Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMA ANORGANIK
IDENTIFIKASI PROSES PENYEPUHAN PADA KOIN TEMBAGA DAN
PEMURNIAN BIOETANOL DENGAN ZEOLIT ALAM

KELOMPOK 4

DEDE ABDURAHMAN WINDA R.

M. MUHSIN M WULAN S.

RIZKY P ZAYNAB P.

SANTY ATHIFAH Z NUNIK S.

SITI KHODIJAH SABILA A.

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2015
Percobaan ke : 11 ( sebelas )

Tanggal percobaan : 24 November 2015

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. TUJUAN
a. Untuk mengidentifikasi proses penyepuhan pada koin tembaga
𝑒.𝑖.𝑡
b. Untuk menghitung berat koin setelah proses penyepuhan ( sesuai rumus 𝑤 = 96500 )

c. Untuk mengidentifikasi proses pemurnian bioetanol dengan zeolit alam ( secara fisika
)
d. Untuk menentukan kadar etanol sebelum dan sesudah adsorpsi isoterm ( dengan 2
zeolit berbeda ) dengan metode memplotkan grafik
II. DASAR TEORI
1. Penyepuhan (electroplating)
Sel elektrolit dapat dimanfaatkan unutk berbagi macam keperluan industri.
Salah satunya ialah penyepuhan logam dan pemurnian logam dari pengotorannya.
Elektroplating merupakan salah satu aplikasi dari metode elektrokimia. Sesuai dengan
namanya, metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks,
yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda
yang sama/berbeda dalam suatu system elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel
elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik
karena terjadinya reaksi spontan didalamnya disebut sel galvani. Sedangkan sel
elektrokimia dimana reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya disebut sel elektrolisis.
Peralatan dasar dari sel elektrokimia adalah dua elektroda, umumnya konduktor
logam, yang dicelupkan ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan
maupun cairan) dan sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi
utama yang berperan dalam metode ini adalah elektron yang dipasok dari suatu
sumber listrik. Sesuai dengan reaksi yang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem
elektrokimia dapat dibedakan menjadi katoda, yakni elektroda dimana reaksi reduksi
(reaksi katodik) berlangsung, dan anoda, dimana reaksi oksidasi (reaksi anodik)
berlangsung.
Elektroplating (penyepuhan) adalah proses pelapisan logam dengan logam yang
lebih tipis melalui prinsip bahwa logam yang akan disepuh diperlakukan sebagai
katoda, dan logam penyepuh diperlakukan sebagai anoda. Dalam penyepuhan, kedua
elektroda dimasukkan dalam larutan elektrolit, yaitu larutan yang mengandung ion
logam penyepuh. Elektroplating juga dapat didefinisikan sebagai pelapisan logam
pada benda padat konduktif dengan bantuan arus listrik. Jika akan menyepuh benda
dengan krom, maka anoda yang digunakan adalah krom dan larutan elektrolit adalah
asam kromat (H2CrO4). Jika elektroplating perak, tentu perak sebagai anoda dan
larutannya adalah perak nitrat.
Pada elektroplating maka logam dasar seperti besi, tembaga, kuningan, seng,
dan aluminium dilapisi oleh berbagai variasi logam yang kebanyakan adalah tembaga
(copper), nikel, kromium, seng, cadmium, dan tin juga beberapa logam mulia seperti
perak, emas, rhodium, paladium dan platinum.
Elektroplating dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau untuk
memperbaiki penampilan. Elektroplating adalah carayang digunakan untuk melapis
permukaan logam besi dengan logam yangtahan terhadap karat seperti nikel dan
krom. Hasil elektroplating sangat keras dan tahan terhadap goresan atau tumbukan.
Oleh karena itu pelapisan jenis ini sering digunakan pada pelek roda kendaraan
bermotor, starter, kursi besi, perkakas rumah tangga, peralatan untuk membuat roti,
peralatan teknik dan lain sebagainya. Selain itu lapisan krom atau nikel pada logam Fe
atau baja dapat mengurangi terjadinya korosi dan juga dapat memperindah
penampilan benda.
Dalam industri pembuat sepeda motor, alat elektroplating ini digunakan untuk
melapisi logam nikel/krom pada knalpot, pelek roda, kick starter, stir, reflektor lampu,
pedal porseling (persenalan), pedal rem dan lain sebagainya. Penggunaan yang lebih
luas adalah untuk melapisi alat-alat seperti kunci pas, kunci sok, kunci ring, kunci
busi, kunci inggris, dan lain-lain.
Pada proses electroplating, benda (logam) yang akan dilapisi dugunakan sebagai
kutub katoda dan logam yang melapisi digunakan sebagai kutub anoda. Larutan
elektrolit yang digunakan mengandung garam dari logam yang akan melapisi. Arus
listrik yang kecil meyebakan ion-ion loigam yang berasal dari larutan elektrolit
menangkap elektron (terjadi reaksi reduksi) dan terendapkan dengan membentuk
lapisan pada kutub katoda. Hal itu menyebabkan atom-atom logam pada kutub anoda
kehilangan elektron (terjadi reaksi oksidasi) dan larut dalam larutan elektrolit sebagai
ion.

