Anda di halaman 1dari 49

ETIKA REKAYASA DAN KERJA PRAKTEK – TF

091375

PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG


BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT
TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIK TAMA

HERMAWAN PUTRA PRASETYO NRP 2409 105 019

Dosen Pembimbing
Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT.
NIP : 196905071995121001

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2011
ENGINEERING ETHICS AND JOB TRAINING – TF
091375

VOLTAGE TEST ON PANEL (CUBICLE) 3 PHASE


LPG FILLING PLANT IN TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIKTAMA

HERMAWAN PUTRA PRASETYO NRP 2409 105 019

Supervisor
Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT.
NIP : 196905071995121001

DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS


FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF
TECHNOLOGY
SURABAYA
2011
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 1
1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek 1
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1
1.5 Batasan Masalah 2
1.6 Sistematika Laporan 3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Nama Perusahaan 5
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan 5
2.3 Lokasi Perusahaan 5
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Panel Hubung Bagi (Cubicle) 7
3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) 8
3.3 MCCB (Molded Case Circuit Breaker) 10
3.4 ACB (Air Circuit Breaker) 11
3.5 OCB (Oil Circuit Breaker) 12
3.6 VCB (Vacuum Circuit Breaker) 13
3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) 13
BAB IV PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL
HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA
DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIK TAMA
4.1 Pengujian Tegangan Panel Hubung Bagi 19
4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data 27
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Inventra


6
Tekniktama
Gambar 3.1 Panel Cubicle 8
Gambar 3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) 1 fasa
9
dan 2 fasa
Gambar 3.3 Molded Case Circuit Breaker 11
Gambar 3.4 ACB (Air Circuit Breaker) 12
Gambar 3.5 OCB (Oil Circuit Breaker) 13
Gambar 3.6 VCB (Vakum Circuit Breaker) 13
Gambar 3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit
14
Breaker)
Gambar 3.8 Kabel Jenis NYA 15
Gambar 3.9 Kabel Jenis NYM 15
Gambar 3.10 Kabel Jenis NYY 16
Gambar 3.11 Kabel Jenis N2XY 17
Gambar 3.12 Kabel Jenis NYFGBY 17
Gambar 4.1 Panel Hubung Bagi (Cubicle). 27
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pemeriksaan Kabel Daro Cubicle ke Cut


27
Out Trafo
Tabel 4.2 Pengujian Tahanan Isolasi Phasa dengan
28
Phasa Sebelum di DC test
Tabel 4.3 Pengujian Tahanan Isolasi Phase dengan
28
Ground Sebelum di DC test
Tabel 4.4 Data Pengujian Arus 28
Tabel 4.5 Pengujian Tahanan Isolasi phasa dengan
29
phasa setelah di DC test
Tabel 4.6 Pengujian Tahanan Isolasi phasa dengan
29
ground setelah di DC test
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG


BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT
TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIK TAMA
(02 Mei s/d 02 Juli 2011)

HERMAWAN PUTRA PRASETYO 2409 105 019

Telah menyelesaikan MK TF 091375 Etika Rekayasa dan


Kerja praktek sesuai dengan silabus dalam kurikulum
2009/2014 – Program Sarjana.

Surabaya, Juli 2011

Mengetahui,
General Manajer

Muchson Yusuf, ST
General Manager
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG


BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT
TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIK TAMA
(02 Mei s/d 02 Juli 2011)

HERMAWAN PUTRA PRASETYO 2409 105 019

Telah menyelesaikan MK TF 091375 Etika Rekayasa dan


Kerja Praktek sesuai dengan silabus dalam kurikulum
2009/2014 – Program Sarjana.

Surabaya, Juli 2011

Menyetujui,
Ka Sie Kerja Praktek Dosen Pembimbing

Dr. Gunawan Nugroho,ST.MT Dr. Bambang Lelono W, ST. MT


NIP. 19771127 200212 1 002 NIP. 19690507 199512 1 001

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Fisika

Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA


NIP. 19650309 199002 1 001
PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG
BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT
TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIK TAMA

Nama Mahasiswa : Hermawan Putra Prasetyo.


NRP : 2409105019
Jurusan : Teknik Fisika
Dosen Pembimbing : Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT

Abstrak

Panel Hubung Bagi (Cubicle), merupakan panel


yang berbentuk almari yang bertujuan untuk membagi
arus dari sumber arus menuju perangkat. Dengan adanya
panel ini diharapkan semua perangkat yang terhubung
dengan arus listrik tidak akan mengalami korsleting
listrik agar tidak merusak perangkat. Panel ini juga
berfungsi sebagai pengaman jika terdapat hubungan
pendek. Pengujian arus ini dilakukan sebelum di DC test
dan sesudah di DC test. Pengujian sebelum di DC test
pada tahanan kabel isolasi phasa dengan phasa (R.S.T)
sebesar 70000MΩ kemudian pengujian phase dengan
ground (R-N), (S-N), dan (T-N) sebesar 20000MΩ.
Kemudian pengujian tahanan isolasi setelah di DC test
phasa dengan phasa (R.S.T) sebesar 70000 MΩ,
kemudian phase dengan ground (R-N),(S-N), dan (T-N)
sebesar 30000 MΩ.

Kata Kunci: PHB, Cubicle, MCCB Panel, Tegangan


Gardu, 3 Phasa
VOLTAGE TEST ON PANEL (CUBICLE) 3 phase
LPG FILLING PLANT IN TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIKTAMA

Name : Hermawan Putra Prasetyo


NRP : 2409105019
Department : Engineering Physics
Supervisor : Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT

Abstract

Contact Panel For (Cubicle), a cupboard-shaped


panel that aims to divide the current from current source
to the device. With the panel is expected that all devices
connected to the electrical current will not experience an
electric short circuit in order not to damage the device.
This panel also serves as a safety if there is a short
circuit. Flow testing is done before the DC test and after
the DC test. Testing before the DC cable insulation
resistance test on phase by phase (RST) for 70000MΩ
then testing phase with the ground (RN), (SN), and (TN)
for 20000MΩ. Later testing after the DC insulation
resistance test phase by phase (RST) for 70 000 MΩ, and
then phase with ground (RN), (SN), and (TN) of 30 000
MΩ.

