Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya lah saya
dapat menyelesaikan pembuatan resensi buku ini. Sebelumnya, saya ingin cara
membuat resensi yang benar dengan menggunakan struktur kerangka penulisan yang
benar dan tepat, serta langkah-langkah dalam pembuatan suatu resensi buku.
Dengan adanya pembuatan resensi buku ini saya tahu bagaiman cara mengulas
suatu buku yang akan saya resensi. Dalam resensi ini saya membahas tentang novel
yang berjudul “Bidadari Bidadari Surga”. Dalam novel ini menceritakan tentang
kehidupan sebuah keluarga yang sangat penuh perjuangan dan kerja keras.
Tujuan saya membuat resensi novel, yaitu untuk menambah pengalaman
sebagai pelajar dalam membuat resensi novel dan sekalipun untuk memenuhi tugas
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sekian maksud dan tujuan saya dalam membuat resensi buku ini, setiap
manusia tak luput dari kesalahan, untuk itu apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
penyajian, saya ucapkan mohon maaf atas kesalahan tersebut.
Penyusun
Nur Oktaviani
1
Identitas Buku
Sinopsis
Laisa adalah anak sulung yang tangguh dan tegar. Ia hidup bersama Ibu
dan 4 orang adiknya. Ayahnya tewas karena dicabik-cabik oleh binatang buas.
Ayahnya berpesan kepada Laisa untuk menjaga adik-adiknya sampai ia pulang
mencari kumbang dihutan. Sejak saat itu Laisa sadar bahwa ia harus melindungi
Ibu dan adik-adiknya. Laisa bukanlah anak kandung mamak Lainuri ataupun
kakak kandung dari keempat adiknya itu, ia merupakan anak tiri dari Lainuri.
Saat Laisa duduk sibangku kelas empat SD, adiknya Dalimunte akan memasuki
sekolah dasar dan dengan lapang dada, ia rela tidak sekolah, karena keterbatasan
penghasilan orang tuanya. Laisa merupakan gadis buruk rupa tidak seperti adik-
adiknya yang cantik dan tampan, namun ia memiliki hati yang mulia rela
berkorban demi menyekolahkan ke empat adiknya. Hingga ia berhasil
menjadikan adik-adiknya lulus kuliah dan menjadi orang-orang hebat.
Laisa bahkan menyimpan seluruh pengorbanannya seorang diri hingga
detik terakhir hidupnya. Saat empat adik-adiknya pulang secepat mungkin ke
desa untuk menemui kakak yang membutuhkan mereka untuk pertama kali
sekaligus terakhir kali seumur hidupnya.
2
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.Adapun unsur
intrinsik yang terdapat pada novel “Bidadari Bidadari Surga” adalah:
1. Tema : Gagasan pokok atau dasar cerita yang sangat penting.
a) “kehidupan sebuah keluarga yang sangat penuh perjuangan dan kerja
keras.”
2. Latar Tempat: Keterangan tentang tempat peristiwa itu terjadi.
a) “takut benar terlihat sebagai orang paling bodoh dalam ruangan
simposium fisika internasional tersebut.”(hal 11)(1)
b) “berusaha tersenyum ke gadis penjaga loket biro perjalanan di
Bandara Roma yang sejak tadi berkali-kali tersenyum tanggung
menghadapi seruan-seruan Ikanuri.” (hal 34)(2)
c) “mereka lahir di sebuah lembah indah yang sempurna dikepung hutan
belantara. Terpencil dari manapun. Dua jam perjalanan dari kota
kecamatan terdekat. Namanya Lembah Lahambay.” (hal 40)(3)
d) “dingin angin pagi menyergap lereng Gunung Semeru. Cahaya yang
menembus kabut terlihat menawan. Yashinta menarik nafas pelan. Ia
tidak tahu apa yang telah terjadi.” (hal 47)(4)
e) “anak kecil berumur dua belas tahun itu sedang sibuk menyusun balok-
balok bambu di pinggir sungai yang mengalir deras.” (hal 57)(5)
3
c) “gaduh. Seruan-seruan kecewa. Dalimunte sudah turun dari podium.”
(hal 18)(12)
d) “seruan-seruan marah makin ramai.Memaki. Mengancam. Wak
Burhan, yang masih terhitung saudara mamak Lainuri (dan juga warga
kampung lainnya) menengahi.” (hal 80)(13)
4
memutuskan untuk ikut membolos.”
(hal 60)(19)
4. Ikanuri & Bandel “meski ada kak Laisa sekalipun
Wibisana Ikanuri dan Wibisana rajin bolos,
apalagi jika kak Laisa tidak ada.
Lebih berani melawan.” (hal 60)(20)
5. Yashinta Ingin tahu “kedua anak lelaki itu kompak
(penasaran) tertawa. Nyengir. Jangan pernah
cerita sesuatu ke yashinta. Adik
terkecil mereka benar-benar tipikal
anak yang suka penasaran. Ingin
tahu segalanya.” (hal 43)(21)
Puncak konflik
pemunculan konflik
penurunan konflik
penyituasian
Penyelesaian
a) Tahap penyituasian:Tahap ini merupakan tahap yang terutama berisi
pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita.
“satu bilur air mata akhirnya ikut menetes dari wanita berwajah redup
yang terbaring tak-berdaya di atas tempat tidur. Mereka berdua
bersitatap satu sama lain, lamat-lamat. Lima belas detik senyap. Hanya
desau angin lembah menelisik daun jendela. Ya Allah, sungguh sejak
kecil ia menyimpan semuanya sendirian.sungguh. demi adik-adiknya.
Demi kehidupan mereka yang lebih baik.” (hal 1-2)(22)
b) Tahap pemunculan konflik: Tahap ini berisi masalah-masalah dan
peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai
dimunculkan. “SMS itu terbuka. Gagap membaca kalimatnya.
Menggigit bibir. Menyeka dahi yang berkeringat. Terdiam lagi satu
detik. Dua detik. Lima detik. Lantas dengan suara amat lemah berkata
pendek di depan speaker. “maaf!cukup sampai di sini _.” (hal 18)(23)
5
c) Tahap Puncak konflik: Tahap ini berarti konflik yang telah
dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.
“ dan kamar itu menyisakan tangis dua singung nakal yang mengeras.
Semua masa lalu itu tidak akan pernah bisa dipisahkan dari kehidupan
mereka, tidak peduli seberapa baik kehidupan mereka sekarang.” (hal
312)(24)
d) Tahap penurunan konflik: Tahap ini konflik sudah mulai meredah.
“saya disini, kak.”suara Dalimunte parau. Menyaksikan Yashinta
menangis sudah membuatnya sesak, apalagi saat Kak Laisa
memanggilnya pelan. Dalimunte mendekat, duduk di sebelah Yashinta.
“Dali di sini, kak.” Meraih tangan Kak Laisa, menyentuhkannya ke
wajah.”(hal 356)(25)
e) Tahap Penyelesaian:Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang
sedang terjadi. “Ya Allah, terima kasih atas segalanya....Terima
kasih...” Kak Laisa mendesah pelan...”Ya Allah, Lais sungguh ihklas
dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu... karena,
karena kau menggantinya dengan adik-adik yang baik...” (hal 357)(26)
6
membesarkan ke empat adiknya bersama mamak Lainuri. Serta tidak pantang
menyerah dalam menjalani hidup sesulit apapun kondisi dan tantangannya.
Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar. Adapun
unsur ekstrinsik yang terdapat pada novel “Bidadari Bidadari Surga” adalah:
A. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Bidadari Bidadari Surga ialah:
1. Nilai Agama
2. Nilai Sosial
3. Nilai Budaya
4. Nilai Ekonomi
Cuplikan Nilai Kehidupan Alasan
A S B E
“tadi selepas shalat Dari kutipan itu terlihat
shubuh jamaah, persis bahwa setelah shalat shubuh
saat perkampungan jamaah, Mamak Lainuri
masih gelap, selepas mengajarkan anaknya
belajar mengaji mengaji.
Juz’amma dengan
Mamak, Kak Laisa
akhirnya bilang akan
menemani Yashinta
pergi melihat berang-
berang.” (hal 41)(30)
“bertuliskan, ‘Safe The Dari kutipan itu Intan(9
Planet!’Minggu- tahun) yang menjadi ketua
minggu ini, Intan panitia sekolah membantu
menjadi ketua panitia korban bencana alam dengan
‘Earth day’ di sekolah. memaksa siapa saja untuk
Memaksa siapa saja memakai gelang yang
mengenakan gelang bernilai satu gelang 5000
itu. Satu gelang perak, dan uangnya untuk
bernilai sumbangan membeli tong sampah
5.000 perak. Nanti
uangnya buat beli tong
sampah bakal dikirim
ke daerah-daerah
korban bencana alam.”
(hal 9-10)(31)
“sesudah sarapan nasi Dari kutipan itu dapat dilihat
goreng, benar-benar bahwa warga kampung
7
hanya nasi yang sering melakukan pertemuan
digoreng plus rutin di balai kampung.
potongan cabai dan
bawang merah, mereka
beramai-ramai
berangkat ke balai
kampung. Pertemuan
yang rutin warga
kampung.” (hal 79)(32)
“kau tahu! Mamak Dari kutipan itu Kak Laisa
setiap hari ke ladang! memberitahu Dalimunte
Setiap sore ke hutan bahwa Mamak Lainuri
mencari damar! bekerja keras untuk
Mengumpulkan uang menghasilkan uang agar
sepeser demi sepeser anaknya bisa sekolah karena
agar kalian bisa keterbatasan ekonomi.
sekolah! Lantas apa
yang kau berikan
sebagai rasa terima
kasih?BOLOS
SEKOLAH!!
BERMAIN AIR??”
(hal 61-62)(33)
D. Kesimpulan
Novel ini cocok dibaca dikalangan siapa saja, karena ceritanya yang menarik
dan sangat menginspirasi, tetapi akan sulit dibaca untuk orang yang tidak suka
membaca karena gaya bahasa dalam novel ini agak memusingkan.