Bagi karyawan, informasi yang relevan digunakan untuk mempelajari tentang produk
yang mereka jual lebih mendalam lagi. Timbal balik dari para konsumen Pengguna
produk yang mereka jual terdahulu. Juga adalah sesuatu informasi mengapa produk
tersebut terjual laris atau kurang lakunya dipasaran guna maju atau tidaknya perusahaan
tersebut.
Bagi para manajer, informasi relevan bagi para manajer itu harus bias menghandle dalam
mengambil keputusan. Selain itu harus menunjukkan keahlian tentang sebuah produk,
mereka juga harus bisa memimpin teamnya dengan baik untuk kemajuan perusahaan
tersebut.
Bagi para pemimpin serikat buruh, informasi yang digunakan dengan memperdalam gaya
kepemimpinan dan cara memotivasi bawahan. Segala informasi itu selalu berrmanfaat
bagi kemajuan sebuah perusahaan, karena bila pengetahuan antar manajer dengan anak
buahnya selalu mengalami kesulitan atau informasi yag diajarkan kurang lengkap
perusaaan itu tidak akan maju dan berkembang. Maka dari itu satu dengan yang lain
selalu berhubungan antara pemimpin yang bijaksana dengan anak buahnya agar
perusahaan maju.
2. Para akuntan melaporkan informasi kepada pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana
menjalankanorganisasi, dan untuk siapa harus bertanggungjawab. Intisari dari proses
akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi keuangan atau
manajemen. Karena pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya,
biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara suka rela kecuali pembuat informasi yakin
bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana yang
diinginkan oleh pelapor atau pembuat. Pelaporan kemungkinan besar akan
mempengaruhi perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan
deskripsimengenai perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan
bertanggung jawab. Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu yang
dapat dikendalikan oleh pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa perilku
pembuat akan dimodifikasi.
3. Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu
derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu
badan usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja
keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa
keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati,
sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih
pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan
sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat
dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam
pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini.
Sumber : http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-
keuangan.html
4. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan
dengan proses informasi akuntansi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan
suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an,
walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek
akuntansi manajemen khususnya penganngaran (budgeting), namun domain dalam hal ini
terus berkembang dan bergeser ke arah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi,
dan audit. Dalam audit, riset akuntansi keperilakuan telah berkembang, tinjauan literatur
telah menjadi spesialisasi dengan lebih memfokuskan diri pada atribut keperilakuan
spesifik seperti proses kognitif (Bonner dan Pennington, 1991), atau riset keperilakuan
pada suatu topik khusus seperti audit sebagai tinjauan analitis (analytical review). Sinyal
ini merupakan awal terhadap pematangan dan pendewasaan riset akuntansi keperilakuan.
Sebagai bidang riset yang sering memberikan kontribusi yang bermakna, riset akuntansi
keperilakuan ini dapat membentuk kerangka dasar (framework) serta arah riset di masa
yang akan datang. Banyaknya volume riset atas akuntansi keperilakuan dan
meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik, akan
memberikan manfaat untuk beberapa tujuan sebagai berikut ini (1) memberikan
gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin
diperkenalkan; (2) membantu dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset; (3) untuk
meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui subbidang
akuntansi.
Sejarah akuntansi telah dimulai dari tahun 1749 dimana Luca Pacioli telah
membahas mengenai system pembukuan berpasangan. Kemudian pada tahun 1951,
Control Leadership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki
dampak anggaran terhadap manusia. Pada tahun 1960, Steadry menggali pengaruh
anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Dan riset-riset ini
terus berkembang sampai dengan saat ini.
Pendekatan klasikal lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif yang
mengalami kejayaannya pada tahun 1960-an. Pada tahun 1970-an, terjadi pergeseran
pendekatan dalam riset akuntansi. Alasan yang mendasari ini adalah pendekatan normatif
yang telah berjaya selama satu dekade ini tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang
siap digunakan dalam praktik sehari-hari. Pada kenyataannya, desain sistem akuntansi
yang dihasilkan dari riset normatif tidak dipakai dalam praktik. Sebagai konsekuensinya,
muncul anjuran untuk memahami berfungsinya sistem akuntansi secara deskriptif dalam
praktik nyata.
