Sistem Informasi Operasional Gi PDF
Sistem Informasi Operasional Gi PDF
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
Dalam materi Sistem Informasi Gardu Induk ini, secara terbatas akan
membahas materi tentang :
1. Sistem SCADA dan Telekomunikasi (SCADATel)
a. Penjelasan Fungsi SCADA secara umum
b. SCADA di Master Station
c. SCADA di Gardu Induk
d. Sistem Telekomunikasi di Gardu Induk
2. Aplikasi CBM Inspeksi Level 1
2. SISTEM SCADA
2.1. SCADA
SCADA, singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition,
merupakan pendukung utama dalam sistem ketenagalistrikan, baik pada sisi
pembangkit, transmisi, maupun distribusi. Adanya sistem SCADA memudahkan
operator untuk memantau dan melakukan pengawasan (Supervisory) ke
seluruh jaringan tanpa harus melihat langsung ke lapangan, serta dapat
melakukan pengendalian terhadap peralatan pemutus beban dari jarak jauh
secara remote. Sistem SCADA sangat dirasakan manfaatnya terutama pada
saat pemeliharaan dan saat penormalan bila terjadi gangguan.
Sistem SCADA PLN telah dibuat standarisasi yang baku, diatur pada
POLA SCADA. Kompleksitas peralatan SCADA ditentukan oleh level organisasi
Operasi Sistem tenaga listrik serta banyaknya Gardu Induk yang dipantau dan
dikendalikan.
Peralatan SCADA secara umum meliputi sistem sebagai berikut :
Master Station, berada di Area Control Center
Remote Terminal Unit, berada di Gardu Induk
Link Telekomunikasi atau Data Transmisi, yang menghubungkan
antara Master Station dengan Remote Terminal Unit.
RTU Gardu
Induk
RTU GI
Master
Station
RTU GI
Control Center
RTU GI
Link Telekomunikasi /
Data transmisi
Master Station
RTU
Konfigurasi ini menghubungkan dua terminal dan merupakan tipe yang paling
sederhana.
Master Station
RTU RTU
RTU
Control center dihubungkan ke lebih dari satu terminal luar oleh suatu jalur
yang sama. Pada setiap saat, hanya satu terminal luar yang diijinkan
mengirimkan data ke control center.
b. Pemantauan Telesinyal
Setiap kejadian yang dicatat oleh SCADA disebut sebagai event. Event
yang menunjukkan adanya perubahan status di SCADA disebut sebagai alarm.
Semua status dan alarm pada telesinyal harus diproses untuk mendeteksi
setiap perubahan status lebih lanjut untuk event yang terjadi secara spontan
atau setelah permintaan remote kontrol dikirim dari control center.
e. Pencatatan
Setiap kejadian tentu akan dicatat oleh komputer. Namun pencatatan
tersebut juga dapat dilakukan dengan cara mencetaknya secara terus-menerus
pada suatu printer dot matriks yang disebut dengan nama logger. Logger
tersebut digunakan untuk mencatat :
f. Kalkulasi Data
Perangkat lunak SCADA digunakan untuk menghitung besaran analog
dari hasil pengukuran maupun status dan alarm dari telesinyal. Kalkulasi ini
dapat dilakukan dengan beberapa operasi berikut:
- Operasi AND,OR, NOT, IF
- Operasi matematis : +, -, /, >, <, ≤, ≥, √ Sin, Cos, Tan Ln, Log, Exp
Min, Max, rata-rata
- Besaran absolut
Besaran kalkulasi akan dinyatakan tidak valid (invalid) bila salah satu operand
juga invalid.
g. Tagging (penandaan)
Tagging sangat bermanfaat untuk dispatcher di control center. Tagging
digunakan untuk menghindari dioperasikannya peralatan, juga untuk memberi
peringatan pada kondisi yang diberi tanda khusus tersebut. Jenis - jenis tagging
antara lain :
- Object in test
- Create note
- Remove from operation
- Control inhibit
Pengendalian Jaringan
Sistem kontrol jaringan yang modern dapat mengurangi waktu eksekusi
dan dapat meningkatkan keandalan operasional. Untuk meyakinkan keandalan,
konsep pengendalian jaringan meliputi beraneka ragam fasilitas keamanan
tambahan seperti :
a. Pengecekan aneka kondisi interlock.
b. Monitoring keandalan jaringan pada operasi switching yang direncanakan.
c. Monitoring terhadap perubahan jaringan selama operasi switching.
