PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Dedinisi
2.3 Patofisiologi
Batuk yang memicu spasme atau kesesakan dalam saluran pernapasan, atau
berlanjut terus, dapat berbahaya. Beberapa serangan dimulai dengan batuk
yang menjadi progresif lebih “sesak”, dan kemudian bunyi wheezing terjadi.
Ada pula yang berbeda, beberapa penderita asma hanya dimulai wheezing
tanpa batuk. Beberapa yang lain tidak pernah wheezing tetapi hanya batuk
selama serangan asma terjadi.
Selama serangan asma, mucus cenderung menjadi kering dan sukar,
sebagian karena cepat, beratnya pernapasan umumnya terjadi saat serangan
asma. Mucus juga menjadi lebih kental karena sel-sel mati terkelupas.
Secara umum gejala yang sering muncul pada asma bronkial ialah
1. Tanda dan gejala utama asma adalah bunyi whezing, dispnea, dan
batuk.
2. Penggunaan otot bantu napas saat serangan.
3. Sputum dengan sedikit mucus.
4. Takikardi.
5. Berkeringan dingin.
6. Serangan berlangsung sekitar 70 menit sampai beberapa jam dan dapat
hilang secara spontan.
7. Ronchi basah.
1. Asma Ekstrinsik
2. Asma Intrinsik
1. Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering
ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak
napas, mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak
Aspirasi) kurang dari 80%.
1. Sinar X dada
Hiperinflasi paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara
retsosoternal, hasil normal selama periode remisi.
2. Tes fungsi paru
3. Kapasitas inspirasi
4. GDA (PaO2 menurun, PaCO2 meningkat)
5. Sputum
6. EKG dan tes stress
2.7 Penatalaksanaan
2.9 Komplikasi
1. Hipoksia janin dan ibu
2. Abortus
3. Persalinan prematur
4. BBLR
2.10 WOC
1. Zat –– zat
5. Zat zat alergi,
alergi, contohnya
contohnya tepung,
tepung, debu,
debu, bulu
bulu dll
dll
2.
6. Infeksi
Infeksi saluran
saluran napas
napas
3.
7. Pengaruh
Pengaruh udara,
udara, misalnya
misalnya terlalu
terlalu dingin,
dingin, terlalu
terlalu panas.
panas.
4.
8. Faktor
Faktor psikis,
psikis, misalnya
misalnya kelelahan,
kelelahan, stres
stres
alergi
alergi
Pelepasan
Pelepasan mediator
mediator inflamasi
inflamasi (histamin,
(histamin, prostaglandin,
prostaglandin, bradikinin)
bradikinin)
Penurunan kesadaran MK :
Nafas cuping intoleransi
pada ibu
hidung aktivitas
Pola napas terganggu MK : gangguan
kesadaran
MK : gangguan
MK : pola personal hygene
napas tidak
efektif
2.11 Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(bronkospasme).
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen (bronkuspasme).
4. Gangguan kesadaran berhubungan dengan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
6. Gangguan personal hygien dengan
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Tidak efektifnya Pencapaian bersihan Mandiri 1. Beberapa derajat
bersihan jalan jalan napas dengan 1. Auskultasi spasme bronkus
nafas kriteria hasil sebagai bunyi nafas, terjadi dengan
berhubungan berikut: catat adanya obstruksi jalan
dengan 1. Mempertahankan bunyi nafas, nafas dan
gangguan suplai jalan napas paten ex: mengi dapat/tidak
oksigen dengan bunyi napas 2. Kaji/pantau dimanifestasikan
(bronkospasme), bersih atau jelas. frekuensi adanya nafas
penumpukan 2. Menunjukan pernafasan, advertisius.
sekret, sekret perilaku untuk catat rasio 2. Tachipnea
kental memperbaiki inspirasi/ekspi biasanya ada pada
bersihan jalan nafas rasi. beberapa derajat
misalnya batuk 3. Catat adanya dan dapat
efektif dan derajat ditemukan pada
mengeluarkan sekret. dispnea, penerimaan atau
ansietas, selama
distress stress/adanya
pernafasan, proses infeksi
penggunaan akut.