Proses elektroplating perak dapat dilihat di atas, sendok dari besi yang akan dilapisi
dengan perak diletakkan sebagai katode, sedangkan sepotong logam perak murni
sebagai anode. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Katoda : Ag+(aq) + e– → Ag(s)

Anoda : Ag(s) → Ag+(aq) + e–

Reaksi sel : Ag (Anode) → Ag (Katode)

2. Zeolit
Mineral zeolit telah dikenal sejak tahun 1756 oleh Cronstedt ketika menemukan
stilbit yang bila dipanaskan seperti batuan mendidih (boiling stone) karena dehidrasi
molekul air yang dikandungnya. Pada tahun 1954 zeolit diklasifikasi sebagai
golongan mineral tersendiri, yang saat itu dikenal sebagai molecular sieve materials.
Pada tahun 1984 Profesor Joseph V. Smith ahli kristalogi Amerika Serikat
mendefinisikan zeolit sebagai : “ A zeolite is an aluminosilicate with a framework
structure enclosing cavities occupied by large ions and water molecules, both of
which have considerable freedom of movement, permitting ion-exchange and
reversible dehydration”. Dengan demikian, zeolit merupakan mineral yang terdiri dari
kristal alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah
dalam kerangka tiga dimensi. Ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain
tanpa merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversible. Zeolit
merupakan mineral alam yang terdiri dari kristal aluminium silikat terhidrasi yang
mngandung kation alkali-alkali tanah (terutama Na dan Ca) dalam rangka tiga dimensi
yang terbatas dengan rongga-rongga . Mineral alam zeolit yang merupakan senyawa
alumino-silikat dengan struktur sangkar terdapat di Indonesia seperti
Bayah,Banten,Cikalong, Tasikmalaya, Cikembar, Sukabumi, Nanggung, Bogor, dan
Lampung dalam jumlah besar dengan bentuk hampir murni dan harga murah. Mineral
zeolit mempunyai struktu framework tiga dimensi dan menunjukkan sifat penukar ion,
sorpsi molecular sieving dan katalis sehingga memungkinkan digunakan dalam
pengolahan limbah industri dan limbah nuklir.

