorbability
diakibatkan oleh karakteristik polimer yang mengisi pori antar partikel agregat
(pasir). Selain itu sifat alami dari polimer yang hidrofobik juga mengakibatkan
turunnya nilai absorbability. Nilai absorbability yang kecil dapat menguntungkan
untuk aplikasi bahan bangunan karena dapat mengurangi resiko yang
disebabkan oleh penetrasi air ke dalam rongga-rongga dari material bangunan
yang dapat menyebabkan kerusakan seperti retakan dan tumbuhnya
mikroorganisme yang tidak diinginkan. (Putra. 2018). Selain itu sifat polietilen

18
(plastik) yang tidak tembus air dan tidak terlarut dalam air pada temperatur ruang
menyebabkan daya menahan air pada paving block bertambah. (Hambali. 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gencel (2012), penyerapan air
paving block secara alami berhubungan dengan sifat dari sistem pori dalam
paving block itu sendiri. Agregat juga dapat memiliki pori-pori, akan tetapi ini
biasanya terputus-putus. paving block paling baik memiliki penyerapan di bawah
10%, dalam hal ini pada saat penambahan agregat kasar berupa limbah plastik
jenis PET dengan beberapa perbandingan menunjukkan daya menahan air yang
lebih tinggi >90% dibandingkan dengan paving block tanpa penambahan
agregat kasar.

C. Penentuan Mutu

Penentuan mutu ecoaquatic block ini berdasarkan hasil uji daya menahan
tekanan dan daya menahan air yang telah dilakukan, dari hasil tersebut
dibandingkan dengan mutu paving block BSN SNI 03-0691-1996 seperti yang
tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Sifat Fisika Mutu Paving Block BSN SNI 03-0691-1996
Daya menahan tekanan Penyerapan
Mutu (MPa) air Rata-rata Penggunaan
Rata-rata Min. maks. (%)
A 40 35 3 Jalan
Tempat
B 20 17 6
Parkir
C 15 12,5 8 Taman

D 10 8,5 10 Trotoar

Berdasarkan tabel 3, mutu ecoaquatic block yang didapatkan dari hasil uji
daya menahan tekanan dan daya menahan air untuk semua komposisi
didapatkan hasil yang beragam. Mutu ecoaquatic block terbaik berdasarkan hasil
uji daya menahan tekanan dan daya menahan air adalah mutu B, yang
didapatkan pada perbandingan 50:50% dengan nilai daya menahan tekanan
sebesar 21,28 MPa dan daya menahan air 95,78%. Jika dalam satu meter
persegi luas tambak dengan ketinggian air 150 cm diperoleh kuat tekanan air
sebesar 15.37 MPa.

19
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ecoaquatic block dengan komposisi
perbandingan 50:50% dapat digunakan sebagai lapisan konstruksi tambak
dengan ketinggian air tambak 150 cm.
Adapun volume sampah plastik yang dapat dimanfaatkan dengan pada
komposisi perbandingan 50:50% adalah 800 gr/ecoaquatic block. Penggunaan
Ecoaquatic block dengan luas 1 m 2 adalah sebesar 50 buah. Dengan demikian
dalam penggunaan ecoaquatic block 1 m2, sampah plastik yang dapat
dimanfaatkan sebesar 40.000 g atau setara dengan 40 kg.

20
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa komposisi perbandingan
50 : 50 % plastik dan pasir dalam pembuatan ecoaquatic block menghasilkan
daya menahan tekanan dan daya menahan air terbaik dibandingkan perlakuan
lainnya.

B. Saran
Untuk penelitian selanjurnya peneliti memberikan saran untuk lebih
memfokuskan pembuatan ecoaquatic block dengan menggunkan campuran
limbah plastik jenis PET pada perbandingan 50:50% karena pada perbandingan
ini mempunyai daya menahan tekanan yang paling tinggi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amos Setiadi. 2015. Studi Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas pada