Keywords: Cubicle Panel, Incomming, Outgoing, High


Voltage, 3 Phase Voltage
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan


YME atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan magang beserta pembuatan
laporannya dengan lacar dan baik di PT. INVENTRA
TEKNIKTAMA. Laporan kerja praktek ini dibuat untuk
memenuhi tugas akademik pada progam studi S1 Teknik
Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Dalam penulisan laporan ini penulis telah mendapatkan
banyak bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak
sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga laporan ini dapat selesai.
2. Ayah, Ibu, Saudara dan keluarga tercinta yang
telah memberi dukungan moril, materil dan spiritual.
3. Bapak Dr. Bambang Lelono W, ST.MT. Dosen
Pembimbing Kerja Praktek.
4. Bapak Dr. Ir. Totok Soehrtanto, DEA selaku ketua
jurusan Teknik Fisika.
5. Teman-teman angkatan 2006, 2007, 2008, 2009,
2010.
6. General Manager PT. Inventra Tekniktama yang
memberikan ijin untuk melaksanakan proyek ini, dan
bapak Mahdi selaku project manager.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, yang telah banyak membantu dalam
penyusunan laporan kerja praktek ini sampai selesai.

Penulis menyadari akan adanya banyak kekurangan


dalam penulisan laporan ini karena keterbatasan wawasan dan
pengetahuan. Untuk kemajuan penulis diharapkan atas
masukan, kritik dan sarannya yang membangun.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.
Sekian dan terima kasih

Surabaya, Juli 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Pertamina merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang inudtri minyak dan gas, menggunakan mesin
produksi besar untuk menghasilkan bahan bakar minyak dan
gas yang berkualitas. Pada unit LPG Filling Plant,
memerlukan juga pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan
mesin-mesin untuk berproduksi. Oleh karena itu, diperlukan
panel Cubicle sebagai pengaman listrik untuk mesin produksi.
Dengan adanya kerja praktek ini, diharapkan dapat menjadi
salah satu pendorong utama bagi mahasiswa untuk mengenal
kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara
ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan aplikasi praktis di
dunia kerja.

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dijadikan topik kerja praktek ini
ialah, bagaimana cara menguji arus yang masuk ke mesin
produksi agar cubicle dapat bekerja maksimal. Dan bagaimana
cara instalasi panel cubicle dalam pabrik, bagaimana
menentukan jenis perawatan panel cubicle agar tidak
mengalami kerusakan.

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kegiatan kerja praktek ini ialah untuk
menguji arus yang masuk ke cubicle yang nantinya akan
dialirkan ke pabrik, untuk instalasi panel cubicle dalam
pabrik.

1.4 Waktu dan Pelaksanaan


Kerja praktek ini dilaksanakan di unit Pertamina LPG
Filling Plant Tanjung Perak Surabaya PT. Pertamina Tanjung
Perak. Waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 02 Mei 2011
sampai dengan 02 Juli 2011 dengan jam kerja dimulai pukul
08:00 sampai pukul 16:00 WIB. Adapun jadwal kegiatan
seperti pada penjelasan di bawah ini. Jadwal ini dibuat agar
pelaksanaan kegiatan praktek berjalan dengan lancar dan dapat
diselesaikan tepat waktu. Berikut adalah garis besar rencana
yang kami ajukan:
Tabel 1.1 Kegiatan jadwal kerja praktek
Tanggal : 02 Mei – 03 Mei 2011
Lokasi : Bagian KLK3/ Safety
Deskripsi : Pengenalan mengena Keselamatan dan
Kegiatan Kesehatan Kerja (K3) serta pengaruh
keberadaan unit terhadap lingkungan
sekitar.
Tanggal : 04 Mei – 05 Mei 2011
Lokasi : Bagian Sekretariat
Deskripsi : Pengenalan perusahaan yaitu profil,
Kegiatan struktur organisasi serta sistem kerja
perusahaan.
Tanggal : 06 Mei – 01 Juni 2011
Lokasi : Bagian Operasi dan Run test
Deskripsi : Melakukan Desain dan Pembelian
Kegiatan Komponen cubicle (Incoming dan
Outgoing).
Tanggal : 02 Juni – 29 Juli 2011
Lokasi : Bagian Maintenance
Deskripsi : Melakukan Pemasangan alat sesuai
Kegiatan desain dan perbaikan alat.
Tanggal : 30 Juli – 02 Juli 2011
Lokasi : Bagian comisioning
Deskripsi : Melakukan Pemasangan alat sesuai
Kegiatan desain dan perbaikan alat.

1.5 Batasan Masalah


Dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan,
maka pembahasan laporan kerja praktek dibatasi mencakup
hal-hal sebagai berikut yaitu komponen dan instalasi panel
cubicle pada mesin produksi, serta pengujian arus (masukan
dan keluaran dari cubicle) dengan interval waktu yang telah
ditentukan.

1.6 Sistematika Laporan


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis
membagi dalam 5 (lima) bab meliputi:
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang
penulisan, tujuan dan manfaat KP, waktu dan tempat
pelaksanaan, batasan masalah dan sistematika penulisan
laporan Kerja Praktek.
Bab II Profil Perusahaan, menjelaskan secara umum
yang meliputi lokasi, sejarah, kegiatan usaha, struktur
organisasi.
Bab III Tinjauan Pustaka, meliputi deskripsi proses
pada gardu cubicle, Pengenalan komponen gardu cubicle,
prinsip kerja gardu cubicle, proses Commissioning dan
maintenance.
Bab IV Pembahasan, Pengujian tegangan pada gardu
cubicle 3 phasa di LPG Filling Plant Tanjung Perak PT.
Inventra Tekniktama. Menjelaskan tentang pengenalan
komponen gardu cubicle, pemasangan gardu cubicle, serta
pengujian tegangan pada gardu cubicle.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran dari
hasil pengujian dari pengujian tahanan pada panel hubung bagi
(Cubicle).
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
BAB II
PROFIL PT. INVENTRA TEKNIKTAMA