Pendekatan normatif maupun positif masih mendominasi riset akuntansi hingga
saat ini. Hampir semua artikel yang terbit di jurnal The Accounting Review maupun
Journal of Accounting Research dan Journal of Business Research menggunakan
pendekatan utama (mainstream) dengan ciri khas penggunaan model matematis dan
pengujian hipotesis. Walaupun pendekatan utama masih mendominasi riset manajemen
dan akuntansi hingga saat ini, pendekatan ini pada dasarnya tidak memercayai dasar
filosofi yang digunakan oleh pengikut pendekatan utama. Sebagai gantinya, pendekatan-
pendekatan baru tersebut meminjam metodologi dari ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti
filsafat, sosiologi, dan antropologi untuk memahami akuntansi.
Aspek Disfungsional
Kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan tujuan-tujuan organisasi.
Usaha untuk memperbaiki penampilan birokrasi diajukan dalam bentuk teori
birokrasi sistem perwakilan. Asumsi yang dipergunakan adalah bahwa birokrat di
pengaruhi oleh pandangan nilai-nilai kelompok sosial dari mana ia berasal.
Keengganan untuk mengakui adanya konflik di antara otoritas yang disusun
secara hirarkis dan sulit menghubungkan proses birokratisasi dengan modernisasi
yang berlangsung di negara-negara sedang berkembang.
Salah satu kelemahan yang sering dikaitkan dengan birokrasi ialah “red tape”.
Istilah ini merujuk kepada satu peraturan birokrasi yang sangat berlebihan
sehingga menyebabkan kelewatan kepada sesuatu urusan ataupun proses.
9. Beberapa standar perilaku kelompok dirancang untuk melindungi para anggotanya untuk
menghadapi bahaya nyata atau yang masih dibayangkan dari luar kelompok, terutama
dari manajemen atasan mereka. Tetapi norma kelompok informal tidak selalu negatif.
Ada norma yang positif seperti tentang produktivitas yang tinggi, hubungan kerja yang
baik, dan kualitas. Dalam masalah ini tugas – tugas manajemen menjadi lebih mudah.
Kelompok informal, yang di satu sisinya disebut “pembuat kesukaran”, di sisi lain
membantu manajemen dalam menanamkan disiplin.
1.Menurut saya, aspek-aspek yang menguntungkan dari keberadaan struktur adalah sebagai
berikut :
a. Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa
yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab
kepada pimpinan atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan
kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan.
b. Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi
sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena
adanya keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
c. Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat
membantu pihak pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi
bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena
uraiannya yang jelas.
d. Kejelasan Jalur Hubungan. Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap
karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan
yang tergambar dalam struktur, sehingga jalur penyelesaian pekerjaan akan semakin
efektif dan dapat saling menguntungkan.
Sedangkan aspek-aspek yang tidak menguntungkan dari keberadaan struktur adalah sebagai
berikut :
a. Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi
derajatnya dan cenderung menjadi lebih diandalkan daripada wanita. Perbedaan ini
mempengaruh dalam mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-
kesempatan dalam masyarakat.
b. Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat Kuat. Sosialisasi yang sangat atau terlampau
kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama
berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku. Sebagian adat tidak memperbolehkan
wanita yang menjadi pemimpin.
c. Perbedaan Kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam suatu
struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk
memperebutkan sesuatu.
2. Konsep kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang
kontrol terhadap perusahaan yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk
tujuan pribadi. Definisi ini mirip dengan definisi kekayaan, baik pribadi atau public.
Konsep entitas adalah unit pada perusahaan/pemerintahan yang mengelola anggaran,
kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
1. Orang-orang dapat berperilaku secara berbeda apabila berada pada lingkungan yang baru,
seperti pada lingkungan kerja/organisasi. Namun perlu juga diingat bahwa sikap dapat
berubah tanpa dibentuk. Jika mereka merasa nyaman maka karakter yang terbentukpun
akan bersifat positif dan begitu sebaliknya apabila dalam suatu lingkungan
kerja/organisasi baru mereka merasa tidak nyaman maka karakter yang terbentukpun
akan bersifat negatif, seperti raut wajah yang kusut, berpresepsi buruk terhadap sesama,
dan sebagainya.
2. Sikap (attitude) adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek,
gagasan, atau situasi perilaku yg di miliki oleh seseorang dan tertanam sejak dini, yang
mana perilaku tersebut berbeda-beda, sedangkan perilaku adalah respon seseorang
terhadap lingkungan sekitar dan kejadiannya atau bisa dikatakan perilaku adalah
cerminan sikap seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap yang menentukan
perilaku bukan perilaku yang menentukan sikap.
3. Kita dapat mempelajari teori tersebut dengan cara membandingkannya dengan kejadian
yang pernah terjadi lalu menerapkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dapat diketahui mana yang benar dari teori tersebut dan mana yang salah.