Zeolit juga ditemukan sebagai bantuan endapan pada bagian tanah jenis basalt
dan komposisi kimianya tergantung pada kondisi hidrotermal linkungan lokal, seperti
suhu, tekanan uap air setempat dan komposisi air tanah lokasi kejadiannya. Hal itu
menjadikan zeolit dengan warna dan tekstur yang sama mungkin berbeda komposisi
kimianya bila diambil lokasi yang berbeda, disebabkan karena kombinasi mineral
yang berupa partikel halus dengan impuritis lainnya.Pada dasarnya zeolit merupakan
mineral yang terdiri dari kristal alumuno silikat terhidrasi yang mengandung kation
alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi. Mineral zeolit adalah kelompok
mineral alumunium silikat terhidrasi LmAlxSiyOz.nH2O, dari logam alkali dan alkali
tanah (terutama Ca dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n
koefisien dari H2O, serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis (M+ ,
M2+)Al2O3gSiO2 .zH2O, M+ berupa Na atau K dan M2+ berupa Mg, Ca, atau Fe. Li ,
Sr atau Ba dalam jumlah kecil dapat menggantikan M+ atau M2+ , g dan z bilangan
koefisien. Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan, coklat, dll.
Adapun sifat-sifat zeolit meliputi :
a. Dehidrasi. Sifat dehidrasi dari zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorbsinya,
zeolit dapat melepaskan molekul air dari rongga permukaan dan menyebabkan
medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif terinteraksi dengan
molekul yang akan di adsorbsi. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-
pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila kristal zeolit tersebut
dipanaskan.
b. Adsorbsi. Dalam keadaan normal ruang hampa kristal zeolit terisi oleh molekul
air bebas yang berada disekitar kation. Bila kristal zeolit dipanaskan pada suhu
300 - 400°C maka ion tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi
sebagai penyerap gas atau cairan. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap
gas atau zat, zeolit juga mampu memisahkan molekul zat berdasarkan ukuran
kepolarannya.
c. Penukar ion. Ion-ion pada rongga atau kerangka elektrolit berguna untuk menjaga
kenetralan zeolit, ion-ion dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion menjadi
tergantung dari ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar
ion dari zeolit antara lain tergantung dari : sifat kation, suhu, dan jenis anion.
Penukar kation dapat menyebabkan perubahan beberapa sifat zeolit seperti
terhadap panas, sifat adsorbsi dan sifat panas.
Untuk peningkatan zeolit sebagai penyerap perlu terlebih dahulu dilakukan
proses aktivasi, yaitu untuk meningkatkan sifat-sifat khusus zeolit dengan cara
menghilangkan unsur-unsur pengotor dan menguapkan air yang terperangkap dalam
pori kristal zeolit. Ada dua cara yang umum digunakan dalam proses aktivasi zeolit,
yaitu pemanasan pada suhu 200 - 400°C selama 2 – 3 jam dan kimia dengan
menggunakan pereaksi NaOH atau H2SO4.
Mengingat begitu pentingnya peranan zeolit dalam kehidupan, maka perlu
dilakukan usahauntuk mendapatkan zeolit dengan daya guna yang lebih dibanding
zeolit alam . Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna zeolit melalui
peningkatan kereaktifan yaitu dengan memodifikasi permukaan zeolit alam. Cara
untuk memodifikasi permukaan zeolit alam antara lain dengan dealuminasi dan
interaksi dengan surfaktan. Modifikasi zeolit alam melalui pengasaman dapat
menyebabkan dealuminasi sehingga meningkatkan rasio Si/Al. Meningkatnya rasio
Si/Al akan meningkatkan keasaman sampel katalis.
BAB II
METODE PERCOBAAN
I. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Timbangan Analitik 1 Buah Aseton 50 mL
Botol Semprot 1 Buah Sampel Etanol 1 Botol
Batang Pengaduk 1 Buah 𝑁𝑖𝑆𝑂4.6𝐻2 O 100 mL
Pipet Tetes 2 Buah HCl 7N 50 mL
Baterai 1.6 V 6 Buah Larutan Garam 100 mL
Nikel
Kabel 60 cm 1 Buah Zeolit Alam Secukupnya
Ampelas 1 Lembar 𝑁𝑖𝐶𝑙2 . 6𝐻2 O 2g
Grafit 1 Buah Aquadest Secukupnya
Kertas Koran Secukupnya
Karet Gelang 6 Buah
Gelas Kimia (250 & 2 Buah
500) mL
Magnetit Stirer 1 Buah
Cawan Porselen 2 Buah
Oven 1 Buah