Fasilitas Pengaman
Sistem control center mempunyai fasilitas keamanan untuk supervisory
control. Disamping fasilitas yang standar, seperti otoritas akses dengan
menggunakan password, ada beberapa fasilitas keamanan tambahan yang
diberikan untuk mencegah kecelakaan petugas dan kerusakan peralatan, yaitu
berupa interlocking peralatan di Gardu Induk dan adanya prosedur untuk
melakukan telecontrol, yaitu :
Control command valid bila :
• Cursor diletakkan pada objek yg bisa dikontrol
• Objek merupakan objek yg controllable di gambar tsb
• Console yg digunakan punya otoritas
• Objek tidak sedang diblok untuk control
• Tidak ada proses control lain yg sedang berjalan pada objek yg sama
• Komunikasi ke RTU tidak sedang putus
• Eksekusi control dilakukan dalam rentang waktu yg
telah ditentukan sejak select object
Selain itu di event list akan tercatat setiap proses telecontrol yang berisi
tanggal, waktu, dan identifikasi user dari dispatcher
Analisa Topologi
Pencarian topologi secara interaktif dapat dilakukan dispatcher untuk
mendefinisikan peralatan yang terhubung dalam jaringan listrik bertegangan.
Fungsi pewarnaan jaringan dan pengaturan warna tampilan dari peralatan
bergantung pada status dan definisi peralatan tersebut. Bagian
jaringan, grup jaringan (misalnya level tegangan), atau kondisi operasi sistem
(misalnya mati, di-ground-kan, tidak terdefinisi, dan sebagainya) dapat
dibedakan dalam warna yang berbeda.
Pewarnaan juga aktif secara otomatis setelah kejadian khusus, misalnya
tripnya switch (Pmt), dan lain-lain atau setelah perubahan kondisi switching
yang disebabkan oleh modifikasi topologi jaringan.
Midposition (undefined)
Bypass switch
Static bypass
Rectifier- Charger
Bagian ini merupakan rangkaian yang dipakai untuk penyearahan dan
pengisian baterai. Rangkaian blok rectifier-charger ini akan mensuplai daya
yang dibutuhkan oleh inverter dalam kondisi beban penuh dan pada saat itu
juga dapat mempertahankan muatan di dalam baterai. Karakteristik baterai juga
perlu diperhitungkan dalam disain rangkaian charger-nya karena jika sebuah
baterai diisi ulang dengan arus yang melebihi batasan kemampuannya akan
dapat memperpendek umur baterai tersebut. Baterai masih dapat dikategorikan
sebagai kondisi layak pakai apabila masih mampu memberikan daya 100%
selama 1 jam jika lama pengisiannya selama 8 jam (ditentukan oleh manufaktur
baterai).
Inverter
Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang dihasilkan
oleh suatu sistem UPS. Inverter berfungsi merubah tegangan DC dari
rangkaian rectifier-charger menjadi tegangan AC yang berupa sinyal sinus
setelah melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output
yang dihasilkan harus stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensinya,
distorsi yang rendah, tidak terdapat tegangan transient. Selain itu, sistem
inverter perlu adanya rangkaian umpan-balik (feedback) dan rangkaian
regulator untuk menjaga agar didapatkan tegangan konstan.
h. Modul CPU
CPU merupakan jantung dari RTU. Sebagai unit pemroses data CPU
memiliki tugas pokok sebagai berikut :
1. Menerima data berupa perintah dan sebagainya dari Master Station.
2. Mengirim data pengukuran, isyarat indikasi dari GI dan Pusat Pembangkit
Listrik ke Master Station.
3. Membaca data dari GI dan Pusat Pembangkit Listrik yang berupa besaran
listrik, status, indikasi.
4. Menyampaikan data/perintah dari Master Station untuk dilaksanakan oleh
peralatan pada GI dan Pusat Pembangkit Listrik.
Pada modul CPU dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yaitu
program yang diisikan pada ROM di CPU. Program ini menentukan aktifitas
CPU.
k. Modul Modem
Modul ini berfungsi sebagai pemancar yang dilengkapi modulator dan
sebagai penerima yang dilengkapi dengan demodulator. Jadi pemancar dan
penerima tergabung dalam satu modul.
Modem ini beroperasi memakai sistem FSK dengan berkas suara antara 300-
3400 Hz sesuai dengan standart CCITT dan jalur kominikasi yang digunakan 50
hingga 2400 Bits/s.