4. a. Teori pembelajaran (learning theory), teori ini melihat perubahan sikap sebagai suatu
proses pembelajaran. Teori ini tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan
respon dalam suatu proses komunikasi.
b. Teori fungsional (functional theory), teori fungsional beranggapan bahwa manusia
mempertahankan sikap yang sesuai dengan kepentingannya. Perubahan sikap terjadi
dalam rangka mendukung suatu maksud atau tujuan yang ingin dicapai. Menurut teori
ini, sikap merupakan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk menubah sikap
seseorang, terlebih dahulu harus dipelajari dan diketahui kepentingan atau tujuan yang
ingin dicapai oleh seseorang.
c. Teori pertimbangan sosial (social judgement theory), teori ini menganut pendekatan
yang lebih bersifat kognitif tentang perubahan sikap. Teori ini memberikan penekanan
pada persepsi dan pertimbangan individu tentang objek, orang, atau ide yang
dievaluasinya.
d. Teori konsistensi (consistency theory), teori konsistensi dikembangkan berdasarkan
suatu asumsi umum, bahwa manusia akan berusaha untuk mewujudkan keadaan yang
serasi dalam dirinya. Jika terjadi keadaan yang tidak serasi, misalnya terjadi
pertentangan antara sikap dan tingkah laku, maka manusia akan berusaha untuk
menghilangkan realita tersebut dengan merubah salah satu: sikap atau tingkah laku.
Faktor yang menunjukan nilai terbesar dari perkiraan perilaku ialah stabilisas emosi,
karena emosi seseorang merupakan faktor dasar yang ada pada diri seseorang dan membawa
orang tersebut kemana dan bagaimana kedepannya, baik terhadap pekerjaan dan organisasi nya.
2. a. Kendali lokus eksternal, yaitu mereka percaya bahwa kehidupan mereka diatur oleh kekuatan
dari luar diri. Karyawan yang memiliki lokus kendali eksternal kurang puas dengan pekerjaan
mereka, merasa terasingkan dari suasana kerja, dan kurang terlibat dalam pekerjaan daripada
orang-orang yang lokus kendalinya cenderung internal. Seorang manajer juga bisa
memperkirakan bahwa orang-orang eksternal menyalahkan evaluasi kinerja mereka yang buruk
akibat prasangka atasan, rekan kerja, atau pristiwa lain di luar kendali mereka. Kalangan internal
akan menjelaskan evaluasi serupa berdasarkan tindakan mereka sendiri.
b. skor machnya rendah, yaitu ukuran terhadap kadar dimana orang-orang bersifat pragmatis,
memelihara jarak emosi, dan percaya bahwa hasil akhir bisa membenarkan caranya.Karyawan
yang memiliki mach yang rendah cenderung memiliki emosi yang tinggi dan kurang percaya diri
terhadap kemampuannya sendiri. Mereka akan cepat emosi apabila apa yang dikerjakannya tidak
sesuai dengan apa yang diinginkannya, mereka juga dapat emosi apabila hasil yang mereka
dapatkan tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Mereka juga merasa kurang percaya
diri terhadap kebisaan mereka dalam melakukan pekerjaan. Mereka menganggap cara yang
mereka pakai untuk mencapai hasil yang diiinginkan adalah cara yang salah.
c. harga diri rendah, yaitu kadar dimana seseorang menyukai dirinya atau tidak. Mereka yang
memiliki harga diri yang rendah meyakini bahwa mereka tidak memiliki kemampuan yang
diperlukan untuk meraih sebuah kesuksesan karier. Individu dengan tingkat harga diri yang
rendah rawan untuk terkena pengaruh eksternal daripada individu yang meiliki harga diri yang
tinggi. Mereka akan bergantung pada penilaian positif dari orang lain. Akibatnya, mereka akan
cenderung mencari pengakuan dari orang lain dan cenderung untuk menyesuaikan diri dari
keyakinan dan perilaku orang-orang yang mereka hargai dibandingkan dengan orang-orang
dengan harga diri yang tinggi.
d.keperibadian tipe A, keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk
mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang
menentang dari orang atau hal lain. karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara
positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Sedangkan orang
dengan tipe kepribadian B dicirikan sebagai seorang yang tidak terburu-buru, rileks, dan santai
dalam bekerja.
3.ada beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, yaitu :
Turunan (heredity). Faktor ini menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan
keturunan, seperti bentuk fisik, turunan biologis, dan turunan psikologis.
Lingkungan (environmental). Faktor ini meliputi budaya tempa kita dibesarkan, norma
norma keluarga, norma masyarakat, agama dan kondisi sosial.