II. PROSEDUR KERJA


1. Cara kerja pasif
a. Eksperimen Penyepuhan
Langkah pertama yang dilakukan yaitu koin diamplas sampai warna tembaga terlihat,
kemudian koin ditimbang dan dilubangi dengan paku pada ujung koin. Setelah koin
dilubangi, koin kembali ditimbang. Selanjutnya diikatkan kabel pengikat koin
terhadap kutub negatif dan kabel pengikat grafit terhadap kutub positif dan diberi
tanda dengan spidol permanen. Kemudian koin dan grafit dimasukkan pada larutan
garam nikel dan didiamkan selama 10 menit. Setelah 10 menit, koin diangkat dan
dicuci dengan akuades. Spidol dihapus dengan menggunakan aseton dan kapas.
Setelah terhapus koin ditimbang kembali.
b. Pemurnian Bioetanol dan Zeolit Alam (ditangani)
Sebanyak 10 gram zeolit ditambahkan dengan larutan HCl 2M 100 ml kemudian
diaduk dengan stirer magnetit setelah itu disaring kemudian dimasukan kedalam
cawan yang sebelumnya telah ditimbang terlebih dahulu. Kemudian timbang kembali
cawan dan endapan. Setelah itu dipanaskan pada suhu 105°𝑐 selama 2 jam. Setelah 2
jam ditimbang kembali. Selanjutnya diambil 3 gram dari endapan yang telah
dipanaskan lalu ditambahkan dengan 60 ml etanol, diaduk dengan stirer magnetit
selama 1 malam. Kemudian disaring dan filtrat dimasukkan kedalam piknometer dan
ditimbang.
c. Pemurnian Bioetanol dengan Zeolit Alam (tanpa ditangani)
10 gram zeolit dilarutkan dalam 150 ml akuades kemudian diaduk dengan stirer
magnetit selama 1,5 jam. Setelah itu didiamkan pada suhu ruang dan disaring dan
endapan dimasukan kedalam cawan yang telah ditimbang sebelumnya. Ditimbang
kembali cawan yang telah berisi endapan. 3 gram endapan ditambahkan dengan 60 ml
etanol kemudian diaduk dengan stirer magnetit selama semala dan disaring.
Kemudian filtrat dimasukkan kedalam piknometer.
2. Eksperimen penyepuhan
A. Preparasi sampel
a. Preparasi koin

2 permukaan koin

 Dihampelas kedua permukaan koin.


 Ditimbang massa koin dan catat.

Massa koin yang telah di ampelas

 sisi permukaan koin dilubanngi


 Ditimbang dan catat beratnya
 Di ikat pada kabel dan ditandai permukaan dengan spidol.

Koin yang telah ditandai

b. Preparasi baterai

6 buah baterai

 Dirangkai dan digulung dengan kertas Koran.


 Diikat dengan 4 buah karet

Rangkaian baterai

c. Preparasi grafit
Baterai yang tidak terpakai

 Dibuka dan di ambil grafitnya


 Diikat ujung grafit dengan kabel

Grafit hasil preparasi

B. Penyepuhan logam

Koin dan grafit

 Dicelupkan pada 20 mL campuran 2 gram NiCl2.6H2Omdan 500 mL HCl 0,12


M
 Dihubungkan kabel pada koin terhadap kutub negated rabgkaian seri baterai
 Dihubungkan kabel pada grafit terhadap kutub positif rangkaian.
 Diamkan selama 10 menit
 Amati

Hasil penyepuhan logam


 Diputuskan aliran listrik
 Diambil koin dan dibilas dengan aquadesh
 Hapus bagian yang ditandai spidol dengan kapas yang telah dibasahi aseton
 Amati dan timbang koin lalu catat hasilnya

Massa koin hasi penyepuhan

3. Pemurnian bioethanol dengan zeolite alam


a. Zeolite yang ditangani

Zeolite

 Ditimbang sebanyak 10 gram


 Ditambah HCl 2M sebanyak 100 mL
 Diaduk dengan stirrer magnetik
 Disaring

Endapan
 Ditambahkan 160 mL aquadesh
 Diaduk dengan stirrer magnetik
 Disaring
 Amati

Endapan

 Dimasukan pada cawan kosong yang sudah diketahui massanya


 Timbang cawan + Endapan
Endapan

 Dipanaskan selama 2 jam dalam oven dengan T 105‫ﹾ‬C


 Ditimbang kembali

Massa endapan kering


 Ditimbang sebanyak 3 gram
 Ditambahkan etanol 60 mL
 Diaduk dengan stirrer magnetic
 Diamkan sampai terbentuk 2 fasa
 Amati