3. SISTEM TELEKOMUNIKASI
3.1. Power Line Carrier (PLC)
Sistem komunikasi Power Line Carrier ( PLC ) merupakan sistem
komunikasi yang menggunakan Saluran Transmisi Tegangan Tinggi ( SUTT )
atau Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi ( SUTET ) sebagai media
transmisinya. Sistem Power Line Carrier ini pertama kali didemonstrasikan
penggunaannya pada tahun 1919 oleh General Electric CO, dan mulai
diterapkan di Amerika Serikat sejak tahun 1920-an. Pertama kali PLC
digunakan hanya untuk komunikasi suara saja tetapi setelah adanya
perkembangan teknologi yang cukup pesat maka PLC dapat juga digunakan
untuk pengaturan relay dan komunikasi data.
Dengan banyaknya Gardu Induk dan Pusat Pembangkit yang telah
terinterkoneksi maka perlu adanya pengaturan beban yang baik dan efisien.
Pengaturan ini dilaksanakan oleh PT. PLN (PERSERO) P3BJB . Semua data
dan informasi yang akan disampaikan ke Region Control Center dapat
dilaksanakan melalui sistem PLC, yang sinyal informasinya disalurkan pada
saluran transmisi tenaga listrik, sehingga saluran ini menjadi rangkaian
transmisi frekuensi tinggi dan juga sekaligus frekuensi 50 Hz. Sistem
komunikasi PLC merupakan sarana telekomunikasi utama pada sistem
pengendalian dan pengeturan tenaga listrik karena memiliki berbagai macam
fungsi.
Dengan adanya suatu jaringan interkoneksi Jawa – Bali yang cukup
kompleks maka diperlukan suatu sistem komunikasi yang multiguna dan cukup
ekonomis. Oleh karena itu digunakanlah sistem PLC di Indonesia, yaitu sekitar
1953 di daerah Jawa Timur. Pada mulanya sistem ini hanya digunakan untuk
transmisi sinyal suara saja. Selanjutnya sistem PLC dalam pengembangannya
di Indonesia digunakan untuk pengoperasian relay – relay proteksi dan untuk
komunikasi data. Dengan adanya perkembangan dunia elektronika yang cukup
pesat maka perelatan PLC pun terus dikembangkan.
a. Peralatan Luar
Peralatan luar terdiri dari peralatan kopling yang bertujuan agar
penghantar tegangan tinggi memungkinkan untuk dapat digunakan sebagai
media perambatn sinyal informasi . Untuk keperluan mentransmisikan sinyal
informasi lewat SUTT maka dilakukan pengkopelan peralatan terminal PLC
dengan kawat fasa dari SUTT dengan bantuan kopling tunning atau penala.
Fungsi dari peralatan kopling adalah sebagai berikut :
2. Kapasitor Kopling
Sifat Kapasitor kopling merupakan kebalikan dari sifat Wave Trap
dimana kapasitor kopling mempunyai impedansi rendah terhadap frekuensi
rendah terhadap frekuensi kerja dari PLC (frekuensi tinggi) dan berimpedansi
tinggi terhadap frekuensi 50 Hz dari arus jala-jala. Karena sifatnya tersebut
maka kapasitor kopling digunakan untuk meneruskan frekuensi tinggi yang
dikeluarkan oleh terminal PLc serta mencegah frekuensi jala-jala b50 Hz agat
tidak memasuki peralatan PLC.
Kapasitor ini dikenal juga dengan nama Capasitor Voltage Transformer
( CVT ) yang digunakan untuk keperluan pengukuran tegangan di panel kontrol.
CVT ini berfungsi ganda yaitu untuk keperluan penyaluran informasi dari
terminal PLC ke saluran tegangan tinggi dan untuk keperluan pengukuran
tegangan.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa kapasitor kopling berfungsi
meneruskan frekuensi tinggi dari PLC dan memblok frekuensi jala-jala 50 Hz,
tetapi jika masih ada frerkuensi 50 Hz yang lewat maka frekuensi tersebut
dibuang ke tanah melalui peralatan pengaman. Besarnya impedansi dari
kapasitor kopling ditentukan oleh nilai kapasitansi dan besarnya frekuensi yang
akan dilewatkan, seperti tampak pada persamaan berikut :
1 1
Xc
C 2fc
Keterangan:
Xc = Impedeansi kapasitor
C = Kapasitor
f= Frekuensi jala-jala
b. Peralatan Dalam
Peralatan dalam terdiri dari peralatan yang bertujuan untuk mencatu
daya semua peralatan PLC agar bekerja dengan baik. Peralatan dalam terdiri
dari :
1. Rectifier
Rectifier adalah alat bantu peralatan PLC sebagai penata arus untuk
mengisi kebutuhan baterai atau mensuplai tegangan DC 48 Volt untuk catu
daya bagi peralatan PLC dan PABX.