obat bantu. 3. Disfungsi
4. Tempatkan pernafasan adalah
posisi yang variable yang
nyaman pada tergantung pada
pasien, tahap proses akut
contoh: yang
meninggikan menimbulkan
kepala tempat perawatan di
tidur, duduk rumah sakit.
pada sandara 4. Peninggian
tempat tidur. kepala tempat
5. Pertahankan tidur
polusi memudahkan
lingkungan fungsi pernafasan
minimum, dengan
contoh: debu, menggunakan
asap dll. gravitasi.
6. Tingkatkan 5. Pencetus tipe
masukan alergi pernafasan
cairan sampai dapat mentriger
dengan 3000 episode akut.
ml/ hari sesuai6. Hidrasi
toleransi membantu
jantung menurunkan
memberikan kekentalan sekret,
air hangat. penggunaan
Kolaborasi cairan hangat
7. Berikan obat dapat menurunkan
sesuai indikasi kekentalan sekret,
bronkodilator. penggunaan
cairan hangat
dapat menurunkan
spasme bronkus.
7. Merelaksasikan
otot halus dan
menurunkan
spasme jalan
nafas, mengi, dan
produksi mukosa.
ASUHAN KEPERAWATAN
Nn. G 23 tahun suku minang datang dengan keluhan napasnya sesak sewaktu
bangun pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas, klien juga batuk
berdahak. Dari hasil pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan
dahak berwarna putih, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan
pengasapan (nebulizer). Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak
kelas 6 SD dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), taktil fremitus simetris
antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada perkusi
dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan
hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR
= 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit = 17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3,
Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort,
Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L. Pada pemeriksaan penunjang
X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.
B. Pengkajian
1. Anamnesa
· Identitas Klien
Nama : Nn. G
Umur : 23 tahun
· Alasan Masuk (Keluhan Utama)
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan napasnya sesak sewaktu bangun pagi
dan semakin meningkat ketika beraktivitas, serta batuk berdahak.
Klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki
riwayat asma, yaitu ibunya.
2. Pemeriksaan Fisik
b) TTV:
(4) T : 37oC
c) Hasil pengkajian:
· Inspeksi
Rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+), dan sputum berwarna putih
kental.
· Palpasi
Taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan.
· Perkusi
· Auskultasi
· Pemeriksaan laboratorium
- Hb = 15,5 gr%
- Leukosit = 17.000/mm3
- Trombosit 260.000/mm3
- Ht = 47vol%.
C. Analisa Data
BP=130/70 Hipersekresi
mmHg
↓
RR=36 x/menit
Obstruksi jalan nafas
HR=76x/menit
↓
T=37oC
Tidak efektifnya bersihan
2. Klien tampak
jalan nafas
sesak nafas
disertai batuk
berdahak,
berwarna putih
agak kental.
3. Suara napas
klien terdengar
wheezing.
4. Terapi yang
diberikan:
oksigen 2L,
IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort,
Ventolin,
Bisolvon.
2 DS: Pencetus serangan Pola nafas tidak
1. Klien merasa (alergen) efektif
sesak ↓
DO: Reaksi antigen & antibodi
1. Tanda-tanda ↓
vital: Dikeluarkannya substansi
vasoaktif (histamin,
BP=130/70
bradikinin, & anafilaksin)
mmHg
↓
RR=36 x/menit
Kontraksi otot polos
HR=76x/menit
↓
T=37oC
Bronkospasme
2. Klien tampak
↓
sesak nafas
Suplai O2 menurun
disertai batuk
↓
berdahak,
Merangsang kemoreseptor
berwarna putih
sentral (spons dan medulla
agak kental.
oblongata)
3. Suara napas ↓
klien terdengar Hiperventilasi
wheezing. ↓
Sesak
4. Terapi yang ↓
diberikan: Pola nafas tidak efektif
oksigen 2L,
IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort,
Ventolin,
Bisolvon.