2.1 Nama Perusahaan


PT. Inventra Tekniktama, perusahaan yang bergerak
dalam bidang EPC (Engineering, Procurement, Construction).
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Inventra Tekniktama didirikan pada 29 Juli 2009,
sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang Power
System dengan sub bidang Panel Maker dan Technical
Supplier.
Berdasarkan klasifikasi dan kualifikasi Surat Izin
Usaha Perdagangan Besar oleh Dinas Perdagangan dan
Perindustrian, maka PT. Inventra Tekniktama bergerak pada
bidang Elektrikal, Komputer (Software, Hardware), CAT,
Fiberglass, Alat : Instrument, Mekanikal.
PT. Inventra Tekniktama, telah berpengalaman dalam
beberapa tender perusahaan, diantaranya: PT. Pertamina,
untuk penambahan daya, pemasangan transformator 1 MVA,
pemasangan gardu cubicle 3 phasa. PT. Rajawali Citramass,
pengadaan konstruksi kapasitor bank 500 KVAR. PT
Rajawali Citramass, Material untuk instalasi listrik, kapasitor
bank dan flat yarn hengli. CV. Karya Pangan Mandiri,
Penambahan Daya 82,5 KVA. PT. Semen Gresik, Pengadaan
Transformator 3 MVA.
2.3 Lokasi Perusahaan
PT. Inventra Tekniktama berlokasi di Kompleks Ruko
Mutiara Indah, Jalan Kampung seng No 12, Surabaya. Dalam
operasionalnya, PT. Inventra Tekniktama juga memiliki
workshop atau bengkel untuk pengerjaan-pengerjaan Power
dan Control System yang berada di Jl. Lebak Jaya IIIA Utara /
KAV 23 Surabaya – Indonesia.
2.4 Struktur Organisasi
Sejak didirikannya PT. Inventra Tekniktama tahun
2009 hingga 2010, struktur organisasi perusahaan mengalami
banyak perubahan. Seiring perkembangan jaman dan
bertambahnya jumlah pegawai di perushaan, maka struktur
perusahaan PT. Inventra Tekniktama yang terbaru adalah
sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Inventra Tekniktama


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Panel Hubung Bagi (PHB) Cubicle


Panel Hubung Bagi (PHB) adalah panel berbentuk
almari (cubicle), yang dapat dibedakan sebagai, panel
Utama/MDP (Main Distribution Panel), panel Cabang/SDP
(Sub-Distribution Panel), panel Beban/SSDP (Subsub-
Distribution Panel).
Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran
utamanya merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan
NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar/rel dibagi menjadi
dua segmen yang saling berhubungan dengan sakelar pemisah,
yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha
ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri
(genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara
langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar
dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari
PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan,
maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya
sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan.
Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung
dan pemutus terdiri dari CB (Circuit Breaker), MCB
(Miniatur Circuit Breaker), MCCB (Mold Case Circuit
Breaker), NFB (No Fuse Circuit Breaker), ACB (Air Circuit
Breaker), OCB (Oil Circuit Breaker), VCB (Vacuum Circuit
Breaker), SF6CB (Sulfur Circuit Breaker), Sekering dan
pemisah, Switch dan DS (Disconnecting Switch).
Peralatan tambahan dalam PHB antara lain, Reley
proteksi, Trafo tegangan, Trafo arus, Alat-alat listrik:
Amperemeter, Voltmeter, Frekuensi meter, Cos ϕ meter,
Lampu indicator, dan lain-lain.
Untuk PHB system tegangan menengah, terdiri dari
tiga cubicle yaitu satu cubicle incoming dan cubicle outgoing.
Hantaran masuk merupakan kabel tegangan menengah dan
biasanya dengan kabel XLPE atau NZXSBY. Saluran daya
tegangan menengah ditransfer melalui trafo distribusi ke
LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Pengaman
arus listriknya terdiri dari sekering dan LBS (Load Break
Switch). Peralatan dan rangkaian dari busbar sampai ke beban
seperti pada PHB system tegangan rendah.

Gambar 3.1 Panel Cubicle[14]

3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker)


MCB adalah pengaman rangkaian yang dilengkapi
dengan pengaman thermis (bimetal) untuk pengaman beban
lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk
pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk
pengaman sirkit satu phasa dan tiga phasa. Keuntungan
menggunakan MCB sebagai berikut.
1. Dapat memutuskan rangkaian tiga phasa walaupun
terjadi hubung singkat pada salah satu phasanya.
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki
akibat hubung singkat atau beban lebih.
3. Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi
hubung singkat atau beban lebih.

Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara


thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi
untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman
elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi
hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki
prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu
menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal),
pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini
bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan,
sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah
kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu
phasa, sedangkan untuk pengaman tiga phasa biasanya
memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga
apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub
yang lainnya juga akan ikut terputus.

Gambar 3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) 1 fasa dan 2


fasa[2]

MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang


disebabkan oleh aliran listrik lebih dengan menggunakan
electromagnet/bimetal. cara kerja dari MCB ini adalah
memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus
yang mengalir untuk memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB
menggunakan satuan Ampere (A), Kapasitas MCB mulai dari
1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. MCB yang
digunakan harus memiliki logo SNI pada MCB tersebut
Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah
dengan mengalikan kapasitas dari MCB tersebut dengan 220v
( tegangan umum di Indonesia ).
contoh
Untuk MCB 6A mempunyai kapasitas menahan daya listrik
sebesar :
6A x 220v = 1.200 Watt
Beberapa kegunaan MCB :
• Membatasi Penggunaan Listrik
• Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat
( Korslet )
• Mengamankan Instalasi Listrik
• Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik,
sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan
instalasi listrik
Cara menentukan penyebab MCB turun, yaitu dengan cara
menyentuh bagian putih dari MCB, apakah panas atau tidak.
Apabila tidak panas, kemungkinan ada bagian instalasi yang
korslet, biasanya bila instalasi yang korslet tersebut telah di
perbaiki, MCB langsung dapat dinyalakan. Jika sesudah
beberapa menit MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan
kembali, artinya MCB tersebut sudah rusak.
Apabila panas, itu menandakan MCB mengalami kelebihan
beban dalam waktu yang cukup lama, tunggu beberapa menit
baru menyalakan MCB tersebut, biasanya apabila langsung di
nyalakan, MCB akan langsung turun kembali, hal ini
disebabkan oleh BiMetal yang memuai dan membutuhkan
waktu untuk kembali ke bentuk semula. Bila sesudah beberapa
menit, MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan, artinya MCB
tersebut sudah rusak.