2. Baterai
Baterai adalah pensuplai tenaga pada peralatan PLC yang memang
menggunakan tenaga arus DC sebesar 48 V. Baterai ini adalah baterai alkaline
yang mampu bertahan lama dan dapat menjalankan peralatan telekomunikasi
bila terjadi gangguan pada suatu tempat. Arus searah ini masuk ke peralatan
telekomunikasi melalui kotak sekering pembagi sebagai pengaman.
Dalam pengisian baterai ada dua macam proses yaitu :
1. Floating
Proses pengisian baterai yang disesuaikan dengan kebutuhan
beban, misalnya peralatan PLC, modem, dan PABX mem-
butuhkan arus sebesar15 A, maka pengisian baterai juga 15 A.
2. Boosting
Proses pengisian baterai dengan arus besar dalam waktu tertentu.
Jika baterai sudah terisi penuh maka secara otomatis akan
berpindah ke pengisian secara floating.
Kedua proses ini dapat diketahui dengan melihat lampu indikator
yang terdapat pada panel pengisi baterai.
FI=20 kHz
Kanal 2
FII
MOD I highpass filter
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa modulasi yang digunakan ada 2
macam. Modulasi pertama digunakan untuk menumpangkan sinyal informasi
atau data pada kanal 1 dengan frekuensi pembawa 20 KHz yang kemudian
akan difilter oleh LPF (low pass filter) sehingga sinyal termodulasi yang
dihasilkan berupa frekuensi rendah. Sebaliknya pada kanal 2 sinyal data atau
informasi akan dimodulasi juga dengan menggunakan frekuensi pembawa
20KHz tetapi setelah itu masuk ke HPF (high pass filter) sehingga yang akan
diambil adalah frekuensi yang tinggi. Dengan demikian antara kanal 1 dengan
kanal 2 tidak akan bercampur.
Modulasi 2 digunakan untuk menggabungkan dua buah kanal tadi dengan
menggunakan mixer. Setelah kedua kanal tersebut dicampur sinyal keluaran
akan dimodulasi oleh modulator 2 yang mempunyai frekuensi pembawa
tertentu. Keluaran dari modulasi ini akan dimasukan ke HPF dan dikuatkan
dayanya menjadi 40W. Setelah itu difilter kembali menggunakan HPF untuk
DEMOD I Filter IF
DEMOD I
20 kHz Hybrid
trans.
Filter IF
Filter IF Bandpass
filter (filter
AGC HF)
DEMOD I
Data, suara
channel 1
Data, suara
channel 2
3.1.4. Teleproteksi
PLC juga digunakan untuk keperluan sistem teleproteksi yang
dihubungkan dengan sistem pengaman listrik pada rele jarak. Apabila terjadi
gangguan pada zona transmisi/penghantar yang menghubungkan dua gardu
induk, maka rele jarak akan merasakan adanya gangguan tersebut untuk
selanjutnya akan memproses bekerjanya pemutus tenaga (CB) di kedua sisi
akan lepas.
Teleproteksi dihubungkan ke distance relay .Antar muka teleproteksi
meliputi :
Empat rangkaian input yang dilengkapi dengan optokopler
Empat rangkaian output yang dilengkapi dengan bahan
semikonduktor
Dua relay output elektromekanik dengan kontak yang bisa ditukar
3.1.5. Modem
Modem digunakan untuk mengubah data digital ke analog atau
sebaliknya untuk proses telemetering dan telecontroling. Pada proses
telemetering data ( kondisi PMT dan PMS ) dari gardu induk atau pembangkit
listrik dikirim ke RTU melalui SUTT / SUTET dalam bentuk sinyal analog.