3. Disfungsi
pernafasan
3. Catat adanya adalah variable
derajat yang
dispnea, tergantung
ansietas, pada tahap
distress proses akut
pernafasan, yang
penggunaan menimbulkan
obat bantu. perawatan di
rumah sakit.
4. Peninggian
kepala tempat
4. Tempatkan tidur
posisi yang memudahkan
nyaman pada fungsi
pasien, pernafasan
contoh: dengan
meninggikan menggunakan
kepala tempat gravitasi.
tidur, duduk
pada sandara
tempat tidur.
5. Pencetus tipe
5. Pertahankan alergi
polusi pernafasan
lingkungan dapat mentriger
minimum, episode akut.
contoh: debu,
asap dll.
6. Hidrasi
6. Tingkatkan membantu
masukan menurunkan
cairan sampai kekentalan
dengan 3000 sekret,
ml/ hari penggunaan
sesuai cairan hangat
toleransi dapat
jantung menurunkan
memberikan kekentalan
air hangat. sekret,
penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
spasme
bronkus.
Kolaborasi 7. Merelaksasika
7. Berikan obat n otot halus dan
sesuai menurunkan
indikasi spasme jalan
bronkodilator nafas, mengi,
. dan produksi
mukosa.
1. Penatalaksanan Farmakologi
Belum terlalu lama, yakni baru sejak pertengahan tahun 1990-an mulai mengental
keyakinan di kalangan kedokteran bahwa asma yang tidak terkendali dalam
jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan paru-
paru. Cara menangani asma yang reaktif, yakni hanya pada saat datangnya
serangan sudah ketinggalan zaman. Hasil penelitian medis menunjukkan bahwa
para penderita asma yang terutama menggantungkan diri pada obat-obatan pelega
(reliever/bronkodilator) secara umum memiliki kondisi yang buruk dibandingkan
penderita asma umumnya. Selanjutnya prosentase keharusan kunjungan ke unit
gawat daruat (UGD), keharusan mengalami rawat inap, dan risiko kematiannya
karena asma juga lebih tinggi.
Hal ini membuktikan bahwa pasa asma ekstrinsik, penyebab asma yang mereka
derita adalah karena peradangan (inflamasi), dan bukan karena bronkokonstriksi.
Dengan demikian, dokter masa kini menggunakan obat peradangan sebagai
senjata utama, sedang obat-obatan pelega sebagai pendukung. Keyakinan ini
sangat disokong oleh penemuan obat-obatan pencegah peradangan saluran
pernapasan, yang aman untuk digunakan dalam jangka panjang.
(5) Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar dua minggu
baru terlihat efektivitasnya ayang terukur.
Obat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam nama generik yang ada di
pasaran adalah salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate) dan teofilin
(theophylline).
(1) Salmeterol
Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini bekerja
dengan mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini
paling efektif bila dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan
tidak dapat berfungsi sebagai pelega seketika dalam hal terjadi serangan asma.
Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya bertahan
hingga 12 jam. Obat ini disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukut dan obat
hirup bubuk kering. Obat ini tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12
tahun.
(2) Teofilin
Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat dalam
secangkir kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek
samping obat ini sama seperti kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien
hiperaktif.
Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup dosis
terukur, obat hirup bubuk kering, larutan untuk alat nebulizer, sirup, tablet biasa,
tablet lepas-tunda (extended-reliase). Bentuk hirup bekerja lebih karena langsung
menuju saluran pernapasan yang bermasalah, ketimbang harus lewat lambung
dulu. Efek samping obat ini dapat menyebabkan stimulasi, jantung berdebar, dan
pusing.
Merek yang paling populer adalah Ventolin dan Proventil yang disajikan sebagai
obat hirup dosis terukur. Proventil HFA sebagai obat hirup bubuk kering.