3.3 MCCB (Molded Case Circuit Breaker)


MCCB merupakan alat pengaman yang dalam proses
operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman
dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman,
maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan
arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu,
pengaman ini mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat
diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 3.3 Molded Case Circuit Breaker[2]

Keterangan:
1. BMC material for base and cover
2. Arc chute
3. Mounting for ST or UVT connection block
4. Trip-free mechanism
5. Moving contacts
6. Clear and IEC-complaint maekings
7. Magnetic trip unit
8. Compact size

3.4 ACB (Air Circuit Breaker)


ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit
breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB
dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan
menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan
sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan.
Gambar 3.4 ACB (Air Circuit Breaker)[2]

Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan


rendah dan tegangan menengah. Rating standar Air Circuit
Breaker (ACB) yang dapat dijumpai dipasaran sebagai berikut.
• LV-ACB:
Ue = 250 V dan 660 V
Ie = 800 A – 6.300 A
Icn = 45 kA – 170 kA
• LV-ACB:
Ue = 7,2 kV dan 24kV
Ie = 800 A – 7.000 A
Icn = 12,5 kA – 72 kA

3.5 OCB (Oil Circuit Breaker)


Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang
menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur api yang
timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam
minyak, maka minyak yang dekat busur api akan berubah
menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh
gelembunggelembung uap minyak dan gas. Gas yang
terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali
digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.
Gambar 3.5 OCB (Oil Circuit Breaker)[10]

3.6 VCB (Vacuum Circuit Breaker)


Pada dasarnya kerja dari CB ini sama dengan jenis
lainnya hanya ruang kontak di mana terjadi busur api
merupakan ruang hampa udara yang tinggi sehingga peralatan
dari CB jenis ini dilengkapi dengan seal penyekat udara untuk
mencegah kebocoran.

Gambar 3.6 VCB (Vakum Circuit Breaker)[10]

3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)


SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan
gas SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6
merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman
busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api,
gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV –
760 KV.

Gambar 3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)[11]

Untuk instalasi listrik, penyaluran arus listriknya dari


panel ke beban maupun sebagai pengaman (penyalur arus
bocor ke tanah) digunakan penghantar listrik yang sesuai
dengan penggunaanya.
Ada dua macam penghantar listrik yaitu :
- Kawat
Penghantar tanpa isolasi (telanjang) yang dibuat dari
Cu, AL sebagai contoh BC, BCC, A2C, A3C, ACSR.
- Kabel
Penghantar yang terbungkus isolasi, ada yang berinti
tunggal atau banyak, ada yang kaku atau berserabut, ada yang
dipasang di udara atau di dalam tanah, dan masing-masing
digunakan sesuai dengan kondisi pemasangannya.
Kabel instalasi yang biasa digunakan pada instalasi
penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan dalam
instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetap ialah NYA
dan NYM. Pada penggunaannya kabel NYA menggunakan
pipa untuk melindungi secara mekanis ataupun melindungi
dari air dan kelembaban yang dapat merusak kabel tersebut.

3.8Penghantar NYA
Gambar 3.8 Kabel jenis NYA[13]

Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar


berbentuk pejal, kabel ini pada umumnya digunakan pada
instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya pada instalasi
listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau
paralon / PVC ataupun pipa fleksibel.

3.9Penghantar NYM

Gambar 3.9 Kabel Jenis NYM[13]

Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki


beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai
pelindung. Konstruksi dari kabel NYM terlihat pada gambar.
Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik,
boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk
memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada
pemasangan dalam dinding / beton menggunakan selongsong
pipa.

3.10 Penghantar NYY

Gambar 3.10 Kabel jenis NYY[13]

Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY,


biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri. Kabel
ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat diberikan
perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis.
Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya
diberi batu.
Pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan
susunan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta
jenis PVC yang digunakan berbeda. Warna selubung luarnya
hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya
0,6/1 kV dimana maksudnya yaitu :
• 0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah.
• 1,0 kV : Tegangan nominal antar penghantar.
Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah
untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam
terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi,
apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. NYY
dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan
secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan
mekanis.

3.11 Penghantar N2XY

Gambar 3.11 Kabel jenis N2XY[13]

Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai yang di pakai


di PT. Pupuk Kujang ialah N2XY, kabel N2XY intinya terdiri
dari penghantar tembaga, dengan isolasi XLPE, berpelindung
bebat tembaga serta berselubung PVC dengan tegangan
pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV) yang dipasang sejajar pada suatu
sistem fase tiga.

3.12 Penghantar NYFGbY

Gambar 3.12 Kabel jenis NYFGBY[13]


Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti
NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan
terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel NYFGbY
intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC,
penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau
pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat.
Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk
menghindari korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi
pelindung PVC warna hitam.
BAB IV
PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG
BAGI (CUBICLE) 3 PHASA
DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK
PT. INVENTRA TEKNIK TAMA

4.1 Pengujian Tegangan Panel Hubung Bagi


(Cubicle)
PHB adalah panel hubung bagi / papan hubung bagi /
panel berbentuk lemari (cubicle), yang dapat dibedakan
sebagai :
- Panel Utama / MDP : Main Distribution Panel
- Panel Cabang / SDP : Sub Distribution Panel
- Panel Beban / SSDP : Sub-sub Distribution Panel
Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya
merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan
NYFGBY.
Di dalam panel biasanya busbar / rel dibagi menjadi dua
segmen yang saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang
satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha
ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri
(genset).
Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara
langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar
dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari
PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan,
maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya
sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan.
Peralatan pengaman arus listrik untuk
penghubung dan pemutus terdiri dari :
- Circuit Breaker (CB)
• MCB (Miniatur Circuit Breaker)
• MCCB (Mold Case Circuit Breaker)
• NFB (No Fuse Circuit Breaker)
• ACB (Air Circuit Breaker)
• OCB (Oil Circuit Breaker)
• VCB (Vacuum Circuit Breaker)
• SF6CB (Sulfur Circuit Breaker)
- Sekering dan pemisah
Switch dan Disconnecting Switch (DS).
Peralatan tambahan dalam PHB antara lain :
- Rele Proteksi
- Trafo tegangan, trafo arus
- Alat-alat ukur besaran listrik :
amperemeter, voltmeter, frekuensi meter,
cos ᶲ meter
- Lampu-lampu tanda
- Dll
Untuk PHB sistem tegangan menengah,
terdiri dari tiga cubicle yaitu satu cubicle
incoming dan cubicle outgoing.
Hantaran masuk merupakan kabel tegangan
menengah dan biasanya dengan kabel XLPE atau
NZXSBY. Saluran daya tegangan menengah
ditransfer melalui trafo distribusi ke LVMDP (Low
Voltage Main Distribution Panel). Pengaman arus
listriknya terdiri dari sekering dan LBS (Load
Break Switch).
Beban awal sebelum ditambahkan ialah 500 KVA, yang
nantinya akan ditambah menjadi 1.3 MVA. Instalasi dan
pengujian tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut:
Langkah pertama umum, Semua main
switchboard dan sub-switchboard Tegangan
Rendah (TR) harus didisain dan dibuat
berdasarkan Standard B.S. 5486: Bagian I atau
IEC dan harus berjenis indoor untuk MSB dan
EMSB, sedang SSB harus tipe outdoor, extensible,
floor standing, metal enclosed, flush fronted,
dapat diakses baik dari depan dan/atau belakang
dan teridir dari komponen-komponen seperti
circuit breaker, busbar tembaga, MCCB, auto
changeover switch, protective realy, control fuse,
selector switch, lampu indikator, meteran, anti-
condensation cubicle heater, cable gland, dan
sebagainya serta yang lainnya diperlukan guna
kesempurnaan fungsi dan operasi switchboard.
Langkah kedua kapasitas, Umumnya
switchboard harus sudah teruji dan mampu
menahan beban listrik, mekanik dan termal yang
dihasilkan pada keadaan hubung singkat yang
nilainya seperti dicantumkan di gambar
spesifikasi pada 380 V selama 3 detik
berdasarkan B.S. 5486: Bagian 1 atau IEC.
Switchboard harus memiliki sertifikat pengujian
yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dari
dalam (LMK-PLN) atau luar negeri (type tested)
jika diminta oleh Pemberi Tugas.
Langkah ketiga derajat perlindungan,
Derajat perlindungan (proteksi) untuk switchgear
adalah IP 31 yang memenuhi IEC 529 yakni drip-
proof. Bukaan ventilasi dan lubang vent harus
dibuat dan dilindungi sedemikian rupa agar
memperoleh derajat perlindungan yang sesuai
dengan yang ditentukan. Bukaan-bukaan
tersebut harus kuat secara mekanis. Bukaan-
bukaan untuk masukan kabel, penutup, kable
gland dan sebagainya harus dibuat sedemikian
rupa sehingga ketika kabel dipasang, derajat
perlindungannya tetap terjaga. Paking-paking
non-deteriorable rubber, harus diberikan antar
panel metal dan pada tutup, dan sebagainya
supaya derajat perlindungan yang diinginkan
dapat terpenuhi.
Langkah keempat desain dan konstruksi,
Tiap cubicle panel harus terbuat dari plat besi
(rolled mild steel) tebal 2 mm dengan rangka besi
dan dicat powder coating dengan warna sesuai
dengan yang direkomendasikan oleh PLN.
Konstruksinya adalah from 2 dimana setiap
cubicelnya mempunyai partisi tersendiri dan
busbar utamanya terpisah dari unit-unit
fungsional. Konstruksi di dalam cubicle serta
letak-letak dari komponen-komponen harus
diatur sedemikian rupa sehingga bila perlu
perbaikan, penyambungan pada komponen-
komponen dapat mudah dilakukan tanpa
mengganggu komponen lainnya.
Langkah kelima busbar dan pengkabelan
sekunder, Busbar utama harus terdiri dari 4 bar
persegi panjang dengan ukuran bar untuk
phasenya harus sama dengan bar netral (full
size), terbuat dari tembaga dengan konduktifikat
tinggi (HCDC). Busbar ini harus dipasang diatas
insulator non hygrospic dan warna setiap
busbarnya (phase R, S, T, N dan ground) harus
sesuai dengan PUIL 2000. Sambungan antara
busbar utama dan circuit breaker harus dilakukan
dengan busbar tembaga konduktifitas tinggi
(HCDC). Pengabelan harus dilakukan dengan cara
sistematik, rapi dan tidak boleh tumpang tindih.
Setiap ujung dari kabel harus diberi warna sesuai
PUIL 1987 & 2000 untuk membedakan phase R,
S, T, N dan ground. Sambungan antara busbar
dan kabel harus dilakukan denga baud dimana
ujung kabelnya harus dipasang sepatu dan gland.
Sambungan tidak boleh dilakukan dengan
pengelasan.
Langkah keenam penyusunan kabel,
Masukkan/keluaran kabel harus dirancang untuk
dapat dilakukan dari arah atas dan/atau bawah
sesuai kebutuhan. Rongga-rongga akibat
masukkan kabel dari atas dan/atau bawah cubicle
harus ditutup kembali dengan sealent/material
fire stop. Penyusunan kabelnya harus dilakukan
dengan rapi dan tidak boleh tumpang tindih.
Apabila menggunakan kabel single core phase R,
S, T nyatidak boleh terpisah. Kabel dalam tranch
harus diletakkan dalam kabel ladder kemudian di
support yang kuat.
Langkah ketujuh susunan switchgear, Sub-
kontraktor harus memberikan gambar layout
switchboard yang diusulkan untuk diperiksa oleh
Pemberi Tugas sebelum melakukan pembuatan
switchboard tersebut. Switchboard harus disusun
agar sesuai dengan ruang yang ada dan
mempertimbangkan jarak-jaraknya untuk
perawatan dan perbaikan sesuai persyaratan
PLN. Langkah kedelapan pentahanan, Terminal
pentanahan harus dipasang di frame switchboard
yang kemudian dihubungkan ke tanah. Earth bar
dengan bahan tembaga konduktifitas tinggi
lengkap dengan insulator juga harus dipasang di
dalam switchboard. Kabel pentanahan yang
keluar dari setiap distributor boards, kontrol
panels, dan sebagainya disambungkan ke earth
bar main switchboard.
Langkah kesembilan pemanas (heater)
anti-kondensasi, Switchboard harus dipasang
dengan alat pemanas yang sesuai untuk
pengoperasian pada tegangan bolak-balik 220
volt fasa tunggal dengan kapasitas yang
memadai untuk menjaga kelembaban di dalam
switchboard secara otomatis.
Langkah kesepuluh circuit breaker utama
dengan spring charged (acb), Circuit breaker
utama harus berjenis air break, 3 pole atau 4 pole
dengan breakingcapacity sesuai gambar
spesifikasi. Circuit breaker tersebut harus berjenis
spring charged, microprocessor based dan
dilengkapi dengan shunt trip coil, auxiliary switch,
earth fault, over current dan harus sesuai gambar
spesifikasi.
Langkah kesebelas MCB (Mini Circuit
Breaker), MCB harus menyertakan fixed
unadjustable time/current tripping characteristic,
yang dikalibrasi berdasarkan Standard
Internasional/B.S 3871 Bagian 1 pada temperatur
40 derajat Celcius. Kemampuan-kemampuan
lainnya harus seperti yang ditentukan untuk
MCCB. Semua sirkuit MCB yang melindungi sirkuit
luar harus yang otomatis dan dilengkapi dengan
pelindung yang sesuai terhadap beban lebih dan
hubung singkat. Kapasitas pemutusan hubung
singkat dari circuit breaker tidak boleh kurang
dari tingkat fault yang terjadi maksimum di titik
dimana sirkuit tersebut bertanggung jawab atas
pemilihan dan pemberian jenis circuit breaker
yang tepat untuk perlindungan jenis sirkuit yang
berbeda. MCB masuk dari panelpanel distribusi
dimana feeder dipasang dengan meteran listrik
PLN harus dari jenis yang diizinkan oleh PLN.
Langkah keduabelas MCCB (Moulded Case
Circuit Breaker), MCCB harus benar-benar sesuai
dengan Standard IEC atau B.S. 4752: Bagian
1dan kotaknya harus terbuat dari bahan moulded
berinsulasi yang kuat secara mekanis dan tidak
mudah tergores. Mekanisme tripnya harus
dikalibrasi berdasarkan Standar IEC atau British
Standard di pabrik tersebut dan breaker tersebut
harus disegel untuk mencegah
gesekan/kerusakan sebelum dipakai. MCCB harus
dapat mentrip secara otomatis maupun manual
seperti yang dipersyaratkan. Jenis alat
otomatisnya masing-masing harus berhubungan
dengan suatu unit trip untuk memberikan
perlindungan terhadap beban lebih (overload)
dan hubung singkat. Unit trip ini untuk tiap pole
harus memberi invers time delay dalam kondisi
beban lebih dan trip magnetik seketika
(instantaneous magnetic tripping) untuk
perlindungan terhadap peristiwa hubung singkat.
Unit-unit trip ini dalam semua circuit breaker
harus dapat ditukar-tukar. Perlindungan terhadap
earth fault harus diberikan bilamana diperlukan
dan tertera dalam spesifikasi dan gambar. MCCB
harus didisain sedemikian rupa sehingga ketika
pada kondisi trip, circuit breaker tidak dapat
dihidupkan lagi jika breaker tersebut belum
direset dengan memindahkan saklar ke posisi
OFF dahulu. Kondisi pengoperasian (seperti ON,
OFF atau TRIP) circuit breaker tersebut harus
terlihat dengan jelas. MCCB harus berupa Single
Pole (SP), Double Pole (DP) atau Triple Pole (TP)
atau four pole (4P) seperti ditentukan dalam
gamabar spesifikasi. Kontruksi dan
pengoperasian circuit breaker harus sedemikian
rupa sehingga jika fault muncul, semua pole-pole
circuit breaker harus beroperasi serentak untuk
mengisolasi dan menghilangkan fault tersebut
secara efisien dan aman tanpa resiko terhadap
operator atau instalasi tersebut. Tiap circuit
breaker harus memasukkan mekanisme "trip-
free" untuk memastikan bahwa breaker tersebut
tidak dapat ditutup dalam kondisi fault.
Mekanisme circuit breaker tersebut harus diseal
rapatrapat di pabrik dan semua bagian metalik
yang berhubungan dengan mekanisme kerja
tersebut harus dilindungi terhadap karat dan
korosi. Kapasitas short-circuit breaking MCCB
tersebut tidak boleh kurang dari arus hubung
singkat maksimum yang terjadi dimana MCCB
tersebut terpasang. Kontraktor harus
bertanggung jawab atas pemilihan untuk
