Oleh
Abstrak
Kata kunci: ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii), ikan segar, kitosan, kemunduran mutu
1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
Abstract
This research was intended to evaluate the deterioration of fresh mad barb (Leptobarbus
hoevenii) with soaking in chitosan solution. The method used in this study was the experimental
method, with concentration of chitosan solution was 0%; 0.1%; 0.3% and 0.5%. The fresh mad
barb (Leptobarbus hoevenii) was evaluated for organoleptic tested; including eye visually, gills,
mucous, meat (color and visually), odor and texture; total plate count and total volatile base.
The highest concentration of chitosan solution could increased the fish quality of fresh
mad barb (Leptobarbus hoevenii). The concentration with 0,5% of chitosan solution was the best
treatment; could defend the fish quality on eye parameter for 15 h with value 7.08; gills 12 h
(6.72), mucous 15 h (7.00); meat 15 h (7.11); odor 21 h (7.04); texture 15 h (7.12); total plate
count 12 h (4.04x105 colony/gram) and total volatile base 21 h (33.07 mg/100 gram).
Prosedur Penelitian
Tabel 1. Nilai rata-rata uji organoleptik, uji TPC dan uji TVB ikan jelawat segar dengan
perendaman dalam larutan kitosan.
Jam pengamatan
Perlakuan
0 3 6 9 12 15 18 21
Organoleptik (Overall*)
K0 8,95 8,44 8,01 7,33 6,68 4,96 1,09 0,86
K1 8,93 8,47 7,97 7,37 6,91 5,43 1,12 1,04
K2 8,76 8,38 7,99 7,47 7,01 5,63 1,14 1,10
K3 8,75 8,48 8,13 7,64 7,29 5,94 1,19 1,17
TPC (Total Plate Count; koloni/gram)
K0 9,53x102d 8,75x103c 40,95x103d 34,38x104c 15,24x105d - -
K1 6,73x102c 6,92x103c 35,42x103c 21,13x104b 11,08x105c - -
K2 4,56x102b 3,83x103b 23,86x103b 20,53x104b 5,60x105b - -
K3 2
3,66x10 a 2,13x103a 13,57x103a 14,67x104a 4,04x105a - -
TVB (Total Volatile Base; mg/100 gram)
K0 14,67b 17,07b 19,73b 21,60c 22,93c 23,73c 28,80c 36,27d
K1 13,87b 15,73b 17,87b 20,27c 21,07b 23,20c 26,40b 34,67c
b
K2 12,00 b
14,67 16,53b 18,40b 20,27b 22,13b 24,27b 33,87b
a
K3 9,60 a
11,47 12,53a 14,67a 18,93a 21,07a 23,47a 33,07a
Keterangan : K0 = Kitosan 0%; K1 = 0,1%; K2 = 0,3%; K3 = 0,5%;
*Overall artinya nilai rata-rata parameter secara keseluruhan setiap pengamatan (jam)
Nilai mata
jelawat segar dengan perendaman dalam 8.00 K3 = 0,5%
7.50
larutan kitosan mengalami kemunduran
7.00
selama dilakukan pengamatan tiap 3 jam.
6.50
Kemunduran nilai organoleptik sampai jam Jam pengamatan
6.00
ke-12 tidak signifikan dan masih berkisar 0 3 6 9 12 15
pada kondisi organoleptik produk yang Gambar 1. Kemunduran nilai organoleptik
masih segar yaitu 7,00; dimana penurunan mata
nilainya cenderung berfluktuasi dan rentang
perubahan yang signifikan terjadi setelah Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa
melewati 15 jam. nilai organoleptik mata ikan jelawat segar
Sedangkan untuk nilai TPC pada tiap pengamatan mengalami
mengalami kemunduran tidak signifikan kemunduran seiring dengan semakin
sampai jam ke-9 dimana nilainya masih kecilnya konsentrasi kitosan yang
berkisar pada kondisi produk yang masih digunakan. Kemunduran nilai organoleptik
dapat dikonsumsi dan mengalami penolakan mata sampai jam ke-12 cenderung
setelah memasuki jam ke-12 dengan nilai berfluktuasi dan masih dapat dikategorikan
TPC diatas 5x105 koloni/gram kecuali untuk pada kondisi produk ikan segar yaitu 7,0;
perlakuan 0,5%. sedangkan pada jam ke-15 perlakuan 0%;
Nilai TVB dapat bertahan sampai 0,1% dan 0,3% sudah mencapai batas
jam pengamatan ke-18 dengan nilai berada penolakan kecuali pada perlakuan 0,5%.