Endapan dan filtrat

 Disaring dengan kertas saring


 Filtrate di masukan pada piknometer yang sudah diketahui massanya
 Timbang piknometer + filtrate
 Catat massanya

Massa piknometer + filtrate

b. Zeolite yang tidak ditangani

Zeolite

 Ditimbang sebanyak 10 gram


 Ditambah aquadesh sebanyak 150 mL
 Diaduk dengan stirrer magnetic selama 90 menit
 Didiamkan di suhu ruangan
 Disaring

Endapan

 Dimasukan pada cawan kosong yang sudah diketahui massanya


 Timbang cawan + Endapan

Endapan

 Dipanaskan selama 2 jam dalam oven dengan T=1050C


 Ditimbang kembali

Massa endapan kering


 Ditimbang sebanyak 3 gram
 Ditambahkan alkohol 70% 60 mL
 Diaduk dengan stirrer magnetic selama 24 jam

Endapan dan filtrat


 Disaring dengan kertas saring
 Filtrate di masukan pada piknometer yang sudah diketahui massanya
 Timbang piknometer + filtrate
 Catat massanya

Massa piknometer + filtrate


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. HASIL PENGAMATAN
a. Eksperimen Penyepuhan
Perlakuan Hasil Pengamatan
10 g Zeolit Ditimbang Serbuk Putih Ke-abu-abuan
Dilarutkan dengan 150 mL aquades Larutan berwarna abu-abu
Diaduk dengan stirrer selama 1,5 jam Zeolit larut seluruhnya & Larutan abu-abu
Diangkat dan diamkan di suhu ruangan Zeolit mulai mengendap didasar larutan
Disaring Residu : Padatan abu-abu
Filtrat : Larutan abu-abu
Cawan Kosong Ditimbang 57.44 mL
Cawan + Residu 40.76 mL
3 gram residu + Etanol 70 % Larutan warna abu-abu tua
Saring Whatman Residu : Padatan abu-abu
Filtrat : Larutan Keruh
Filtrat masukkan ke Piknometer dan 42.51 gram
Timbang

b. Zeolit Ditangani
10 g Zeolit ditimbang Serbuk warna abu-abu
+ 100 mL HCl 2M Larutan berwarna abu
Diaduk 15 menit dengan stirrer magnetik Zeolit larut
Dicuci dengan 150 mL aquadest Residu larut, Larutan warna abu
Diaduk 80 menit dengan Stirrer Magnetik Larutan menjadi keruh
Disaring dengan kertas saring Filtrat dan Residu berwarna abu-abu
Cawan + sampel ditimbang 51.71 g
Panaskan Campuran dengan Oven selama 2 Sampel mongering, padatan berwarna putih
Jam kehijauan
3 g Zeolit + 50 mL Etanol Larutan warna abu tua, endapan larut
Filtrat + Pikno Ditimbang 42.51 g

c. Eksperimen Penyepuhan
Perlakuan Pengamatan
Koin (500 rupiah) Diampelas Sampai berwarna Kuning Cerah
Ditimbang 5.15 g
Dilubangi & Ditimbang kembali Dengan paku dan 5.15 g
Diikatkan kabel pengikat koin (-) dan Terjadi Reaksi didalam Campuran Larutan
kabel pengikat grafit (+) diberi tanda X. berupa Gelembung dalam Katoda (banyak) dan
Koin dimasukkan kedalam larutan garam Anoda (sedikit)
Nikel
Diamkan selama 10 menit Koin terdapat banyak gelembung dan Grafit
hanya ada sedikit gelembung
Koin diangkat dan dicuci dengan aquadest, Koin hasil pembilasan aquadest agak berwarna
tanda X dihapus dengan etanol perak sebagian, bekas tanda X tetap berwarna
kuning
Koin ditimbang kembali 5.12 g

Etanol + Piknometer Ditimbang

Pikno kosong : 19,33 g

Pikno + Air : 45,30 g

Pikno + 30% : 44,25 g

Pikno + 40% : 43,81 g

Pikno + 50% : 43,41 g

Pikno + 60% : 42,05 g

Pikno + 70% : 42,36 g

II. PERSAMAAN REAKSI


a. Eksperimen penyepuhan
Katoda : 2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH- E=-0,83 volt
Ni + 2e → Ni(s) E=-0,25 volt