perlindungan jenis-jenis sirkuit yang dipakai.
Kontraktor juga harus bertanggung jawab atas
jaminan bahwa fuse-fuse yang dipakai untuk
dihubungkan dengan MCCB harus terkoordinasi
dengan circuit breaker untuk memberikan
perlindungan dan pemisahan yang memadai
terhadap sistem listrik.
Langkah ketigabelas Relay, Semua relay
yang dipakai harus dapat diterima oleh PLN
(Perusahaan umum Listrik Negara) dan Pemberi
Tugas. Relay-relay tersebut adalah relay yang
bekerja secara elektro-mekanik atau static
transistorised atau kombinasi dari keduanya. Jika
tidak dinyatakan lain, relay arus lebih (over-
current) harus berjenis IDMTL yang dapat menset
arus lebih dari 50% - 200% dan dapat menset
waktu 1,3/10 sesuai dengan BS 142. Elemen-
elemen direct acting instantaneous high-set
harus diberikan hanya untuk circuit breaker
utama dari switchboard. Relay earth fault harus
adjustable definite time lag dari 0 - 1,0 detik dan
adjustable current setting dari 5% - 40% dengan
penambahan 5%. Relay-relay harus tahan lama,
flush mounted dalam kotak bebas debu. Kotak-
kotak relay secara umum harus diberi enamel
hitam. Relay-relay harus disusun sedemikian rupa
sehingga pengaturan, pengujian dan penggantian
dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Relay-
relay jenis hand reset harus dapat direset tanpa
membuka kotak tersebut. Relay yang bekerja
secara elektrik harus diberikan dimana diperlukan
oleh sistem kontrol.
Kontak-kontak relay harus sesuai untuk
pemakaian arus maksimum yang diperlukan
untuk mengontrol dalam kondisi normal tapi
dimana kontak-kontak relay tersebut tidak
mampu menangani arus trip maka di posisi
tersebut harus diberikan kontaktor pembantu,
relay atau switch pembantu. Kontak-kontak
terpisah harus diberikan untuk alarm dan fungsi-
fungsi trip. Kontak-kontak relay harus benar-
benar lentur dan semua gerakan relay tersebut
tidak dipengaruhi oleh getaran atau medan
magnet luar. Relay-relay, harus dilengkapi
dengan indikator-indikator flag, fasa yang diberi
warna. Indikator flag harus berupa hand reset
dan harus dapat direset tanpa membuka
kotaknya. Dimana dua atau lebih elemen-elemen
fasa dimasukkan dalam satu kotak yang
dilengkapi dengan indikator terpisah untuk tiap
elemen.
Relay-relay dengan ketentuan untuk
pemakaian manual dari luar kotak, selain
mereset, tidak akan diterima, dan relay-relay
waktu tunda (time delay relays) bukan berjenis
dashpot. Untuk memperkecil pengaruh
elektrolisis, koil-koil relay yang beroperasi pada
tegangan searah (DC) harus dihubungkan
sedemikian rupa sehingga koil-koil tersebut tidak
dialiri arus terus menerus dari kutub positif
baterei.
Relay-relay earth fault dimana diperlukan
harus berjenis solid-state zone selective
interlocking yang sama dengan jenis 'Z' yang
dibuat oleh General Electric yang terdiri dari
solid-state relay, ground sensor monitor panel,
dsb. dari kapasitas arus yang sesuai agar sesuai
dengan masing-masing penggunaan dengan arus
trip yang dapat diatur dan waktu tunda yang
cocok untuk pengoperasian pada tegangan a.c.
220 volt, 50 Hz fasa tunggal. Semua relay zone
selective earth fault yang dipilih harus dapat
menggabung proteksi earth fault upstream dan
downstream dari air circuit breaker yang
bersangkutan dan/atau MCCB. Semua kabel
kontrol yang diperlukan, protection CT, shunt trip
accessory dan sebagainya untuk interlock yang
sesuai harus dimasukkan dalam kontrak.
Kontraktor harus menyerahkan usulan protective
relay co-ordination plan untuk seluruh jaringan
distribusi TR untuk diperiksa oleh Pemberi Tugas.
Langkah keempatbelas Instrumen
Indikator, Metering/instrumen indikator harus
berjenis flush pattern, tahan getar sesuai
standard IEC atau B.S, bersertifikat dari instansi
yang berwenang (BMG atau LMKPLN) dan bebas
dari pengaruh induksi.
Voltmeter harus menggunakan selector
switch agar memungkinkan membaca tegangan
fasa ke fasa dan fasa ke netral. Ammeter yang
dilengkapi dengan selector switch dan harus
memungkinkan membaca semua arus. Biasanya
ammeter harus diskala sampai kapasitas
isolator/breaker tetapi, ammeter yang
berhubungan dengan sircuit motor harus sampai
500%.
Langkah kelimabelas Trafo Arus Dan
Tegangan, Trafo-trafo arus dan tegangan harus
sesuai dengan standar Standard IEC atau B.S.
3941. Trafo-trafo tersebut harus memiliki
perbandingan dan tingkat ketepatan output
(keluaran) yang baik.
Umumnya, semua trafo arus harus
memiliki perbandingan yang sama dengan
kapasitas breaker/isolator masuk. Lilitan
sekunder harus dihubungkan ke kotak terminal
(terminal board) yang sesuai dan ditanahkan
pada satu tempat di sirkuit tersebut. Semua trafo
harus diberi suatu label yang menjelaskan fungsi,
perbandingan, klas, output dan nomor serinya.
Langkah keenambelas Alat Bantu
Switchgear Tr, Semua alat bantu switchgear TR
lainnya seperti kotak terminal, switch kontrol dan
tombol, switch bantu, lampu indikator, fuse dan
sambungan, kotak alat label, dsb. harus seperti
yang ditentukan dalam spesifikasi untuk
`Switchgear Tegangan Tinggi dan Alat Bantunya'.
Langkah ketujuhbelas Kotak Alat, Kotak
alat ini harus berisi kunci-kunci yang
berhubungan dengan main switchboard dan
dipasang di dinding ruang panel. Kotak alat
tersebut harus terbuat dari aluminium dengan
muka kaca lengkap dengan alat pegangan, label
dan sebagainya.

Gambar 4.1 Panel Hubung Bagi (Cubicle).[14]

4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Pengumpulan data dan pengujian setelah
panel hubung bagi (Cubicle) terpasang, maka
langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu
pemeriksaan kabel secara fisik dan setelah itu
dilakukan pengujian kabel sebelum di di DC test.
Berikut data pemeriksaan kabel secara fisik.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Kabel Dari Cubicle ke Cut


Out Trafo
Jenis Pemeriksaan Ket.
1. Penandaan (R.S.T) Ada
2. Mutu Pengerjaan Kabel (Kualitas) Baik
3. Pengerolan Baik
4. Panjang Kabel 14 m.
5. Jenis Kabel XLPE
6. Inti Kabel 1 Inti
7. Penampang Kabel 50 mm2
8. Tegangan Nominal 24 kV
Jenis Termination Kabel Heat
9.
Srink
10 Pengerjaan Termination Kabel Baik
.

Setelah dilakukan pemeriksaan, maka


langkah selanjutnya ialah pengujian tahanan
kabel isolasi sebelum di DC test. Pengujian
pertama dilakukan dari phasa ke phasa,
kemudian pengujian kedua yaitu phase dengan
ground.

Tabel 4.2 Pengujian Tahanan Isolasi Phasa


dengan Phasa Sebelum di DC test
1. Phase R - S 70000 MΩ
2. Phase R - T 70000 MΩ
3. Phase T – S 70000 MΩ

Tabel 4.3 Pengujian Tahanan Isolasi Phase


dengan Ground Sebelum di DC test
1. Phase R - N 20000 MΩ
2. Phase S – N 20000 MΩ
3. Phase T – N 20000 MΩ
Setelah dilakukan pengujian tersebut,
maka kondisi tahanan isolasi keseluruhan sudah
bekerja dengan baik.
Pengujian dielektrik, dilakukan dengan
cara:
Tegangan uji DC = 2 x 28.750 = 57.500 volt dc.
Tegangan uji = 57.5 kV dc diuji selama 10 menit

Tabel 4.4 Data Pengujian Arus


Arus Phasa
N
Waktu (Menit) (mA)
o
R S T
0.1 0.1
1. 60 Detik (1 Menit) 0.16
6 6
0.1 0.1
2. 120 Detik (2 Menit) 0.15
5 5
0.1 0.1
3. 180 Detik (3 Menit) 0.15
5 5
0.1 0.1
4. 240 Detik (4 Menit) 0.15
5 5
0.1 0.1
5. 300 Detik (5 Menit) 0.15
5 5
0.1 0.1
6. 360 Detik (6 Menit) 0.15
5 5
0.1 0.1
7. 420 Detik (7 Menit) 0.15
5 5
0.1 0.1
8. 480 Detik (8 Menit) 0.15
5 5
540 Detik (9 Menit) 0.1 0.1
9. 0.15
5 5
10 600 Detik (10 Menit) 0.1 0.1
0.15
. 5 5

Setelah dilakukan pengujian dielektrik, dari


data diatas maka pengujian berjalan dengan baik.
Kemudian melakukan pengujian kembali pada
tahanan isolasi, berikut data hasil pengujian.

Tabel 4.5 Pengujian Tahanan Isolasi phasa


dengan phasa setelah di DC test
1. Phase R - S 70000 MΩ
2. Phase R - T 70000 MΩ
3. Phase T – S 70000 MΩ

Tabel 4.6 Pengujian Tahanan Isolasi phasa


dengan ground setelah di DC test
1. Phase R - N 30000 MΩ
2. Phase S – N 30000 MΩ
3. Phase T – N 30000 MΩ

Dari hasil pengujian tersebut maka data


yang diperoleh setelah cubicle terpasang, kondisi
tahanan isolasi keseluruhan berjalan dengan
baik. Data diatas merupakan hasil data setelah
diuji dc mulai dari pemeriksaan dan uji kabel
hingga uji tegangan setelah panel hubung bagi
terpasang.
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian tersebut maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pemeriksaan dan pengujian pada kabel telah
berjalan dengan baik dengan besar nilai tahanan phasa
dengan phasa sebesar 70000 MΩ, kemudian phasa
dengan ground sebesar 20000 MΩ.
2. Pengujian setelah panel hubung bagi (Cubicle)
dilakukan selama 10 menit, dimulai dari menit
pertama dengan nilai arus phasa (R.S.T) sebesar 0.16
mA, kemudian pada menit kedua hingga menit ke-
sepuluh didapatkan arus phasa (R.S.T) sebesar 0.15
mA.
3. Pengujian tahanan isolasi setelah di DC test, phase
dengan ground (R – N), (S – N), dan (T – N)
didapatkan nilai sebesar 30000 MΩ.
4. Dari hasil pengujian keseluruhan, maka panel tersebut
telah berjalan dengan baik dan siap untuk
dioperasikan.

5.2 Saran
Setelah dilakukan pengujian dan pemeriksaan, masih
terdapat banyak kekurangan yang nantinya bisa
disempurnakan untuk keperluan selanjutnya. Antara lain:
1. Memperhatikan kondisi sekitar agar panel tidak
mengalami kerusakan atau permasalahan serius.
2. Perawatan terhadap panel agar kedepan tidak terlalu
banyak mengeluarkan biaya untuk perbaikan dan
perawatan.
3. Menghemat penggunaan mesin produksi agar daya
yang digunakan tidak terlalu besar.
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
DAFTAR PUSTAKA

[1]. http://www.oasis-engineering.com
[2]. Abdul Kadir, Pengantar Teknik Tenaga
Listrik, LP3ES, 1993.
[3]. Badan Standarisasi Nasional SNI 04-0225-
2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Yayasan
PUIL, Jakarta, 2000
[4]. Malcolm Plant and Dr.Jan Stuart, School
Council Modular Courses in Technology
Instrumentation, Publisher : Oliver & Boyd
[5]. Uffenbeck,John E, Introdution to Electronic
Devius and Circuits, Publisher : Prentice Hall
[6]. Floy, Romas L, Electronic Devices,
Publisher : Mentril
[7]. Entis Sulaeman, Dasar-dasar Teknik
Elektronika Digital 1, Publisher : TEDC Bandung, 1980
[8]. Boylestad & Nashelsky, Eletronic Devices
and Circuit Theory, Publisher : Pretice Hall
[9]. Gill,A.S, “Electrical Equipment Testing &
Maintenance” ,Virginia : A Prentice-Hall Company,1982.
[10]. Groupe Schneider Electric, “Design,
Operation and Maintenace Electrical Substation”,
Jakarta : Groupe Schneider Electric, 1999.
[11]. Groupe Schneider Electric, “Training Manual
150 kV Sistem”, Jakarta : Groupe Schneider Electric,
1999
[12]. Hydro Electric Research and Technical
Services Group, “Maintenance of Power Circuit Breaker
“, Denver : United States Departement of Interior Bureau
and Reclamation, 1999.
[13]. Ir. Sulasno,”Analisis Sistem Tenaga Listrik
edisi kedua”, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang, 2001.
[14]. PT PLN, “Buku Petunjuk Operasi &
Memelihara Peralatan Untuk Pemutus Tenaga”, Jakarta :
PT PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian
Barat, 1993.
[15]. Tobing, Bonggas L,”Peralatan Tegangan
Tinggi”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Anda mungkin juga menyukai