diantara rentang 23,47 sampai 28,80 mg/100 Nilai organoleptik untuk parameter mata
gram dan mencapai batas penolakan pada tanpa perlakuan kitosan (0%) pada jam ke-
jam ke-21. 15 menunjukkan nilai yang terendah bila
dibandingkan dengan penampakan mata
Nilai organoleptik mata ikan jelawat segar dengan perlakuan
Hasil pengamatan organoleptik konsentrasi kitosan 0,1%; 0,3% dan 0,5%,
terhadap mata ikan jelawat segar dengan sedangkan nilai penampakan mata yang
perlakuan perendaman konsentrasi larutan tertinggi adalah 7,08 pada ikan jelawat segar
kitosan selama penyimpanan dapat dilihat dengan konsentrasi kitosan 0,5%.
pada Gambar 1. Hasil uji lanjut pada tiap jam
menunjukkan bahwa perendaman ikan
jelawat segar dalam larutan kitosan
memberikan perngaruh sangat nyata pada
nilai organoleptik mata.
Hal ini menandakan adanya
penghambatan kemunduran mutu
organoleptik mata ikan jelawat segar oleh Berdasarkan analisis variansi,
larutan kitosan, meskipun pada awal perendaman ikan jelawat segar dalam
pengamatan nilai perlakuan 0,5% larutan kitosan berbeda memberikan
merupakan nilai yang terendah dimana nilai pengaruh nyata terhadap nilai organoleptik
ini sesuai dengan pernyataan Murtini dan insang pada setiap waktu pengamatan
Kusmarwati (2006), bahwa perlakuan sampai mutu ditolak pada 12 jam, dimana
perendaman dalam larutan kitosan laju penurunan nilai organoleptik insang
menyebabkan penampakan yang kurang bervariasi untuk setiap perlakuan
baik, karena perlakuan kitosan tersebut konsentrasi larutan kitosan yang digunakan.
mengakibatkan kulit cumi-cumi terkelupas. Pada pengamatan 0 jam, nilai organoleptik
Kemungkinan disebabkan karena pengaruh insang ikan jelawat yang tertinggi adalah
asam asetat sebagai pelarut kitosan. perlakuan 0,5% (9,00) dan terendah adalah
perlakuan 0% (8,95). Selanjutnya pada
Nilai organoleptik insang pengamatan 12 jam, nilai organoleptik mata
Hasil pengamatan organoleptik yang terendah adalah perlakuan 0% (5,64)
terhadap insang ikan jelawat segar dengan dan tertinggi adalah perlakuan 0,5% (6,72).
perlakuan perendaman konsentrasi larutan Hal ini menandakan adanya
kitosan selama penyimpanan dapat dilihat penghambatan kemunduran mutu
pada Gambar 2. organoleptik insang ikan jelawat segar oleh
larutan kitosan, dimana insang ikan tanpa
9.00 K0 = 0% perendaman dalam larutan kitosan lebih
8.50 K1 = 0,1%
8.00 cepat mengalami kemunduran mutu.
Nilai insang
K2 = 0,3%
7.50 Dijelaskan bahwa insang ikan merupakan
7.00 K3 = 0,5%
6.50 salah satu tempat ditubuh ikan yang banyak
6.00 mengandung bakteri, tapi karena adanya
5.50 Jam pengamatan
5.00 sifat antibakteri dari kitosan (Siswina,
0 3 6 9 12 2011), kemunduran mutu pada perlakuan
Gambar 2. Kemunduran nilai organoleptik kitosan bisa dihambat dibandingkan tanpa
insang perlakuan kitosan.
Nilai daging
ikan yang dalam keadaan segar. Sedangkan 7.50 K3 = 0,5%
pada jam ke-15 semua perlakuan selain 7.00
6.50
perlakuan 0,5% mencapai batas penolakan 6.00
dengan nilai organoleptik dibawah 7,0. 5.50 Jam pengamatan
5.00
Berdasarkan analisis variansi, 0 3 6 9 12 15
perendaman ikan jelawat segar dalam
Gambar 4. Kemunduran nilai organoleptik
larutan kitosan berbeda tidak memberikan
daging
pengaruh terhadap nilai organoleptik lendir
Pada Gambar 4 terihat bahwa nilai
pada pengamatan 0 jam dan berpengaruh
organoleptik daging ikan jelawat segar
nyata pada pengamatan 3 jam sampai ditolak
untuk semua perlakuan (0%; 0,1%; 0,3 %
pada 15 jam. Laju penurunan nilai
dan 0,5%) mengalami kemunduran selama
organoleptik lendir bervariasi untuk setiap
pengamatan. Laju penurunan nilai
perlakuan konsentrasi larutan kitosan yang
organoleptik daging bervariasi untuk setiap
digunakan. Pada pengamatan 0 jam, nilai
perlakuan konsentrasi larutan kitosan yang
organoleptik lendir ikan jelawat yang
digunakan. Nilai organoleptik daging
tertinggi adalah perlakuan 0,5% (8,97) dan
tertinggi untuk setiap jam pengamatan
terendah adalah perlakuan 0% (8,91).