Situasi (situation). Pada situasi yang berbeda orang akan cenderung menampilkan aspek
kepribadian yang berbeda pula.
3. Tenaga kerja emosional ialah situasi yang di dalamnya keryawan mengungkapkan emosi
yang di harapkan organisasi transaksi interpersonal. Mengapa penting untuk memahami
OB, karena dengan memahami OB kita dapat mempertimbangkan maupun mengetahui
peran emosi pada perilaku di tempat kerja, baik pada sisi positif dan negatifnya. Serta
mempelajari bagaimana pengetahuan tentang emosi dapat membantu anda memperbaiki
kemampuan kita untuk menjalaskan dan memperkirakan proses seleksi dalam organisasi,
pengambilan keputusan, motivasi, kepemimpinan, konflik interpersonal, dan perilaku
menyimpang di tempat kerja.
4. Kecerdasan emosional ialah kumpulan keterampilan, kemampuan dan kompetensi
nonkognitif yang mempengaruhi kamampuan seseorang untuk berhasil dalam
mempengaruhi tuntutan dan tekanan lingkungan. Penting karena EI bisa memainkan
peran penting dalam pelaksanaan pekerjaan.
5. Orang-orang dapat berperilaku secara berbeda apabila berada pada lingkungan yang baru,
seperti pada lingkungan kerja/organisasi. Namun perlu juga diingat bahwa sikap dapat
berubah tanpa dibentuk. Jika mereka merasa nyaman maka karakter yang terbentukpun
akan bersifat positif dan begitu sebaliknya apabila dalam suatu lingkungan
kerja/organisasi baru mereka merasa tidak nyaman maka karakter yang terbentukpun
akan bersifat negatif, seperti raut wajah yang kusut, berpresepsi buruk terhadap sesama,
dan sebagainya.
6. Sikap (attitude) adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek,
gagasan, atau situasi perilaku yg di miliki oleh seseorang dan tertanam sejak dini, yang
mana perilaku tersebut berbeda-beda, sedangkan perilaku adalah respon seseorang
terhadap lingkungan sekitar dan kejadiannya atau bisa dikatakan perilaku adalah
cerminan sikap seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap yang menentukan
perilaku bukan perilaku yang menentukan sikap.
7. Kita dapat mempelajari teori tersebut dengan cara membandingkannya dengan kejadian
yang pernah terjadi lalu menerapkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dapat diketahui mana yang benar dari teori tersebut dan mana yang salah.
8. a. Teori pembelajaran (learning theory), teori ini melihat perubahan sikap sebagai suatu
proses pembelajaran. Teori ini tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan
respon dalam suatu proses komunikasi.
b. Teori fungsional (functional theory), teori fungsional beranggapan bahwa manusia
mempertahankan sikap yang sesuai dengan kepentingannya. Perubahan sikap terjadi
dalam rangka mendukung suatu maksud atau tujuan yang ingin dicapai. Menurut teori
ini, sikap merupakan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk menubah
sikap seseorang, terlebih dahulu harus dipelajari dan diketahui kepentingan atau
tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang.
c. Teori pertimbangan sosial (social judgement theory), teori ini menganut pendekatan
yang lebih bersifat kognitif tentang perubahan sikap. Teori ini memberikan
penekanan pada persepsi dan pertimbangan individu tentang objek, orang, atau ide
yang dievaluasinya.
d. Teori konsistensi (consistency theory), teori konsistensi dikembangkan berdasarkan
suatu asumsi umum, bahwa manusia akan berusaha untuk mewujudkan keadaan yang
serasi dalam dirinya. Jika terjadi keadaan yang tidak serasi, misalnya terjadi
pertentangan antara sikap dan tingkah laku, maka manusia akan berusaha untuk
menghilangkan realita tersebut dengan merubah salah satu: sikap atau tingkah laku.
9. Manajer dapat memotivasi karyawannya memberikan reward apabila sanggup
menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu dan kreatif. Manajer juga bisa memotivasi
dengan menggunakan teori Maslow pada lima hierarchy kebutuhan yaitu dengan
meningkatkan kebutuhan fisiologisnya (mendasar), kebutuhan rasa aman (safety needs)
di tempat kerja, meningkatkan kebutuhan sosial (social needs) yaiu dengan
menumbuhkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan rasa saling membutuhkan satu sama
lain, meningkakan kebutuhan yang mencerminkan harga diri (esteem needs) yaitu
memuaskan kebutuhan yang mencerminkan pengakuan atas harkat, martabat, dan harga
diri para karyawan, dan yang terakhir meningkatkan kebutuhan aktualisasi diri (self-
actualization needs).