Kawasan Permukiman Perkotaan di Yogyakarta. Jurnal Wilayah Dan
Lingkungan. Vol. 3, No. 1
Amran, Y. 2015. “Pemanfaatan Limbah Plastik Untuk Bahan Tambahan
Pembuatan Paving Block Sebagai Alternatif Perkerasan pada Lahan
Parkir di Universitas Muhammadiyah Metro. TAPAK Vol. 4 No. 2 Mei
2015
Cook, F.J., Hicks W., Gardner, E.A., Carlin, G.D., dan Froggait, D.W. 2000.
Export of acidity in drainage water from acid sulphate soils. Marine
Pollution Bulletin 1 : 144-199.
Coniwanti, dkk. 2014. Pembuatan Film Plastik Biodegredabel Dari Pati Jagung
Dengan Penambahan Kitosan Dan Pemplastis Gliserol. Jurnal Teknik
Kimia 20, no. 4 h.22-30.
Djamaan, A. 2002. Teknologi Produksi Bioplastik. Padang. Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Andalas.
Gincel. 2014. “Pengaruh Sampah Plastik Dan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat
Geser Tanah Lempung Lunak”, Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, Vol.
2, No. 4.
Hadi Lalu Syamsul. 2018. Pemanfaatan Limbah Plastik Polyethylene
Terepthalate (PET) Untuk Bahan Tambahan Pembuatan Paving Block.
Jurnal Univeritas Mataram. Vol. 1, No.1
Hanafi, A., Ahmad, T., dan Pantjara, B. 1997. The utilization of coastal peat soil
for fish culture as compenent of coastal resources management.
Prosiding TORANI, 8 : 63-71
Hambali. 2013. ” Uji Daya menahan tekanan Dan Menahan air Pada Paving
Block Dengan Bahan Kasir Kasar, Batu Kacang, dan Pasir Halus”,
Jurnal Ilmiah Teknik Industry Prima, Vol. 1, Nomor. 1.
Handayasari,Indah, dan Gita Puspa Artiani. 2019. Perbandingan Daya menahan
tekanan Paving Block Ramah Lingkungan Berbasis Limbah Botol Plastik
Kemasan Air Mineral Dengan Limbah Cangkang Kerang Dan Limbah
Botol Kaca Sebagai Bahan Substitusit Terhadap Semen, Construction
And Material. Jurnal Biologi,Vol. 1, No. 1

22
Herawan, Cindy Dwi. 2015. Sintesis dan Karakteristik Edible Film dari Pati Kulit
Pisang dengan Penambahan Lilin Lebah (Beeswax) .Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Irvan, Okatama. 2016. ”Analisa Peleburan Limbah Plastik Jenis Polyethylene
Terphtalate (PET) Menjadi Biji Plastik Melalui Pengujian Alat Pelebur
Plastik”, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 05, No. 23.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Statistik Perikanan Budi Daya
Nasional 2016. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian
Kelautan Perikanan Jakarta.
Larasati. 2016. “Purifikasi Silika dari Pasir Vulkanik Gunung Merapi sebagai
Bahan Baku Sel Fotovoltaik. Jurnal Pendidikan Kimia, Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Mujiarto, Iman. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif”. 3,
no. 2 : 1-9.
Murdiyoto, R.A. 2011. “Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Jenis PET (Poly
Ethylene Terephthalate) untuk Agregat Kasar Pembuatan Paving Block”.
Universitas Indonesia
Mustafa, A. dan Pantjara, B. 2009, Karakteristik Lahan Budidaya tambak di
Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Seminar Nasional
Perikanan 2009, Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Sekolah
Tinggi Perikanan, Jakarta. 44-53.
Noor, M. 2004. Lahan rawa. Sifat dan pengelolaan tanah bermasalah sulfat
masam, PT. Raja Grafindo Persada. 241 hal.
Pantjara, B., A,. 2004. Pengaruh remediasi tanah sulfat masam dan aplikasi
kapur terhadap respon benur windu Penaeus monodon. Prosiding
Konferensi Nasional IV, Balikpapan, 14-17 September 2004.
Pengelolaan Sumberdaya Perairan Umum, Pesisir Pulau-pulau kecil dan
laut Indonesia. KONAS IV KALTIM. II: 1-18.
Pantjara, B., A., Nessa, M.N., Monoarfa, W., dan Djawad, I. 2007. Dampak
perbaikan pematang tambak tanah sulfat masam terhadap peningkatan
produktifitas udang windu. Jurnal Riset akuakultur, Vol. (2) : 257-269.
Pantjara, B., A,. Rachmansyah, dan Mangampa, M. 2010. Study on tiger prawn
(P. Monodon) culture in acid sulfate soil pond. Masyarakat Akuakultur
Indonesia, Universitas Diponegoro, Semarang. 1..251-1.259.

23
Purwati, A., As’ad, S., Sunarmasto. 2014. “Pengaruh Ukuran Butiran Agregat
Terhadap Daya menahan tekanan dan Modulus Elastisitas Beton
Kinerja Tinggi Grade 80”. MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 2 No. 2/Juli
2014/58
Putra. 2018. “Kajian Pengelolahan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Diponogoro”. Jurnal Biologi, Volume 11, No. 02.
Setyaningsih, Rini. 2010. Tinjauan Delaminasi Atau Retak Pada Repair Mortar
Denga B ahan Tambah. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
SNI 03-0691-1996 Bata Beton (paving block)
Wibowo Argo. 2017. Perbandingan Daya menahan tekanan Dan Serapan Air
Paving Block Hydraulic Dengan Variasi Campuran Semen. Jurnal
Biologi. Vol. 1.
Widigdo, B., dan K. Praptokardiyo. 1996. Sistem Tambak Biocrete Penunjang
Usaha Pertambakan Udang Yang Ramah Lingkungan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan Dan Perikanan Indonesia, IV (1) 93-104
Widigdo, B., dan S. Hariyadi. 1992. Pemanfaatan Lahan Pasir Untuk Budidya
Udang Windu. Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. 39 h.

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Daya Menahan Tekanan

No. Perbandin Berat Umur Beban Luas Kuat Kuat Tekan


gan (kg) (hari) Tekan Permukaan Tekan Rata (Mpa)
(Kg) (cm2) (Mpa) ±std
Kontrol 2072 14 37800 200 18,9
1 Kontrol 2134 14 36300 200 18,15 18,8 ± 0,61c
Kontrol 2015 14 38700 200 19,35
50:50% 2134 14 41100 200 20,55
2 50:50% 2215 14 41190 200 20,595 20,42 ± 0,26d
50:50% 2134 14 40230 200 20,115
60:40% 2167 14 40600 200 20,3
3 60:40% 2152 14 37270 200 18,635 19,44 ± 0,83cd
60:40% 2025 14 38770 200 19,385
70:30% 2102 14 35500 200 17,75
4 70:30% 2207 14 34830 200 17,415 17,45 ± 0,29b
70:30% 2112 14 34340 200 17,17
80:20% 2346 14 19450 200 9,725
5 80:20% 2278 14 19810 200 9,905 9,73 ± 0,17a
80:20% 2334 14 19130 200 9,565
Kontrol 2057 28 39900 200 19,95
6 Kontrol 2091 28 38300 200 19,15 19,82 ± 0,61c
Kontrol 2001 28 40700 200 20,35
50:50% 2084 28 44100 200 22,05
7 50:50% 2186 28 42190 200 21,10 21,25 ± 0,73c
50:50% 2122 28 41230 200 20,62
60:40% 2089 28 42600 200 21,30
8 60:40% 2125 28 39270 200 19,64 20,27 ± 0,90c
60:40% 2016 28 39770 200 19,89
70:30% 2085 28 37100 200 18,55
9 70:30% 2177 28 35830 200 17,92 18,05 ± 0,45b
70:30% 2092 28 35340 200 17,67
80:20% 2281 28 19950 200 9,98
10 80:20% 2235 28 20610 200 10,31 9,97 ± 0,35a
80:20% 2263 28 19230 200 9,62

25
Lampiran 2. Hasil Uji Daya Menahan Air

Berat Berat Penyer Rata rata Rata–rata daya


No. Perlakuan basa kering apan penyerapan air menahan air
h (g) (g) air (%) (%) (%)
Kontrol 2356 2072 13,71
1 Kontrol 2381 2134 11,57 11,45% 88,55 ± 2,31c
Kontrol 2198 2015 9,08
50:50% 2353 2134 10,26
2 50:50% 2434 2215 9,89 10,43% 89,57 ± 0,65bc
50:50% 2372 2134 11,15
60:40% 2324 2167 7,25
3 60:40% 2341 2152 8,78 8,57% 91,43 ± 1,23abc
60:40% 2221 2025 9,68
70:30% 2252 2102 7,14
4 70:30% 2381 2207 7,88 7,63% 92,37 ± 0,43ab
70:30% 2278 2112 7,86
80:20% 2465 2346 5,07
5 80:20% 2403 2278 5,49 5,51% 94,49 ± 0,44a
80:20% 2473 2334 5,96
Kontrol 2256 2057 9,67
c
6 Kontrol 2321 2091 11,00 11,51% 88,50 ± 2,13
Kontrol 2278 2001 13,84
50:50% 2273 2084 9,07
7 50:50% 2364 2186 8,14 8,56% 91,44 ± 0,47b
50:50% 2302 2122 8,48
60:40% 2264 2089 8,38
8 60:40% 2281 2125 7,34 7,95% 92,05 ± 0,54b
60:40% 2180 2016 8,13
70:30% 2210 2085 6,00 ab
93,94 ± 0,09
9 70:30% 2311 2177 6,16 6,06%
70:30% 2218 2092 6,02
80:20% 2370 2281 3,90
10 80:20% 2340 2235 4,70 4,22% 95,78 ± 0,42a
80:20% 2355 2263 4,07

26
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan

27

Anda mungkin juga menyukai