sampai dengan jam ke-15 adalah perlakuan
Selanjutnya pada pengamatan 15 jam, nilai
0,3% dimana nilainya adalah 7,11;
organoleptik lendir yang terendah adalah
sedangkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan 0% (6,04) dan tertinggi adalah
perlakuan tanpa konsentrasi larutan kitosan
perlakuan 0,5% (7,00).
yaitu 5,13 yang telah mencapai batas
Hal ini menandakan adanya
penolakan pada jam ke-12.
penghambatan kemunduran mutu
Berdasarkan analisis variansi,
organoleptik lendir ikan jelawat segar oleh
perendaman ikan jelawat segar dalam
larutan kitosan. Sesuai dengan pernyataan
larutan kitosan berbeda tidak memberikan
Shahidi, (1999), bahwa penggunaan larutan
pengaruh terhadap nilai organoleptik daging
kitosan mampu memberikan hasil yang lebih
pada pengamatan 0 jam dan berpengaruh
baik untuk parameter lendir karena sifat
nyata pada pengamatan 3 jam sampai ditolak
koagulan kitosan sehingga mampu meng-
pada 15 jam. Laju penurunan nilai
koagulasi lendir yang terdapat pada
organoleptik daging bervariasi untuk setiap
permukaan kulit. Kitosan memiliki gugus
perlakuan konsentrasi larutan kitosan yang
amin yang reaktif dan mampu membentuk
digunakan. Pada pengamatan 0 jam, nilai
gel yang stabil sehingga kitosan dapat
organoleptik daging ikan jelawat yang
memiliki fungsi sebagai komponen reaktif,
tertinggi adalah perlakuan 0,5% (9,00) dan
pengikat dan koagulan.
terendah adalah perlakuan 0% dan 0,1%
(8,96). Selanjutnya pada pengamatan 15
jam, nilai organoleptik lendir yang terendah
adalah perlakuan 0% (5,13) dan tertinggi kitosan mempunyai nilai diatas 6,0. Nilai
adalah perlakuan 0,5% (7,11). organoleptik bau tertinggi pada jam ke-21
Hal ini menandakan adanya adalah pada perlakuan 0,3% (7,04)
penghambatan kemunduran mutu sedangkan nilai terendah pada perlakuan 0%
organoleptik daging ikan jelawat segar oleh (5,13).
larutan kitosan, dimana nilai organoleptik Berdasarkan analisis variansi,
daging yang lebih rendah pada perlakuan perendaman ikan jelawat segar dalam
tanpa kitosan menunjukkan bahwa larutan kitosan berbeda tidak memberikan
perlakuan tanpa kitosan mengalami proses pengaruh terhadap nilai organoleptik bau
pembusukan lebih cepat dibandingkan pada pengamatan 0 jam dan berpengaruh
dengan perlakuan kitosan. Menurut Krochta nyata pada pengamatan 3 jam sampai ditolak
et al., (1994) dalam Siswina, (2011) kitosan pada 21 jam. Laju penurunan nilai
termasuk salah satu jenis polisakarida yang organoleptik bau bervariasi untuk setiap
dapat bersifat sebagai penghalang yang baik perlakuan konsentrasi larutan kitosan yang
antara lingkungan dan daging sehingga digunakan. Pada pengamatan 0 jam, nilai
dapat meminimalkan kontaminasi, karena organoleptik bau ikan jelawat yang tertinggi
pelapis polisakarida dapat membentuk adalah perlakuan 0,5% (9,00) dan terendah
matriks yang kuat dan kompak. adalah perlakuan 0% (8,95). Selanjutnya
pada pengamatan 21 jam, nilai organoleptik
Nilai organoleptik bau bau yang terendah adalah perlakuan 0%
Hasil pengamatan organoleptik (5,13) dan tertinggi adalah perlakuan 0,5%
terhadap bau ikan jelawat segar dengan (7,04).