Anoda : 2H2O(l) → O2(g) + 4H+ + 4e E=1,23 volt


Cl2(g) + 2e → 2Cl- E= 1,36 volt

III. PERHITUNGAN
a. Pembuatan larutan standar
 Etanol 30%
30% . 30 𝑚𝑙 = 70% . 𝑉2
𝑉2 = 12,86 𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑖𝑟 = 30 𝑚𝑙 × 12,86 𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑖𝑟 = 17,4 𝑚𝑙

 Etanol 40%
40% . 30 𝑚𝑙 = 70% . 𝑉2
𝑉2 = 17,14 𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑖𝑟 = 30 𝑚𝑙 × 17,14 𝑚𝑙
𝑉𝑎𝑖𝑟 = 12,86 𝑚𝑙

 Etanol 50%

50% . 30 𝑚𝑙 = 70% . 𝑉2
𝑉2 = 21,43 𝑚𝑙
𝑉𝑎𝑖𝑟 = 30 𝑚𝑙 × 21,43 𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑖𝑟 = 8,57 𝑚𝑙

 Etanol 60%
60% . 30 𝑚𝑙 = 70% . 𝑉2
𝑉2 = 25,71 𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑖𝑟 = 30 𝑚𝑙 × 25,71 𝑚𝑙

𝑉𝑎𝑖𝑟 = 4,29 𝑚𝑙

 Etanol 70%
70% . 30 𝑚𝑙 = 70% . 𝑉2
𝑉2 = 30 𝑚𝑙

b. Eksperimen penyepuhan
 Massa Teoritis
𝑒. 𝑖. 𝑡 𝐴𝑟 𝑖. 𝑡 63,5 1𝐴. 600 𝑠
𝑤= = = = = 31,75 × 6,22 × 10−3
96500 𝑛 96500 2 96500
= 0,1975 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Massa Percobaan
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = 5,0633 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 5,0610 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,3 × 10−3

 Keterangan = n=2
Ar = 63,5 g/mol
t = 10 menit = 600 s
i = 1A

c. Pemurnian bioetanol dengan zeolit alam


𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 =
𝜌𝑎𝑖𝑟
45,30 𝑔 − 19,33 𝑔
=
0,9965 𝑚𝑙
25,97 𝑔
= = 26,06 𝑚𝑙
0,9965 𝑚𝑙

44,25 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌30% = 26,06 𝑔
24,92 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,9562 𝑔/𝑚𝑙

43,81 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌40% = 26,06 𝑔
24,48 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,9394 𝑔/𝑚𝑙

43,41 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌50% = 26,06 𝑔
24,08 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,9240 𝑔/𝑚𝑙

42,95 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌60% = 26,06 𝑔
23,62 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,9064 𝑔/𝑚𝑙

42,36 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌70% = 26,06 𝑔
23,03 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,8837 𝑔/𝑚𝑙

42,51 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖 = 26,06 𝑔
23,18 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,8895 𝑔/𝑚𝑙
42,51 𝑔 −19,33 𝑔
𝜌𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖 = 26,06 𝑔
23,18 𝑔
= 26,06 𝑔 = 0,8895 𝑔/𝑚𝑙

Grafik Konsentrasi Etanol


terhadap Massa Jenis
1
massa jenis (g/mL)

y = -0.0018x + 1.0109
0.95 R² = 0.9943
0.9
Series1
0.85
0 20 40 60 80
konsentrasi (%)

d. Menentukan konsentrasi etanol


1. Konsentrasi tanpa ditangani
𝑦 = −0,0018𝑥 + 1,0109
0,8895 = −0,0018 + 1,0109
0,08895−1,0109
𝑥= = 67,44%
−0,0018

2. Konsentrasi ditangani
𝑦 = −0,0018𝑥 + 1,0109
0,8895 = −0,0018 + 1,0109
0,08895−1,0109
𝑥= = 67,44%
−0,0018

Anda mungkin juga menyukai