Kemudian data diubah dari analog ke digital oleh modem FSK dan dikirim ke
Region Control Center. Pada proses telecontroling, data dari Master station
diubah dari digital ke analog yang kemudian dikirim ke RTU untuk
mengendalikan PMT dan PMS di GI atau pembangkit listrik. Pada umumnya
jumlah modem FSK yang terpasang dalam 1 perangkat PLC ada dua buah
karena sistem telemetering dan telecontroling menggunakan dua jalur yaitu
primer dan backup. Jika jalur primer mengalami gangguan maka secara
otomatis jalur akan berpindah ke jalur backup.
REPEATER
REPEATER
a. Modulasi Amplitudo
Modulasi amplitudo adalah suatu cara membuat amplitudo gelombang
pembawa berubah sesuai dengan bentuk gelombang dari informasi yang akan
dikirimkan.
Dalam hal ini sinyal yang akan dibawa dinamakan sinyal modulasi dan
gelombang radio yang membawa pada umumnya, frekwensi gelombang
pembawa yang harus lebih tinggi darpada sinyal modulasi, dinamakan
gelombang pembawa.
Gelombang pembawa
Gelombang AM
b. Modulasi Frekwensi
Modulasi frekuensi adalah suatu metode untuk mengirimkan isyarat
frekuensi rendah dengan cara memodulasi frekuensi gelombang pembawa
berfrekuensi tinggi. Kecepatan sudut pembawa (ω) dibuat berubah-ubah
dengan amplitudo isyarat pemodulasi.
Gelombang pembawa
Gelombang FM
b. Penggandaan Frekwensi
Dalam pesawat pemancar diterapkan sistem penggandaan frekuensi
(frequency multiplying). Penggandaan ini diperlukan karena ;
- Frekuensi-frekuensi sangat tinggi yang diperoleh dari satu kristal
(atau LC) tidak mantap, konstruksi dari kristal akan sedemikian
tipisnya sehingga rapuh atau mudah rusak dan tidak dapat tahan
getaran
- Pemancar perlu beroperasi dalam frekuensi yang melebihi
frekwensinya kristal yang dipakai.
b. Stability
Kemampuan untuk menstabilkan penerimaan tanpa adanya tuning
frekuensi dengan waktu yang lama. Disebabkan oleh isolator yang berubah.
c. Fidelity
Kemampuan pesawat untuk menyalurkan informasi sesuai dengan
warna suara/informasi yang dimasukkan.
3.2.4. Sistem Radio Komunikasi PLN P3B Region Jawa Tengah & DIY
PLN P3B Region Jawa Tengah & DIY mempunyai wilayah kerja di
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Gardu Induknya tersebar pada
daerah yang didominasi dengan daerah alam lingkungan yang bergunung-
gunung, sehingga penyelenggaraan sistem komunikasi radio pada wilayah ini
mendapat halangan propagasi gelombang radio berupa gunung-gunung, untuk
mengatasi hambatan tersebut, maka keberadaan stasiun repeater (stasiun
pengulang) mutlak sangat diperlukan. Stasiun repeater yang terpasang adalah
di Gunung Telomoyo (1.894 m dpl) dan Gunung Prahu (2.565 m dpl).
Radio di Repeater G. Telomoyo menggunakan frekuensi radio Tx =
82,300 MHz dan Rx = 72,750 MHz (kanal 3 low band). Repeater ini untuk
mencover daerah Jawa Tengah bagian Timur.
Sedangkan frekuensi radio di G. Prahu Tx = 82,425 MHz dan Rx =
72,800 MHz (kanal 1 low band) melayani daerah Jawa Tengah bagian Barat
METODE PEMELIHARAAN
STRATEGI BARU
STRATEGI LAMA
PREVENTIF
PREVENTIF BERBASIS WAKTU
BERBASIS WAKTU
PREDIKTIF
KOREKTIF BERBASIS KONDISI
BERBASIS KERUSAKAN
KOREKTIF
BERBASIS KERUSAKAN
TABEL-1
Periode Inspeksi Level 1 pada peralatan
Kelompok
No Nama Peralatan Periode Inspeksi
Peralatan
Harian
Mingguan
1 Trafo CT (Trafo Arus) Bulanan
Tahunan
Khusus- Thermovisi
Harian
Mingguan
PT /CVT (Trafo
Bulanan
Tegangan)
Tahunan
Khusus- Thermovisi
Harian
Trafo Daya
Mingguan
Bulanan
Khusus- Thermovisi
Harian
Mingguan
Reaktor
Bulanan
Khusus- Thermovisi
Harian
2 Switchgear Kompresor Utama Mingguan
Bulanan
Harian
Mingguan
Bulanan
PMT (Pemutus Tenaga)
Tahunan
Khusus- Manuver
Khusus-Tahunan
Harian
Mingguan
Bulanan
PMS (Pemisah)
Tahunan
Khusus- Manuver
Khusus-Tahunan
3 Transmisi Busbar Mingguan
Harian
Mingguan
Kabel Incoming
Bulanan
Khusus
Harian
LA (Lightning Arrester) Mingguan
Bulanan
Harian
Mingguan
Jalur SKLT Bulanan
6 Bulanan
Khusus-Low Pressure level
Mingguan
Jalur SKTT Bulanan
Harian
SKLT-Minyak /XLPE
Mingguan
SKTT-Minyak
Bulanan
Mingguan
SKTT XLPE
Bulanan
Mingguan
Tower Transmisi (type
Bulanan
Latice dan type pole)
Khusus Climb Up
Harian
Gas Insulated Mingguan
4 GIL
Switchgear Bulanan
Khusus-Low Pressure SF6
Harian
Mingguan
Bulanan
GIS Khusus-Low Pressure SF6
Khusus-Setelah Manuver
Khusus-Anomali PMS
Khusus-Anomali PMT
Harian
Kompensator Mingguan
Bulanan
DFR (Disturbance Fault Mingguan
5 Proteksi
Recorder) Bulanan
Panel Proteksi bay Bulanan
kopel, busbar, line, trafo,
diameter
Sequence Event Harian
Recorder (SER) Mingguan
Suplai Daya Mingguan
6 Batere
AC / DC Bulanan
Harian
Rectifier
Mingguan
Panel AC/DC Bulanan
Harian
Panel DCDB
Mingguan
Harian
7 Air Bushing Air Bushing Mingguan
Bulanan
TABEL-2
Istilah pada Inspeksi Level 1 kondisi peralatan tidak terukur
No Istilah Definisi
Kondisi operasional motor yang menimbulkan suara
1 berderit gaduh/ ribut karena kurang pelumasan, atau
perputarannya berat
Setelah berhasil login, maka Aplikasi CBM siap untuk digunakan, seperti
tampil dibawah ini.
a. Utama
mempunyai sub-menu sebagaimana pada gambar dibawah
b. Master
mempunyai sub-menu Peralatan sebagaimana pada gambar dibawah
Pada sub-menu Peralatan jika di-klik maka akan ditampilkan tabel seluruh
item peralatan yang terdapat di Gardu Induk termasuk Transmisinya
Bila pada item peralatan tersebut di-klik, maka akan ditampilkan data detail
dari peralatan tersebut (misal: dipilih peralatan Pemutus Tenaga) , seperti
pada gambar dibawah
Bila dikehendaki untuk mencetak atau mengexport data ke file (softcopy) dapat
melakukan pilihan : Print untuk cetak atau Export untuk mengexport data. Bila
dipilih menu Export, maka kemudian akan muncul kotak dialog untuk pemilihan
export kejenis file yang diinginkan (misalkan MS Excel)
c. Inspeksi Level 1
adalah menu untuk memasukan data hasil inspeksi level 1 pada
peralatan ke database aplikasi CBM
d. Pengolahan Data
mempunyai sub-menu sebagai berikut :
Approval Inspeksi Level 1 (menu khusus hanya untuk supevisor GI)
Rekap Data Inspeksi Level 1
Anomali dan Rekomendasi
Pencarian
e. Laporan
mempunyai sub-menu sebagai berikut :
Rekap Inspeksi
Rekap Inspeksi Anomali By Periode
Rekap Inspeksi, digunakan untuk melihat hasil input data inspeksi yang telah
dimasukkan. Pilih peralatan yang akan dilihat, kemudian pilih periode waktu
yang diinginkan. Pilihan dapat memilih periode 1 hari pada tanggal tertentu
atau 1 bulan pada bulan tertentu.
Seperti ditunjukan dibawah, pilihan item peralatan : Trafo Arus, bulan inspeksi
: Agustus (8), tahun inspeksi : 2011, periode inspeksi: harian
f. View
mempunyai sub-menu sebagai berikut :
Monitoring Anomali Peralatan
Monitoring Inspeksi dan Anomali
Themes
About
periode inspeksi atau pada tanggal yang dipilih. Sebelah kiri ditampilkan tabel
data jumlah peralatan dan jumlah anomali, sedangkan sebelah kanan
ditampilkan perbandingan jumlah secara grafis.