Ventolin terdaftar di Indonesia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, nebulizer,
danspray. Merek lain adalah Ascolen.
Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan
peradangan yang mencetuskan serangan asma. Obat ini membutuhkan enam
hingga delapan jam untuk bekerja, sehingga makin cepat digunakan makin cepat
pula daya kerja yang dirasakan.
Malam hari termasuk waktu dimana serangan asma paling sering terjadi, karena
fungsi paru-paru berada pada titik yang paling rendah di tengan malam. Dari hasil
penelitian terbukti bahwa dosis kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari
bisa membantu mereka yang mengalami serangan asma untuk tidur pada malam
harinya.
Di sisi lain, efek samping penggunaan kortikosteroid oral juga cukup nyata,
seperti perubahan suasana hati (mood changes), meningkatnya selera makan,
perubahan berat badan, dan gejala demam yang ditekan. Akan tetapi, efek
samping dari penggunaan kortikosteroid ini tidak perlu dikhawatirkan jika
penggunaannya hanya dalam jangka pendek dan kadangkala saja.
Prednison adalah preparat kortikosteroid oral yang paling umum digunakan. Obat
ini disajikan dalam bentuk pil maupun sirup.
Dengan merek Decadron, satu dosis tunggalnya berdaya kerja dua hingga tiga kali
lebih lama dibandingkan preparat kortikosteroid yang lain. Cocok untuk pasien
anak-anak yang sulit minum obat.
e) Alat-alat hirup
Alat hirup dosis terukur atau Metered Dose Inhaler (MDI) disebut
juga inhaleratau puffer adalah alat yang paling banyak digunakan untuk
menghantar obat-obatan ke saluran pernapasan atau paru-paru pemakainnya. Alat
ini menyandang sebutan dosis terukur (metered-dose) karena memang menghantar
suatu jumlah obat yang konsisten/terukur dengan setiap semprotan.
Sebagai hasil teknologi mutakhir, alat hirup dosis terukur kini bisa digunakan oleh
segala tingkatan usia, mulai dari balita hingga lansia. Alat hirup dosis terukur
memuat obat-obatan dan cairan tekan (pressurized liquid), biasanya
chlorofluorocerbous/CFC, yang mengembang menjadi gas ketika melewati
moncongnya. Cairan yang sebutan populernya adalah propelan tersebut memecah
obat-obatan yang dikandung menjadi butiran-butiran atau kabut halus, dan
mendorongnya keluar dari moncong masuk ke saluran pernapasan atau paru-paru
pemakainya.
Alat ini memegang peranan yang sangat penting dalam usaha dan program
pengendalian asma, terutama untuk mendeteksi gejala akan datangnya serangan
asma. Berpegang pada prinsip bahwa untuk menatalaksana segala sesuatu dengan
baik harus ada tolok ukurnya, maka orangtua anak penderita asma, maupun anak-
anak dan orang dewasa penderita asma sendiri harus menguasai cara mengukur
fungsi paru-paru mereka. Tindakan selanjutnya kemudian adalah mengambil
langkah yang sesuai dengan hasil pengukuran tersebut.
Peak Flow Meter adalah alat sederhana yang bisa digunakan di rumah, termasuk
oleh anak-anak berumur lima tahun ke atas. Alat ini mengukur kekuatan embusan
napas pemakainya. Ada tiga hal yang mempengaruhi kekuatan embusan napas
seseorang, yaitu ukuran paru-parunya, besar usahanya dalam mengembus; dan
bukaan (lebar atau sempitnya) saluran pernapasannya. Untuk menggunakannya, si
pemakai menarik napas dan mengisi paru-parunya sepenuh mungkin, kemudian
meniup ke dalam Peak Flow Meter secepatnya dengan sekuat-kuatnya. Seseorang
yang saluran pernapasannya menyempit, tidak akan bisa meniup sekuat bila
saluran pernapasannya terbuka sempurna. Pertanda pertama dari datangnya
serangan asma bisanya terlihat dari menurunnya ukuran catatan Peak Flow
Meter seseorang. Ini bahkan sebelum muncul gejala-gejala yang lain seperti
batuk, lendir yang berlebihan, atau sesak napas.