perlakuan perendaman konsentrasi larutan Hal ini menandakan adanya
kitosan selama penyimpanan dapat dilihat penghambatan kemunduran mutu
pada Gambar 5. organoleptik bau ikan jelawat segar oleh
9.00 K0 = 0% larutan kitosan, dimana penambahan larutan
8.50 K1 = 0,1% kitosan mampu menghambat timbulnya bau
8.00 K2 = 0,3%
Nilai bau
K2 = 0,3%
perendaman ikan jelawat segar dalam 1200350
12x105
K3 = 0,5%
1000350
10x105
larutan kitosan berbeda tidak memberikan 800350
80x10 4
organoleptik tekstur bervariasi untuk setiap Gambar 7. Grafik kemunduran nilai TPC
perlakuan konsentrasi larutan kitosan yang (koloni/gram)
digunakan. Pada pengamatan 0 jam, nilai
organoleptik tekstur ikan jelawat yang Nilai TPC ikan jelawat segar tidak
tertinggi adalah perlakuan 0,5% (9,00) dan mengalami kemunduran mutu yang
terendah adalah perlakuan 0% (8,95). signifikan sampai jam ke-9, dimana nilainya
Selanjutnya pada pengamatan 15 jam, nilai masih berkisar pada nilai TPC ikan segar
organoleptik tekstur yang terendah adalah yang dapat diterima yakni dibawah 5x105
perlakuan 0% (5,19) dan tertinggi adalah koloni/gram dan mengalami kemunduran
perlakuan 0,5% (7,12). yang signifikan setelah melewati 9 jam
Hal ini menandakan adanya kecuali pada perlakuan K3. Nilai TPC pada
penghambatan kemunduran mutu perlakuan 0,5% pada jam pengamatan ke-12
organoleptik bau ikan jelawat segar oleh merupakan nilai terendah yaitu 4,04x105
larutan kitosan, dimana penambahan larutan
koloni/gram jika dibandingkan dengan mengalami kemunduran pada tiap jam
perlakuan lainnya. pengamatan dengan kecenderungan lebih
Berdasarkan analisis variansi, lambat jika dibandingkan dengan perlakuan
perendaman ikan jelawat segar dalam tanpa kitosan yang menunjukkan adanya
larutan kitosan berbeda memberikan penghambatan kemunduran mutu ikan
pengaruh nyata terhadap nilai TPC pada jelawat segar karena kitosan memiliki sifat
setiap waktu pengamatan sampai mutu antibakteri yang dapat menghambat
ditolak pada 12 jam kecuali perlakuan 0,%, pertumbuhan mikroba pada bahan makanan,
dimana laju penurunan nilai organoleptik sejalan dengan penelitian Gushagia (2008)
mata bervariasi untuk setiap perlakuan yang menyatakan bahwa kitosan dapat
konsentrasi larutan kitosan yang digunakan. menghambat pertumbuhan mikroba pada
Pada pengamatan 0 jam, nilai TPC ikan fillet ikan patin.
jelawat yang tertinggi adalah perlakuan 0% Dalam kesempatan lain, Simpson
(9,53x102 koloni/gram) dan terendah adalah (1997) menjelaskan kitosan memiliki sifat
perlakuan 0,5% (3,66x102 koloni/gram). mekanisme penghambatan pertumbuhan
Selanjutnya pada pengamatan 12 jam, nilai mikroba, dimana kitosan akan berikatan
TPC yang terendah adalah perlakuan 0,5% dengan protein membran sel mikroba, yaitu
(4,04x105 koloni/gram) dan tertinggi adalah glutamat yang merupakan komponen
perlakuan 0% (15,24x105 koloni/gram). membran sel yang akan meningkatkan inner
Nilai-nilai yang diperoleh menunjukkan membran (IM). Naiknya permeabilitas IM
penurunan nilai TPC dengan bertambahnya akan mempermudah keluarnya cairan sel
konsentrasi larutan kitosan dan dapat sehingga akan terjadi lisis, yang pastinya
menekan peningkatan jumlah total bakteri akan menghambat pemebelahan sel mikroba
sampai dengan jam ke-12. (regenerasi).
Hal ini menandakan adanya
penghambatan kenaikan nilai TPC ikan Nilai volatile base (TVB)
jelawat segar oleh larutan kitosan, dimana Hasil pengamatan TVB terhadap
penambahan larutan kitosan mampu insang ikan jelawat segar dengan perlakuan
mempertahankan nilai TPC ikan jelawat perendaman konsentrasi larutan kitosan
dibandingkan dengan perlakuan tanpa selama penyimpanan dapat dilihat pada
kitosan. Hal ini disebabkan karena kitosan Gambar 8.
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri
karena dalam kitosan terdapat gugus aktif 39
yang berikatan dengan mikroba, sehingga
(mg/100 gr
Kadar TVB