Kondisi asma seseorang dianggap terkendali baik jika hasil pengukuran sesaat ada
dalam rentang 80-100% dari kondisi terbaiknya (masuk zona hijau); antara 60-
80% dari kondisi terbaik ia memasuki zona kuning, yang berarti harus waspada
karena terlihat tanda-tanda akan datangnya serangan asma. Pengukuran di bawah
60% kondisi terbaik memasuki zona merah, berarti bahaya, dan orang yang
bersangkutan harus segera ke dokter untuk menghindari keharusan dirawat di
UGD.
(1) Cuci bersih semua bahan, iris-iris, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa
200 cc, lalu saring.
b) Resep 2
5 g adas
5 batang serai
20 g jahe merah
(1) Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu
saring.
c) Resep 3
3 g bunga melati kering (10 g segar)
(1) Cuci bersih, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.
d) Resep 4
30 kencur
(1) Cuci bersih semua bahan, lalu jus atau blender dan saring.
(2) Panaskan airnya dengan api kecil hingga mendidih. Minum hangat-hangat.
(1) Tempelkan jahe dengan menggunakan koyo hangat pada titik dazhui, yaitu
ruas tulang paling menonjol yang terletak antara ruas tulang belakang leher
ketujuh dan ruas tulang belakang dada yang pertama.
(1) Ditumbuk semua bahan dan direbus dengan 2 gelas air hingga satu setengah
gelas.
Selain mengunakan ramuan herbal kita juga bisa menggunakan terapi. Salah satu
terapi yang dapat dilakukan adalah terapi pijat (Hartanti, 2003).
Pendidikan bagi pasien adalah suatu bagian yang penting dalam usaha
meningkatkan cara penanganan asma. Dasar pemikirannya, asma adalah suatu
penyakit biasa yang bisa dikendalikan. Namun, asma juga penyakit yang bersifat
Variabel, dalam arti gejala-gejalanya bisa membaik dan memburuk dari waktu ke
waktu. Karena variabilitas ini, sering penanganannya harus ditinjau ulang dan
diubah. Untuk itu dibutuhkan komunikasi yang efektif antara sang pasien dengan
dokternya (Hadibroto & Alam, 2006). Dalam hal ini sebaiknya sang pasien
mempunyai referensi atau pengetahuan tentang:
1. Apakah asma itu, beserta faktor-faktor pemicunya, terutama yang
menyangkut dirinya sendiri.
b) Memberitahukan apa yang harus dilakukan, juka kondisi sang pasien tidak
membaik.
c) Memberikan kesempaatan bagi penderita asma untuk segera dan lebih awal
memulai penanganan, menghadapi gejala asma yang memburuk, untuk mencegah
serangan yang lebih gawat.
Memberi arahan akan kapan dan bagaimana usaha mengurangi penggunaan obat-
obatan hingga dosis seminimal mungkin, begitu asma sudah terkendali.
Buku harian asma adalah sarana yang sangat penting untuk mencatat gejala-gejala
asma, obat-obatan yang digunakan, dan catatan prestasi Peak Flow Meter. Jika
gejala-gejala semuanya tercatat, sang pasien akan lebih sadar akan perubahan-
perubahan yang mengindikasikan bahwa asmanya mulai lepas kendali. Dengan
demikian ia bisa menyesuaikan pengobatannya berdasarkan Rencana Tindakan.
Buku Harian asma digunakan bersama dengan Rencana Tindakan, yang disiapkan
di bawah pengawasan dan persetujuan dokter yang merawat.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Hartanti, Vien. (2003). Jadi Dokter di Rumah Sendiri dengan Terapi Herbal dan
Pijat. Jakarta: Pustaka Anggrek
Mansjoer, Arif dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius